Paus Yohanes Paulus II Agung
oleh: P. William P. Saunders *
Banyak orang menyebut Bapa Suci kita
terkasih Paus Yohanes Paulus II “Agung”. Adakah paus lain yang memperoleh gelar
ini?
~ seorang pembaca di Sterling
Tiga orang paus mendapat gelar “agung”, yang ditambahkan di belakang nama
mereka, yaitu Paus St Leo I, Paus St Gregorius I dan St Nikolaus
I. Paus St Leo Agung (pontifikat thn 440-461) dilahirkan di Roma
sekitar awal tahun 400-an. Sebagai seorang akolit, ia diutus ke Afrika di mana
ia bertemu dengan St Agustinus, dan di kemudian hari melayani sebagai
diakon baik bagi Paus Selestine I maupun Paus Sixtus III. Sesudahnya, ia
terpilih untuk menggantikan Paus Sixtus III dan dinobatkan sebagai paus pada
tanggal 29 September 440. Masa kepausannya sungguh ditandai dengan
kecemerlangan: tanpa mengenal lelah ia berkhotbah melawan berbagai bidaah
Manichaeanisme, Pelagianisme, Priscillianisme dan Nestorianisme. Secara
istimewa ia berperang melawan bidaah Eutyches yang, seperti Nestorius,
menyangkal persatuan hupostatis [pribadi], yaitu persatuan kodrat ilahi dan
kodrat manusiawi dalam pribadi ilahi yang satu Tuhan kita Yesus Kristus. Ia
menerbitkan `Buku'nya yang terkenal, di mana ia mengutuk Eutyches dan dengan
jelas mengajarkan misteri inkarnasi. Guna menyelesaikan masalah ini, ia
mengadakan Konsili Kalsedon pada tahun 451, dalam konsili `Buku'nya dibacakan
dan para uskup yang hadir menanggapi dengan seruan, “Inilah iman para Bapa
Gereja; inilah iman para Rasul; kami semua percaya akan hal ini; kaum Orthodox
percaya akan hal ini, terkutuklah ia yang percaya akan sebaliknya. Petrus telah
berbicara melalui Leo.” Karena itu, Konsili Kalsedon memaklumkan bahwa “Yang
satu dan sama itu adalah Kristus, Putra tunggal dan Tuhan, yang diakui dalam
dua kodrat, tidak tercampur, tidak berubah, tidak terpisah dan tidak mungkin
dibagi-bagikan.”
Paus St Leo juga seorang pemimpin yang gagah berani. Pada tahun 452, ia
berhadapan dengan Attila si orang Hun, yang dikenal sebagai “Penghujat Tuhan”
dan berhasil menyelamatkan kota Roma dari kehancuran. Menurut tradisi, dalam
pertemuan itu, Attila melihat St Petrus dan St Paulus menghunus pedang di atas
St Leo, dan ancaman yang mengerikan ini membuat Attila menarik mundur
pasukannya. Karena itulah, Paus St Leo disebut sebagai “Perisai Tuhan.”
Sayangnya, tiga tahun kemudian ia tidak memiliki keberuntungan yang sama dalam
menghadapi kaum beringas Genseric.
Paus St Leo juga menyingkirkan perayaan-perayaan kafir dan menutup
kuil-kuil kafir yang masih tersisa. Ia mengirimkan para misionaris ke Afrika
yang saat itu diporak-porandakan oleh kaum barbar. Ia menetapkan banyak
perubahan, termasuk menerapkan disiplin tinggi pada para uskup. Paus St Leo,
saat melemahnya Kerajaan Romawi, menjadikan kepausan sebagai pusat wewenang
yang kuat, yang diakui sebagai sumber stabilitas dan kebijaksanaan. Ia digelari
Pujangga Gereja pada tahun 1754.
Paus berikutnya yang digelari “agung” adalah Paus St
Gregorius (pontifikat thn 540-604). Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga
Romawi yang kaya dan mengenyam pendidikan tinggi. Di kemudian hari, ia menjadi
Gubernur Roma. Pada masa invasi Lombard pada tahun 571, ia memberikan perhatian
besar kepada begitu banyak pengungsi yang membanjiri kota.
Setelah kedua orangtuanya meninggal dunia, St Gregorius menjadi sangat
kaya raya. Tetapi, pada tahun 574, tiga orang teman biarawan Benediktin
mempengaruhinya untuk meninggalkan dunia dan masuk dalam kehidupan religius. St
Gregorius menjadi seorang Benediktin, mengubah rumah warisan orangtuanya
menjadi sebuah biara yang dinamai St Andreas. Karena kecakapannya yang luar
biasa, ia diminta untuk melayani dalam kepausan, pertama sebagai salah seorang
diakon paus (thn 578) dan kemudian sebagai papal nuncio di Byzantine Court
(579-85). Ia lalu kembali ke biaranya dan menjadi abbas Biara St Andreas.
Pada tahun 590, ia terpilih dan dinobatkan sebagai paus pada tanggal 3
September. Masa kepausannya ditandai dengan kecemerlangan: ia memulihkan
disiplin para klerus, membebas-tugaskan para uskup dan para imam yang tidak
layak. Ia melindungi kaum Yahudi dari ketidakadilan. Ia memberi makan mereka
yang menderita kelaparan dan membebaskan mereka yang ditawan kaum barbar. Ia
mengadakan perjanjian damai dengan kaum barbar yang menyerang serta
mempertobatkan banyak dari antara mereka. Ia mendukung banyak misionaris,
termasuk St Agustinus dari Canterbury yang diutusnya ke Inggris, dan St
Kolumbanus yang mewartakan Injil di antara kaum Franks.
