Header

cita-cita ardas

STASI WALIKUKUN, GEREJA YANG SATU, KUDUS, KATOLIK DAN APOSTOLIK.

DIRAYAKAN PADA BULAN MEI

1 Mei, 
S. Yosef, Pekerja
Ini merupakan pesta St. Yosef yang kedua dalam kalender perayaan Gereja. Kita juga merayakan pesta St. Yosef pada tanggal 19 Maret yang lalu. St. Yosef adalah santo yang teramat penting. Ia suami Bunda Maria dan bapa asuh Yesus.

Pada hari ini kita merayakan pengabdiannya sebagai seorang pekerja. St. Yosef seorang tukang kayu yang bekerja dengan giat di bengkel kecilnya. Ia mengajarkan kepada kita bahwa pekerjaan yang kita lakukan itu penting artinya. Dengan bekerja kita menyumbangkan karya serta pelayanan kita kepada keluarga dan masyarakat. Lebih dari itu, sebagai seorang Kristen, kita sadar bahwa pekerjaan kita adalah cermin dari diri kita sendiri. Sebab itulah hendaknya kita mengerjakan pekerjaan kita dengan rajin dan tekun.

Banyak negara menyisihkan satu hari dalam setahun khusus untuk menghormati para pekerja. Hal tersebut guna meningkatkan martabat dan penghargaan atas kerja. Gereja memberikan kepada kita seorang teladan mengagumkan bagi para pekerja, yaitu St. Yosef. Pada tahun 1955, Paus Pius XII memaklumkan agar pesta St. Yosef Pekerja dirayakan setiap tahun.

St. Yosef mengajarkan bahwa pekerjaan yang kita lakukan itu amatlah penting artinya, sebab dengannya kita menyumbangkan karya serta pelayanan kita kepada keluarga dan masyarakat.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Yeremia, Nabi
Yeremia lahir kira-kira pada tahun 650 sebelum Masehi di Anathoth, dekat kota Yerusalem, termasuk wilayah kerajaan Yehuda. Keluarganya adalah sebuah keluarga imam yang saleh. Panggilannya sebagai nabi di Israel diterimanya dari Allah pada tahun 627 sebelum Masehi, dalam tahun ketigabelas pemerintahan Raja Yosias (Yer1:2). Meskipun panggilan ini terjadi pada usia mudanya, namun sebenarnya Yeremia telah ditentukan Allah menjadi nabi ketika masih ada di dalam rahim ibunya (Yer1:5) untuk mewartakan sabda Allah kepada Israel, umat pilihan Allah. Tatkala Allah memanggilnya untum mengemban tugas mulia ini, ia menolak karena merasa tidak layak untuk mengemban tugas mulia itu. Tetapi akhirnya ia pun menerima panggilan itu karena Allah berjanji akan selalu menyertai dia dalam tugasnya. Yeremia adalah Nabi Israel terakhir sebelum pembuangan ke Babylonia.

Karya perutusannya sebagai nabi dimulainya pada usia mudanya (Yer1:6) sampai pada saat kejatuhan Yerusalem di tangan bangsa babylonia pada tahun 587 sebelum Masehi. Selama 40 tahun karyanya, Yeremia tanpa mengenal lelah memperingatkan para penguasa bangsa dan pemimpin agama serta seluruh umat Israel akan bahaya kejatuhan mereka karena dosa-dosa Yerusalem dan Yehuda. 

Selain dengan itu, Yeremia terus menerus terlibat di dalam beberapa perselisihan dan pertentangan. Ia dengan gigih melawan raja Yoakim dan Yoakin (609-507 sebelum Masehi) yang memutarbalikkan kebijakan keagamaan dari Raja Yosia. Pada masa pemerintahan Raja Sedikia (597-587 sebelum Masehi), nada pewartaannya mulai berubah. Ia tidak lagi mengeluh tentang tugas perutusannya tetapi mulai lebih sungguh-sungguh membaktikan dirinya pada tugas yang dibebankan Allah padanya. Dengan gigih ia berusaha meyakinkan Yehuda akan penguasaan bangsa Babylonia. Meskipun demikian ia tidak diterima, bahkan dituduh sebagai pengkhianat bangsanya oleh orang-orang yang menginginkan raja Sedikia bersekutu dengan Mesir dan memberontak (Yerl37:17-21). Karena itu, Yeremia mengalami penderitaan batin dan frustasi yang hebat.
Walaupun ia menderita, ia tetap pasrah dan taat pada kehendak Allah. Cintanya akan Allah dan keakraban hubungannya dengan Allah ini mendorong dia untuk mendalami lebih jauh teologi tradisional Israel tentang Perjanjian. Imannya itu berdasar pada pengetahuan yang mendalam akan Perjanjian Cinta Allah dengan Israel, umat pilihanNya, yang memperkenankan Israel mengambil bagian dalam kekudusanNya. Dalam perjanjian Cinta itu, Allah menuntut dari Israel ketaatan penuh pada kehendakNya sebagaimana diwahyukan di dalam perintah-perintahNya dan dinyatakan melalui nabi-nabiNya. Menolak mengakui kebaikan dan cinta Allah yang diwahyukan adalah dosa. Dan dosa bagi Israel adalah perbuatan melawan kesucian perkawinan antara Allah dan bangsa Israel (Yer2:20,25). Dosa mengakibatkan pengadilan Allah atas Israel untuk memurnikan mereka. Yeremia menyadari bahwa pengadilan Allah merupakan tahap awal pengampunan dan pembaharuan batin yang radikal.
Dalam pewartaannya tentang malapetaka yang akan terjadi atas Israel, Yeremia menubuatkan suatu ‘Sisa Kecil”, suatu kelompok kecil umat yang tetap setia pada Allah (Yer23:3,4; 30:10; 11; 31:10-14). Sisa Kecil ini adalah benih harapan dimasa yang akan datang, kepadanya Allah mencurahkan pengampunan dan belaskasihanNya, dan dengannya Allah mengadakan suatu perjanjian Baru (Yer31:31-34). Allah akan menciptakan bagi Israel suatu hubungan spiritual yang baru dan mendalam, dan akan menuliskan hukumNya di dalam hati mereka serta tinggal di dalam hati mereka. 

Yeremia dengan tekun membantu perkembangan Sisa Kecil Israel yang saleh dari suku Yehuda ini karena mereka dengan sabar menantikan tibanya hari Tuhan yang menyelamatkan. Penderitaan Yeremia yang demikian hebat menjadikan dia sebagai tokoh lambang bagi Yesus Kristus. Yeremia, yang hidup penuh penderitaan, namun tetap pasrah dan taat pada kehendak Allah yang mengutusnya, menjadi lambang gambaran Hamba Yahweh yang menderita sebagaimana diramalkan Yesaya ([[Yes 35]]). 

Santo Peregrinus Laziosi, Pengaku Iman
Peregrinus Laziosi lahir di kota Forli, Italia pada tahun 1260. Ia menaruh kebencian besar kepada Gereja Katolik. Ia pun termasuk salah seorang yang memusuhi Sri Paus di Roma. Dengan sifatnya yang keras dan kasar, ia melancarkan serangan terhadap Gereja Katolik di wilayah Romagna. Awal kehidupannya sebagai ‘manusia baru’ dalam iman Kristiani bermula dari tindakannya yang brutal terhadap Pastor Filipus Benizi (1225-1285). Diceritakan bahwa pada suatu kesempatan khotbah dalam rangka misi perdamaian yang dirancangakan oleh Sri Paus, Pastor Filipus ditinju hingga roboh oleh Peregrinus. Tetapi Pastor yang saleh ini tidak memberikan suatu perlawanan balik kepada Peregrinus. Ia bahkan bangkit dan berdoa bagi Peregrinus serta memaafkan dia.
Sikap Pastor Filipus ini menyentuh hati Peregrinus yang keras membatu itu. “Belum pernah aku menjumpai orang seperti dia ini”, kata Peregrinus dalam hatinya. Lalu ia berlutut di hadapan pastor Filipus dan meminta maaf atas perlakuan kasarnya itu. Semenjak itu ia bertobat dan bertekad menjalani suatu kehidupan baru dengan doa dan matiraga. Rahmat Tuhan semakin hebat mempengaruhi hidupnya. Pada suatu hari, Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dan menyuruh dia pergi ke Siena. Di Siena ia diterima oleh Pastor Filipus sebagai salah seorang anggota Ordo Servit Santa Maria. 

Di dalam ordo ini Tuhan melaksanakan rancanaNya atas diri Peregrinus. Pada suatu hari Peregrinus jatuh sakit. Ia diserang penyakit kanker ganas pada kakinya. Dokter yang merawatnya menganjurkan agar kakinya di potong demi menyelamatkan nyawanya. Sebelum ia tidur malam, ia berdoa kepada Tuhan Yesus Tersalib hingga tertidur. Dalam mimpinya, ia melihat Yesus mengulurkan tanganNya dari atas salib dan menyentuh kakinya yang sakit itu. Ketika bangun dari tidur, didapatinya kakinya sudah sembuh. Peristiwa ajaib ini semakin mengokohkan imannya akan kebenaran ajaran gereja. 

Rahmat kesembuhan ini mengobarkan semangatnya untuk tetap membaktikan dirinya kepada Tuhan dan Gereja dengan menjadi imam. Selama 62 tahun ia berkarya dengan penuh semangat diperkuat oleh doa dan matiraga yang mendalam. Ia meninggal dunia pada tahun 1345 dan diangkat gereja sebagai pelindung para penderita sakit bernanah dan kanker.

Sumber : http://www.imankatolik.or.id

2 Mei, 
S. Atanasius
Atanasius dilahirkan sekitar tahun 297 di Alexandria, Mesir. Ia membaktikan seluruh hidupnya untuk membuktikan bahwa Yesus adalah sungguh Allah. Hal ini amat penting, karena sekelompok orang yang disebut Arian menyangkalnya. Sebelum ia menjadi seorang imam, Atanasius telah banyak membaca buku tentang iman. Oleh sebab itulah dengan mudah ia dapat menunjukkan kelemahan-kelemahan ajaran bidaah Arian.

Atanasius ditahbiskan sebagai Uskup Agung Alexandria ketika usianya masih belum tiga puluh tahun. Selama empat puluh enam tahun, ia menjadi seorang gembala yang menggembalakan umatnya dengan gagah berani. Empat orang kaisar Romawi tidak dapat memaksanya berhenti menuliskan penjelasan-penjelasannya yang terang dan jelas mengenai iman kita yang kudus. Para musuhnya menganiayanya dengan berbagai cara.

Lima kali ia diusir dari keuskupannya sendiri. Pengasingannya yang pertama berlangsung dua tahun lamanya. Ia dibuang ke kota Trier pada tahun 336. Seorang uskup yang baik, St Maximinius, menyambutnya dengan hangat. Pengasingan-pengasiangan lainnya berlangsung lebih lama. Atanasius dikejar-kejar oleh orang-orang yang hendak membunuh dia. Di salah satu pengasingannya, para rahib menyembunyikannya di padang gurun selama tujuh tahun. Para musuhnya tidak dapat menemukannya.

Suatu ketika, para prajurit kaisar mengejar Atanasius hingga ke Sungai Nil. “Mereka berhasil mengejar kita!” teriak para sahabat uskup. Tetapi, Atanasius sama sekali tidak khawatir. “Putar balik perahu kita,” katanya tenang, “mari menyongsong mereka.” Para prajurit di perahu yang lain berteriak, “Apakah kalian melihat Atanasius?” Jawab mereka: “Kalian tidak jauh darinya!” Perahu musuh melaju sekencang-kencangnya dan Atanasius pun selamatlah.

Umat di Alexandria mengasihi uskup agung mereka yang baik hati itu. Ia seperti seorang bapa bagi mereka. Sementara tahun-tahun berlalu, mereka menghargainya lebih dan lebih lagi, betapa banyak ia telah menderita bagi Yesus dan Gereja. Umatlah yang mengatur serta mengusahakan agar ia dapat hidup dengan tenang. Ia menghabiskan tujuh tahun terakhir hidupnya dengan tenang bersama mereka. Para musuh tetap mengejarnya, namun tak pernah dapat menemukanya. Selama masa itu, St. Atanasius menulis tentang Riwayat Hidup St. Antonius Pertapa. Antonius telah menjadi sahabat dekatnya sejak Atanasius masih muda. St. Atanasius wafat dalam damai pada tanggal 2 Mei 373. Ia tetap menjadi salah seorang santo terbesar dan tergagah sepanjang masa.

Tantangan apakah yang aku hadapi sebagai seorang Kristen pada masa sekarang? Dengarkanlah kata-kata Yesus: “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal ... Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. (Yoh 14:2-3)

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santo Boris, Raja dan Pengaku Iman
Boris adalah raja pertama Bulgaria yang menganut agama Kristen dan giat menyebarkan Injil. Sembilan tahun sebelum kematiannya, ia turun takhta dan menjadi biarawan. Boris dihormati sebagai santo nasional Bulgaria. Ia meninggal dunia pada tahun 709. 

Santo Sigismund, Pengaku Iman
Raja Burgundia yang baru menjadi Katolik itu atas hasutan istrinya yang kedua menyuruh orang mencekik puteranya sendiri dari ratu pertama (yang sudah meninggal). Tidak lama berselang, ia bertobat sungguh-sungguh dan banyak berbuat amal. Sigismund dikalahkan oleh raja Franken dan di buang ke dalam sumur bersama anak-istrinya dan mati lemas pada tahun 524. Sumber : http://www.imankatolik.or.id

3 Mei, S. Filipus & S. Yakobus
Kedua orang kudus ini termasuk dalam kedua belas rasul Yesus. Filipus merupakan salah seorang dari para rasul-Nya yang pertama. Ia dilahirkan di Betsaida, di wilayah Galilea. Tuhan Yesus bertemu dengannya dan berkata, “Ikutlah Aku!” Filipus sangat bersukacita bersama Yesus. Ia ingin membagikan sukacitanya itu kepada sahabatnya,Natanael. “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi,” kata Filipus, “yaitu Yesus dari Nazaret.” Natanael tidak ikut bergembira. Nazaret hanyalah sebuah kota kecil, dan bukannya suatu kota besar dan penting seperti Yerusalem. Jadi, kata Natanael, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Tetapi, Filipus tidak marah mendengar jawaban sahabatnya itu. Ia hanya mengatakan, “Mari dan lihatlah!” Natanael pergi menjumpai Yesus. Setelah berbicara dengan-Nya, Natanael juga menjadi seorang pengikut Kristus yang setia.

St. Yakobus adalah putera Alfeus dan saudara sepupu Yesus. Setelah kenaikan Yesus ke surga, Yakobus menjadi Uskup Yerusalem. Orang banyak sangat menghormatinya dan memberinya julukan “Yakobus si Adil,” yang berarti “Yakobus yang Kudus.” Ia juga dijuluki “Yakobus Muda,” karena ia lebih muda dari seorang rasul lainnya yang juga bernama Yakobus. Yakobus yang lain itu dijuluki “Yakobus Tua” karena ia lebih tua usianya.

St. Yakobus seorang yang lemah lembut dan pemaaf. Ia menghabiskan banyak waktunya untuk berdoa. Terus-menerus ia memohon kepada Tuhan untuk mengampuni mereka yang menganiaya para pengikut Kristus. Bahkan ketika para penganiaya umat Kristen menjatuhkan hukuman mati atasnya, Yakobus memohonkan ampun bagi mereka kepada Tuhan. St. Yakobus wafat sebagai martir pada tahun 62.

Bagaimana jika aku menjadi seorang rasul Kristus pada masa sekarang? Maukah aku mewartakan Kabar Gembira akan apa yang aku dapatkan dari iman kepada Yesus?

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


4 Mei, 
B. Marie-Leonie Paradis
Elodie Paradis dilahirkan di desa L'Acadie di Quebec, Canada pada tanggal 12 Mei 1840. Orangtuanya miskin, namun mereka adalah orang-orang Katolik yang saleh. Mereka mencintai gadis kecil mereka. Ketika Elodie berusia sembilan tahun, orangtuanya memutuskan untuk mengirimkannya ke sebuah sekolah asrama. Mereka menginginkan puteri mereka mendapatkan pendidikan yang baik. Suster-suster Notre Dame dengan hangat menyambut murid baru mereka. Elodi senang tinggal di asrama, meski ia dan keluarganya sungguh saling merindukan satu sama lain.

Bapak Paradis bekerja keras mengusahakan penggilingan. Tetapi masa-masa itu sungguh sulit dan penggilingan tidak memberikan hasil yang cukup untuk menopang hidup isteri dan anak-anaknya. Ia mendengar kabar-kabar yang menjanjikan mengenai penambangan emas di California. Pak Paradis begitu putus asa dengan usahanya hingga ia memutuskan untuk pergi juga. Di California, ia tidak mendapatkan kekayaan seperti yang ia harapkan. Sebab itu ia kembali ke L'Acadie, dan sungguh tergoncang hatinya mendapati puterinya telah masuk biara. Elodie menggabungkan diri dalam Kongregasi Salib Suci pada tanggal 21 Februari 1854. Ayahnya segera menyusul ke biara. Ia memohon dengan sangat kepada puterinya untuk pulang ke rumah, tetapi puterinya memilih untuk tinggal. Pada akhirnya, ayahnya dapat menerima. Elodie mengucapkan kaulnya pada tahun 1857.

Elodie yang mengambil nama biara Marie-Leonie mengajar di sekolah-sekolah di berbagai kota. Ia berdoa dan melewakan hari-harinya dengan penuh sukacita. Sementara hari-hari berlalu, Sr Marie-Leonie dibimbing oleh Yesus untuk memulai sebuah ordo religius baru dalam Gereja. Suster-suster Kecil dari Keluarga Kudus dimulai pada tahun 1880. Para suster yang penuh kasih ini membaktikan diri pada pelayanan bagi para klerus. Suster-suster Kecil dari Keluarga Kudus sekarang telah memiliki enampuluh tujuh biara yang tersebar di Canada, Amerika Serikat, Roma dan Honduras.

Moeder Marie-Leonie terus berkarya hingga jam-jam terakhir hidupnya. Ia senantiasa rapuh dan kerap jatuh sakit. Namun demikian ia tidak pernah berhenti melayani umat Allah. Ia menuliskan koreksi-koreksi terakhir pada halaman-halaman buku peraturan hidup yang ditulisnya. Ia telah mengirimkannya ke percetakan. Buku tersebut akan memberikan bimbingan yang diperlukan para susternya. Hari itu hari Jumat, 3 Mei 1912, ketika Moeder Marie-Leonie mengatakan bahwa ia amat lelah. Ia berbaring untuk beristirahat dan wafat beberapa jam kemudian. Usianya tujuhpuluh satu tahun.

Terkadang kita takut akan masa depan kita. Kiranya sabda Yesus menghibur dan memberi kita pengharapan, “Jangan takut, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santa Gemma Galgani, Perawan
Gemma Galgani lahir di Camigliano, Tuscany, Italia pada tanggal 12 Maret 1878. Ketika berumur dua tahun, Gemma kecil tinggal di rumah seorang sanaknya karena beberapa anggota keluarganya, terutama ayah dan ibunya penderita penyakit TBC Sinkron. Hal ini ditempuh dengan maksud agar Gemma tidak terjangkiti penyakit ganas itu. Di sana ia bertumbuh besar dengan baik. Pada umur sembilan tahun, ia menerima komuni pertama. Semenjak itu ia bertekad menempa dirinya menjadi orang yang rajin berdoa. Ia tampak sederhana dalam berpakaian namun menyimpan dalam hatinya suatu kesucian hidup yang luar biasa. Pada suatu ketika tatkala sedang berdoa di gereja untuk ayah dan ibunya yang sedang sakit, tiba-tiba ia mendengar suata suara ajaib: “Gemma, bolehkah ibumu Kuambil?” Tanpa banyak berpikir, Gemma menyahut suara itu: “Ya, boleh Tuhan! Tetapi saya juga turut”. “Tidak! Kali ini hanya ibumu. Kelak, Gemma boleh juga turut ke surga!” balas suara itu. 

Ketika Gemma berumur 20 tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia ditinggalkan ayahnya dalam keadaan miskin dan melarat. Dalam keadaan itu, sebagai anak perempuan tertua, ia harus mengurus adik-adiknya. Betapa berat beban yang ditinggalkan orang-tuanya. Sementara itu penyakit TBC yang ganas itu mulai perlahan-lahan menyerangnya juga. Penyakit inilah yang menjadi penghalang terbesar baginya dalam melaksanakan tugas sehari-hari, terutama dalam mewujudkan cita-citanya menajdi seorang suster Passionis. Permohonannya untuk menjadi suster Passionis ditolak karena penyakit yang dideritanya itu. Tetapi ia tidak putus asa.
Ia percaya bahwa penyakit itu bisa disembuhkan. Untuk itu ia berdoa untuk memohon kesembuhan. Ia melakukan novena kepada Santo Gabriel Porssenti (1838-1862), seorang imam Passionis, yang menjadi tokoh pujaannya. Tuhan ternyata mengabulkan permohonan Gemma dengan memberikan penyembuhan ajaib kepadanya. Meskipun demikian, kesehatannya tidak pulih seluruhnya, sehingga cita-citanya untuk menjadi suster passionis tetap tidak terwujudkan. Oleh karena itu, ia bertekad untuk menghayati hidup baktinya kepada Tuhan di rumah seorang wanita Katolik, tempat ia bekerja sebegai pembantu rumah tangga. Dalam cara hidup demikian, Gemma ternyata bisa mengalami suatu kedekatan yang mendalam dengan Tuhan. Ia mengalami banyak peristiwa ilahi dalam hidupnya, dan dikaruniai kelima luka Yesus (stigmata) pada kaki, tangan, dan lambungnya, serta luka-luka pada kepala Yesus karena tusukan mahkota duri. Selain mengalami penderitaan badani, Gemma juga mengalami penderitaan batin yang hebat karena celaan orang-orang sekitar terhadap cara hidupnya. 

Gemma sadar bahwa ia mendapat tempat istimewa dalam hati Tuhan. Namun ia tetap rendah hati dan menganggap dirinya lebih rendah daripada orang-orang lain di hadapan Tuhan. Akhirnya, sebagaimana pernah didengarnya sendiri dari suara ajaib itu, Gemma dipanggil menghadap Tuhan pada tanggal 11 April 1903 di Lucca, Tuscany, Italia. Dikemudian hari oleh Paus Pius XII (1939-1963) Gemma dinyatakan ‘Kudus’ pada tanggal 2 Mei 1940, gelar Kudus ini diberikan kepada Gemma bukan karena pengalaman rohaninya yang luar biasa, melainkan karena kesucian hidup dan kerendahan hatinya baik di hadapan sesamanya maupun di hadapan Tuhan. 

Santa Rachel, Pengaku Iman
Rachel adalah seorang gadis keturunan Yahudi. Bersama orangtuanya, ia tinggal di Louvain, Belgia. Iman Kristen sudah dikenalnya semenjak masa kecilnya. Ketika berusia 12 tahun, ia meninggalkan orangtuanya yang masih menganut agama Yahudi, demi imannya kepada Kristus. Ia kemudian menjadi seorang suster dengan nama Katerina. 

Rachel, Istri Yakob
Rachel, istri Yakob, leluhur Israel, adalah ibu kandung Yusuf (Kej 30:22-24), dan Benyamin (Kej 35:16-20). Rachel juga adalah nenek dari Efraim dan Manasse. Ia meninggal dunia setelah melahirkan Benyamin. Jenazahnya dikuburkan di Efrata, sebelah Utara Yerusalem, daerah yang kemudian didiami oleh suku Benyamin. Kitab kej 35:19 menunjukkan Betlehem sebagai tempat penguburan Rachel. Disana Yakob mendirikan baginya sebuah tugu peringatan. Tradisi Kitab Suci memandang Rachel bersama saudaranya Lea sebagai dua orang ibu yang ‘membangun keluarga Israel’ (Ruth 4:11). Dalam kejadian bab 29 dapatlah dilihat kisah tentang siapa Rachel itu. Selain itu, terdapat juga empat keterangan lain yang menjelaskan tentang diri Rachel (Ruth 4:11; Raj 10:2; Yer 31:15; dan Mat 2:18). 

