1 April,
Santo Hugo dari Grenoble
Santo Hugo dari Grenoble
St. Hugo dilahirkan pada tahun 1052 di Perancis. Ia tumbuh menjadi
seorang pemuda yang tinggi dan tampan, lemah lembut serta penuh sopan santun.
Meskipun ia senantiasa mendambakan untuk hidup bagi Tuhan sebagai seorang rahib,
ia diberi kedudukan penting yang lain. Ia ditahbiskan sebagai imam dan kemudian
sebagai uskup.
Sebagai seorang uskup, Hugo segera meluruskan kebiasaan-kebiasaan dosa
sebagian orang dalam keuskupannya. Ia menetapkan rencana-rencana yang bijak,
namun bukan itu saja yang ia lakukan. Guna memperoleh belas kasihan Tuhan bagi
umatnya, St. Hugo berdoa dengan segenap hati. Ia melakukan mati raga yang
keras. Dalam waktu singkat, banyak orang berbalik menjadi saleh dan taat. Hanya
sebagian orang dari kaum bangsawan saja yang masih terus menentangnya.
Uskup Hugo masih berangan-angan menjadi seorang rahib. Itulah yang
sungguh ia dambakan. Maka, ia mengundurkan diri sebagai Uskup Grenoble dan
masuk biara. Pada akhirnya, ia merasakan damai. Namun demikian, bukanlah
kehendak Tuhan bahwa St. Hugo menjadi seorang rahib. Setelah setahun lewat,
Paus memerintahkannya untuk kembali ke Grenoble. St. Hugo taat. Ia tahu bahwa
jauh lebih penting menyenangkan Tuhan daripada menyenangkan diri sendiri.
Selama empatpuluh tahun, bapa uskup hampir selalu sakit. Ia menderita
sakit kepala hebat dan juga gangguan pencernaan. Namun demikian, ia memaksakan
diri untuk tetap bekerja. Ia mencintai umatnya dan begitu banyak yang harus
dilakukan bagi mereka. St. Hugo mengalami pencobaan dan godaan-godaan juga.
Tetapi, ia berdoa dengan tekun sehingga tidak jatuh dalam dosa.
St. Hugo wafat pada tanggal 1 April 1132, dua bulan sebelum ulang
tahunnya yang kedelapan puluh. Ia menjadi seorang uskup yang murah hati serta
kudus selama lima puluh dua tahun.
Pada hari ini, marilah mohon kepada
Tuhan untuk membantu kita mengetahui apa yang Ia kehendaki bagi kita.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
2 April,
Santo Fransiskus dari Paola.
Santo Fransiskus dari Paola.
St. Fransiskus dilahirkan di sebuah dusun kecil di Paola, Italia sekitar
tahun 1416. Orangtuanya miskin, tetapi bersahaja dan kudus. Mereka mohon
bantuan doa St. Fransiskus dari Asisi agar dikaruniai
seorang putera. Ketika ia akhirnya dilahirkan, ia diberi nama Fransiskus. Anak
itu tumbuh besar dan pergi ke sekolah di mana para pengajarnya adalah imam-imam
Fransiskan. Di sanalah Fransiskus belajar membaca. Ketika berusia limabelas
tahun, seijin orangtuanya, Fransiskus tinggal di sebuah gua. Ia ingin menjadi
seorang pertapa dan melewatkan hidupnya hanya bersama Tuhan saja.
Ketika usianya duapuluh tahun, pemuda-pemuda lain ikut bergabung
dengannya. St. Fransiskus meninggalkan gua kediamannya. Penduduk kota Paola
membangun sebuah gereja dan juga biara untuk Fransiskus dan para pengikutnya.
Ia menyebut ordo religiusnya yang baru dengan nama “Minims”. “Minims” artinya
“yang terkecil dari semuanya.”
Semua orang mengasihi St. Fransiskus. Ia berdoa bagi mereka dan melakukan
banyak mukjizat. Ia menasehati para pengikutnya agar senantiasa lemah lembut
dan rendah hati, serta melakukan banyak matiraga. Ia sendiri merupakan teladan
terbaik dari segala keutamaan yang diajarkannya. Suatu ketika, seorang yang
mengunjungi Fransiskus menghinanya. Ketika orang itu selesai berbicara,
Fransiskus melakukan sesuatu yang aneh. Dengan tenang diambilnya batu bara
panas dari tempat perapian dan digenggamnya dengan erat dalam tangannya. Namun
demikian, ia tidak terbakar sedikit pun. “Mari, hangatkanlah dirimu,” katanya
dengan lembut kepada pendakwanya. “Engkau gemetar oleh sebab engkau membutuhkan
sedikit belas kasihan.” Seketika terjadilah sesuatu yang ajaib, tamu tersebut
berubah pandangan mengenai Fransiskus. Sejak saat itu, ia amat mengagumi St.