St Gregorius juga seorang guru besar. Dalam “Liber regulae pastoralis,”
ia menjabarkan tugas kewajiban para uskup dan tulisannya ini hingga sekarang
merupakan bacaan rohani yang penting bagi seorang uskup. Ia mencatat riwayat
hidup banyak orang kudus dalam “Dialog”nya. Sejumlah besar khotbah dan
surat-suratnya masih tetap disimpan. Ia menghidupkan Misa dan memperindah Misa
dengan apa yang biasa disebut sebagai “Nyanyian Gregorian”. Mempersembahkan
Misa sebanyak 30 kali berturut-turut untuk seorang yang meninggal dunia juga
diberi nama sesuai namanya, “Misa Gregorian”.
Paus St Gregorius dihormati sebagai pendiri Kepausan Abad Pertengahan
(Medieval Papacy). Walau karya-karya dan kecakapannya sungguh luar biasa, ia
tetap seorang yang rendah hati. Ia mengambil sebagai gelar jabatannya, “hamba
dari para hamba Tuhan,” gelar jabatan paus hingga sekarang ini. Ia juga seorang
Pujangga Gereja dan dianggap sebagai Bapa Gereja Barat yang terakhir.
Paus St. Nikolaus I Agung, yang bertahta dari tahun 858 hingga tahun 867.
Ia adalah seorang yang senantiasa menegakkan keadilan: menentang Lothair, Raja
Lorraine; menyingkirkan para uskup yang sesat; membela hak-hak rakyat jelata.
Ia menyemangati St Ansgar dalam karya misionarisnya di antara orang-orang
Scandinavia.
Jika kita merenungkan karya-karya besar ketiga paus ini, kita akan segera
mengerti mengapa mereka digelari “agung”. Mereka bertiga agung dalam teladan
kekudusan seperti diwujud-nyatakan dalam khotbah, ajaran, pewartaan serta
kepemimpinan mereka, teristimewa dalam masa-masa penganiayaan dan masa-masa
sulit. Mereka sungguh hamba-hamba Allah dan GerejaNya.
Demikian pula dengan santo bapa kita yang terkasih Paus Yohanes Paulus II.
Sebagai pemimpin pengajar iman dan dengan dibimbing oleh Roh Kudus, ia
menerbitkan Katekismus Gereja Katolik yang baru, merevisi Kitab Hukum Kanonik
dan merevisi Kitab Hukum Kanonik bagi Gereja-gereja Timur; ia menuliskan 39
ajaran-ajaran utama yang meliputi seluruh spektrum doktrin Gereja, moral dan
rohani; ia menyampaikan pengajaran dan khotbah-khotbah yang tak terhitung
banyaknya. Paus Yohanes Paulus II menekankan panggilan umum menuju kekudusan
dan menyadarkan umat beriman akan kehidupan sakramental yang dimulai sejak saat
pembaptisan. Ia, yang menerima Sakramen Pengakuan setiap minggu, mendorong kita
untuk membuka diri terhadap belas kasihan Tuhan yang tak terbatas dalam Sakramen
Tobat. Dalam ensikliknya yang terakhir mengenai Ekaristi Kudus, “Ecclesia de
Eucharistia” ia mendorong devosi kepada Tuhan yang sungguh hadir dalam Sakramen
Mahakudus dan persembahan kurban kudus Misa. Ia mengingatkan umat beriman bahwa
melalui Ekaristi Kudus, Kristus tidak hanya sekedar bersama kita, melainkan
Kristus sesungguhnya ada dan hadir di dalam diri kita. Bapa Suci merupakan
seorang pembela moral Kristiani yang gigih. Ia menekankan kekudusan hidup sejak
dari saat pembuahan hingga kematian yang wajar, martabat manusia, kesakralan
hidup perkawinan dan cinta kasih dalam perkawinan. Ia memiliki keberanian dan
kesetiaan untuk sama sekali tidak merekayasa Sabda Allah agar sesuai dengan
perilaku masyarakat yang mementingkan diri sendiri, melainkan menantang setiap
orang agar hidup sesuai dengan Sabda Allah.
Sebagai penerus St Petrus, ia mengusahakan persatuan dalam tubuh Gereja,
dengan melakukan 104 kunjungan pastoral ke luar Italia. Ia menetapkan
kanonisasi atas 482 santa / santo dan beatifikasi atas 1342 beata / beato,
sebab ia tahu bahwa kita membutuhkan teladan kekudusan yang dapat mengilhami
kita. Teladan yang paling utama tentu saja Bunda Maria, yang senantiasa ia
sebut di akhir setiap ensikliknya, kepada siapa ia mempercayakan seluruh hidupnya,
dengan mottonya, Totus tuus (sepenuhnya milikmu). Sebab Bunda Maria adalah
teladan murid yang menghantar orang-orang lain datang kepada Kristus. Bapa Suci
senantiasa mendorong umat beriman untuk berdoa rosario. Sepanjang hidupnya, ia
mengajarkan kepada kita bagaimana hidup dan mati bersama Yesus. Kita dapat
dengan tepat menyebutnya Paus Yohanes Paulus II Agung.
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”