Para Martir dari Inggris
Henry VIII, raja Inggris yang terkenal kejam itu, memisahkan Gereja di Inggris dari Roma, sebab Sri Paus tidak bersedia mengesahkan perceraiannya dengan istrinya yang pertama. Ia lalu mengangkat dirinya menjadi kepada Gereja Inggris. Ia menuntut supaya semua pihak mengakuinya sebagai Kepala Gereja. Mereka yang membangkang diancam hukuman mati. Mula-mula sedikit saja yang menentang raja seperti John Fischer, uskup yang diangkat menjadi Kardinal ketika berada di penjara; lalu Thomas Moore, kanselir dan sastrawan. Pertama-tama John Houghton, Abbas biara Kartus London, dan Lincoln, bersama dengan 18 rahibnya dan imam-imam projo dibunuh dengan kejam.

Tidak kurang dari 950 biara ditutup dan segala harta miliknya disita oleh raja yang menginginkan tanah dan milik gereja itu. Puluhan gedung Gereja dihancurkan. Di bawah pemerintahannya, Henry membunuh dua dari enam orang istrinya, dan 50 martir menemui ajalnya. Penganiayaan yang lebih kejam lagi dilakukan oleh putrinya Ratu Elisabeth I. Ia tegas-tegas menuntut agar diakui sebagai kepala Gereja Inggris (1559). Semua uskup dipenjarakan dan rakyat dipaksa mengikuti ibadat Angilkan. Sekalipun Elisabeth begitu kejam, namun dari 188 martir waktu itu tidak satu pun yang tidak loyal terhadap dia sebagai ratu. Sungguhpun demikian ratu memerintahkan bawahannya supaya menyiksa mereka dengan cara-cara paling ngeri dan tidak berperikemanusiaan. Semua imam ditangkap dan dibunuh dan orang-orang awam yang memberi penginapan kepada mereka digantung. Akan tetapi ancaman ini tidak berhasil mencegah banyak pemuda Inggris yang berani mengungsi ke daratan Eropa dan belajar teologi, lalu pulang ke negerinya untuk melayani umat. Setiap gerak langkah mereka dibuntuti oleh dinas Intelejen ratu, sehingga sesudah beberapa tahun mereka ditangkap, disiksa, digantung dan sebelum mati dipotong untuk dicincang-cincang.

Di antara mereka dikenal Edmund Campion SJ (pesta: 1Des), yang ketika menjadi mahasiswa pernah mengelu-ngelukan ratu dengan sajak pujian di Universitas Oxford; Cuthbert Mayne Pr yang disalahkan karena membawa surat Paus ke dalam negeri. Margaret Clitherow ditindih dengan batu besar sampai mati, karena memberikan penginapan kepada seorang imam dan tidak mau membocorkan nama imam itu kepada polisi; P. Robert Southwll SJ (pesta: 1Des), penyair dan imam yang disekap dalam kandang penuh tahi dan kotoran sesudah disiksa selama 4 hari.

Ayahnya yang Protestan itu segera meminta kepada ratu agar selekasnya menghukum mati anaknya. Kadang-kadang para martir di bunuh dalam sel penjara yang sudah penuh sesak dan tak pernah boleh dibersihkan itu. Mereka tidak boleh keluar barang sebentarpun untuk memenuhi kebutuhannya. Jarum-jarum ditusukkan di bawah kuku Aleksander Braint SJ (pesta: 1Des), supaya mengkhianati imam-imam temannya. Bruder Nikolaus Owen SJ (pesta: 1Des), yang dipanggil ‘Little John’, disiksa dengan kejam sekali karena pandai membuat tempat-tempat persembunyian bagi para imam. Lagi pula ia tidak mau membocorkan nama para imam maupun tempat mereka bersembunyi. Richard Gwyn, seorang awam dan guru, dibunuh dan menjadi martir pertama di Wales. Filip Howard, bangsawan pengiring ratu, bertobat karena menyaksikan keberanian dan kepandaian Edmund Campion di depan pengadilan. Ia sendiri kemudian ditangkap dan meringkuk selama 10 tahun di Tower London, sampai akhirnya diracuni atas perintah ratu yang mengingikan kekayaannya. Roger Wrenno, seorang penenun kain, digantung pada tahun 1616 di Lancaster. Namun talinya putus, sehingga ia terjatuh. Ketika sadarkan diri, pendeta-pendeta mendesaknya supaya murtad saja. Tetapi Roger dengan cepat naik tangga lagi dan meminta algojo supaya memasang tali yang lebih kuat. Ketika ditanya mengapa ia begitu buru-buru, Roger menjawab: “Seandainya anda melihat apa yang baru saya lihat, anda pasti juga ikut terburu-buru.” Ia telah melihat cahaya Ilahi menantikan kedatangannya. Anna Line, seorang janda, sewaktu dipenggal berseru: “Alangkah baiknya seandainya saya memberi penginapan kepada seribu orang imam daripada kepada seorang saja.” Sampai masa pemerintahan Charles II, darah dari 78 martir masih disemburkan karena berpegang teguh pada iman dan ajaran Katolik. Baru seusai pembunuhan atas uskup Oliver Plunket dari Irlandia (1681), penganiyaan yang ganas mengendor. Gereja Inggris bangga atas begitu banyak putra-putrinya yang berani melawan diktator raja-raja dan parlemen. Sejumlah 192 martir sudah dinyatakan ‘Kudus’ secara resmi oleh Gereja sampai tahun 1965.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

5 Mei, 
S. Yudit dari Prussia.
St Yudit hidup pada abad ketigabelas. Ia dilahirkan di Thuringia, sekarang terletak di Jerman tengah. Ia ingin mengamalkan hidupnya seturut teladan St Elizabeth dari Hungaria yang dimaklumkan kudus pada tahun 1235. Pada masa Yudit, banyak perempuan Kristiani terinspirasi oleh teladan hidup St Elizabeth.

Ketika usianya limabelas tahun, Yudit dinikahkan dengan seorang pemuda bangsawan yang kaya. Yudit berusaha menjadi seorang isteri Kristiani yang baik. Ia teristimewa murah hati kepada orang-orang miskin. Suaminya seorang yang baik, tetapi ia puas dengan gaya hidup orang berada. Ia mengharapkan isterinya berdandan dan bergaya hidup seperti seorang perempuan kaya pada umumnya. Ia beranggapan bahwa penampilan akan mengundang rasa hormat orang. Tetapi Yudit dengan lemah lembut membujuknya untuk berdandan dan bergaya hidup lebih bersahaja. Dengan demikian, mereka akan memiliki lebih banyak untuk diberikan kepada orang-orang yang kurang beruntung.

Sekonyong-konyong suami Yudit meninggal dunia dalam perjalanan ziarah ke Tanah Suci. Janda muda ini harus membesarkan anak-anaknya seorang diri. Ketika anak-anak telah dewasa, Yudit mendengarkan kerinduan yang ada dalam hatinya semenjak hari-hari bahagia hidupnya, hari-hari sibuknya. Ia meninggalkan segalanya dan hidup sebagai seorang pertapa. Ia pindah ke Prussia di mana orang tidak mengenalinya berasal dari keluarga kaya. Di sana ia melewatkan hari-harinya dalam doa dan merawat para pengelana yang lelah capai yang lewat di depan gubuk kecilnya. Ia berdoa teristimewa demi pertobatan mereka yang belum percaya. Ia berdoa juga bagi mereka yang baru dibaptis Kristen agar tetap setia pada iman.

“Tiga hal dapat menghantar kita semakin dekat pada Tuhan,” begitu katanya suatu ketika. “Ketiga hal itu adalah penderitaan jasmani, terpencil di suatu tanah asing, dan memilih hidup miskin sebab kasih kepada Tuhan.” St Yudit wafat akibat serangan demam pada tahun 1260.

Marilah kita berdoa memohon rahmat agar pandangan kita senantiasa terarah pada Tuhan.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santo Hilarius dari Arles, Uskup
Hilarius lahir kira-kira pada tahun 401. Ketika meninjak masa remajanya, Hilarius masuk biara santo Honoratus di Pulau Lerins, Prancis dan ditabhiskan menjadi Uskup Agung Arles pada usia 29 tahun. Ia juga diangkat oleh Sri Paus Leo Agung (440-460) sebagai Uskup Metropolitan di Propinsi Gerejawi itu. Dalam jabatannya itu, Hilarius tetap menghayati cara hidup sederhana seorang rahib, dan rajin melakukan pekerjaan-pekerjaan tangan demi kesejahteraan para fakir miskin. Ia dikenal sebagai seorang Uskup yang tinggi disiplin hidupnya dan aktif dalam karya-karya pastoral.

Ia memecat Uskup Chelidonius dan Proyektus dari jabatan karena kurang aktif dalam tugas dan kurang berdisiplin diri. Karena tindakan ini bukan merupakan wewenangnya, maka ia diberi peringatan tegas oleh Paus Leo Agung, dan diturunkan jabatannya sebagai uskup Metropolitan.

Meskipun demikian, ia tetap menjadi Uskup Arles, dan terus berkarya seperti biasa hingga hari kematiannya pada tahun 449. Hilarius, seorang uskup yang sederhana, miskin, rajin dan mahir menafsirkan Kitab Suci. 

Santa Yutta, Pengaku Iman
Sebagai seorang bangsawan, ia menikmati kehidupan yang sejahtera. Hartanya berlimpah, namun setelah suaminya gugur di medan perang, Yutta meninggalkan segala kemewahannya dan mengalihkan perhatiannya untuk membantu kaum miskin dan merawat orang-orang buta. Yutta menjalankan devosi khusus kepada Hati Kudus Yesus. Ia meninggal dunia sebagai pertapa di Kulmsee, Prusia Timur.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

6 Mei, 
B. Francois de Montmorency Laval
Beato Francois adalah uskup pertama Quebec City, Canada. Ia dilahirkan pada tahun 1623 di sebuah kota kecil di Perancis. Ia mendapatkan pendidikan Katolik yang baik. Ia melanjutkan belajar di Yesuit dan lalu pergi ke Paris guna menyelesaikan persiapannya ke jenjang imamat. Pada bulan Mei 1647 Francois ditahbiskan sebagai imam dan pada tanggal 8 Desember 1658 ditahbiskan sebagai uskup. Pada tahun 1659 ia tiba di New France.

Uskup Laval memiliki semangat misioner yang tinggi. Terlebih lagi, ia memiliki keberanian untuk memikul tugas tanggung jawab yang berat. Ia dipercaya untuk mengorganisir Gereja di Canada yang masih merupakan daerah misi. Uskup Laval meminta para misionaris Yesuit untuk melayani penduduk setempat. Ia membentuk paroki-paroki baru bagi umat Katolik yang berbahasa Perancis. Pada tahun 1663, ia mendirikan seminari di Quebec. Ini merupakan langkah yang amat penting mengingat seminari yang baik diperlukan untuk mendidik calon-calon imam bagi umat Allah.

Uskup Laval mengasihi umatnya di wilayahnya yang amat luas. Ia seorang uskup yang penuh perhatian dan hidup dalam doa. Salibnya yang teristimewa adalah campur-tangan terus-menerus dari otoritas sipil. Ia khususnya berbicara lantang mengenai pengaruh buruk perdagangan minuman keras.

Pada tahun 1688, ia pensiun dan digantikan oleh Uskup de Saint-Vallier. Uskup Laval membaktikan duapuluh tahun terakhir hidupnya dalam karya-karya belas kasih dan pelayanan rohani. Ia wafat paa tahun 1708. Para peziarah datang berdoa di makamnya dan banyak mukjizat dilaporkan terjadi. Paus Yohanes Paulus II memaklumkan Uskup Laval sebagai “beato” pada tanggal 22 Juni 1980.

Marilah kita berdoa bagi segenap misionaris di seluruh dunia agar mereka mendapati penghiburan dan keberanian dalam Tuhan Yesus.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santo Dominikus Savio, Pengaku Iman 
Dominikus Savio lahir di Riva di Chieri, Italia Utara pada tanggal 2 April 1842. semenjak kecilnya, dia sudah menunjukkan suatu perhatian dan penghargaan yang tinggi pada doa dan perayaan Misa Kudus. Setelah menerima komuni Pertama pada usia 7 tahun, ia menjadi putra altar yang rajin di gereja parokinya. Orangtuanya kagum, lebih-lebih akan ucapannya yang terkenal berikut: “Lebih baik mati daripada berbuat dosa.” Ucapan ini menunjukkan suatu tahap kematangan rohani yang melampaui umurnya yang masih sangat muda itu. Setelah menamatkan sekolah dasarnya, Dominikus menjadi murid Santo Yohanes Don Bosco di Turin pada sebuah sekolah yang khusus bagi anak-anak orang miskin. Di mata Don Bosko, Dominikus adalah seorang remaja yang berkepribadian menarik, bahkan seorang anak yang dikaruniai Rahmat Allah yang besar. Oleh karena itu, Don Bosco memberi perhatian khusus padanya selama berada di Turin dengan maksud memasukkannya ke pendidikan seminari. 

Sementara menjalani pendidikan di Turin, tumbullah dalam hatinya suatu kepastian bahwa ia akan menemui ajalnya dalam masa mudanya. Kepada Don Bosco gurunya, ia mengatakan: “Tuhan membutuhkan aku untuk menjadi orang Kudus di surga. Aku akan mati. Bila aku tidak mati, aku akan tergolong manusia yang gagal.” 

Pada usia 20 tahun, ia mempersembahkan dirinya kepada Bunda Maria dengan suatu janji untuk selalu hidup murni. Kepada bunda Maria, ia pun meminta agar ia boleh meninggal sebelum melanggar janji itu. Permintaan ini didorong oleh rasa takutnya pada kemungkinan jatuh dalam dosa. Untuk menjaga janji kemurniaannya, ia senantiasa berdoa dan memohon pengampunan dosa dari Pastor Don Bosco. 

Oleh pengaruh kesalehan Don Bosco, Dominikus dengan tekun mengusahakan keberhasilan dalam usaha belajarnya. Di antara kawan-kawannya, ia menjadi seorang rasul yang aktif. Ia membantu memberi pelajaran agama dan mata pelajaran lainnya serta merawat orang-orang sakit. Untuk mendidik anak-anak yang bandel, ia mendirikan sebuah klub remaja dan memberi mereka pelajaran agama. 

Pada tahun 1856 ia jatuh sakit. Dokter yang merawatnya membujuk agar ia pulang saja ke rumah orangtuanya. Tetapi dia menolak bujukan itu. Pada tanggal 9 Mei 1857, ia menerima sakramen Pengurapan Orang Sakit. Lalu pada pukul sembilan malam itu, ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Pada tahun 1950, ia dinyatakan ‘Beato’ dan pada tahun 1957 dinyatakan sebagai ‘Santo’. Dominikus Savio diangkat sebagai pelindung klub-klub remaja.
 

Sumber : http://www.imankatolik.or.id

7 Mei, 
B. Rosa Venerini
Beata Rosa dilahirkan di Viterbo, Italia, pada tahun 1656. Ayahnya seorang dokter. Ia masuk biara, tetapi setelah beberapa bulan memutuskan untuk pulang ke rumah. Ayahnya meninggal dunia dan ia merasa bertanggung jawab untuk merawat ibunya yang janda.

Rose, yang memilih untuk tetap hidup selibat, mengenali kemampuan dirinya dalam memimpin. Ia mengumpulkan perempuan-perempuan muda di sekitarnya. Mereka berdoa rosario bersama di sore hari. Sementara mereka saling mengenal satu sama lain, Rosa menjadi sadar akan betapa sedikitnya yang diketahui kaum muda mengenai iman mereka. Pada tahun 1685, Rosa dengan dibantu dua orang teman membuka sebuah sekolah gratis untuk para gadis. Para orangtua yang mengirimkan puteri mereka ke sana amat puas dengan mutu dan lingkungan pendidikan. Rosa adalah seorang pendidik yang berbakat. Lebih dari itu, ia dapat mendidik yang lain untuk mengajar. Pada tahun 1692, Kardinal Barbarigo mengundang Rosa ke keuskupannya. Beliau menghendaki Rosa mengorganisir sekolah-sekolah dan melatih para guru. Dalam keuskupan inilah Rosa menjadi guru dan sahabat dari seorang yang kelak menjadi seorang santa. Di adalah St. Lucia Filippini yang memulai suatu ordo religius. St. Lucy Filippini dimaklumkan kudus pada tahun 1930.

Rosa mengorganisir sekolah-sekolah di berbagai tempat. Sebagian orang tidak suka akan apa yang dilakukannya dan mengganggu Rosa dan para gurunya. Tetapi para guru yakin teguh pada keyakinan mereka akan nilai pendidikan. Rosa bahkan membuka sebuah sekolah di Roma pada tahun 1713. Paus Klemens XI mengucapkan selamat kepada Rosa sebab telah mendirikan sekolah yang begitu mengagumkan.

Guru yang berdedikasi tinggi ini wafat di Roma pada tanggal 7 Mei 1728 dalam usia tujuhpuluh dua tahun. Setelah ia wafat, para guru awamnya menjadi biarawati religius. Para biarawati Venerini melanjutkan karya pelayanan mereka dalam mengajar sebagaimana dilakukan Rosa. Rosa Venerini dimaklumkan “beata” oleh Paus Pius XII pada tahun 1952.

Dalam doa kita pada hari ini, baiklah kita mengenangkan segenap mereka yang berprofesi guru agar kiranya mereka dapat memberikan teladan pelayanan dan dedikasi kepada para murid. 
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”

Santa Gisela, Pengaku Iman
Gisela adalah ratu Hungaria dan ibu dari Santo Emerik. Dengan rajin, ia memajukan karya evangelisasi di seluruh Hungaria. Sepeninggal suaminya, ia dipenjarakan agar tidak terus mewartakan Injil Kristus. Tetapi kemudian ia dibebaskan oleh Kaisar Jerman dan menjadi seorang pemimpin biara.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

8 Mei, 
B. Katarina dari St. Agustinus
Katarina dilahirkan pada tanggal 3 Mei 1632 di sebuah desa kecil di Perancis. Ia dibaptis pada hari itu juga. Keluarga Katarina adalah keluarga Katolik yang saleh. Kakek dan neneknya memberikan teladan terutama dalam ketulusan mereka merawat orang-orang miskin. Katarina menyaksikan dengan mata terbelalak sementara neneknya mengajak seorang pengemis cacat masuk ke dalam rumah mereka. Neneknya itu mempersilakan sang pengemis mandi, memberinya pakaian bersih serta menyediakan hidangan lezat. Ketika Katarina dan kakek neneknya duduk bersama sekeliling perapian malam itu, mereka mendaraskan doa Bapa Kami keras-keras. Mereka mengucap syukur kepada Tuhan atas segala berkat-Nya.

Karena tidak tersedia rumah sakit di kota mereka yang kecil, orang-orang sakit dirawat hingga sembuh kembali di rumah kakek nenek Katarina. Katarina mulai menyadari bahwa penyakit dan penderitaan membutuhkan kesabaran. Ia masih seorang gadis kecil, tetapi ia berdoa mohon pada Yesus agar mengurangi penderitaan orang-orang. Ketika masih gadis belia, Katarina bergabung dalam ordo baru Biarawati Santo Agustinus. Mereka merawat orang-orang sakit di rumah sakit. Suster Katarina menerima jubahnya pada tanggal 24 Oktober 1646. Pada hari yang sama, kakak perempuannya mengucapkan kaulnya. Pada tahun 1648, Sr Katarina mendengar para imam misionaris meminta para biarawati untuk datang ke Perancis Baru atau Kanada, yang merupakan daerah misi. Saudari Katarina dipilih sebagai salah seorang dari para biarawati pertama dari ordo mereka yang akan pergi sebagai misionaris ke Kanada. Sr Katarina belum genap enambelas tahun usianya, tetapi ia mohon dengan sangat agar diperkenankan ikut serta. Sr Katarina mengucapkan kaulnya pada tanggal 4 Mei 1648. Keesokan harinya ia berlayar ke Kanada, yaitu sehari sebelum ulang tahunnya yang keenambelas.

Perjuangan hidup terasa berat di Quebec, Kanada. Sr Katarina mengasihi masyarakat di sana. Orang-orang Indian sangat berterimakasih atas sikapnya yang riang gembira. Ia memasak dan merawat mereka yang sakit di rumah sakit ordo mereka yang miskin. Tetapi, Sr Katarina merasa takut juga. Orang-orang Indian dari suku Iroquois membantai orang serta membakar desa-desa. Katarina berdoa kepada St. Yohanes Brebeuf, salah seorang dari para imam Yesuit yang belum lama dibunuh oleh suku Iroquois pada tahun 1649. Ia berdoa mohon bantuan St. Brebeuf agar ia setia pada panggilannya. Sr Katarina mendengarnya berbicara dalam hatinya, memintanya untuk tetap tinggal. Sementara itu, makanan mulai sulit didapat dan musim dingin luarbiasa menggigit. Sebagian dari para biarawati tidak tahan menghadapi kehidupan yang keras itu, ditambah lagi rasa takut yang terus-menerus karena ancaman maut. Sayang sekali, mereka kembali ke Perancis. Sr Katarina juga takut. Kadang-kadang ia merasa sungguh sulit berdoa. Dan sementara ia tersenyum kepada semua orang yang ia rawat dengan penuh kasih sayang di bangsal-bangsal rumah sakit, ia merasa sedih. Pada saat itulah, ketika segalanya tampak gelap baginya, ia mengucapkan janji untuk tidak pernah meninggalkan Kanada. Ia berjanji untuk tetap tinggal, melakukan karya belas kasihannya hingga akhir hayat. Saat mengucapkan janjinya, Katarina baru berusia duapuluh dua tahun.

Meskipun orang harus dengan usaha keras merintis kehidupan di koloni Perancis itu, banyak juga pendatang. Gereja berkembang. Tuhan memberkati daerah baru tersebut dengan lebih banyak misionaris. Pada tahun 1665, Sr Katarina menjadi pembimbing novis dalam komunitasnya. Ia tetap membaktikan dirinya dalam doa dan pelayanan rumah sakit hingga akhir hidupnya. Sr Maria Katarina dari St. Agustinus wafat pada tanggal 8 Mei 1668. Usianya tiga puluh enam tahun. Ia dinyatakan sebagai “beata” oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989.

Yesus tidak pernah menjanjikan kita hidup yang enak dan tanpa derita. Tetapi, sungguh Ia berjanji untuk menyertai kita senantiasa. Kita berdoa agar kita boleh belajar untuk mengandalkan hidup kita sepenuhnya pada-Nya.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santo Bonifasius, Paus dan Pengaku Iman
Bonifasius lahir di Valeria, Italia. Beliau adalah anak seorang dokter. Pada masa kePausan Gregorius I (590-604) dia ditabhiskan menjadi diakon di Roma. 

Pada tanggal 25 Agustus 608, 
Bonifasius terpilih menjadi Paus dan memimpin gereja hingga kematiannya pada tanggal 8 Mei 615. Selama masa kePausannya, Bonifasius memperoleh izin dari Kaisar Roma, Phocas (602-610) untuk merombak Pantheon, sebuah kuil kafir menjadi gereja untuk kepentingan ibadat gereja. Gereja ini dipersembahkan kepada perlindungan Bunda Maria dan para martir kudus. Untuk itu ia mengambil banyak relikiu para kudus dari katakombe-katakombe dan menempatkan di bawah kaki altar gereja itu. 