Fransiskus.
Raja Louis XI dari Perancis tidak hidup dengan baik. Ketika raja sedang
sekarat, ia meminta St. Fransiskus datang kepadanya. Pikiran akan segera
menemui ajalnya telah membuat raja gemetar ketakutan. Ia menghendaki agar
Fransiskus melakukan mukjizat dan menyembuhkannya. Sebaliknya, yang dilakukan
orang kudus tersebut adalah dengan lemah lembut membantu raja yang ketakutan
itu mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar dapat meninggal dengan kudus. Hati
raja berubah. Ia menerima kehendak Tuhan dan wafat dengan tenang dalam pelukan
Fransiskus.
St. Fransiskus menikmati umur panjang untuk memuliakan serta mengasihi
Tuhan. Ia wafat pada hari Jumat Agung pada tahun 1507, dalam usia sembilan
puluh satu tahun.
“Yesus terkasih, lindungilah
orang-orang benar, luruskanlah orang-orang berdosa; berbelas kasihanlah kepada
semua orang beriman - baik yang hidup maupun yang sudah mati -; berbelas
kasihanlah kepadaku, meskipun aku tidak lebih dari seorang pendosa yang tak
berguna.” St. Fransiskus dari Paola
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santa Teodosia, Perawan dan Martir
Teodosia lahir di Tyre, Phoenicia, bagian Timur kekaisaran Romawi
pada tahun 288. Menurut Eusebius, sejarahwan Gereja (206?-340?). Teodosia lahir
di Kaesarea, dekat Tyre di Palestina sekitar tahun 306.
Pembunuhan atas
dirinya terjadi tatkala ia sedang menghibur orang-orang Kristen yang
dipenjarakan pada masa penganiayaan.
Santa Maria dari Mesir, Pengaku Iman
Maria lahir
kira-kira pada abad kelima. Ia dikenal sebagai seorang pegawai istana dan
seorang aktris istana yang terkenal. Ia juga dikenal luas sebagai seorang
wanita penghibur di istana.
Awal
kehidupannya sebagai manusia baru terjadi sewaktu ia berziarah ke Yerusalem
untuk menyaksikan Salib Suci Yesus yang ditemukan oleh Santa Helena, ibu Kaisar
Konstantinus Agung. Ia bertobat dan percaya kepada Yesus. Selanjutnya ia
bertapa selama 47 tahun di gurun pasir, tepi sungai Yordan.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
3 April,
Santo Richard dari Chichester
Santo Richard dari Chichester
St. Richard dilahirkan di Inggris pada tahun 1197. Ia dan saudaranya
menjadi yatim piatu sejak Richard masih kecil. Saudaranya memiliki beberapa
tanah pertanian. Richard berhenti sekolah agar dapat membantu kakaknya
menyelamatkan sawahnya dari kehancuran. Richard bekerja demikian giat hingga
kakaknya yang penuh rasa terima kasih hendak memberikan tanah pertanian itu
kepadanya. Tetapi, Richard tidak mau menerimanya. Ia juga memilih untuk tidak
menikah, sebab ia ingin pergi belajar di perguruan tinggi untuk memperoleh
pendidikan yang baik. Ia tahu bahwa karena uangnya hanya sedikit, ia akan harus
bekerja keras untuk membiayai hidup dan sekolahnya.