Santo Benediktus II, Paus 
Hari kelahiran Benediktus tidak diketahui dengan pasti. Namun diketahui bahwa ia adalah warga kota Roma dan dikenal luas oleh umat sebagai seorang ahli Kitab Suci. Setelah tabhisan imamatnya, ia melayani Paus Agatho (678-681) dan Paus Leo II (682-683).

Sepeninggal 
Paus Leo II, Benediktus terpilih menjadi pengganti pada tahun 683. Namun penobatannya sebagai Paus, baru terlaksana pada tanggal 26 Juni 684 ketika kaisar Konstantinus IV memberi persetujuaan dan restunya.
Dalam masa kepemimpinannya, Benediktusberusaha membujuk dan meyakinkan kaisar agar sedikit melunakkan sikapnya dalam memberi restu dan pengesahan bagi para calon Paus. Sedangkan restu imam-imam dan umat seluruhnya dimintai seperlunya. 

Kecuali itu, ia dengan keras melancarkan perlawanan terhadap ajaran sesat Monothelithisme, yang mengajarkan bahwa Kristus hanya memiliki satu kemauan dan kehendak, yakni kehendak dan kemauan Ilahi. 

Ia dikenal sebagai seorang Paus yang memperhatikan kelestarian gedung-gedung gereja dan menaruh keprihatinan besar kepada kehidupan umatnya teristimewa yang miskin dan melarat. Ia memperbaiki gedung-gedung gereja yang ada di Roma dan giat melakukan karya-karya cinta kasih. Ia meninggal dunia pada tanggal 8 Mei 685 dan dikuburkan di Basilika 
Santo Petrus di Roma.

Santo Aloysius Rabata, Martir dan Biarawan 
Sesaat sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, biarawan Karmelit Italia ini masih mengampuni penyerang yang memukulinya sampai mati.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

9 Mei, 
B. Nicholas Albergati
Beato Nicholas dilahirkan di Bologna, Italia. Keluarganya mampu menyekolahkannya ke universitas di mana ia mulai belajar hukum. Tetapi, setelah beberapa tahun, Nicholas memutuskan untuk tidak menjadi seorang pengacara. Di usianya yang keduapuluh, ia menggabungkan diri dengan Ordo Carthusian. Paa tahun 1417, biarawan Carthusian ini dipilih menjadi uskup di keuskupan asalnya. Nicholas sama sekali tidak mengharapkan hal ini. Ia bahkan tak dapat percaya bahwa itu adalah kehendak Allah. Tetapi, para superior berhasil meyakinkannya.

Umat menyayangi Uskup Nicholas. Ia tinggal di sebuah rumah kecil yang sederhana. Ia sendiri pun hidup bersahaja. Ia mulai mengunjungi umat di keuskupannya. Pertama-tama, ia pergi kepada keluarga-keluarga yang paling miskin. Ia berbincang dengan mereka dan membantu mereka dalam kebutuhan-kebutuhan mereka. Ia memberkati rumah-rumah mereka. Umat amat bersyukur dan berterimakasih.

Pada tahun 1426, Uskup Nicholas diangkat menjadi kardinal. Ia dikenal bijaksana dan memiliki kehidupan rohani yang mendalam. Dua orang paus, Paus Martin V dan Paus Eugene IV, meminta nasehatnya mengenai masalah-masalah penting Gereja. Beato Nicholas juga mendorong umat untuk selalu belajar. Ia sendiri menulis beberapa buah buku. Kardinal Nicholas wafat, sementara ia dalam suatu kunjungan ke Siena, Italia. Paus Eugene IV menginstruksikan agar jenazahnya dibawa kembali ke Bologna. Bapa Suci sendiri ikut ambil bagian dalam Misa Pemakaman dan menghantarnya ke liang lahat. Beato Nicholas wafat pada tahun 1443.

Pada hari ini kita diundang untuk merefleksikan secara lebih mendalam bagaimana Tuhan menghendaki kita melewatkan hidup kita. Adakah kita mengamalkan hidup yang berpusat pada Tuhan? Jika demikian, marilah kita mengangkat pujian dan memuliakan nama-Nya.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santo Sirilus dari Sasarea, Martir 
Sirilus lahir di Kapadokia, Asia Kecil pada abad ke-3 dari sebuah keluarga kafir. Semenjak mudanya ia menjadi Kristen. Ayahnya yang kafir itu menyiksanya dengan berbagai cara agar dia bisa murtad kembali. Meskipun demikian ia tetap teguh memeluk imannya. Ia memang sedih namun bukan karena perlakuan kejam ayahnya melainkan karena ayah tidak sudi mengerti akan keputusan kehendaknya. Satu-satunya penguat hatinya adalah kata-kata Kristus ini: “Barang siapa yang mengasihi ayah dan ibunya lebih dari Aku, tak layak ia bagiKu”. Perlakuan kasar ayahnya malah semakin menambah semangat imannya hingga berhasil menarik simpatik banyak temannya. Oleh karena itu, ia diusir ayahnya dari rumah dan kemudian dihadapkan ke pengadilan karena imannya. Sedikitpun ia tidak takut ketika diancam oleh hakim.
Karena umurnya , ia dibebaskan dan diizinkan kembali ke rumah ayahnya untuk meminta maaf. Tetapi hal ini ditolaknya dengan tegas. Katanya: “Karena imanku, saya telah diusir dari rumah oleh ayahku. Saya meninggalkan rumah dengan gembira, sebab aku mempunyai tempat tinggal lain yang lebih mulia yang sedang menantikan aku.” Sekali lagi hakim mencoba mengubah pikiran anak muda itu. Sirilus diseret ke sebuah api unggun, seakan-akan hendak di bakar. Tetapi ia tidak gentar sedikitpun. Sebaliknya, ia memprotes penundaan hukuman atas dirinya. Hakim merasa gagal mempengaruhi keputusan anak muda ini menjadi sangat marah dan menyuruh serdadu-serdadu memenggal kepalanya.

Sumber : http://www.imankatolik.or.id

10 Mei, 
S. Damianus de Veuster
Yoseph "Jeff" de Veuster dilahirkan pada tahun 1840, putera seorang petani Belgia. Jeff dan saudara laki-lakinya, Pamphile, masuk Kongregasi Hati Kudus Yesus. Para misionaris Hati Kudus Yesus berkarya demi iman Katolik di kepulauan Hawaii. Jeff memilih nama “Damianus”. Broeder Damianus seorang yang tinggi dan gagah. Tahun-tahun yang dilewatkannya dengan bekerja di pertanian keluarga telah menjadikan tubuhnya sehat dan kuat. Semua orang sayang padanya, sebab ia baik serta murah hati.

Hawaii membutuhkan lebih banyak misionaris berkarya di sana. Jadi, pada tahun 1863, serombongan imam serta broeder Hati Kudus Yesus dipilih untuk diutus ke sana. Pamphile, saudara Damianus, termasuk salah seorang di antara mereka. Beberapa saat menjelang keberangkatan, Pamphile terserang demam typhoid. Ia tidak lagi dapat dipertimbangkan untuk diberangkatkan ke daerah misi. Broeder Damianus, yang saat itu masih dalam pendidikan untuk menjadi imam, mohon agar diijinkan menggantikan tempatnya. Imam kepala mengabulkan permohonannya. Broeder Damianus pulang ke rumah untuk mengucapkan selamat tinggal kepada keluarganya. Kemudian ia menumpang kapal dari Belgia ke Hawaii, suatu perjalanan yang memakan waktu delapan belas minggu lamanya. Damianus menyelesaikan pendidikannya dan ditahbiskan sebagai imam di Hawaii. Ia berkarya selama delapan tahun di tengah umatnya di tiga daerah. Ia melakukan perjalanan dengan menunggang kuda atau dengan kano (= semacam sampan).      

Umat menyayangi imam yang berperawakan tinggi dan murah hati ini. Damianus melihat bahwa umatnya senang ikut ambil bagian dalam Misa dan ibadat. Ia menggunakan sedikit uang yang berhasil dikumpulkannya untuk membangun kapel. Ia sendiri bersama umat paroki setempat membangun kapel mereka.

Bagian paling mengagumkan dalam hidup Damianus akan segera dimulai. Uskup meminta seorang imam sukarelawan untuk pergi ke pulau Molokai. Nama itu membuat orang bergidik ketakutan. Mereka tahu bahwa bagian dari pulau itu yang disebut Kalawao merupakan “kuburan hidup” bagi orang-orang kusta. Tidak banyak yang diketahui tentang penyakit kusta dan rasa ngeri terjangkiti kusta menyebabkan para penderitanya dikucilkan. Banyak di antara mereka yang hidup putus asa. Tidak ada imam, tidak ada penegak hukum di Molokai, tidak ada fasilitas kesehatan. Pemerintah Hawaii mengirimkan makanan serta obat-obatan, tetapi jumlahnya tidak mencukupi. Lagi pula tidak ada sarana yang dikoordinir untuk membagikan barang-barang tersebut.

Pater Damianus pergi ke Molokai. Ia terguncang melihat kemelaratan, korupsi serta keputusasaan di sana. Walau demikian, ia bertekad bahwa baginya tidak ada kata menyerah. Penduduk Molokai sungguh amat membutuhkan pertolongan. Pater Damianus pergi ke Honolulu guna berhadapan dengan anggota majelis kesehatan. Mereka mengatakan bahwa Pater Damianus tidak diijinkan pulang pergi ke Molokai demi alasan bahaya penularan kusta. Alasan sesungguhnya adalah bahwa mereka tidak menghendaki kehadirannya di Molokai. Ia akan menimbulkan banyak masalah bagi mereka. Jadi, Pater Damianus harus menetapkan pilihan: jika ia kembali ke Molokai, ia tidak akan pernah dapat meninggalkan tempat itu lagi. Para majelis kesehatan itu rupanya belum mengenal Pater Damianus. Ia memilih untuk tinggal di Molokai!

Pater Damianus berkarya delapan belas tahun lamanya hingga wafatnya di Molokai. Dengan bantuan para penderita kusta dan para sukarelawan, Molokai mulai berubah. Kata Molokai mempunyai arti yang sama sekali baru. Pulau Molokai menjadi pulau cinta kasih Kristiani. Lama kelamaan, Pater Damianus juga terjangkit penyakit kusta. Ia wafat pada tangal 15 April 1889 dalam usia empatpuluh sembilan tahun dan dimakamkan di sana. Juni 1995 ia dimaklumkan “beato” oleh Paus Yohanes Paulus II dan Oktober 2009 dimaklumkan “santo” oleh Paus Benediktus XVI .

Santo Damianus menunjukkan keberanian dan kemurahan hati yang luar biasa hingga rela mengorbankan hidupnya. Bagaimanakah kesaksianku sebagai seorang Kristen? Sudahkah aku membagikan kasih dan pertolongan kepada orang-orang di sekitarku?

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


S. Antonius

St. Antoninus hidup pada abad kelima belas. Sejak kecil ia telah menunjukkan bahwa ia memiliki kehendak baik serta kemauan keras. Menurut cerita, ketika usianya lima belas tahun, ia mohon diijinkan masuk biara Dominikan. Ia tampak muda dan kecil. Bapa Prior (pemimpin biara) berpikir sejenak dan kemudian berkata, “Aku akan menerimamu apabila kamu telah hapal `Dekret Gratia' di luar kepala. `Dekret Gratia' adalah sebuah buku yang tebalnya beberapa ratus halaman. Jadi, dengan kata lain, prior mengatakan “tidak” kepada Antoninus.

Tetapi, Antoninus menerima tantangan itu. Satu tahun kemudian dia kembali. Sulit dibayangkan betapa terperanjatnya Bapa Prior ketika mengetahui bahwa Antoninus telah menghafalkan seluruh dekret! Tak diragukan lagi, seketika itu juga ia diterima. (Namun demikian, bukanlah kemampuannya menghafal yang mengubah pikiran Prior, melainkan karena ia telah membuktikan kesungguhannya dalam menjawab panggilan hidupnya).

Meskipun usianya baru enam belas tahun, Antoninus terus mengejutkan banyak orang dengan cara hidupnya di biara. Sementara ia semakin dewasa, jabatan-jabatan penting silih berganti dipercayakan kepadanya. Antoninus menanamkan pengaruh yang baik kepada para rekan biarawan Dominikan. Mereka mengasihi serta menghormatinya. Hal ini terlihat nyata dalam hidup Beato Antonius Neyrot yang pestanya kita rayakan pada tanggal 10 April.

Pada bulan Maret 1446, Antoninus ditahbiskan sebagai Uskup Agung Florence, Italia. “Bapa kaum miskin” adalah julukan yang diberikan orang kepadanya. Tidak pernah ia menolak untuk memberikan pertolongan kepada siapa pun. Apabila ia tidak lagi mempunyai uang, ia akan memberikan pakaiannya, sepatunya, perabotannya atau satu-satunya keledainya. Berulang kali keledainya itu dijualnya untuk menolong orang lain. Dan berulang kali pula keledai itu ditebus oleh orang-orang kaya dan dikembalikan padanya. Tentu saja, ia akan menjualnya lagi untuk menolong orang-orang yang lain lagi! Seringkali St. Antoninus mengatakan, “Seorang penerus para rasul hendaknya tidak memiliki apa pun kecuali kekayaan kebajikan.” St. Antoninus wafat pada tahun 1459. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1523.

“Seorang penerus para rasul hendaknya tidak memiliki apa pun kecuali kekayaan kebajikan.” ~ St. Antoninus

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santo Gordianus dan Epimakus, Martir
Gordianus adalah seorang hakim Romawi pada masa pemerintahan kaisar Yulianus. Murtad karena imannya, ia dibunuh pada tahun 362 dan dimakamkan di Via Latina, di kubah Santo Epimakus. Epimakus-yang hidup seratus tahun sebelum Gordianus-juga karena imannya akan Kristus dibakar hidup-hidup di Aleksandria, Mesir. Relikiunya dibawa ke Roma. Oleh karena makam kedua martir itu terletak pada tempat yang sama, maka pesta.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

11 Mei, 
S. Ignasius dari Laconi
Ignasius adalah putera seorang petani miskin di Laconi, Italia. Ia dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1701. Ketika usianya sekitar tujuh belas tahun, ia sakit parah. Ia berjanji, apabila ia sembuh kembali, ia akan menjadi seorang Fransiskan. Tetapi, ketika ia sungguh sembuh dari sakitnya, ayahnya meyakinkannya untuk menunda janjinya itu. Beberapa tahun kemudian, Ignasius nyaris tewas ketika ia kehilangan kendali atas kudanya. Namun, sekonyong-konyong, kuda itu berhenti berlari dan berderap dengan tenang. Ignasius yakin bahwa Tuhan telah menyelamatkan nyawanya. Ia bertekad untuk segera mengikuti panggilan hidup religiusnya.  

Broeder Ignasius tidak pernah menduduki jabatan penting dalam Ordo Fransiskan. Selama lima belas tahun ia bekerja di bangsal anyaman. Kemudian, selama empat puluh tahun lamanya, ia termasuk dalam kelompok biarawan yang pergi meminta sedekah dari satu rumah ke rumah lainnya. Mereka menerima makanan dan derma demi kepentingan biara. Ignasius mengunjungi keluarga-keluarga serta menerima derma mereka. Orang banyak segera menyadari bahwa mereka menerima suatu pemberian pula sebagai balasannya. Broeder Ignasius menghibur mereka yang sakit dan menggembirakan hati mereka yang kesepian. Ia mendamaikan orang-orang yang bermusuhan, mempertobatkan mereka yang keras hati karena dosa, dan juga memberikan nasehat bagi mereka yang ditimpa masalah. Orang banyak mulai menanti-nantikan kunjungannya.

Namun demikian, Broeder Ignasius mengalami saat-saat sulit pula. Kadang-kadang pintu dibanting di mukanya, juga seringkali cuaca buruk menghambat langkahnya. Selalu, bermil-mil jauhnya jarak yang harus ditempuhnya dengan berjalan kaki. Tetapi, Igansius seorang yang penuh pengabdian.

Orang mulai memperhatikan bahwa Ignasius biasa melewatkan suatu rumah tertentu. Pemilik rumah itu adalah seorang lintah darat yang kaya. Ia memaksa orang-orang miskin membayar hutangnya jauh melebihi kemampuan mereka. Lintah darat ini merasa terhina karena Ignasius tidak pernah mengunjungi rumahnya untuk meminta sedekah. Ia melaporkan Broeder Ignatius kepada pemimpin biara. Bapa Prior, yang tidak mengetahui masalah ini, mengutus Ignasius ke rumahnya. Ignasius tidak mengatakan sesuatu pun; ia melakukan seperti yang diperintahkan kepadanya dan kembali dengan satu karung besar makanan. Pada saat itulah Tuhan mengadakan mukjizat. Ketika karung itu dibongkar, darah mulai menetes. “Inilah darah kaum miskin,” kata Ignatius perlahan, “Oleh sebab itulah saya tidak pernah meminta sedekah dari rumah itu.” Kemudian, para rahib pun mulai berdoa demi bertobatnya sang lintah darat.

Broeder Ignatius wafat dalam usia delapan puluh tahun pada tanggal 11 Mei 1781. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Pius XII pada tahun 1951.

Santo Ignasius menunjukkan kepada kita bahwa pemberian terindah yang dapat kita bagikan kepada orang lain adalah teladan kebajikan. Pesan apakah yang disampaikan teladan hidupku kepada sesama?

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santa Bertha, Pengaku Iman
Bertha adalah anak Rigobertus, seorang Pangeran Kerajaan Nuestria, Prancis pada masa pemerintahan raja Clovis II. Hari kelahirannya tidak diketahui dengan pasti. Dikatakan bahwa sepeninggal suaminya, Siegfridus, ia mulai menjalani hidup membiara di Blangy, wilayah Artois, Perancis Utara.di biara ini, ia menjadi Abbas selama bebarapa tahun sampai saat ajalnya pada tahun 725. Ada banyak cerita tentang santa Bertha namun semuanya kurang dapat dipercaya kebenarannya. Salah satu dari cerita-cerita itu ialah bahwa ia dibunuh oleh anak-anak tirinya sendiri.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

 12 Mei, 
S. Nereus, S. Akhilleus dan S. Pankrasius
Nereus dan Akhilleus adalah prajurit Romawi yang meninggal sekitar tahun 304. Mereka kemungkinan adalah para pengawal Praetorian di bawah Kaisar Trajan. Kita mengetahui hanya sedikit saja mengenai mereka. Tetapi, apa yang kita ketahui berasal dari dua orang paus yang hidup pada abad keempat, Paus Siricius dan Paus Damasus. Pada tahun 398, Paus Siricius mendirikan sebuah gereja di Roma demi menghormati mereka. Paus Damasus menuliskan sebuah catatan pujian bagi kedua martir ini. Beliau menjelaskan bahwa Nereus dan Akhilleus dipertobatkan kepada iman Kristiani. Mereka meninggalkan senjata mereka untuk selamanya. Mereka adalah para pengikut Kristus yang sejati bahkan hingga menyerahkan nyawa. Nereus dan Akhilleus dibuang dalam pengasingan ke pulau Terracina. Di sana mereka dipenggal kepalanya. Pada abad keenam, sebuah gereja kedua dibangun di bagian lain Roma demi menghormati kedua martir ini.

S. Pankrasius, seorang yatim piatu berusia empatbelas tahun, hidup pada masa yang sama. Kemungkinan besar ia dimartir pada hari yang sama. Pankrasius bukanlah seorang penduduk asli Roma. Ia dibawa ke sana oleh pamannya yang mengasuhnya. Pankrasius menjadi seorang pengikut Kristus dan dibaptis. Meski masih seorang remaja, ia ditangkap karena menjadi seorang Kristiani. Pankrasius menolak untuk menyangkal imannya. Karena itu, ia dijatuhi hukuman mati. Pankrasius dihukum pancung. Ia menjadi seorang martir yang sangat populer pada masa Gereja perdana. Orang mengaguminya oleh sebab ia begitu muda namun begitu berani. Pada tahun 514, sebuah gereja besar dibangun di Roma demi menghormatinya. Pada tahun 596, seorang misionaris terkenal, St Agustinus dari Canterbury, membawa iman Kristiani ke Inggris. Ia menamai gereja pertamanya dengan nama St Pankrasius.

Dengan bantuan doa dari ketiga santo ini, kiranya kita dapat sepenuhnya memahami apa artinya menjadi warga Gereja.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santo Epifanius, Uskup
Epifanius lahir pada tahun 315. Pemuda Yahudi yang bertobat menjadi Kristen ini kemudian terpilih menjadi Uskup Salamis, Siprus. Ia terkenal sebagai seoarang pembela ajaran iman yang benar dari serangan berbagai ajaran sesat. Dengan khotbah-khotbah dan tulisan-tulisannya tentang berbagai ajaran iman, ia berhasil menegakkan ajaran iman yang benar. Ia meninggal dunia pada tahun 403. 

Santo Germanos, Uskup
Uskup Konstantinopel ini lahir pada tahun 634. Dengan gigih ia mempertahankan kebiasaan menghormati gambar-gambar kudus di dalam gereja sebagai salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperdalam iman. Tentang penghormatan gambar-gambar kudus itu, ia menulis: “Bila kita menghormati gambar Yesus, kita bukan menghormati cat dan kayu. Tetapi kita menyembah Tuhan yang tak kelihatan dalam Roh dan Kebenaran.” Karena menolak keinginan kaisar untuk menghilangkan gambar-gambar kudus di dalam gereja, ia dipecat dan dipenjarakan oleh kaisar.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

13 Mei, 
S. Andreas Fournet
St. Andreas Fournet dilahirkan pada tanggal 6 Desember 1752. Ia berasal dari Maille, sebuah kota kecil dekat Poitiers, Perancis. Kedua orangtuanya amat saleh. Ibu Fournet sangat mendambakan agar puteranya kelak menjadi seorang imam. Andreas kecil tidak terlalu peduli dengan keinginan ibunya itu. Suatu kali ia berkata, “Aku seorang anak yang baik, tetapi, tetap saja aku tidak mau menjadi seorang imam atau pun rahib.”

Ketika dewasa, Andreas pergi ke Poitiers untuk belajar di perguruan tinggi. Tetapi, hal itu tidak berlangsung lama. Ia terlalu banyak bersenang-senang. Ibunya menyusul dan mendapatkan pekerjaan-pekerjaan baik untuknya. Tetapi semuanya gagal. Ibunya sangat bingung. Hanya tinggal satu kesempatan yang ada. Ibunya berbicara kepada Andreas agar untuk sementara waktu ia tinggal bersama pamannya, seorang imam. Paroki di mana pamannya bertugas adalah paroki yang miskin, tetapi pamannya seorang yang kudus. Di luar dugaan, Andreas setuju. Itulah saat “Tuhan bertindak.”   

Pamannya mengenali sifat-sifat baik dalam diri Andreas. Teladan hidup pamannya telah menyulut sesuatu dalam dirinya sehingga ia merasa tenang. Andreas mulai belajar dengan tekun untuk mengejar ketinggalannya. Kemudian, ia ditahbiskan sebagai imam dan ditugaskan di paroki pamannya. Pada tahun 1781, ia dipindahkan ke paroki kota asalnya di Maille. Ibunya amat bahagia. Andreas menjadi seorang imam yang penuh belas kasih dan tekun berdoa.

Ketika pecah Revolusi Perancis, St. Andreas menolak untuk bersumpah menentang Gereja. Oleh karena itu, ia menjadi buron. Pada tahun 1792, ia terpaksa melarikan diri ke Spanyol. Di sana ia tinggal selama lima tahun. Tetapi, ia khawatir akan umatnya dan kembali lagi ke Perancis. Bahaya masih terus mengancamnya. Pastor Fournet dilindungi oleh umatnya. Beberapa kali ia nyaris tewas. Sementara itu, ia mendengarkan pengakuan dosa, merayakan Ekaristi, dan menerimakan Sakramen Terakhir.

Ketika pada akhirnya Gereja bebas kembali, St. Andreas keluar dari persembunyiannya. Ia senantiasa mendorong umatnya untuk mencintai serta melayani Tuhan. Salah seorang dari para wanita yang baik di sana, St. Elisabet Bichier des Ages, banyak memberikan bantuan kepadanya. Bersama-sama, mereka membentuk suatu ordo bagi para wanita yang diberi nama Kongregasi Puteri-puteri Salib.

St. Andreas wafat pada tanggal 13 Mei 1834, dalam usia delapan puluh dua tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Pius XI pada tanggal 4 Juni 1933.

Marilah senantiasa mohon kepada Tuhan agar Ia menyelesaikan segala karya baik yang telah dimulai-Nya dalam diri kita agar kita dapat hidup sebebasnya dan sepenuhnya. 

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santa Petronela, Martir dan Perawan 
Banyak cerita memperkenalka Petronela sebagai anak kandung Santo Petrus. Cerita-cerita itu mengatakan bahwa Petronela, setelah menolak untuk menikah dengan Flaccus, seorang bangsawan kaya, menghabiskan waktu tiga hari untuk berdoa dan berpuasa, lalu meninggal dunia. Ia masih sempat menerima Tubuh dan Darah Kristus.
Cerita-cerita ini tidak mempunyai dasar yang kuat dan terpercaya. Meskipun demikian Petronela dihormati sebagai martir. Jenazahnya dimakamkan di pekuburan Santa Domitila di Roma. Pada abad ke-16, relikiunya di pindahkan ke Vatikan ke dalam basilik Santo Petrus di Roma.

Santa Imelda Lambertini, Perawan 
Imelda, putri seorang Jendral, lahir di Bologna, Italia pada tahun 1321. Ketika berumur 5 tahun, ia meminta kepada ayahnya agar mengijinkan dia menerima Komuni pertama. Permintaannya ini tidak bisa dikabulkan ayahnya karena peraturan Gereja belum mengijinkan anak-anak seumur itu untuk menerima Sakramen MahaKudus. Pada masa itu, anak-anak baru diperbolehkan menyambut Komuni Suci bila mereka sudah menginjak usia 14 tahun.

Imelda mempunyai suatu minat besar terhadap hal-hal kerohanian. Ia rajin berdoa dan mengikuti Kurban Misa. Menjelang usia 9 tahun, Imelda diijinkan ayahnya memasuki biara sebagai calon suster, ia bisa secepatnya menyambut Tubuh Kristus seperti suster-suster lainnya. Namun Moeder Overste tidak mengijinkan dia. Pada waktu umur 11 tahun, Imelda mengalami suatu peristiwa ajaib. Ketika sedang merayakan misa Kudus bersama suster-suster lain, tiba-tiba sebuah Hosti Kudus keluar dari Tarbenakel dan melayang-layang di atas kepalanya. Semua suster yang ada di dalam gereja terheran-heran karena peristiwa itu. 

Mukjizat ini menunjukkan bahwa kerinduan hati Imelda untuk menerima Sakramen MahaKudus benar-benar merupakan suatu karya Roh dalam dirinya. Menyadari hal ini, imam yang memimpin perayaan itu segera memberinya ijin untuk menerima Komuni Kudus. Ketika menerima Komuni itu, ia langsung meninggal dunia. Peristiwa atas diri Imelda ini terjadi pada tahun 1333. Gereja mengangkat Imelda sebagai pelindung anak-anak yang mempersiapkan diri untuk menerima Komuni Pertama.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

14 Mei, 
S. Matias, Rasul
St. Matias adalah salah seorang dari ketujuh puluh dua murid Kristus. Ia menjadi pengikut Kristus sejak Kristus tampil di hadapan orang banyak. St. Petrus meminta keseratus dua puluh murid untuk bersekutu dalam doa guna memilih seorang rasul untuk menggantikan Yudas. Hal ini amatlah penting karena calon yang terpilih nantinya akan menduduki jabatan uskup, sama seperti para rasul lainnya. Petrus mengatakan bahwa calon haruslah orang yang senantiasa bersama Yesus sejak dari pembaptisan-Nya di Sungai Yordan hingga kebangkitan-Nya.

Bab pertama dalam Kisah Para Rasul mengisahkan bahwa para murid mengusulkan dua nama. Yang satu Matias, dan yang lain Yusuf, yang disebut juga Barsabas atau Yustus. Keduanya, baik Matias maupun Yusuf, amat dihormati oleh para pengikut Kristus. Jadi, sekarang mereka memiliki dua calon untuk menggantikan Yudas; padahal mereka hanya membutuhkan seorang saja. Jika demikian, apa yang harus dilakukan? Sederhana saja. Mereka berdoa dan membuang undi. Matias-lah yang terpilih.

St. Matias adalah seorang rasul yang amat baik. Ia mewartakan Kabar Gembira di wilayah Yudea. Kemudian, ia melanjutkan perjalanannya ke Cappadocia (sekarang Turki). Banyak orang mendengarkan Matias. Mereka percaya akan pesannya yang mengagumkan. Para musuh Kristus amat geram melihat orang banyak mendengarkan Matias. Mereka berusaha menghentikannya. Akhirnya, Matias wafat sebagai martir.  

Kita dapat mohon bantuan St. Matias untuk “mewartakan kepada dunia bahwa Yesus dari Nazaret sungguh sudah bangkit.”

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santa Maria Dominika Mazzarello, Pengaku Iman
Maria Dominika Mazzarello memberi devosi khusus kepada Bunda Maria. Dengan mengikuti teladan Bunda Maria, ia menjadi seorang ibu yang saleh. Ia mendidik anak-anaknya secara praktis melalui contoh hidupnya sehari-hari, Tertarik oleh karya dan ajakan Santo Yohanes Don Bosko, wanita petani ini ikut mendirikan dan memimpin sebuah kongregasi suster yang baru.

Santo Mikhael Garicoits, Pengaku Iman
Ia dikenal sebagai seorang mahaguru Teologi dan Rektor Seminari. Ia mendirikan Kongregasi Imam Hati Kudus dan dikenal luas sebagai pembimbing rohani yang saleh. Sumber : http://www.imankatolik.or.id

15 Mei, 
S. Isidorus si Petani
Orang kudus ini dilahirkan pada tahun 1070 di Madrid, Spanyol. Kedua orangtuanya amat saleh. Mereka memberi nama putera mereka: Isidorus, sesuai nama Uskup Agung Seville, Spanyol. Orangtua Isidorus ingin memberikan pendidikan terbaik bagi putera mereka, tetapi mereka tidak mampu. Mereka hanyalah petani penggarap. Putera mereka kelak juga akan melewatkan masa hidupnya dengan mata pencaharian yang sama.

Isidorus bekerja untuk Yohanes de Vargas, seorang tuan tanah yang kaya di Madrid. Ia bekerja untuk Tuan de Vargas sepanjang hidupnya. Isidorus menikah dengan seorang gadis yang baik dari keluarga yang miskin seperti keluarganya. Keduanya saling mengasihi. Mereka mempunyai seorang putera yang meninggal pada waktu masih bayi. Isidorus dan isterinya mempersembahkan kepada Yesus segala kepedihan dan duka mereka oleh karena kepergian putera mereka. Mereka percaya bahwa putera mereka telah berbahagia bersama Tuhan untuk selamanya.

Setiap hari, St. Isidorus memulai harinya dengan merayakan Misa. Kemudian, barulah ia pergi bekerja. Ia selalu bekerja giat, meski terkadang ia merasa kurang bersemangat. Ia membajak, dan menanam, serta berdoa. Ia berseru kepada Bunda Maria, para kudus dan juga malaikat pelindungnya. Mereka membantunya menjadikan hari-harinya yang biasa menjadi hari-hari yang istimewa, penuh sukacita. Dunia iman menjadi amat nyata bagi St. Isidorus, sama nyatanya dengan pertanian Tuan de Vargas. Apabila ia memperoleh hari libur, Isidorus berusaha melewatkan lebih banyak waktu untuk bersembah sujud kepada Yesus di gereja. Kadang-kadang, pada hari-hari libur, Isidorus bersama isterinya pergi mengunjungi beberapa paroki sekitar dalam suatu ziarah doa satu hari.

Suatu ketika, gereja paroki mengadakan pesta. Isidorus datang lebih awal dan masuk dalam gereja untuk berdoa. Ia datang terlambat ke balai paroki. Tetapi, ia tidak sendirian. Ia mengajak serta sekelompok pengemis juga. Umat menjadi kecewa. Bagaimana jika makanan yang tersedia tidak cukup untuk semua pengemis itu? Tetapi, semakin banyak mereka mengisi piring-piring mereka, semakin banyak makanan tersedia bagi semua yang hadir. Dengan lembut St. Isidorus berkata, “Akan senantiasa tersedia cukup makanan bagi orang-orang miskin milik Yesus.”

Cerita-cerita tentang keajaiban yang terjadi lewat petani kudus ini mulai tersiar. Isidorus sama sekali bukan seorang yang mementingkan diri sendiri. Ia seorang yang lemah lembut dan penuh belas kasih. Isidorus adalah salah seorang santo dari Spanyol yang paling populer. Ia wafat pada tanggal 15 Mei 1130. Pada bulan Maret 1622, Paus Gregorius XV mengumumkan kanonisasi atas lima orang kudus yang besar. Mereka adalah St. Ignatius dari LoyolaSt. Fransiskus XaveriusSt. Theresia dari AvilaSt. Filipus Neri dan St. Isidorus si Petani.  

Senantiasa menjaga berkat-berkat yang diterimanya, menandai hidup St. Isidorus. Ia membiarkan imannya akan Yesus dan Gereja menyemangati seluruh hidupnya. Mungkin, kita dapat berusaha membagikan berkat-berkat yang kita terima, teristimewa kepada mereka yang miskin. 

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santo Pakomius, Rahib dan Pengaku Iman
Pakomius lahir di Thobaid Utara, Mesir pada tahun 287. Keluarganya masih tergolong kafir. Pada umur 20 tahun, ia masuk dinas ketentaraan atas perintah rajanya. Dalam suatu perjalanan dinas melintasi lembah sungai Nil, ia bersama rekan-rekannya disambut dengan ramah oleh orang-orang Kristen di Latopolis (Esneh). Penyambutan ini sangat mengesankan bagi Pakomius dan menjadi baginya saat ber-rahmat. 

Segera ia mengakhiri masa baktinya dalam dinas ketentaraan, ia pergi ke Khenoboskiaon, satu daerah yang dihuni oleh orang-orang Kristen. Disana ia mendaftarkan diri sebagai katekumen (calon permandian). Dia mengikuti pelajaran agama dan kemudian menerima Sakramen Permandian. 

Ketika ia mendengar bahwa ada seorang pertapa saleh di padang gurun, ia segera ke sana untuk menjadi murid pertapa itu, Palameon-demikian nama pertapa saleh itu-menerima dia dengan senang hati dan memberinya tugas-tugas berat. Melihat ketahanan mental Pakomius, Palameon memperkenankan dia mengenakan pakaian pertapaan. Pada suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan di pesisir sungai Nil, Pakomius mendengar suatu suara ajaib. Suara itu menyuruh dia mendirikan sebuah biara di Tabennisi, tepi sungai Nil. Ia mengikuti suruhan suara ajaib itu. 

Yohanes, saudara kandungnya menjadi muridnya yang pertama. Dalam perkembangan selanjutnya, jumlah muridnya terus bertambah. Besarnya jumlah murid ini mendorong Pakomius untuk menciptakan aturan hidup bersama sebagai pedoman hidup dalam usaha mencapai cita-citanya. Pakomius menjadi pembimbing mereka dengan contoh dan teladan hidupnya. Pakomius mendirikan lagi enam buah biara di Thebaid untuk menampung semua muridnya yang terus saja bertambah. Ia sendiri menjadi pemimpin biara di Pabua, dekat Thebes. Dalam kepemimpinannya, Pakomius dengan tegas melawan ajaran bidaah Arianisme. Ia meninggal dunia pada tahun 347. 

Santa Dymphna, Martir dan Pengaku Iman
Riawayat hidup Dymphna tidak diketahui secara pasti. Melalui cerita-cerita yang beredar tentang hidupnya, diketahui bahwa ia lahir pada abad ketujuh. Ayahnya yang berkebangsaan Irlandia itu adalah seorang bangsawan kaya raya yang menjabat sebagai Kepala Daerah. Namun ia masih kafir. Sang ibu yang sudah Katolik mengajari Dymphna ajaran-ajaran iman Katolik dan tata cara hidup Kristen berdasarkan ajaran-ajaran iman itu. Ketika Dymphna berusia 14 tahun, ibunya meninggal dunia. Ayahnya mengalami gangguan jiwa yang cukup parah karena peristiwa duka ini. Ia menyuruh pergi pegawai-pegawainya ke seluruh pelosok wilayah kekuasaan maupun daerah-daerah lainnya untuk mencari wanita-wanita berdarah bangsawan, yang mirip dengan istrinya untuk dinikahinya sebagai istri. Karena tak seorang pun ditemukan, maka dia dinasehatkan untuk mengawini kembali Dymphna anaknya. 

Mendengar desas-desus ini, Dymphna ketakutan sekali. Akhirnya ia memutuskan untuk melarikan diri ke Antwerpen ditemani oleh Bapa Pengakuannya Santo Gerebernus dan dua orang lainnya. Di Antwerpen, mereka mendirikan sebuah rumah doa di Gheel, dekat Amsterdam, dan menjalani hidup sebagai pertapa. Mendengar bahwa anaknya berada di Belgia, Damon ayah Dymphna menyusul kesana untuk menemui anaknya. Tetapi ketika bertemu Dymphna, bukannya ia mengajaknya pulang secara baik-baik melainkan menyuruh pengawal-pengawalnya menyeret Dymphna. Mereka pun diperintahkan membunuh Gerebernus dan dua orang rekannya. Mereka memenggal kepala ketiga pertapa itu, sedangkan Dymphna dibawa pulang ke Irlandia. 

Karena ayahnya memperlakukan dia secara kejam, Dymphna dengan tegas menolak pulang ke Irlandia. Karena itu Dymphna pun dipenggal kepalanya. Peristiwa ini terjadi pada tahun 620 tatkala Dymphna baru berumur 15 tahun. Pada abad ke-13, relikiu keempat martir ini ditemukan di Gheel. Diceritakan bahwa terjadi banyak mukzijat di Gheel setelah relikiu keempat martir itu ditemukan. Mukzijat-mukzijat yang terjadi di kuburan Dymphna menunjukkan kesucian dan kesalehan hidup Dymphna. Oleh karena itu Gereja menggelari dia orang Kudus dan mengangkatnya sebagai pelindung para penderita epilepsi dan sakit jiwa. 

Santa Bertha dan Santo Rupertus, Pengaku Iman
Kesaksian tentang hidup Bertha bersama anaknya Rupertus diberikan oleh Santo Hildegardis. Hildegardis yang masih menyaksikan saat-saat terakhir hidup santa Bertha menulis cerita yang sangat menarik tentang Bertha dan anaknya. Katanya, Rupertus anaknya adalah hasil perkawinan Bertha dengan seorang pria yang masih kafir. Keluarga Bertha tergolong turunan pangeran Lorraine. Bertha memiliki kekayaan berlimpah di Rhine dan Nahe.

Suaminya mati dalam peperangan ketika Rupertus masih bayi. Sepeninggal suaminya, Bertha mencurahkan seluruh perhatian pada pendidikan Rupertus agar dia berkembang menjadi seorang Kristen yang taat pada Tuhan. Rahmat Tuhan menaungi Bertha hingga ia berhasil membentuk Rupertus menjadi orang beriman yang baik. Bahkan dikemudian hari, Rupertus balik mempengaruhi ibunya untuk memperhatikan anak-anak miskin di daerah itu. “Lihat, siapa anak-anak itu? Anak-anak miskin itu adalah anakmu juga.” kata Rupertus kepada ibunya ketika ia melihat kerumunan anak-anak miskin di kotanya. “Tetapi pertama-tama kita harus lebih menaati Tuhan dan membagikan makanan kita kepada mereka yang kelapara, dan pakaian kepada mereka yang tidak memilikinya.” lanjut Rupertus kepada ibunya.

Kata-kata Rupertus menyentuh hati keibuan Bertha sehingga Bertha langsung mendirikan beberapa rumah penginapan bagi anak-anak malang itu. Ketika Rupertus berusia 12 tahun, ia bersama ibunya berziarah ke makam para Rasul di Roma. Sekembali mereka dari ziarah itu. Keduanya hidup sebagai pertapa di pegunungan dekat Bingen. Mereka membagikan harta kekayaannya kepada orang-orang miskin, sedangkan mereka sendiri menjalani hidup miskin di pertapaannya itu. Pada umur 20 tahun, Rupertus meninggal dunia. Ibunya Bertha terus melanjutkan hidup bertapa di pegunungan itu selama 25 tahun. Ketika meninggal dunia Bertha dikuburkan di samping anaknya di dalam biara yang didirikannya di kota Nahe.

Sumber : http://www.imankatolik.or.id 

16 Mei, 
S. Ulbadus
St Ubaldus hidup pada abad keduabelas di Italia. Ia seorang anak yatim piatu yang dibesarkan oleh pamannya, seorang uskup. Ubaldus memperoleh pendidikan yang baik. Setelah tamat sekolah, meski berkesempatan untuk menikah, ia memilih menjadi seorang imam. Di kemudian hari, ia ditahbiskan sebagai Uskup Gubbio, tempat kelahirannya.

St Ubaldus terkenal karena kelamahlembutan dan kesabarannya. Suatu ketika, misalnya, seorang pekerja sedang memperbaiki tembok kota. Ia menyebabkan kebun anggur uskup rusak parah. Bapa uskup dengan halus menunjukkan kesalahannya. Tetapi, pekerja ini malahan berang. Mungkin saja ia bahkan tidak mengenali uskup. Ia mendorong bapa uskup begitu keras hingga uskup jatuh terjerembab ke dalam semen basah; sekujur tubuhnya berlumuran semen. Uskup bangkit, membersihkan diri dan masuk ke dalam rumahnya. Beberapa orang yang menyaksikan semua peristiwa ini menuntut agar sang pekerja dihadapkan ke pengadilan. Uskup Ubaldus muncul di depan pengadilan dan mendapatkan pembebasan bagi sang pekerja.

Uskup yang kudus ini cinta damai dan ia memiliki keberanian untuk mempertahankannya. Suatu kali, ketika penduduk Gubbio saling berkelahi di jalanan, uskup melemparkan diri di antara kedua masa yang sedang marah. Ia tampak tak takut akan kibasan pedang dan timpukan batu-batu. Sekonyong-konyong, uskup jatuh tergeletak di tanah. Seketika itu juga orang-orang berhenti berkelahi. Mereka menyangka bapa uskup tewas terbunuh. Tetapi Uskup Ubaldus bangkit. Ia memperlihatkan kepada mereka bahwa ia sama sekali tidak cedera. Penduduk bersyukur kepada Tuhan. Mereka berhenti berkelahi dan pulang ke umah.

Di lain waktu, Kaisar Frederick Barbarossa sedang dalam perjalanan untuk menyerang Gubbio. St Ubaldus tidak menanti kaisar beserta bala tentaranya tiba. Ia malahan datang menyongsong kaisar dan berbincang dengannya. Tak seorang pun tahu apa yang dikatakannya. Yang mereka tahu ialah bahwa bapa uskup berhasil meyakinkan kaisar untuk meninggalkan Gubbio.

Uskup Ubaldus menderita banyak penyakit fisik. Namun demikian, ia tidak pernah membicarakannya. Pada hari Minggu Paskah tahun 1160, ia bangkit untuk melayani Misa. Ia menyampaikan homili yang indah dan memberkati umatnya. Lalu, ia kembali tidur dan tak pernah dapat bangun kembali. Ia wafat pada tanggal 16 Mei 1160. Penduduk berbondong-bondong datang untuk menyampaikan hormat mereka. Mereka menangis dan berdoa memohon kiranya St Ubaldus memelihara mereka dari surga.

Terkadang, sungguh sulit mengampuni mereka yang bersalah kepada kita. Kita mendapatkan kasih karunia untuk melakukannya apabila kita terlebih lagi berpaling kepada Yesus dan memohon-Nya untuk membantu kita menjadi lemah lembut dan penuh pengampunan seperti-Nya.
  “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”

Santo Yohanes Nepomuk, Martir
Yohanes Nepomuk lahir di Nepomuk atau Pomuk, Bohemia, Cekoslavakia Barat pada tahun 1340. Nama kecilnya ialah Wolflein atau Welflin. Ia belajar Teologi dan hukum di Universitas Praha. Pada tahun 1373 ia ditabhiskan menjadi imam. Cita-citanya menjadi imam ini sudah berkobar dalam hatinya semenjak umur mudanya. Hal ini pun sangat didukung oleh kedua orangtuanya karena mereka telah mempersembahkan Yohanes kepada Tuhan ketika Tuhan mengabulkan doa-doa mereka bagi kesembuhan Yohanes dari penyakit yang menimpanya.

Pada tahun 1374, Yohanes Genzenstein, Uskup Agung Praha, yang mengenal baik kemampuan Yohanes Nepomuk, mengangkat dia menjadi sekretaris jendralnya. Enam tahun kemudian, Yohanes diangkat sebagai Pastor Paroki Santo Gallus di Praha sambil meneruskan studi hukumnya di Universitas Praha sampai meraih gelar Doktor Hukum pada tahun 1389. Tiga tahun setelah menamatkan studinya, ia diangkat sebagai ketua Pengadilan Gereja. Kemudian pada tahun 1393 ia diangkat menjadi Vaktris Jendral oleh Uskup Agung Yohanes Genzenstein. 

Dalam tugasnya sebagai seorang imam, Yohanes menjadi seorang pengkhotbah yang ulung. Ia berhasil mentobatkan banyak orang dengan khotbah-khotbahnya. Relasinya dengan tokoh-tokoh masyarakat di jajaran pemerintahan sangat baik berkat keakrabannya dengan Raja Wenseslaus dan permaisurinya. Pembunuhan atas dirinya berawal dari rencana raja Wenseslaus IV untuk mendirikan sebuah keuskupan baru yang berpusat di Kladrau dan mengangkat seorang pendukungnya sebagai pemimpin atas keuskupan itu. Sedangkan keuangan keuskupan baru ini, menurut rencana Wenseslaus, akan diambil dari pendapatan biara Kladrau setelah kematian pemimpin biara itu. 
Rencara raja Wenseslaus ini ditentang oleh uskup Agung Yohanes Genzenstein dan Yohanes Nepomuk, karena rencana itu tidak sah secara hukum. Ketika pemimpin biara Kladrau meninggal dunia, kedua petinggi keuskupan itu segera memerintahkan para biarawan untuk segera memilih pemimpin yang baru. Semuanya ini tidak diberitahukan kepada raja Wenseslaus hingga pemimpin baru terpilih. Karena itu, ketika mendengar berita pengangkatan itu Wenseslaus marah dan segera memerintahkan penangkapan atas Nepomuk dan beberapa pejabat Gereja lainnya.

Setelah beberapa lama mendekam di dalam penjara dengan berbagai siksaan berat, para pejabat Gereja itu dilepaskan, dengan syarat bahwa mereka harus tutup mulut tentang semua perlakuan kasar atas diri mereka. Sedangkan Yohanes Nepomuk dibunuh dan mayatnya ditenggelamkan di sungai Moldau dalam keadaan terikat erat. Pada keesokan harinya, jenazahnya ditemukan kembali, lalu disemayankan di katedral Santo Vitus hingga sekarang. Berbagai cerita tentang pembunuhan Yohanes berkembang di kalangan umat. Salah satu cerita itu ialah ia tidak bersedia menyingkap rahasia pengakuan permasiuri raja Wenseslaus sesuai permintaan raja.