Richard belajar di Universitas Oxford. Kemudian, ia memperoleh kedudukan
penting di universitas. St. Edmund, yang adalah uskup agung Canterbury,
memberinya tugas dan tanggung jawab dalam keuskupannya. Ketika St. Edmund
wafat, St. Richard mengunjungi Wisma Belajar Dominikan di Perancis. Di sana ia
ditahbiskan sebagai seorang imam. Kemudian, ia ditahbiskan sebagai Uskup
Chichester, Inggris. Oleh sebab itu ia disebut Richard dari Chichester. Raja
Henry III menghendaki seorang lain yang menjadi uskup. Orang tersebut adalah
sahabat raja, tetapi tidak memenuhi persyaratan sebagai seorang uskup. Richard
adalah Uskup Chichester yang sesungguhnya. Raja Henry III tidak memperbolehkan
Richard menempati katedralnya sendiri. Raja juga mengancam penduduk Chichester
dengan hukuman apabila mereka bersikap ramah terhadap Richard. Walaupun
demikian, orang-orang yang gagah berani tetap saja menolongnya, seperti pastor
Simon dari Tarring - salah seorang imam Chichester. Richard dan Simon kemudian
bersahabat karib. Ketika Bapa Suci mengancam akan meng-ekskomunikasi-kannya (=
mengucilkan, memutuskan seseorang dari hak-hak sebagai anggota gereja), raja
berhenti mencampuri urusan gerejani dan tidak lagi mengganggu bapa uskup.
Sebagai uskup, St. Richard melaksanakan segala tugasnya dengan baik. Ia
senantiasa lemah lembut dan murah hati kepada semua orang. Sekali waktu ia
bersikap tegas juga. Ia seorang pemberani dan tanpa ragu-ragu menegur umatnya
apabila mereka melakukan yang salah dan tidak menyesali perbuatannya.
Dikatakan bahwa ketika St. Richard jatuh sakit, ia tahu saat kematiannya
akan tiba, sebab Tuhan telah memberitahukan kepadanya tempat serta waktu yang
tepat bilamana ia akan meninggal. Teman-temannya, termasuk Pastor Simon dari
Tarring, berada di sisi pembaringannya. St. Richard wafat dalam usia limapuluh
lima tahun pada tahun 1253. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Urbanus IV pada tahun
1262.
Bagaimana aku dapat menjadikan kasih
Yesus sebagai pusat dari segala sesuatu yang aku lakukan?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Yosef, Martir
Yosef hidup antara tahun 816-886. Ia mengungsi ketika daerahnya
digempur oleh orang Islam. Ia kemudian ditangkap oleh bajak laut dan dijual
sebagai budak belian. Setelah ditebus ia mengikuti temannya, uskup Ignasios
dari Konstantinopel, ke dalam pembuangan. Di pengasingan itulah ia menyusun
kidung-kidung gerejani yang indah sekali, sehingga ia dijuluki "Yosef
Hymnograph".
Santo Sixtus I, Paus dan Martir
Pria berdarah Romawi ini dipilih menjadi Paus menggantikan Paus
Aleksander II (105-115) pada tahun 115. Ia memimpin Gereja Kristus selama 10
tahun sampai pada tahun 125. Namanya tercantum di dalam buku Para Martir Roma.
Beberapa peraturan, konon dihubungkan dengan beliau sebagai pembuatnya, antara lain: hanya para imam pelayan sakramen saja yang diperbolehkan menyentuh bejana-bejana kudus; para imam hendaknya mendaraskan Sanctus dalam perayaan misa Kudus bersama-sama dengan umat, dan uskup-uskup yang dipanggil ke Roma hendaknya memperkenalkan dan menyebarluaskan surat-surat Apostolik yang diterimanya di Roma setelah mereka kembali ke keuskupannya masing-masing.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
Beberapa peraturan, konon dihubungkan dengan beliau sebagai pembuatnya, antara lain: hanya para imam pelayan sakramen saja yang diperbolehkan menyentuh bejana-bejana kudus; para imam hendaknya mendaraskan Sanctus dalam perayaan misa Kudus bersama-sama dengan umat, dan uskup-uskup yang dipanggil ke Roma hendaknya memperkenalkan dan menyebarluaskan surat-surat Apostolik yang diterimanya di Roma setelah mereka kembali ke keuskupannya masing-masing.
4 April,
Santo Isidorus.
Santo Isidorus.
St. Isidorus dilahirkan pada tahun 556. Dua orang kakaknya, Leander dan
Fulgentius, adalah uskup dan santo juga. Saudari mereka, Florentina, seorang
biarawati dan santa juga. Keluarga Isidorus kemungkinan berasal dari Romawi.
Kelak Isidorus ditahbiskan sebagai uskup kota Seville, Spanyol. Dari sanalah ia
memberikan pengaruh besar terhadap Gereja pada jamannya. Isidorus menjadi Uskup
Seville selama tiga puluh tujuh tahun. Selama masa itu, ia melanjutkan karya
uskup sebelumnya, yaitu St. Leander, kakaknya. Kedua kakak-beradik ini
mempertobatkan penganut bidaah Visigoth dan membawa mereka ke pangkuan Gereja
Katolik.