Yohanes Nepomuk dinyatakan sebagai Beato pada tahun 1721 dan kemudian pada tahun 1729 dinyatakan sebagai Santo. Kecuali itu, ia diangkat sebagai pelindung kota Bohemia, pelindung para pendosa dan pelindung orang-orang yang terancam hanyut dalam sungai. 

[Santo] Simon Stock, Biarawan
Simon Stock dikenal sebagai pemimpin biara-baira Karmelit dari tahun 1274 sampai 1265 dalam kedudukan sebagai Superior Jenderal. Kisah kelahiran dan masa kecilnya tidak banyak diketahui. Yang diketahui pasti ialah bahwa ia meninggal dunia pada tahun 1265 diBordeaux, Perancis. Kecuali itu diberitakan bahwa setelah menjalani hidup sebagai pertapa di Inggris, tanah kelahirannya, ia pergi ke Tanah Suci Yerusalem. Disana ia bergabung dengan sekelompok biarawan Karmelit yang sudah lama menjalani hidup pertapaan di sana. Setelah beberapa lama tinggal di tanah Suci, ia rupanya kembali ke Inggris ketika terjadi serangan dari orang-orang Saracen (suku bangsa nomaden di padang gurun antara Syria dan Arab Saudi) atas komunitas-komunitas religius di Tanah Suci. 

Sekembalinya ke Inggris, ia diangkat menjadi Superior Jenderal Ordo Karmelit, bertempat di Aylesford, Inggris. Dalam masa kepemimpinannya ia melakukan banyak hal bagi perkembangan biara Karmelit. Antara lain, penyesuaian aturan-aturan Ordo dengan kebutuhan jaman. Dalam rangka itu, Simon mewajibkan para biarawannya terjun ke dalam masyarakat untuk mewartakan Injil dan melaksanakan berbagai karya pastoral. Dengan kebijkasanaan ini, para biarawan Karmelit tidak lagi semata-mata menjalani kehidupan sebagai pertapa yang hanya mengusahakan dan memperhatikan kekudusan dan keselamatan diri pribadi. Kecuali itu, dengan kebijaksanaan baru ini, Ordo Karmelit tampil sebagai ordo yang menggabungkan secara seimbang kegiatan kontemplatif dengan kegiatan pewartaan Sabda di luar tembok biara. 

Perubahan aturan ini sangat direstui oleh Sri Paus Innocentius IV (1243-1254) pada tahun 1247. Akibat selanjutnya dari kebijaksanaan itu, biara-biara Karmelit mulai ditempatkan juga di kota-kota Universitas seperti Oxford, Cambridge, Paris dan Bologna, juga di Irlandia, Skotlandia dan Spanyol. Disini para biarawan memberi sumbangan besar pada kehidupan Universitas. Tentang pengalaman Simon diberitakan pula bahwa Bunda Maria pernah menampakkan diri padanya di Aylesford pada tanggal 16 Juli 1251. Kepadanya Bunda Maria menyerahkan sebuah skapular berwarna coklat sambil berkata: “Skapular ini akan menjadi keselamatan bagimu dan bagi semua biarawan Karmelit lainnya. Orang yang mati dalam kebiasaan berdoa dengan skapular ini akan diselamatkan”. 

Meskipun Simon tidak resmi digelari Santo oleh Gereja, namun para biarawan Karmelit menganggap dia sebagai orang Kudus. Atas ijinan khusus dari Tahkta Suci, mereka merayakan pestanya pada tanggal 16 Mei. 

Santo Andreas Bobola SJ, Martir.
Andreas Bobola lahir di Sandomir pada tahun 1591 dalam sebuah keluarga aristokrat di Polandia. Pada usianya 19 tahun, Andreas masuk novisiat Serikat Yesus di Vilna, Lithuania. Pada tahun 1622 ia ditabhiskan menjadi imam.
Sebagai imam baru, Andreas bekerja di Paroki Santo Kasimir di Vilna sampai tahun 1630. Ia dikenal sebagai seorang pengkhotbah ulung yang mempertobatkan banyak orang dengan ajaran-ajaran dan cara hidupnya. Ia juga memimpin Kongregasi Maria di Polandia. Setelah enam tahun menjadi pemimpin biara Yesuit di Bobrinsk, ia kembali melanjutkan karya misionernya.

Pada waktu itu, Polandia dan Lithuania dilanda suatu skisma besar. Banyak orang Gereja Katolik bergabung dengan Gereja Orthodoks yang memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma. Skisma ini terus berkembang luas karena didukung oleh kekuatan militer Rusia. Menghadapi skisma ini, Andreas meningkatkan usaha-usahanya untuk mempertobatkan banyak orang dan mempersatukan kembali gereja Polandia dan Lithuania di bawah naungan Gereja Katolik Roma. Karena usaha-usahanya ini, para serdadu menangkap dia, menyiksa dan membunuhnya dengan kejam. Mereka menanamkan Andreas ‘Duszochivat’, yang berarti pemburu jiwa-jiwa, Andreas mati sebagai martir Kristus di Janow pada tanggal 26 Mei 1657. Bangsa Slavia menghormatinya sebagai pelindung semua orang yang menderita penganiayaan karena kesetiaan pada satu gereja universal. Andreas di gelari ‘Beato’ pada tahun 1853 dan kemudian dinyatakan sebagai ‘Santo’ pada tahun 1938. 

Santo Yulianus Demoustier, Pengaku Iman
Yulianus lahir di kota Redom, Perancis pada tanggal 17 Juli 1728. Ia dikenal sebagai seorang imam biarawan di keuskupan Vannes yang sangat besar pengabdiannya di bidang pendidikan dan pembangunan bangsanya. Ia memberikan teladan hidup baik, penuh kebijaksanaan dan kemiskinan. Pengabdiannya dilandasinya dengan kerendahan hati dan hidup rohani yang mendalam. Di tengah kesibukannya ia senantiasa menyisihkan waktu untuk menyepi dalam keheningan doa bagi kekudusan dirinya dan bagi perkembangan Gereja. Kekayaan pribadinya dipergunakan untuk membangun gereja, rumah biara dan rumah sakit bagi keuskupannya. Dalam ketenangan dan kesucian hidupnya itu ia wafat pada tanggal 16 Mei 1781. 
Sumber : http://www.imankatolik.or.id 

17 Mei, 
S. Paskalis Baylon
Paskalis, seorang kudus dari Spanyol, dilahirkan pada tahun 1540. Sejak usia tujuh tahun, ia bekerja sebagai gembala. Ia tidak pernah punya kesempatan untuk bersekolah. Namun demikian, ia belajar sendiri membaca dan menulis. Ia bertanya kepada siapa saja yang ia jumpai untuk membantunya belajar. Ia belajar dengan giat, agar supaya ia dapat membaca buku-buku rohani. Ia membisikkan doa-doa sepanjang hari sementara ia menggembalakan dombanya.

Ketika berusia dua puluh empat tahun, bocah gembala itu menjadi seorang broeder Fransiskan. Teman-temannya suka padanya. Paskalis seorang yang mudah bergaul dan juga seorang yang lembut hati. Rekan biarawan memperhatikan bahwa seringkali ia mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang paling berat dan tidak menyenangkan. Paskalis melakukan mati raga, bahkan lebih keras dari yang ditetapkan dalam peraturan biara. Namun demikian, ia seorang yang senantiasa penuh sukacita. Dulu, ketika masih seorang gembala, ia merindukan berada di gereja untuk berdoa kepada Yesus; tetapi, tidak bisa. Sekarang, ia bisa. Jadi, ia sangat senang menemani Kristus dalam Sakramen Mahakudus. Ia juga diijinkan menjadi pelayan Misa.

Dua hal yang amat dicintai Paskalis adalah: Ekaristi Kudus dan Bunda Maria. Setiap hari Paskalis berdoa rosario dengan cinta yang amat besar. Ia juga menuliskan doa-doa yang indah kepada Bunda Surgawi kita.

St. Paskalis membuat sebuah buku kecil dari kertas-kertas buram. Dalam buku catatannya, ia menuliskan pemikiran-pemikirannya dan doa-doanya yang indah. Setelah ia wafat, pemimpin biaranya menunjukkan buku catatan Paskalis pada uskup agung setempat. Bapa Uskup membacanya dan berkata, “Jiwa-jiwa bersahaja ini telah mencuri surga dari kita!”

Paskalis wafat pada tahun 1592 dalam usia lima puluh dua tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Alexander VIII pada tahun 1690.

Bagaimana mempererat hubungan kita dengan Yesus dalam Ekaristi dan dengan Bunda Maria? Jawabannya mungkin merupakan ajakan bagi kita untuk mengunjungi Yesus dalam Sakramen Mahakudus secara istimewa dan mohon Bunda Maria membantu kita agar setia pada Putra-nya.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


18 Mei, 
S. Yohanes I
Yohanes I adalah seorang imam dari Roma. Ia menjadi paus setelah wafatnya Paus St Hormisdas pada tahun 523. Pada masa itu, penguasa Italia adalah Theodoric si Gothic, seorang Arian. (Orang-orang Arian tidak percaya bahwa Yesus adalah Tuhan.) Pada awal kekuasaannya Theodoric tidak mengusik orang-orang Katolik. Tetapi, kemudian ia berubah dan menjadi sombong serta penuh curiga terhadap setiap orang. Ia membayangkan adanya suatu persekongkolan melawan dirinya. Tak lama berselang, ia percaya bahwa seluruh dunia sedang berusaha merebut tahta dan kekuasaannya. Satu-satunya orang yang hampir pasti tak menginginkan tahta maupun kekuasaannya adalah paus.

Theodoric berusaha melibatkan Paus Yohanes dalam masalah-masalah politiknya. Sang kaisar sedang menghadapi masalah dengan Kaisar Justin I dari Konstantinopel. Terdapat laporan bahwa Justin bersikap amat keras terhadap orang-orang Arian di timur. Theodoric mengutus suatu delegasi untuk berunding dengan Justin. Delegasi ini dipimpin oleh Paus Yohanes I. Kaisar Justin menyambut paus berserta pengikutnya dengan gembira. Justin dengan senang hati bersedia mengubah kebijakannya yang keras. Misi Paus Yohanes berhasil gemilang. Namun demikian, Kaisar Theodoric tidak senang. Ia membayangkan bahwa Paus Yohanes dan Kaisar Justin I pastilah bersekongkol melawannya. Paus kembali ke Roma dan tiba di Ravenna, ibukota Theodoric. Paus Yohanes diculik dan dilemparkan ke dalam penjara oleh para prajurit Theodoric. Di sana paus wafat akibat kehausan dan kelaparan pada tahun 526.

Marilah kita senantiasa memohon terang dan bimbingan Roh Kudus agar kita dapat melihat kebajikan dalam diri orang-orang lain.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santo Venantius, Martir
Menurut cerita, Santo Venantius adalah seorang pemuda yang disiksa karena imannya akan Kristus. Peristiwa ini terjadi kira-kira pada pertengahan abad ketiga. Dikatakan, Venantius dianiaya dan dipenggal kepalanya. Cerita mengenai dirinya beredar di kalangan orang-orang Kristen dalam hubungannya dengan Santo Venantius yang lain, Uskup dari Salona di Dalmatia, yang disiksa pada masa yang sama. 

Santo Feliks OFMCap, Pengaku Iman
Feliks adalah seorang Bruder dari Ordo saudara-saudara Dina Kapusin. Ia dijuluki Bruder Deo Gratias, karena selalu mengucapkan ‘Syukur kepada Allah’ atas segala perlakuan yang diterimanya dari orang lain. Hidupnya sangat sederhana, banyak berdoa dan selalu sopan sehingga ia disenangi rakyat kecil.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

19 Mei, 
S. Selestine V
Petrus di Morone adalah anak kesebelas dari duabelas bersaudara. Ia dilahirkan sekitar tahun 1210 di Isernia, Italia. Ayahnya meninggal ketika ia masih kecil. Keluarganya miskin, tetapi ibunya membesarkan putera-puterinya dengan cinta yang besar. Ibunya menyekolahkan Petrus karena anak itu menunjukkan niat dan minat yang besar untuk belajar. Suatu ketika, seperti biasa ibunya bertanya, “Siapakah di antara kalian yang akan menjadi seorang santo atau santa?” Petrus kecil, yang kelak menjadi Paus Selestine V, menjawab dengan segenap hati, “Aku, mama! Aku akan menjadi seorang santo!” Dan memang demikian. Tetapi, hal itu tidaklah mudah.

Ketika usianya dua puluh tahun, Petrus menjadi seorang rahib. Ia menghabiskan hari-harinya dengan berdoa, membaca Kitab Suci dan mengerjakan tugas-tugasnya. Para rahib yang lain biasa datang kepadanya untuk meminta nasehat dan bimbingannya. Lama-kelamaan, Petrus membentuk suatu ordo baru bagi para rahib.

Ketika Petrus berusia delapan puluh empat tahun, ia ditahbiskan sebagai paus. Penobatannya melalui seuatu cara yang amat tidak lazim. Selama dua tahun lebih Gereja tidak memiliki paus. Hal ini terjadi karena para kardinal saling tidak sependapat akan calon yang hendak dipilih. Petrus mengirimkan pesan kepada mereka. Ia mengingatkan mereka untuk segera mengambil keputusan, sebab Tuhan tidak akan senang dengan penundaan yang terlalu lama. Para kardinal melakukan nasehatnya. Seketika itu juga mereka memutuskan Petrus sang rahib untuk menjadi paus! Orang tua yang malang itu menangis ketika mendengar keputusan itu. Dengan sedih ia menerimanya dan memilih nama Selestine V. Ia hanya memangku jabatan Paus selama lima bulan saja. Oleh sebab ia begitu rendah hati dan sederhana, banyak orang memanfaatkannya. Ia tidak dapat mengatakan “tidak” kepada siapa pun. Segera saja terjadilah kekacauan. Paus Selestine merasa bertanggung jawab atas semua masalah yang timbul. Ia memutuskan bahwa hal terbaik yang dapat dilakukannya bagi Gereja adalah menyerahkan kembali jabatannya. Dan ia melakukannya. Ia minta maaf karena tidak dapat memimpin Gereja dengan baik.

Hal yang didambakan Selestine hanyalah tinggal di salah satu biaranya dengan tenang dan damai. Tetapi paus yang baru, Paus Bonifasius VIII, beranggapan bahwa akan lebih aman apabila Selestine tinggal di sebuah kamar kecil di salah satu istana Romawi. St. Selestine menghabiskan sepuluh bulan terakhir hidupnya di sebuah sel sederhana. Tetapi, ia membuat dirinya sendiri bergembira. “Yang engkau inginkan hanyalah sebuah sel, Petrus,” demikian katanya berulang kali kepada dirinya sendiri. “Nah, sekarang kau telah mendapatkannya.” St. Selestine wafat pada tanggal 19 Mei 1296. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Klemens VI pada tahun 1313.

Apabila kita merasa putus asa oleh karena tidak melihat hasil dari jerih payah kita, mungkin hal itu adalah suatu ajakan dari Tuhan untuk sekedar memberikan yang terbaik dan menyerahkan hasilnya pada-Nya.  
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
  
Santo Dunstan, Uskup dan Pengaku Iman
Dunstan lahir di Glastonbury pada tahun 910. Ia terhitung sebagai salah seorang ‘peletak dasar bagi negeri Inggris’ yang berperanan penting dan berpengaruh besar dalam kehidupan politik dan kehidupan agama selama abad ke-10.
Putera bangsawan ini dididik oleh rahib-rahib Irlandia di Glastonsbury. Setelah itu, ia tinggal beberapa tahun di istana Raja Athelstan sebelum menerima tabhisan-tabhisan suci. Penggantai Athelstan, Raja Edmund, mengangkat dia sebagai penasehatnya dan pada tahun 943 sebagai Abbas biara Glastonbury. Pada waktu itu biara Glastonbury, yang porak poranda karena serangan bangsa Denmark, mengalami suatu kemerosotan luar biasa seperti halnya banyak biara lainnya di Inggris. Namun di bawah bimbingan abbas muda Dunstan, Glastonbury bangkit, dengan semarak kembali. Dunstan dengan sekuat tenaga berusaha memperbaiki bangunan-bangunan biara Glastonbury, menghidupkan kembali disiplin hidup monastik, dan menjadikannya sebagai suatu pusat belajar dan pusat monastik di Inggris pada masa itu. Usaha-usaha diikuti oleh biara-biara lainnya.

Setelah terbununhnya Raja Edmund pada tahun 946, Dunstan menjadi ketua dewan penasehat raja Ederd. Dalam kedudukan ini, ia memprakarsai manuver-manuver politik untuk memperkuat kekuasaan kerajaan, mempersatukan kembali negeri Inggris, dan mendamaikan semua orang Denmark yang menetap di Inggris. Ia juga berusaha memberantas praktek kekafiran dan berhasil membaharui kehidupan moral bangsa Inggris dan Imam-imam di seluruh keuskupan. Ketika Edred diangkat oleh raja Edwy pada tahun 955, Dunstan terlibat dalam perselisihan besar dengan penguasa baru itu. Ia mengkritik sikap kepala batu Edred yang tidak pantas bagi seorang raja pada waktu pesta pemahkotaannya. Akibatnya Dunstan dikucilkan dari Inggris. Dunstan mengasingkan diri ke Flanders. Di Flanders ia mendapat kesempatan untuk membaharui biara-biara yang ada disana. Dikemudian hari semua pengalamannya di Flanders mempunyai pengaruh besar terhadap seluruh gagasannya tentang pembaharuan hidup monastik.

Namun pengungsian Dunstan tidak berlangsung lama. Pada tahun 957 suatu pertempuran melawan Edwy pecahlah pertempuran antara orang-orang Mercian dan Northumbria di wilayah-wilayah Utara dan timur Inggris. Edwy dipaksa turun tahkta dan Edgar, saudara Edwy, dipilih sebagai raja. Dalam kedudukannya sebagai raja, Edgar memanggil kembali Dunstan ke Inggris dan mengangkat dia menjadi Uskup Worcester dan Uskup London. Sepeninggal Edwy pada tahun 959, Edgar berhasil mempersatukan kembali seluruh Inggris. Pada waktu Dunstan dingkat menjadi Uskup Agung Canterbury. Ketika ia pergi ke Roma untuk menerima pakaian kebesaran jabatannya, ia diangkat sebagai utusan oleh 
Paus Yohanes XII (955-964). Dipersenjatai dengan kekuasaan besar ini, ia kembali ke Inggris dan dengan penuh semangat membaharui disiplin Gereja di seluruh negeri. Di bawah kepemimpinannya, banyak biara di Inggris dibaharui dan banyak lagi biara baru didirikan.
Dunstan terus menjadi penasehat raja selama kepemimpinan raja Edgar, dan kemudian menjadi juga penasehat raja Edward Martir. Namun ia tidak mengambil bagian dalam pemerintahan setelah Ethelred dimahkotai pada tahun 970. Ia menghabiskan sisa-sisa hidupnya di Canterbury sampai meninggal dunia pada tanggal 19 Mei 988. Jenazahnya di kuburkan di Katedral Canterbury.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

20 Mei, 
S. Bernardinus dari Siena
St. Bernardinus dilahirkan pada tahun 1380 di sebuah kota dekat Siena, Italia. Ia putera seorang gubernur Italia. Kedua orangtuanya meninggal dunia ketika usianya baru tujuh tahun. Kerabatnya mengasihi dia seperti puteranya sendiri. Mereka juga memberikan pendidikan yang baik baginya. Bernardinus tumbuh menjadi seorang pemuda yang tinggi dan tampan. Ia seorang yang menyenangkan, teman-temannya suka padanya. Apabila sedang bersamanya, teman-temannya itu tidak akan berani mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, sebab Bernardinus tidak akan tahan mendengarnya. Dua kali seorang teman berusaha membujuknya berbuat dosa, Bernardinus langsung meninju serta mengusirnya pergi.

Orang kudus kita ini mempunyai cinta yang istimewa pada Bunda Maria. Bunda Maria-lah yang senantiasa menjaganya agar tetap murni. Semenjak ia remaja, Bernardinus berdoa kepadanya seperti seorang anak berbicara kepada ibunya.

Bernardinus seorang yang lembut hati. Ia penuh belas kasihan pada mereka yang miskin. Suatu ketika, bibinya tidak mempunyai makanan lebih untuk diberikan kepada pengemis. Bernardinus kecil menangis, “Aku lebih suka tidak makan daripada membiarkan orang miskin itu pergi dengan tangan kosong.” Ketika suatu wabah menyerang daerahnya pada tahun 1400, Bernardinus dan teman-temannya bekerja sebagai sukarelawan di rumah sakit. Mereka merawat orang-orang yang sakit dan yang menjelang ajal mulai pagi hingga petang, selama enam minggu lamanya hingga wabah berakhir.

Bernardinus bergabung dengan Ordo Fransiskan ketika ia berusia dua puluh dua tahun. Kemudian ia ditahbiskan sebagai imam. Beberapa tahun kemudian, ia ditugaskan pergi ke kota-kota dan desa-desa untuk mewartakan Injil. Umat pelu diingatkan kembali akan cinta Yesus. Pada masa itu, kebiasaan-kebiasaan buruk merusak baik kaum muda maupun tua. “Bagaimana aku dapat menyelamatkan orang-orang ini sendirian?” Bernardinus bertanya pada Tuhan dalam doa. “Dengan senjata apakah aku dapat melawan kejahatan?” Dan Tuhan menjawab, “Nama-Ku yang Tersuci sudah cukup bagimu.” Maka, Bernardinus menyebarluaskan devosi kepada Nama Yesus yang Tersuci. Berulang kali ia menggunakan Nama-Nya di setiap khotbah. Ia meminta umat untuk menuliskan Nama Yesus di gerbang-gerbang kota, di pintu keluar-masuk, di mana saja. Melalui devosi kepada Nama Yesus yang Tersuci dan melalui devosi kepada Bunda Maria, Bernardinus berhasil membawa ribuan orang dari seluruh penjuru Italia kembali ke pangkuan Gereja.

St. Bernardinus melewatkan empat puluh dua tahun dari masa hidupnya sebagai seorang imam Fransiskan. Ia wafat dalam usia enam puluh empat tahun di Aquila, Italia, pada tanggal 20 Mei 1444. Ia dinyatakan kudus hanya enam tahun kemudian, yaitu pada tahun 1450, oleh Paus Nikolas V.

“Apabila engkau berbicara tentang Tuhan, berbicaralah dengan cinta. Apabila engkau berbicara tentang dirimu sendiri, berbicaralah dengan cinta. Berhati-hatilah agar tidak ada yang lain dalam dirimu selain cinta, cinta, dan cinta.” ~ St. Bernardinus dari Siena.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santo Ivo, Uskup 
Ivo lahir di Beauvais pada tahun 1040. Ia belajar Teologi di biara Bec dan dikenal sebagai orang pandai. Ia kemudian bekerja di Nestle, Picardy, Perancis Utara, lalu berpindah ke biara Santo Quentin. Di biara ini, Ivo mengajar Teologi, Hukum Gereja dan Kitab Suci. Kemudian ia diangkat sebagai pemimpin tertinggi selama 14 tahun lamanya. Sebagai pemimpin tertinggi biara, Ivo berusaha meningkatkan disiplin hidup dan kegiatan belajar untuk para biarawan, serta berusaha membaharui banyak aturan yang lama.
Karena kesalehan hidupnya, kepandaian serta kepribadiannya yang menarik, Ivo diajukan oleh umat dan segenap imam pada tahun 1091 untuk menggantikan Goffrey sebagai Uskup Chartres. Setelah didesak oleh Paus Urbanus II (1088-1099), Ivo menerima jabatan itu dan ditabhiskan menjadi Uskup Chartres. 

Dalam kepemimpinannya sebagai Uskup Chartres, Ivo dengan tegas menentang raja Philip I yang menceraikan istrinya Bertha dan mengawini Bertrada, istri Fulk, seorang hakim dari Anjou. Oleh raja Philip I, Ivo ditangkap dan dipenjarakan. Seluruh kekayaan dan penghasilannya disita oleh Philip. Tetapi atas desakan Paus Urbanus II dan seluruh umat, Ivo dilepaskan kembali dan menjalankan tugasnya seperti biasa. Selanjutnya, Ivo juga tetap setia kepada raja Philip I dan berusaha mendamaikan raja dengan Tahkta Suci pada kesempatan Konsili Beaugency pada tahun 1104. Ivo meninggal dunia pada tahun 1116.


Sumber : http://www.imankatolik.or.id

21 Mei, 
B. Eugene de Mazenod
Eugene dilahirkan di Perancis pada tahun 1782. Ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1811. Pater Eugene seorang yang peka terhadap kebutuhan mereka yang miskin dan berkekurangan dan ia melayani mereka. Ia senantiasa antusias mencari cara-cara baru untuk menjangkau kaum muda. Ia rindu membawa mereka kepada kasih dan mengamalkan iman mereka. Ia percaya akan nilai perutusan paroki. Ia sadar bahwa para imam misionaris di suatu paroki dapat melakukan banyak hal guna membangunkan kembali dedikasi umat terhadap iman mereka.

Pater de Mazenod memulai suatu ordo religius baru bagi para imam dan broeder awam pada tahun 1826. Mereka adalah para misionaris yang disebut Oblata Maria Immaculata (Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa). Pelayanan mereka yang teristimewa adalah pergi kepada orang-orang yang belum pernah mendengar mengenai Yesus dan Gereja-Nya. Pater de Mazenod dan ordonya sungguh gagah berani dalam menjawab permintaan-permintaan dari para uskup yang membutuhkan bantuan mereka. Para uskup dari Amerika Utara dengan anusias menanti Oblata. Uskup Ignace Bourget dari Montreal khususnya nyaris tak sabar. Dalam waktu sepuluh tahun, Oblata telah berkembang pesat. Mereka menjangkau seluruh Canada dan memulai pelayanan di Amerika Serikat juga.

Pada tahun 1837, Pater de Mazenod ditahbiskan sebagai Uskup Marseilles, Perancis. Ia dikenal karena kesetiaan dan kasihnya kepada paus. Ia juga seorang organisator dan pendidik yang berbakat. Uskup de Mazenod tetap menjadi Superior Oblata hingga wafatnya pada tahun 1861. Karya besar yang dirintis Uskup de Mazenod terus berlanjut hingga kini melalui para misionaris Oblata di seluruh dunia. Mereka ada di daerah-daerah misi, paroki-paroki dan universitas-universitas.

Hidup Uskup Eugene de Mazenod ditandai dengan kegagahberanian dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan umat Allah sebagaimana dilihatnya. Bagaimanakah aku dapat terlebih peka terhadap kebutuhan-kebutuhan mereka yang ada di sekitarku?

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Beato Krispinus dari Viterbo, Biarawan 
Krispinus-nama biara dari Petrus Fioretti-lahir di Viterbo, Italia pada tanggal 13 November 1668. Semenjak kecil, ibunya yang saleh itu telah mendidiknya dalam iman Katolik yang benar. Ia dengan setia dan tekun meneladani ibunya yang menaruh devosi khusus kepada Bunda Maria. Devosi ini terus dilakukannya hingga akhir hayatnya dan benar-benar mewarnai seluruh hidupnya.

Pendidikan formal ditempuhnya di sebuah Sekolah Rakyat yang dikelola oleh imam-imam Yesuit di Viterbo. Ketika menanjak remaja, ia bekerja pada pamannya, seorang pengusaha sepatu. Oleh pamannya ia dilatih untuk trampil membuat sepatu sekaligus menjualnya. Devosi kepada Bunda Maria senantiasa dilakukannya di sela-sela kesibukannya setiap hari. Kecuali itu, dalam kehidupan biasa di tengah masyarakat, ia dikenal sebagai seorang anak yang berkepribadian menarik. Sikap hidupnya yang baik dan terpuji ini sangat menarik perhatian para biarawan Fransiskan dari Ordo Kapusin di tempat kelahirannya. Para biarawan itu membujuknya agar mau mengikuti jejak mereka sebagai anggota Ordo Kapusin. Karena merasa tertarik dengan cara hidup para biarawan Kapusin itu, maka ia segera menyambut baik ajakan itu dan masuk biara Kapusin pada usia 25 tahun. Ia memilih nama Krispinus sebagai namanya yang baru. 

Di rumah novisiat Paranzana, pemimpin novisiatnya sangat senang padanya karena sifat yang baik dan perilakunya yang sungguh-sungguh untuk hidup sebagai biarawan Kapusin. Sebaliknya Provinsial Ordo Kapusin sangat menentang penerimaan Krispinus di biara itu. Karena itu, Krispinus dicobai dengan berbagai tugas berat. Kecuali itu, ia diharuskan menyebut dirinya sebagai ‘Keledai Kapusin’, dan menganggap dirinya sebagai anggota biara yang ‘tidak layak dipandang’ lebih daripada seekor kuda beban. Di biara Viterbo, ia bekerja sebagai tukang kebun dan di Tolfa sebagai juru masak. Perlakuan-perlakuan terhadap dirinya memang tampak aneh tetapi semuanya diterimanya dengan tabah dan dipersembahkan kepada Bunda Maria dalam doa-doanya. Dalam perjalanan waktu selanjutnya, semua perlakuan orang terhadap dirinya berubah drastis, ketika ia secara ajaib berhasil menyembuhkan begitu banyak orang yang terserang penyakit menular di kota itu.

Kemampuannya menyembuhkan orang-orang sakit ini secara ajaib ini tidak hanya terjadi di Viterbo, tetapi juga di Roma, Albano dan Bracciano ketika ia tinggal disana untuk beberapa tahun. Ketika ditugaskan di Orvieto, ia dibebani tugas mencari derma demi kepentingan biaranya. Tugas ini dilaksanakannya dengan sangat berhasil. Cara hidupnya di Orvieto membuat umat disana sangat mencintainya. Cinta umat Orvieto ini terbukti tatkala Krispinus hendak dipindahkan oleh pemimpin biaranya ke tempat lain. Umat Orvieto, terutama ibu-ibu rumah tangga segera mengajukan protes keras kepada pemimpin ordo Kapusin dan dengan tegas menolak kehadiran pengganti Krispinus. Mengingat bahwa Ordonya sangat tergantung pada kemurahan hati umat, maka pemimpin Ordo terpaksa menempatkan kembali Krispinus di Orvieto.

Masa-masa terakhir hidupnya dihabiskan di Roma. Disana ia dikenal luas oleh umat karena ramalan-ramalannya, mukjizat penggandaan roti yang dilakukannya dan kebijaksanaan hidupnya. Ia meninggal dengan tenang pada tanggal 19 Mei 1750 dalam usia 82 tahun. Pada tahun 1806 ia dinyatakan secara resmi sebagai ‘Beato’. Relikiunya tersimpan abadi di bawah altar Gereja Santa Maria Tak Bernoda di Roma. Hingga sekarang, orang-orang Roma memberi penghormatan dan kebaktian khusus kepada Beato Krispinus dari Viterbo. 

Santo Godrikus, Pengaku Iman
Grodikus yang berarti ‘penuh dengan Tuhan’ lahir pada tahun 1065. Semula ia adalah seorang tukang catut dan pembuat pedang. Namun akhirnya ia dikenal sebagai seorang peziarah yang mengunjungi berbagai tempat. Ia menjelajahi Skotlandia, Spanyol, Roma dan Kota SuciYerusalem. Dengan kaki telanjang ia mengelilingi Eropa bersama ibunya yang sudah lanjut usia. Godrikus kemudian bertapa di Walpole untuk menebus dosa-dosanya. Ia dikarunia Tuhan kemampuan meramal masa depan, menjinakkan binatang buas dan ular berbisa. Godrikus meninggal dunia pada tahun 1170. 

Beato Herman Yosef, Pengaku Iman
Herman Yosef lahir di Cologna pada tahun 1150. Tabiarnya yang baik dan hidupnya yang saleh diwarisi dari orangtuanya. Semenjak kecilnya, ia menaruh cinta yang luar biasa kepada Bunda Maria dan Yesus. Di kalangan kawan-kawannya, Herman dikenal sebagai anak periang, rajin dan ramah. Selain rajin bergaul dengan kawan-kawannya, ia selalu menyempatkan dirinya untuk bercakap-cakap dengan Bunda Maria dan Yesus di dalam Gereja. Suatu kali ketika ia berangkat ke sekolah, ia menyempatkan diri berdoa kepada Bunda Maria dan Yesus di dalam Gereja. Kepada Bunda Maria dan Yesus, ia mempersembahkan sebutir apel yang diberikan oleh ayahnya sebagai bekal ke sekolah. Ia mengulurkan apel itu kepada Yesus. Tetapi ia tidak cukup tinggi untuk bisa mencapai tangan Yesus. Ia mau memanjat patung itu tetapi rasanya tidak sopan. Dengan sungguh ajaib bahwa tiba-tiba Bunda Maria tersenyum lalu membungkuk menerima pemberian Herman. Herman tertawa ceria. Sesudah berpamitan ia keluar dari gereja karena takut terlambat. 

Ia menganggap Bunda Maria dan Yesus sebagai teman akrabnya. Setiap kali ia singgah di gereja untuk membisikkan isi hati dan menceritakan pengalamannya. Pernah ia datang tanpa bersepatu, padahal pagi itu udara sangat dingin. Bunda Maria menunjuk ke sebuah ubin yang terlepas. Herman membalik ubin itu dan mendapati sejumlah uang buat membeli sepatu. Setelah itu, setiap kali Herman memerlukan sesuatu, di tempat itulah selalu tersedia apa yang diperlukannya. Ketika berumur 12 tahun, tiba-tiba Bunda Maria minta agar ia masuk biara. Herman merasa heran: “Bukankah saya masih terlalu kecil?” Ternyata ia diterima juga sebagai postulan dan kemudian novis dalam Ordo Santo Norbertus di Steinfeld. Atas permintaan Bunda Maria, ia menambah namanya menjadi ‘Herman Yosef”. Sebagai seorang biarawan, Herman Yosef rajin membina dirinya dengan berbagai latihan rohani setiap pagi, selain sibuk dengan pekerjaan rumah tangga biara. Cintanya kepada Bunda Maria dan Yesus dan hormatnya akan Sakramen MahaKudus makin meluap. Setiap pagi ia merayakan Ekaristi dan selalu melelehkan linangan air matanya. 

Jikalau ia mengalami kekacauan batin, Bunda Maria datang menghiburnya. Kepadanya Bunda Maria selalu berkata: “Tidak ada yang lebih berkenan kepada Allah daripada melayani saudara-saudara karena cinta kepada Allah.” Herman kemudian menjadi Sakrista / Koster. Pekerjaan ini sangat disukainya, karena dengan itu ia dapat leluasa mengunjungi Sakramen MahaKudus. Setelah ditabhiskan menjadi imam, ia sering mengalami ekstase pada waktu mempersembahkan Kurban Misa. Karena kesuciaan hidup dan kesederhanaannya, Herman sangat disukai oleh banyak orang teristimewa rekan-rekannya sebiara. Ia juga dikenal sebagai seorang penyair yang pandai. Syairnya yang pertama dikarang untuk meluhurkan Sakramen MahaKudus. Ia juga mengarang banyak lagu, terutama untuk menghormati Bunda Maria. Selain karya-karya yang membutuhkan kehalusan budi itu, Herman juga dikenal sebagai seorang teknisi. Ia bisa memperbaiki arloji. Karena itu ia sering diminta untuk memperbaiki jam biara ataupun arloji besar yang terletak di menara gereja. Bahkan ia tidak saja bisa memperbaiki arloji, ia juga bisa membuatnya. Menurut beberapa ahli sejarah, besar kemungkinan bahwa Herman-lah orang pertama yang membuat arloji. Ia meninggal dunia pada tahun 1241 dalam usia 90 tahun ketika sedang merayakan upacara sengsara dan wafat Tuhan disebuah biara Suster.

Sumber : http://www.imankatolik.or.id

22 Mei, 
S. Rita dari Cascia
Rita dilahirkan pada tahun 1381 di sebuah dusun kecil di Italia. Kedua orangtuanya sudah tua. Telah lama mereka mohon pada Tuhan agar dikaruniai seorang anak. Ketika Rita lahir, mereka membesarkan Rita dengan kasih sayang. Ketika usianya lima belas tahun, Rita ingin masuk biara, tetapi orangtuanya menetapkan bahwa ia harus berumah tangga. Pria yang mereka pilih menjadi suami Rita ternyata seorang yang kejam serta tidak setia. Perangainya yang kasar membuat semua tetangga takut padanya. Namun demikian, selama delapan belas tahun lamanya, isterinya dengan sabar menanggung segala makian. Berkat doa-doanya, kelembutan serta kebaikan hatinya, pada akhirnya ia dapat melunakkan hati suaminya. Suaminya minta maaf pada Rita atas segala perlakuannya dan bersedia kembali ke jalan Tuhan.

Kebahagiaan Rita atas pertobatan suaminya tidak berlangsung lama. Suatu hari, tak lama kemudian, suaminya dibunuh. Rita terpukul dan putus asa. Ia mengampuni para pembunuhnya dan berusaha agar kedua puteranya juga mau mengampuni mereka. Tetapi, ia melihat tekad kedua puteranya untuk balas dendam atas kematian ayah mereka. Rita berdoa agar kedua puteranya itu lebih baik mati saja daripada membunuh. Dalam beberapa bulan, kedua puteranya sakit parah. Rita merawat mereka dengan kasih sayang. Selama mereka sakit, ia membujuk mereka untuk mengampuni orang lain serta mohon pengampunan Tuhan bagi diri mereka sendiri. Mereka mematuhi nasehat ibunya dan meninggal dalam damai.

Sekarang, suami maupun anak-anaknya telah meninggal dunia. Sebatang kara di dunia, tiga kali Rita berusaha agar dapat diterima di biara di Cascia. Peraturan biara di sana tidak mengijinkan seorang wanita yang telah menikah bergabung bersama mereka, meskipun suaminya telah meninggal dunia. Rita pantang menyerah. Pada akhirnya, para biarawati membuat suatu perkecualian baginya. Di biara, Rita amat menonjol dalam ketaatan dan belas kasihan. Ia memiliki devosi yang amat mendalam kepada Yesus tersalib. Satu ketika, pada saat berdoa, ia mohon pada Yesus agar diijinkan ikut merasakan kepedihan luka-luka-Nya. Suatu duri dari mahkota duri-Nya menusuk keningnya dan menimbulkan luka yang tak pernah dapat disembuhkan. Malahan, luka itu semakin buruk keadaannya dan mengeluarkan bau tak sedap, sehingga St. Rita harus menjauh dari para biarawati lainnya. Ia bahagia dapat menderita sebagai bukti cintanya kepada Yesus.

St. Rita wafat pada tanggal 22 Mei 1457 dalam usia tujuh puluh enam tahun. Sama seperti St. Yudas Tadeus, St. Rita sering dijuluki “Santa atas Hal-hal yang Mustahil.”

Pada hari ini, marilah berdoa bagi mereka yang hidup tidak dekat dengan Tuhan.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santa Rosa(na), Abbas
Rosa lahir pada tahun 1226. Ketika berusia 15 tahun, ia dikawinkan dengan seorang pemuda yang bejat moralnya dan jahat. Setelah suaminya yang sakit keras itu sembuh berkat usaha dan doa Rosa, maka ia diijinkan untuk menjalani hidup bertapa. Rosa dipilih menjadi Abbas sebuah biara suster. Ia meninggal pada tahun 1310. 

Santa Yoakima de Vedruna, Pengaku Iman
Yoakima de Vedruna lahir pada tahun 1783. Ia seorang ibu rumah tangga dengan beberapa orang anak. Setelah suaminya meninggal dunia dan anak-anaknya dewasa, ia menggunakan seluruh waktunya untuk melakukan kegiatan-kegiatan amal. Doa dan pertobatan menjadi dasar batiniah yang kokoh baginya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan itu. Akhirnya, ia pun mendirikan sebuah Kongregasi Suster yang mengabdikan diri pada pemeliharaan gadis-gadis miskin dan orang-orang sakit yang terlantar. Yoakima de Vedruna meninggal dunia pada tahun 1853. 

Santa Renate, Pengaku Iman
Renate lahir pada tahun 1544. Ratu Bavaria ini mendidik sendiri 10 orang anaknya supaya hidup sederhana dan jujur. Ia mempunyai perhatian yang besar kepada para pengemis dan orang-orang miskin. Kepada mereka, Renate membagi-bagikan makanan dan dengan tangannya sendiri ia menjahit pakaian untuk orang-orang malang itu dan untuk keperluan ibadat Gereja. Ia juga mendirikan sebuah rumah sakit dan bersama suaminya hidup seperti di dalam biara. Cara hidup mereka ini terus dijalankan dengan setia meskipun banyak orang yang mencemooh mereka. Renate meninggal dunia pada tahun 1602. 

Beato Yohanes Baptista Makado, Leo Tanaka dkk, Martir
Beato Yohanes Baptista Makado lahir di kepulauan Azores, dari sebuah keluarga bangsawan. Pemuda kesatria itu bercita-cita menjadi rasul Kristus, jika mungkin di Jepang. Ia memang tahu akan rawannya tanah misi Jepang, namun rupanya ia ingin menjadi saksi iman disana. 

Pada waktu itu (abad ke-16) karya misi di Jepang ditangani antara lain oleh imam-imam Yesuit. Oleh karena itu Makado masuk ordo Yesuit. Setelah ditabhiskan menjadi imam ia diutus pergi ke negeri Sakura ini. Makado ternyata seorang imam sekaligus rasul yang rajin. Mula-mula ia bekerja di Fuxima dan Nagasaki. Sewaktu berada di pulau Goto, ia ditangkap dan dibawa ke Omura bersama beberapa kawannya. Disanalah mereka dipenggal kepalanya pada tanggal 22 Mei 1617 karena imannya kepada Kristus dan semua perjuangannya untuk menyebarkan Injil Kristus. 

Diantara imam-imam itu ada Leo Tanaka, seorang imam agama yang sangat giat membantu imam-imam dalam mengajar agama kepada umat. Oleh seorang pengawal yang mengenal baik dia, ia diberi kesempatan untuk melarikan diri. Tetapi setelah merenungkan hal itu secara mendalam, ia memutuskan untuk tidak lari agar tidak menimbulkan skandal kepada umat sebagai pengkhianat iman. Sewaktu teman-temannya dibunuh, ia dibawa kesana untuk menyaksikan penderitaan yang ditimpakan kepada mereka. Ia merasa sedih karena hukuman mati yang sama belum juga dijatuhkan padanya ketika itu juga. Ia terus menanti mahkota martir itu dengan doa. Akhirnya sepuluh hari kemudian ia juga memperoleh mahkota saksi iman yang dirindukannya itu d suatu pulau dekat Omura. Disana ia dipenggal kepalanya dan menemui ajalnya sebagai martir Kristus.

Sumber : http://www.imankatolik.or.id

23 Mei, 
S. Yohanes Baptis Rossi
Yohanes Baptis Rossi dilahirkan pada tahun 1698 di sebuah desa dekat Genoa, Italia. Keluarganya amat mengasihinya. Mereka bangga ketika sepasang suami isteri kaya yang mengunjungi desa mereka menawarkan pendidikan bagi Yohanes. Orangtuanya mengenal pasangan tersebut serta percaya kepada mereka. Yohanes amat senang boleh tinggal di rumah mereka di Genoa karena dengan demikian ia dapat bersekolah.  Segala sesuatu berjalan lancar. Ia menjadi seorang seminaris di sebuah perguruan tinggi Roma. Pelajarannya dianggapnya mudah dan ia mulai belajar dan belajar lebih banyak lagi.

Yohanes kemudian sakit parah dan harus berhenti belajar untuk beberapa waktu lamanya. Setelah keadaannya cukup baik, ia menyelesaikan segala persiapannya dan ditahbiskan sebagai imam. Meskipun kesehatannya tidak pernah prima, Pastor Rossi melakukan begitu banyak kebajikan bagi umat Roma. Ia tahu bagaimana rasanya tidak sehat, maka Pastor Rossi memberikan perhatian khusus kepada mereka yang sakit. Ia menjadi pengunjung tetap rumah-rumah sakit Roma. Terutama, ia suka menghabiskan waktunya bersama orang-orang miskin di Wisma St. Galla, yaitu tempat penampungan bagi mereka yang miskin dan tak memiliki tempat tinggal. Pastor Rossi menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang memenuhi kebutuhan rohani orang-orang miskin itu. Ia memperhatikan mereka yang membawa kawanan ternak serta dombanya untuk di jual di pasar Roma. Betapa berat hidup mereka. Mereka biasa datang pagi hari dengan kawanan ternaknya. Pastor Rossi akan berjalan bersama mereka dan berhenti serta bercakap-cakap dengan mereka. Apabila memungkinkan, ia akan memberikan pelajaran agama kepada mereka serta menawarkan Sakramen Rekonsiliasi. Pelayanan imamat Pastor Rossi membawa perubahan besar dalam hidup mereka.

Pastor kudus ini juga merasakan belas kasih mendalam kepada para wanita dan gadis-gadis tunawisma. Mereka menyusuri jalan-jalan sepanjang siang dan malam untuk mengemis. Hal ini sangat membahayakan dan juga sangat menyedihkan. Bapa Suci memberikan sejumlah dana kepada Pastor Rossi untuk mendirikan tempat penampungan bagi para wanita tunawisma ini. Tempat penampungan itu terletak dekat Wisma St. Galla. Pastor Rossi menyerahkan tempat penampungannya itu dalam perlindungan salah seorang santo favoritnya, St. Alyosius Gonzaga. Pastor Rossi terkenal oleh karena kebaikan dan kelembutan hatinya, terutama dalam pengakuan dosa. Umat antri dekat kamar pengakuannya serta menunggu giliran mereka dengan sabar. Suatu ketika Pastor Rossi mengatakan kepada seorang temannya bahwa cara terbaik bagi seoang iman untuk mencapai surga adalah dengan menolong umat melalui Sakramen Rekonsiliasi. Tugas favorit lain yang diterimanya dari Paus Benediktus XIV adalah memberikan pelajaran rohani kepada para petugas penjara dan pegawai negeri.

Pastor Rossi terserang stroke pada tahun 1763. Ia tidak pernah sembuh kembali. Ia masih dapat merakayan Misa tetapi dengan penderitaan yang amat sangat. Imam yang mengagumkan ini wafat dalam usia enam puluh enam tahun, pada tanggal 23 Mei 1764. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Leo XIII pada tahun 1881.

Bagaimana kita dapat membantu para imam kita? Kiranya kita senantiasa berdoa bagi mereka serta mohon Yesus menghibur mereka.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santo Desiderius, Uskup
Desiderius adalah Uskup Vienne, Prancis. Ia difitnah melakukan skandal dengan seorang wanita, supaya ia dapat dipecat oleh raja dan diasingkan selama beberapa tahun. Sekembalinya dari pembuangan, ia memperingatkan raja yang bejat itu akan tindakannya yang tidak bijaksana itu. Akibatnya, ia dibunuh oleh tentara kerajaan.

Santa Eufrosiana, Pertapa
Eufrosiana bertapa di Polotsk, Polandia. Perhatiannya kepada kaum papa sangat besar. Untuk mendapatkan dana bagi orang-orang miskin, ia berusaha menyalin buku-buku. Hasil penjualan dari buku-buku ini digunakan untuk membantu para miskin malang itu. Ia meninggal dunia ketika sedang berziarah ke Tanah Suci Yerusalem.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

24 Mei, 
S. David I dari Skotlandia
David dilahirkan pada tahun 1080. Ia adalah putera bungsu St. Margareta, ratu Skotlandia, dan suaminya yang baik, Raja Malcolm. David sendiri diangkat menjadi raja ketika usianya empat puluh tahun. Mereka yang mengenalnya dengan baik tahu betapa sedikit minatnya dalam menerima mahkota kerajaan. Tetapi, begitu ia menjadi raja, ia menjadi seorang raja yang sangat baik bagi rakyatnya.

St. David memerintah kerajaannya dengan adil dan bijaksana. Ia amat murah hati pada kaum miskin. Semua rakyatnya diijinkan menemuinya kapan saja mereka kehendaki. Ia memberikan teladan baik pada semua orang dengan teladan cintanya akan doa. Di bawah pemerintahan raja kudus ini, rakyat Skotlandia semakin bersatu padu sebagai suatu bangsa. Mereka menjadi orang-orang Kristen yang lebih baik. Raja David membentuk keuskupan-keuskupan baru. Ia mendirikan banyak biara-biara baru. Ia menyumbangkan banyak dana bagi Gereja selama dua puluh tahun masa pemerintahannya.

Dua hari sebelum raja mangkat, ia menerima Sakramen Terakhir. Ia menghabiskan saat-saat terakhirnya dengan berdoa bersama mereka yang menemaninya. Keesokan harinya, mereka mendesak raja untuk beristirahat. Raja David menjawab, “Lebih baik aku memikirkan perkara-perkara Tuhan, agar jiwaku diperkuat dalam perjalanan pulangnya dari pembuangan ke rumah.” Rumah yang dimaksud raja adalah rumah surgawi kita. “Apabila aku berada di hadapan pengadilan Tuhan, kalian tidak akan dapat membelaku,” katanya. “Tak seorang pun akan dapat membebaskanku dari tangan-Nya.” Jadi, ia tetap terus berdoa hingga ajal menjemputnya. St. David wafat pada tanggal 24 Mei 1153.

 “Lebih baik aku memikirkan perkara-perkara Tuhan, agar jiwaku diperkuat dalam perjalanan pulangnya dari pembuangan ke rumah.” ~ St. David dari Skotlandia

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santa Yoana, Pendamping Rasul-rasul
Istri pegawai Kerejaan Herodes ini kerapkali mendampingi para Rasul dan murid Yesus dalam tugasnya mewartakan Injil. Pada hari Paskah pagi, ia pergi ke makam Yesus. Namun makam itu tampak kosong dan ditinggalkan oleh Yang Bangkit diantara orang mati. (Luk 8:1-3 dst; 24:10).
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

25 Mei, 
St. Venerabilis Beda
Imam Inggris ini terkenal sebagai seorang kudus, imam, biarawan, guru, sekaligus penulis sejarah. Ia dilahirkan di Inggris pada tahun 673. Orangtuanya mengirimkannya ke biara Benediktin setempat agar ia memperoleh pendidikan yang baik. Beda begitu mencintai kehidupan biara hingga ia sendiri kelak menjadi seorang biarawan. Ia tinggal di biara yang sama sepanjang hidupnya.

St. Beda amat mencintai Kitab Suci. Ia mengatakan bahwa mempelajari Kitab Suci merupakan sukacita baginya. Ia senang mengajar serta menulis tentangnya. Ketika ia semakin tua, penyakit yang menyerangnya memaksa St. Beda tinggal di tempat tidur. Para murid datang berkumpul di sisi pembaringannya untuk belajar Kitab Suci. Ia tetap mengajar mereka dan juga mengerjakan terjemahan Injil St. Yohanes dari bahasa Latin ke bahasa Inggris. Banyak orang tidak mengerti bahasa Latin. St. Beda ingin agar orang banyak dapat membaca Sabda Yesus dalam bahasa mereka sendiri.

Ketika penyakitnya bertambah parah, St. Beda tahu bahwa ia akan segera pulang kepada Tuhan. Para biarawannya akan sangat kehilangan dia. Ia tetap terus bekerja walaupun sakitnya payah. Akhirnya, anak muda yang menuliskan segala yang didiktekannya berkata kepadanya, “Bapa terkasih, masih ada satu kalimat lagi yang belum diselesaikan.” “Tulislah segera.” jawab Beda. Ketika kemudian pemuda itu berkata, “Sudah selesai”, orang kudus itu menjawab, “Bagus! Kamu benar - sekarang sudah selesai. Sekarang tolong bantu aku bangun. Aku ingin duduk memandang tempat di mana aku biasa berdoa. Aku ingin memanggil Bapa Surgawi-ku.”

St. Beda wafat tak lama kemudian, yaitu pada tanggal 25 Mei 735. Bukunya yang paling terkenal, Sejarah Gereja Inggris, merupakan satu-satunya sumber terlengkap sejarah Inggris di masa lampau. Orang menyebut Beda dengan gelar kehormatan “Venerabilis” (Yang Pantas Dihormati). Ia juga diangkat sebagai Pujangga Gereja.

Kata-kata St Venerabilis Beda sendiri juga merupakan sumber inspirasi bagi kita: “Senantiasa merupakan suatu sukacita bagiku untuk belajar, mengajar, dan menulis.”

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


S. Gregorius VII
Nama asli paus kita ini adalah Hildebrand. Ia dilahirkan di Italia sekitar tahun 1023. Pamannya seorang biarawan di Roma, Hildebrand pergi ke biara di mana pamannya berada untuk memperoleh pendidikan. Kelak, Hildebrand menjadi seorang biarawan Benediktin di Perancis. Tetapi, sebentar saja di sana, ia sudah dipanggil kembali ke Roma. Di Roma ia diserahi kedudukan yang amat penting di bawah beberapa paus hingga ia sendiri akhirnya diangkat sebagai paus.

Selama dua puluh lima tahun, ia menolak untuk dipilih. Tetapi, ketika Paus Alexander II wafat, para kardinal telah bersepakat untuk memilih Hildebrand sebagai paus yang baru. Dengan suara bulat mereka memutuskan: “Hildebrand ditetapkan sebagai penerus St. Petrus!” “Mereka membawaku ke tahta suci,” demikian ditulisnya kelak. “Protes-protesku tidak mereka hiraukan. Kegentaran memenuhi hatiku dan kegelapan sepenuhnya melingkupi aku.” Sebagai paus, Hildebrand memilih nama Gregorius VII.

Masa itu sungguh merupakan masa gelap bagi Gereja Katolik. Para raja dan kaisar ikut campur dalam urusan-urusan gereja. Mereka menetapkan orang-orang yang mereka inginkan menjadi para uskup, kardinal dan bahkan paus. Banyak dari antara mereka yang ditetapkan itu bukanlah orang-orang yang baik. Mereka memberikan teladan yang buruk bagi umat.

Hal pertama yang dilakukan St. Gregorius adalah melewatkan beberapa hari lamanya dalam doa. Ia juga meminta yang lain untuk berdoa baginya. Ia sadar bahwa tanpa doa tak ada sesuatu pun yang dapat diselesaikan dengan baik bagi Tuhan. Sesudah itu, ia mulai bertindak dengan memperbaiki pelayan-pelayan gereja. Ia juga mengambil langkah-langkah yang perlu untuk menghindari campur tangan negara dalam masalah Gereja. Hal ini amatlah sulit mengingat para penguasa semuanya menentang perubahan itu. Namun demikian, beberapa di antara mereka mulai mau bekerjasama.   

Seorang penguasa, Kaisar Henri IV dari Jerman, menyebabkan Paus Gregorius banyak menderita. Kaisar muda itu seorang berdosa dan amat rakus terhadap harta. Ia tidak mau berhenti mencampuri urusan gereja. Ia bahkan mengirimkan orang-orangnya untuk menangkap Bapa Suci. Tetapi, penduduk Roma menyelamatkan paus dari penjara. Paus Gregorius mengekskomunikasikan kaisar. Hal itu tidak menghentikan Henry IV. Ia menetapkan pausnya sendiri. Tentu saja orang yang ditetapkannya itu bukanlah paus sesungguhnya. Tetapi Henry berusaha meyakinkan rakyat bahwa paus yang ditetapkannya itulah paus yang benar. Kemudian, sekali lagi, kaisar mengirimkan pasukannya untuk menangkap paus. Bapa Suci dipaksa meninggalkan Roma. St. Gregorius tiba dengan selamat di Salerno di mana akhirnya ia wafat pada tahun 1085. Pesannya yang terakhir adalah, “Aku cinta keadilan dan benci kejahatan. Oleh sebab itulah sekarang aku mati dalam pengasingan.” Paus Gregorius VII dinyatakan kudus oleh Paus Paulus V pada tahun 1606.

Paus Gregorius VII (Hildebrand) dikenal karena keberaniannya yang luar biasa. Ia berdiri tegak membela Yesus dan Gereja-Nya.

Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” (Yoh 14:5-6)

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


S. Maria Magdalena de’Pazzi
Katarina de'Pazzi dilahirkan di Florence, Italia, pada tahun 1566. Ia adalah puteri satu-satunya dari sebuah keluarga kaya raya. Ketika usianya empat belas tahun, Katarina tinggal di asrama sekolah suatu biara. Di sanalah ia mulai mencintai kehidupan religius. Tetapi, setahun kemudian ayahnya menjemputnya pulang. Ayahnya mulai berpikir untuk memilihkan seorang suami kaya baginya. Tetapi, Katarina sudah bertekad untuk menjadi seorang biarawati. Kedua orangtuanya amat terkejut ketika ia mengatakan kepada mereka bahwa ia telah mengucapkan kaul kemurnian. Mereka tidak percaya. Akhirnya, mereka mengijinkan Katarina masuk biara Karmelit. Namun, hanya lima belas hari kemudian, mereka datang menjemputnya pulang. Mereka berharap dapat mengubah pikirannya. Setelah tiga bulan berusaha membujuknya tanpa hasil, mereka akhirnya menyerah. Mereka membiarkannya pergi untuk selamanya dengan restu mereka. Hal itu terjadi pada tahun 1582, tahun wafatnya St. Theresia Avila di Spanyol.

Ketika masih novis, St. Maria Magdalena sakit parah. Para biarawati khawatir kalau-kalau ia meninggal. Sebab itu, ia diijinkan segera mengucapkan kaul religiusnya. Melihat bagimana ia menderita begitu hebat, salah seorang biarawati bertanya kepadanya bagaimana ia dapat menahan rasa sakit tanpa mengeluh sama sekali. Maria Magdalena menunjuk ke arah salib, katanya, “Lihatlah, betapa kasih Tuhan yang demikian besar itu telah menderita bagi keselamatanku. Kasih yang sama melihat segala kelemahanku dan memberiku kekuatan.”

St. Maria Magdalena harus mengalami banyak penderitaan hebat sepanjang hidupnya. Ia juga harus mengalami pencobaan-pencobaan berat akan ketidakmurnian dan keserakahan akan makanan. Ia dapat mengatasi segala pencobaan itu dengan cintanya yang besar kepada Yesus dalam Ekaristi Kudus dan kepada Bunda Maria. Seringkali ia hanya makan roti dan minum air putih saja. Ia juga melakukan latihan-latihan penyangkalan diri yang lain. Cintanya kepada Yesus begitu mendalam hingga ia akan berkata, “Kasih tidak dikasihi, Kasih tidak dikenali oleh makhluk ciptaan-Nya Sendiri.” Dengan bercucuran air mata, ia akan berdoa serta mempersembahkan segala penderitaannya demi silih bagi para pendosa dan orang-orang yang tidak percaya, hingga akhir hayatnya. Suatu ketika ia mengatakan, “O Yesus-ku, andai saja aku mempunyai suara yang cukup kuat dan lantang hingga terdengar ke seluruh penjuru dunia, aku akan berseru-seru agar Engkau dikenal dan dikasihi oleh semua orang!”

St. Maria Magdalena de Pazzi wafat pada tanggal 25 Mei 1607 dalam usia empat puluh satu tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Klemens IX pada tahun 1669.

“Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” (1Yoh 4:10)

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santa Magdalena Sofia Barat, Pengaku Iman
Magdalena Sofia Barat (Madeleine Sophiebarat) lahir di Joigny, Burgundy, Perancis pada tanggal 12 Desember 1779. Di bawah bimbingan seorang kakaknya yang sudah menjadi imam, Magdalena dididik secara ketat dengan disiplin dan latihan-latihan matiraga. Pendidikan ini terasa sangat berat untuk seorang wanita yang masih muda belia. Namun itulah yang kiranya menjadi persiapan baik bagi Magdalena menuju keberhasilannya di masa depan. 

Pada waktu itu, Varin, Pastor Paroki setempat memulai pembangunan sebuah perkumpulan yang mengabdikan diri secara khusus kepada karya pendidikan bagi para putri-putri. Perkumpulan ini menjadi bagian dari Serikat Yesus, dan dipersembahkan kepada perlindungan Hati Yesus yang MahaKudus. Ketika perkumpulan ini mulai berjalan, Magdalena bersama tiga orang kawannya mendaftarkan diri sebagai anggota pertama. Pada tahun berikutnya,keempat putri ini memulai kehidupannya di dalam perkumpulan itu sebagai postulan. 

Setelah mendapat pendidikan intensif, Magdalena di utus ke kota Amiens untuk mengajar di sebuah sekolah yang ada disana. Tugasnya sebagai guru dijalankannya dengan sangat baik. Dalam waktu singkat, ia mendirikan sebuah biara di kota itu. Ia sendiri menjadi pemimpin biara itu, meskipun usianya tergolong masih sangat muda sekali, yaitu 23 tahun. Kepribadiannya yang menarik, kesalehan dan kebijaksanaannya membuat dia mampu membina biara ini dengan sukses. Magdalena memang seorang pemimpin yang penuh semangat dalam karya pengabdiannya. Pada usia 26 tahun, ia mengumpulkan dan membina sekelompok guru yang bercita-cita membangun kembali Pendidikan Katolik bagi putri-putri, yang sudah tidak berjalan karena revolusi Prancis. 

Dalam waktu singkat kelompok guru baru yang tergabung di dalam Kongregasi Suster Hati Kudus (Sacre Coeur) ini menyebar ke seluruh Prancis untuk menjalankan misinya di bidang pendidikan bagi putri-putri. Magdalena sebagai pemimpin mendampingi suster-susternya dengan bijaksana dan penuh keberanian. Ia membimbing mereka sebagai pemimpin selama 63 tahun dengan hasil yang sangat memuaskan. Banyak sekolah dibukanya di banyak tempat. Di antara sekolah-sekolah itu, ada satu sekolah yang dikhususkan untuk menampung anak-anak dari biara Visitasi yang ada di Grenonle. Dari antaranya terdapat orang-orang seperti: Bl. Philippine Duchesne yang kemudian menyebarkan biara itu ke Amerika pada tahun 1818. 

Kongregasi Hati Kudus ini kemudian mendapat pengakuan dan pengesahan dari Sri Paus Leo XII (1878-1903) pada tahun 1826. Pada tahun 1830, novisiatnya di Piters ditutup karena revolusi yang terjadi di negeri itu. Sebagai gantinya Magdalena mendirikan sebuah novisiat di Swiss. 

Dalam kepemimpinannya, Magdalena senantiasa menyemangati para susternya untuk mencari kemuliaan Tuhan Yesus dengan bekerja keras menyucikan jiwa-jiwa. Semboyannya ialah: “Memikul penderitaan untuk diri sendiri dan tidak membuat orang lain menderita”. Kebaktiannya yang mendalam kepada Hati Yesus yang MahaKudus membuat hatinya sendiri tetap tenang sampai hari kematiannya di Paris pada tanggal 21 Mei 1865. Sampai wafatnya, ia telah mendirikan lebih dari 100 biara dan sekolah di 12 negara. 

Sumber : http://www.imankatolik.or.id

26 Mei, Santo Philipus Neri, Pengaku Iman.
Riwayat hidup Philipus Neri ini menggembirakan karena sifat dan kepribadiannya yang menarik. Pippo Buono, yang berarti Pippo yang baik adalah nama panggilan Philipus semasa kecilnya. Ia lahir di Florence dari sebuah keluarga Notaris. Ia mendapat pendidikan yang baik terutama dalam sastra latin.

Pada tahun 1534 ia tiba di Roma. Ia bermaksud melanjutkan perjalanannya ke India tetapi Allah memilihnya menjadi Rasul di kota Abadi itu. Philipus yang pada saat itu masih berstatus awam memberikan pengajaran kepada beberapa orang anak untuk memperoleh sedikit biaya hidup. Karyanya ini membuat banyak orang mengenal dia terutama di kalangan para pemuda. Banyak pemuda diundangnya ke rumahnya. Disana mereka berdiskusi, menyanyi, berdoa, dan kadang-kadang berlatih pidato singkat mengenai sesuatu pokok masalah tertentu. Pada mulanya tidak terlintas keinginan untuk membentuk suatu perkumpulan tetap. Tetapi kemudian mereka berkeputusan untuk membentuk suatu perkumpulan di bawah perlindungan Suci Bunda Maria. Mereka hidup bersama dalam satu rumah tanpa mengikrarkan kaul-kaul. 

Setelah Philipus Neri ditabhiskan menjadi imam pada tahun 1551, perkumpulan ini berkembang meluas ke seluruh Roma. Philipus terus meningkatkan perlayanan kepada pemuda-pemuda itu. Kini ia menuntut agar para muridnya benar-benar menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Ia tidak mengharapkan banyak dari para muridnya, kecuali kerendahan hatinya kepada Tuhan saja. Meskipun demikian perkumpulannya tidak terlalu keras. 

Philipus Neri bukanlah seorang pemulih ketertiban, bukan juga seorang Teolog kenamaan atau seorang politikus. Ia, orang biasa, tetapi hidupnya merupakan rentetan mukzijat yang tidak henti-hentinya. Tidaklah jarang ia mengalami ekstase. Ia dapat membaca suasana batin orang lain dan mengenal rahasia-rahasia pribadi orang. Ia dapat meramalkan masa depan seseorang dan apa yang akan terjadi atas dirinya. Untuk menyembuhkan orang dari sakitnya, cukuplah ia menyentuh orang itu. Demikian juga semua orang yang gelisah dan susah hatinya karena berbagai masalah.

Beliau tetap riang-gembira, jujur, ramah kepada setiap orang. Ia memberi semangat dan harapan kepada orang-orang di sekelilingnya dengan kepercayaan, cinta kasih dan kegembiraannya, sehingga banyak orang terhibur karenanya. Setiap hari di tempat pengakuannya dikerumuni oleh orang banyak, bahkan kardinal-kardinal pun datang meminta nasehat dan bimbingan.

Ia dijuluki ‘Pelopor Anti Reformasi’. Pada tanggal 26 Mei 1595 Philipus Neri meninggal dunia dalam usia 80 tahun. Ia dihormati gereja sebagai Rasul kota Roma.

Santa Mariana dari Quito, Pengaku Iman.
Mariana de Paredes Y. Flores yang dijuluki “Bunga lily dari Quito” lahir di Quito, Ekuador pada tahun 1618. Ayahnya seorang bangsawan kaya raya Spanyol. Tetapi sayang sekali bahwa semenjak kecilnya, Mariana sudah ditinggal mati kedua orangtuanya. Hidupnya ditanggung oleh seorang kakaknya perempuan yang sudah berumah tangga. 

Meski hidup sebagai anak yatim-piatu, Mariana memiliki suatu keistimewaan adikodrati. Semenjak kecilnya, ia sudah menaruh minat besar pada hal-hal kerohanian dan kehidupan bakti kepada Tuhan. Ia rajin sekali berdoa dan mengikuti perayaan Misa Kudus. Sebelum batas waktu untuk menerima Komuni Suci seperti yang ditentukan aturan Gereja, ia sudah diperkenankan oleh pastor paroki untuk menerima Komuni Suci. Ketika berusia 12 tahun, ia mengatakan kepada kakaknya niatnya untuk membentuk sebuah perkumpulan untuk mempertobatkan bangsa Jepang yang masih kafir. Niat luhur ini gagal. Sebagai gantinya, ia berniat lagi menjalani hidup bertapa di daerah pegunungan dekat Quito. Niat ini pun gagal lagi. Kawan-kawannya mendesak ia masuk biara. Namun semuanya ini selalu saja menemui jalan buntu. 

Menyaksikan semua kegagalan ini, ia mulai menyadari bahwa Tuhan mempunyai suatu rencana lain atas dirinya. Tuhan lebih menghendaki agar dia tetap tinggal di rumah kakaknya sambil menjalani hidup menyendiri dalam kemiskinan, matiraga dan doa-doa. Untuk itu dengan bantuan kakaknya, ia membangun sebuah gubuk sederhana guna melaksanakan rencana Tuhan itu di bawah bimbingan seorang Yesuit sebagai pembimbing rohani dan bapa pengakuan. Dia tidak pergi kemana-mana kecuali ke Gereja untuk berdoa dan merayakan Misa Kudus. 

Matiraganya sangat luar biasa. Hal ini mengkhawatirkan banyak orang di sekitarnya, bahkan membuat mereka bertanya-tanya “Mengapa Bapa Pengakuannya membiarkan gadis remaja ini menjalani hidup sekeras itu?” Setiap hari Jumat malam, ia berbaring di dalam sebuah peti mayat seperti layaknya seorang yang benar-benar mati. Tangan dan kakinya diikat dengan rantai. Sementara itu, waktu tidurnya dalam sehari hanya tiga jam saja. Sisa waktunya dipakai untuk melakukan latihan rohani. Cara hidup ini memang aneh di mata kakaknya. Tetapi justru itulah kehendak dan rencana Allah atas dirinya. Sebagai pahalanya, Tuhan mengaruniakan kepadanya kemampuan meramal dan membuat mukjizat. 

Pada tahun 1645, kota Quito digetarkan oleh gempa bumi yang dahsyat disertai wabah penyakit menular yang ganas. Menghadapi bencana ini, timbullah tekad dalam dirinya untuk mengorbankan diri sebagai tebusan bagi dosa-dosa penduduk kota Quito. Tekad ini disampaikannya secara tegas kepada Tuhan. Gempa dasyat itu berhenti, demikian pula wabah penyakit menular itu. Sebagai gantinya, Mariana sendiri jatuh sakit dengan komplikasi berat sampai akhirnya meninggal dunia pada tanggal 26 Mei 1645 dalam usianya 25 tahun. Segenap penduduk kota Quito yang selamat dari bahaya maut itu sangat sedih karena kematian Mariana. Mereka menyebut dia ‘Bunga Lili dari Quito’ karena kesalehan hidupnya di tengah-tengah penduduk kota yang buruk kelakukannya. Ia digelari ‘Kudus’ pada tahun 1950.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

27 Mei, 
S. Agustinus dar Canterbury
St Agustinus adalah Kepala Biara St Andreas di Roma. Paus St Gregorius Agung memilihnya bersama empat puluh biarawan lain untuk suatu misi yang dirindukannya. Mereka diutus untuk mewartakan Injil kepada rakyat Inggris. Agustinus dan para biarawan pun memulai perjalanan mereka. Ketika tiba di Perancis selatan, mereka diperingatkan akan kebengisan orang-orang Inggris. Para biarawan menjadi patah semangat. Mereka mendesak Agustinus agar bersama-sama kembali dan mendapatkan ijin paus untuk membatalkan seluruh rencana itu. Mereka memang melakukannya, tetapi paus tetap bersikeras mengutus mereka ke Inggris. Beliau mengatakan bahwa orang-orang Inggris rindu menerima iman Kristiani. Para biarawan pun berangkat ke Inggris. Mereka tiba pada tahun 596.

Para misionaris disambut baik oleh Raja Ethelbert, yang isterinya adalah seorang puteri Kristiani dari Perancis. Para biarawan membuat suatu arak-arakan ketika mereka mendarat. Mereka berjalan beriringan sembari memadahkan mazmur. Mereka membawa sebuah salib dan sebuah gambar Tuhan kita. Banyak orang menerima kabar gembira dari para biarawan. Raja Ethelbert sendiri juga dibaptis pada Hari Raya Pentakosta tahun 597. St Agustinus ditahbiskan menjadi uskup pada tahun yang sama.

St Agustinus kerap menulis surat untuk memohon nasehat paus. Dan Paus St Gregorius pun banyak memberinya nasehat-nasehat kudus pula. Berbicara mengenai banyaknya mukjizat yang diadakan St Agustinus, paus mengatakan, “Engkau sepatutnya bersukacita dengan gemetar dan gemetar dengan sukacita atas karunia itu.” Maksud beliau adalah agar Agustinus hendaknya bersukacita bahwa melalui mukjizat-mukjizat itu orang-orang Inggris dipertobatkan. Tetapi, hendaknya ia berhati-hati pula untuk tidak menjadi sombong.

Di Canterbury, St Agustinus mendirikan sebuah gereja dan sebuah biara, yang di kemudian hari menjadi yang terpenting di Inggris. Di sanalah kelak St Agustinus dimakamkan. St Agustinus wafat pada tanggal 26 Mei 605, tujuh tahun setelah kedatangannya di Inggris.

Kita memohon dengan bantuan doa St Agustinus dari Canterbury agar kiranya buah-buah karyanya terus berlanjut dalam Gereja kita.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santo Yulius, Martir
Veteran Romawi ini menjalani dinas militer selama 27 tahun. Ia ditangkap karena memeluk agama Kristen. Bersama dengan Santo Valensio dan Santo Hesikius, ia dipenjarakan di Silistria, Rumania sampai dijatuhi hukuman pancung karena tidak mau menyembah berhala.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

28 Mei, 
B. Margareta Pole
Beata Margareta Pole dilahirkan pada tahun 1471. Ia adalah kemenakan dua orang raja Inggris, Edward IV dan Richard III. Henry VII mengatur pernikahannya dengan Sir Reginald Pole. Sir Pole adalah seorang prajurit gagah, sahabat keluarga kerajaan. Pada saat Raja Henry VIII naik tahta, Margareta telah menjadi janda dengan lima orang anak. Raja Henry VIII masih muda dan belum berpengalaman dalam hal mengendalikan kerajaan dan kekuasaan. Ia menyebut Margareta sebagai wanita paling kudus di seluruh Inggris. Ia begitu terkesan pada Margareta hingga ia mengembalikan sebagian harta keluarganya yang hilang di masa lampau. Raja juga memberinya gelar kerajaan.

Raja Henry amat mempercayainya hingga Margareta diberi kepercayaan untuk mendidik Puteri Maria, putri raja dan Ratu Katarina. Tetapi kemudian, Henry berusaha menikahi Anne Boleyn, meskipun ia sudah beristeri. Margareta tidak menyetujui perilaku raja. Karena itu, raja mengusirnya dari istana. Raja menunjukkan bagaimana ia sangat tidak suka kepadanya. Raja bertambah murka ketika seorang putera Margareta, seorang imam, menulis sebuah artikel panjang menentang tuntutan Henry untuk menjadi kepala gereja Inggris (Putera Margareta itu kelak menjadi Kardinal Reginald Pole yang terkenal). Henry tidak dapat mengendalikan diri lagi. Ia menjadi seorang yang kejam serta penuh rasa dengki. Ia mengancam akan membinasakan seluruh keluarga Margareta.

Henry mengutus orang-orangnya untuk menginterogasi Margareta. Mereka harus dapat membuktikan bahwa Margareta adalah seorang pengkhianat. Mereka menginterogasinya mulai pagi hingga petang. Tetapi, tidak pernah sekali pun Margareta berbuat kesalahan. Tidak ada yang disembunyikan olehnya. Kemudian Margareta dikenai tahanan rumah di sebuah kastil seorang bangsawan. Lalu, ia dipindahkan ke sebuah menara besar di London. Ia bahkan tidak diadili sebelum dipenjarakan. Selama musim dingin yang panjang, Margareta menderita kedinginan yang hebat. Tidak ada api dan tidak cukup pakaian hangat baginya.

Akhirnya, pada tanggal 28 Mei 1541, Beata Margereta dihantar keluar dari menara menuju tempat pelaksanaan hukuman mati. Ia lelah dan sakit, tetapi ia berdiri tegak dan gagah untuk mati demi imannya. “Aku bukan seorang pengkhianat,” demikian katanya dengan berani. Margareta dipenggal kepalanya. Usianya tujuhpuluh tahun.

Bersediakah aku mengambil resiko kehilangan penghargaan orang terhadapku oleh karena imanku kepada Kristus?

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santo Wilhelmus, Biarawan
Wilhelmus adalah seorang jendral dari kaisar Karokus Agung yang berhasil menundukkan suku Bask da merebut Barcelona dari tangan orang Arab. Setelah kemenangan ini ia menjadi biarawan. Ia mendirikan sebuah biara di Gellone, Perancis. Anehnya ialah bahwa dalam biara yang didirikannya itu, ia sendiri bekerja sebagai tukang roti dan koki. Ia meninggal dunia pada tahun 812. 

Santo Bernardus dari Montjoux, Imam
Bernardus dari Montjoux dikenal sebagai pelindung para pencinta pegunungan Alpen dan para pendaki gunung. Untuk membantu para wisatawan, Bernardus bersama pembantu-pembantunya mendirikan dua buah rumah penginapan. Dari nenek moyangnya, ia diketahui berketurunan Italia. Tanggal kelahirannya tidak diketahui dengan pasti, tetapi hari kematiannya diketahui terjadi pada tanggal 28 Mei 1081 di biara santo Laurensius, Novara, Italia. 

Kisah masa kecilnya dan masa mudanya telah banyak dikaburkan oleh berbagai legenda. Meski demikian, suatu hal yang pasti tentang dirinya ialah tentang pendidikan imamatnya. Pendidikan imamatnya dijalaninya bersama Petrus Val d’ Isere, seorang Diakon Agung di Keuskupan Aosta. Aosta adalah sebuah kota di Italia yang terletak di pegunungan Alpen dan berjarak 50 mil dari perbatasan Prancis dan Swiss. 

Karena semangat kerasulannya yang tinggi, ia diangkat menjadi Vikaris Jendral Kesukupan Aosta. Dalam jabatan ini, Bernardus membawa angin pembaharuan di antara rekan-rekannya, biarawan-biarawan Kluni di Burgundia. Ia berusaha mendorong mereka merombak aturan-aturan biara yang terlalu klerikal dan keras. Ia mendirikan sekolah-sekolah dan rajin mengelilingi seluruh wilayah diosesnya. 

Pada abad pertengahan, peziarah-peziarah dari Perancis dan Jerman rajin datang ke Italia melalui dua jalur jalan di pegunungan Alpen. Banyak dari mereka mati kedinginan karena badai salju, atau karena ditangkap oleh perampok di jalan. Melihat kejadian-kejadian itu, maka pada abad kesembilan Bernardus berusaha mendirikan dua buah rumah penginapan di antara dua jalur jalan it, tepatnya di gunung Jovis (Mentjoux), yang sekarang dikenal nama gunung Blanc. Dua rumah penginapan ini sungguh membantu para peziarah itu. Tetapi kemudian pada abad keduabelas, rumah-rumah itu runtuh diterpa badai salju. Sebagai gantinya mendirikan lagi dua buah rumah penginapan baru, masing-masing terletak di dua jalur jalan itu dengan sebuah biara berdiri di dekatnya. Kedua jalan ini sekarang dikenal dengan nama Jalan Besar dan Jalan Kecil Santo Bernardus. Untuk membina ahklak para petugas rumah penginapan dan anggota-anggota biarawan yang menghuni biara itu, Bernardus menetapkan aturan-aturan biara santo Agustinus. Ia menerima pengakuan dan ijin khusus dari Sri Paus untuk membimbing para novisinya dalam bidang karya perlayanan para wisatawan. 

Karya mereka ini berkembang pesat dari hari ke hari didukung oleh seekor anjing pembantu. Tugas utama mereka ialah berusaha membantu para wisatawan dalam semua kesulitannya dengan makanan dan rumah penginapan, serta menguburkan orang-orang yang mati. Ketenaran karya pelayanan mereka ini kemudian berkembang dalam berbagai bentuk legenda. Kemurahan hati dan keramah-tamahan mereka menarik perhatian banyak orang, terutama keluarga-keluarga kaya. Keluarga-keluarga kaya ini menyumbangkan sejumlah besar dana demi kemajuan karya pelayanan santo Bernardus dan kawan-kawannya. Legenda tentang anjing pembantu Santo Bernardus masih berkembang hingga sekarang. Setelah berkarya selama 40 tahun lamanya sebagai Vikaris Jendral Bernardus meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 1081 di biara Santo Laurensius, Novara, Italia. Sri Paus Innocentius XI (1676-1689) menggelari dia ‘Kudus’ pada tahun 1681. Dan pada tahun 1923 oleh Sri Paus Pius XI (1922-1939), Bernardus diangkat sebagai pelindung para pencinta pegunungan Alpen dan para pendaki gunung. 

Santo Germanus dari Paris, Pengaku Iman 
Germanus atau Germain dikenal luas karena cinta kasihnya yang besar kepada orang-orang miskin dan gelandangan, karena kesederhanaan hidupnya. Ia lahir di Autun, Perancis pada tahun 496. 
Setelah menjadi imam, ia diangkat menjadi Abbas biara Santo Symphorianus, yang terletak tak jauh dari Autun. Disini ia menjalani suatu kehidupan asketik yang keras dan giat membantu orang-orang miskin; kadang-kadang ia mengundang pengemis-pengemis untuk makan bersamanya di biara. Ketika raja Prancis. Childebert I (511-558), menunjuk dia sebagai Uskup Paris, ia tidak mengubah kebiasaan hidupnya yang keras dan perhatiannya kepada orang-orang miskin dan gelandangan. Menyaksikan teladan hidup Germanus, raja Childebert sendiri akhrinya menjadi dermawan: senang membantu orang miskin, membangun biara-biara dan gereja-gereja. Salah satu gereja yang terkenal adalah gereja santo Germanus yang didirikannya sesudah kematian santo Germanus.
Salah satu usaha utama Germanus ialah mendesak penghayatan cara hidup Kristen yang lebih baik di kalangan kaum bangsawan Prancis. Ia tidak henti-hentinya mengutuk orang-orang yang bejat cara hidupnya dan tidak tanggung-tanggung mengekskomunikasikan Charibert, raja Frank yang hidupnya penuh dosa. Germanus meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 576.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

29 Mei, 
S. Maximinius
Maximinius adalah seorang uskup yang hidup pada abad keempat. Konon ia dilahirkan di Poitiers, Perancis. Sebagai seorang pemuda, ia mendengar mengenai seorang uskup yang kudus di Trier, di Gaul. Ia pergi ke kota Trier dan menjadi murid St Agritius. Uskup yang kudus ini memastikan bahwa Maximinius mendapatkan pendidikan yang seksama. Setelah beberapa tahun masa belajar dan persiapan, Maximinius ditahbiskan menjadi iman dan kemudian ditahbiskan menjadi uskup. Ia diserahi Keuskupan Trier. Uskup Agritius amat bersukacita. Ia tahu bahwa umatnya akan memiliki seorang uskup yang mengagumkan.

Maximinius hidup pada masa-masa heboh. Ketika St Atanasius dari Alexandria, Mesir, dibuang ke pengasingan di Trier, St Maximinius yang menyambutnya. Ia melakukan segala yang dapat dilakukan demi menolong Atanasius dan menjadikan masa pengasingannya sedikit lebih ringan. Seorang uskup lain yang gagah berani pada masa itu, St Paulus, Uskup Konstantinopel, juga dilindungi oleh St Maximinius dari murka Kaisar Konstantius. St Atanasius menulis bahwa Uskup Maximinius seorang yang gagah berani dan kudus. Ia mengatakan bahwa Maximinius bahkan terkenal sebagai seorang pekerja ajaib. Meski diyakini bahwa Uskup Maximinius banyak menulis, namun karya-karyanya telah hilang. Yang tinggal adalah kenangan akan dedikasinya kepada Yesus dan kepada Gereja. Sebab ia seorang yang agung, ia siap sedia berdiri teguh melawan mereka yang menganiaya Gereja. Ia siap sedia pula melindungi para uskup yang gagah berani yang mengalami penganiayaan akibat intrik-intrik politik. Maximinius tak gentar membahayakan diri, meski itu berarti kehilangan kedudukan atau bahkan nyawa, jika perlu. Ia wafat sekitar tahun 347.

Bagaimanakah aku dapat menolong seseorang yang diusik atau dikucilkan? Mungkin aku dapat menolongnya merasa dikasihi dengan menawarkan semangat dan dukungan.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”

Santa Teodosia dari Konstantinopel, Martir
Sebagai martir dari Konstantinopel, Teodosia adalah salah seorang martir dari gereja Katolik Timur. Ia menderita penganiayaan hebat dari para musuh Gereja pada abad kedelapan (745) pada masa pemerintahan kaisar Konstantin V. 
Pada tahun 726, kaisar Byzantium Leo III mengeluarkan sebuah dekrit yang melarang pemujaan terhadap gambar-gambar kudus. Putranya Konstantin, yang menggantikan dia terus melanjutkan politiknya dalam memberantas praktek pemujaan terhadap gambar-gambar kudus. Ia memerintahkan pengrusakan atas sebuah lukisan Yesus yang termasyur di biara santo Anastasius di Konstantinopel. Teodosia sebagai seorang biarawati di biara itu mencoba menyembunyikan lukisan itu. Karena itu ia ditangkap dan dianiayan hingga mati. 
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

30 Mei, Santo Feliks I, Paus, Martir dan Pengaku Iman
Feliks dikenal sebagai putra kaisar Konstantianus. Ia lahir di Roma kira-kira pada awal abad ketiga. Kehidupan masa mudanya dan usahanya menghayati iman Kristen tidak banyak diketahui. Adanya banyak cerita beredar di kalangan orang-orang Kristen tentang dirinya, namun kebenaran cerita itu diragukan. Oleh karena itu, para ahli mengadakan penelitian tentang kehidupan Feliks. 

Feliks menduduki Taktha Santo Petrus sebagai Paus pada tahun 269 dan memimpin Gereja Kristus sampai tahun 274. Ia dibunuh pada masa pemerintahan kaisar Aurelianus ketika ada penganiayaan terhadap orang-orang Kristen. Ia dikuburkan pada pemakaman para Paus di kuburan Santo Kallistus di Jalan Apia, Roma. 

Santo Baptista Varani OSC Cap, Abbas
Baptista lahir pada tahun 1458. Ia seorang biarawan yang pandai dan dikarunia banyak rahmat mistik. Pengalaman-pengalaman rohaninya yang dalam diabadikan dalam beberapa buku yang sangat penting bagi peningkatan iman, terutama bagi peningkatan kebaktian terhadap Hati Kudus Yesus. Pemimpin biara suster-suster Claris di Chiara, Italia ini meninggal dunia pada tahun 1524. 

Santo Ferdinandus dari Kastilia, Pengaku Iman
Ferdinandus adalah putra Raja Alfonso dari kerajaan Leon, dan ratu Berengaria dari Kastilia. Ia lahir di sebuah kota dekat Salamanca, Spanyol pada tahun 1199. Ketika berumur 18 tahun, ia diangkat menjadi raja Kastilia. Kemudian ketika ayahnya Alfonso meninggal dunia pada tahun 1230, Ferdinandus diangkat lagi menjadi raja Leon. Dengan demikian ia menjadi raja yang baik di kerajaan Kastilia maupun di kerajaan Leon. Dia memerintah kedua kerajaan ini sampai hari kematiannya pada tanggal 30 Mei 1252.

Sebagai raja, Ferdinandus membuktikan dirinya sebagai seorang penguasa yang adil dan bijaksana. Dimasa kepemimpinannya, dua kerajaan yang diwariskan kepadanya oleh kedua orangtuanya digabungkan menjadi satu kerajaan. Masa pemerintahannya mempunyai arti yang sangat penting bagi sejarah Spanyol. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menyebarkan agama Kristen di seluruh kerajaannya. Ia berhasil mengusir pergi orang-orang Moor dari seluruh wilayah Spanyol, termasuk kota-kota penting seperti Kordova (1236) dan Seville (1248). Sampai pada saat kematiannya, hanyalah Granada dan Alicante masih berada di bawah pendudukan orang Moor. 

Selain usaha-usaha diatas, ia terus berjuang mempertahankan tegaknya ajaran iman yang benar terhadap rongrongan bidaah Albigensia. 
Ferdinandus tergolong seorang raja yang beriman teguh. Ia berusaha memajukan perkembangan agama Kristen. Ia mendirikan banyak biara, merobah mesjid-mesjid menjadi Katedral-katedral dan membantu rumah-rumah sakit dengan berbagai pemberian. Pada tahun 1242 ia mendirikan Universitas Salamanca sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. 

Ketika ia meninggal dunia, ia dikuburkan di Katedral Seville dalam pakaian ordo ketiga Santo Fransiskus. Pada kuburnya terjadi banyak mukzijat. Banyak orang menganggap dia sebagai orang Kudus. Kekudusannya baru diakui Gereja 419 tahun setelah kematiannya oleh Sri Paus Klemens X (1670-1676) pada tahun 1671. 

Santa Jeanne d’Arc, Pengaku Iman 
Jean-nama panggilan Jeanne d’Arc-lahir pada tahun 1412 di Domreni, Prancis. Ayahnya Yakobus Arc dan ibunya Elisabeth mendidik dan membesarkannya menjadi seorang wanita petani yang rajin, peramah dan periang. Tetapi sebagaimana keadaan wanita desa lainnya, Jean tidak tahu membaca dan menulis. 

Ketika berusia 13 tahun, Jean merasakan adanya suatu dorongan batin yang kuat untuk melibatkan diri dalam perjuangan menyelamatkan negerinya Perancis dari pendudukan tentara-tentara Inggris. Setahun kemudian tatkala ia sedang menjaga domba-domba di padang, Jean mengalami suatu penglihatan ajaib. Dari dalam cahaya itu terdengar olehnya suatu cahaya ajaib yang terang benderang. Dari dalam cahaya itu terdengar olehnya suara orang berkata: “Jean, anakku! Jadilah anak yang baik-baik! Tuhan akan melindungi dan menaungi engkau dengan kekuatan Roh Kudus. Ingatlah, pada suatu saat, engkau akan menolong raja untuk menyelamatkan Perancis dari bahaya peperangan dan dari pendudukan tentara Inggris.” Dengan gentar Jean berlutut dan berkata: “Ah, Tuhan, aku hanya seorang wanita petani yang miskin dan tak berdaya. Bagaimana mungkin aku dapat menolong seorang raja. Aku tak tahu bagaimana harus berperang”. Suara itu menjawab: “Jangan takut Jean! Tuhan akan menolong engkau asal engkau percaya kepadaNya.” 

Waktu terus beredar. Ketika Jean berusia 16 tahun, suara ajaib itu didengarnya lagi. Kali ini lebih tegas dan mendesak: “Waktunya sudah tiba. Dauphin, putra mahkota itu membutuhkan engkau. Pergilah ke istana dan mohonlah kepada panglima Robert agar mengijinkan engkau pergi menemui Dauphin.” 

Situasi Perancis saat itu kacau oleh amukan perang dan pendudukan tentara Inggris. Sementara itu, putra mahkota belum dinobatkan menjadi raja. Jean, dengan iman yang kuat kepada Tuhan segera melaksanakan perintah ajaib itu. Ia pergi keistana untuk menemui Robert. “Aku membawa berita kepada Dauphin dari Tuhanku”, katanya kepada Robert.
“Siapakah Tuhanmu itu?”, tanya Robert. “Raja alam semesta”, jawab Jean dengan tegas. Mendengar jawaban itu, para serdadu menetawai dia. Tetapi Jean dengan tegas berkata: “Bawalah aku segera kepada Dauphin karena aku akan membantunya meraih kemenangan atas tentara Inggris”. Panglima Robert mengabulkan permohonannya. Ia memberikan sepucuk surat pengantar kepada Jean agar bisa bertemu dengan Dauphin. Dengan kawalan enam orang serdadu, Jean berangkat ke Chinon, tempat Dauphin berada. Perjalanan mereka ke Chinon harus melewati suatu daerah yang dikuasai musuh. Namun Jean tidak gentar karena dia yakin bahwa Tuhan akan melindungi dia.

Ketika bertemu dengan Dauphin, Jean berkata: “Aku, Jeanne d’Arc. Raja semesta alam mengutus aku kepadamu untuk menyampaikan pesan ini: ‘bahwa dalam waktu singkat tuan dinobatkan menjadi Raja Prancis di Rheims’. Aku diutusnya untuk membantumu dalam peperangan melawan tentara Inggris”. Dauphin bersama pengawalnya percaya. Lalu mereka mulai merencanakan siasat peperangan. 

Jean diperlengkapi dengan pakaian perang dan seekor kuda putih. Jean sendiri memendekkan rambutnya agar terlihat seperti seorang pria. Ia maju berperang dengan menunggangi seekor kuda putih sambil memegang bendera yang bertuliskan semboyan: Yesus-Maria. Bersama para serdadu Prancis, Jean berhasil memporakporandakan pasukan Inggris di Orleans. Kemenangan ini memberikan peluang emas untuk menyelenggarakan pesta penobatan Dauphin menjadi Raja. Di Katedral Rheims, Dauphin dinobatkan sebagai raja Prancis dengan gelar Charles VII. Setelah penobatan itu, Jean memimpin lagi sepasukan tentara Prancis untuk merebut Paris dari tangan tentara Inggris. Tetapi mereka dipukul mundur dan menderita kekalahan besar. Jean sendiri ditangkap dan dibawa ke Inggris. Disana ia dipenjarakan di istana Rouen selama sembilan bulan. Kemudian ia dihadapkan ke pengadilan Uskup Beauvis dengan tuduhan melakukan praktek sihir dan takhyul. Dalam persidangan yang berlangsung sebanyak 15 kali, Jean dengan teguh membela diri dan dengan cermelang membantah tuduhan palsu yang dikatakan tentang dirinya. Ia menolak tuntutan untuk mengungkapkan “suara-suara ajaib dari surga” yang didengarnya dahulu. Kepada para hakim, ia dengan tegas berkata “Aku bukan tukang sihir. Panggilanku sungguh berasal Tuhan. Dalam semua tindakanku, aku selalu mengikuti perintah Tuhan dan petunjuk-petunjukNya. Aku bersedia mati demi nama Tuhanku.” Mendengar kata-kata itu, para hakim semakin marah dan memerintahkan para serdadu untuk menjalankan hukuman bakar hidup-hidup atas diri Jean dihadapan umum. Jean menemui ajalnya karena keputusan tidak adil dari pengadilan pada tahun 14313 di Rouen. Ia digelari kudus oleh gereja bukan karena patriotismenya atau keberanian berperang, melainkan karena kesalehan hidupnya dan kesetiannya dalam memenuhi kehendak Tuhan atas dirinya. Ia dihormati sebagai pelindung negeri Prancis.

Sumber : http://www.imankatolik.or.id

31 Mei, Santa Perawan Maria mengunjungi Elisabeth 
Ketika malaekat Gabriel membawa khabar gembira kepada Maria, ia menyampaikan juga kepada Maria peristiwa ilahi perkandungan Elisabeth. Malaikat Gabriel mengatakan bahwa Elisabeth sedang mengandung seorang anak laki-laki pada usia tuanya. Bayi laki-laki itu adalah Yohanes Pemandi, yang akan menjadi perintis jalan bagi Yesus, Juru Selamat yang dijanjikan oleh Allah.
Maria segera bergegas ke pegunungan Yudea, ke kota Karem, tempat tinggal Elisabeth dan Zakarias. Maria berangkat kesana untuk melayani Elisabeth. Sebagaimana kata Injil,pertemuan itu merupakan suatu peristiwa kegembiraan baik bagi Elisabeth maupun anak yang dikandungnya. Dari mulut Elisabeth.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id