Pada masa kecilnya, Isidorus memperoleh pendidikan yang amat baik.
Kakak-kakaknya bertanggung jawab atas pendidikannya. Ia dibimbing oleh Leander.
Isidorus kecil menganggap Leander sebagai orang yang paling kejam di seluruh
dunia. Leander terus-menerus menyuruhnya belajar! Tetapi, di kemudian hari
Isidorus menyadari bahwa Leander sungguh seorang sahabat yang mengagumkan. Ia mengajarkan
kepada Isidorus bahwa kita akan dapat melakukan begitu banyak hal bagi Gereja
Yesus apabila kita belajar dengan tekun.
Isidorus hidup jauh sebelum Konsili Trente, di mana baru mulai dibuka
seminari-seminari untuk pendidikan imam. Tetapi, Isidorus yakin bahwa di setiap
keuskupan haruslah ada sebuah seminari dan sebuah sekolah Katolik sebagai
sarana pendidikan lanjutan. Kedua impiannya tersebut kelak terwujud dengan
dibukanya perguruan tinggi-perguruan tinggi Katolik dan juga seminari-seminari.
St. Isidorus adalah juga seorang organisator ulung. Ia diminta untuk
memimpin dua pertemuan Gereja yang penting yang disebut Sinode. Yang pertama di
Seville, Spanyol pada tahun 619 dan sesudahnya di Toledo, Spanyol pada tahun
633. Sinode-sinode tersebut semakin mempererat persekutuan Gereja. St. Isidorus
menulis banyak buku. Ia menulis tentang sejarah Goths. Ia menulis tentang
pahlawan-pahlawan Kitab Suci. Ia bahkan juga menyusun sebuah kamus.
Uskup Isidorus selalu terbuka bagi umatnya. Kaum miskin di Seville tahu
ke mana mereka harus pergi mohon bantuan. Selalu ada antrian panjang sepanjang
hari, setiap hari, di tempat kediaman uskup. Isidorus berdoa dan bermatiraga.
Ia sungguh seorang yang kudus dan uskup yang amat dicintai. Ia wafat pada tahun
636. St. Isidorus digelari Pujangga Gereja oleh Paus Inosensius XIII pada tahun
1722.
Perubahan apakah yang dapat aku
lakukan bagi dunia sekarang ini? Bagaimanakah angan-anganku untuk menjadikannya
dunia yang lebih baik?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
9 April, S. Waltrudis.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Benediktus Moor, Biarawan
Benediktus Moor lahir di sebuah desa kecil dekat Messina, Sisilia,
pada tahun 1526. ia adalah orang negro pertama yang digelari Kudus oleh Gereja.
Ia disebut juga "Benediktus Hitam", karena warna kulitnya yang hitam
pekat. Orang tuanya adalah budak belian asal Etiopia yang bekerja pada seorang
orang kaya di Sisilia. Karena kesalehan hidup mereka, sang majikan memberikan
status merdeka pada Benediktus.
Oleh orang tuanya yang
saleh itu, Benediktus mendapat pendidikan yang baik terutama dalam hal-hal yang
menyangkut penghayatan iman Kristen. Ia berkembang menjadi orang Kristen yang
saleh. Seorang imam Fransiskus yang menyaksikan cara hidup Benediktus segera
mengajaknya untuk masuk ordo Fransiskan. Benediktus menyambut baik ajakan ini.
Ia menjadi seorang Bruder dan bekerja sebagai juru masak di biara Santa Maria
di Palermo. Kesalehan hidupnya membawanya ke jenjang pimpinan biara, kendatipun
ia tidak tahu menulis dan membaca. Dalam kepemimpinannya, ia berhasil
menciptakan suati suasana baru dalam biaranya.
Banyak orang yang datang
meminta nasehat dan bimbingan rohani padanya. Ia dianugerahi kemampuan untuk
menerangkan masalah-masalah doktrinal dan rohani. Ia meninggal pada tahun
1589.
Santo Platon, Pengaku Iman
Platon lahir pada tahun 735. Ia menjadi Abbas di sebuah biara di
gunung Olympus, Yunani dan berhasil memperbaharui semangat hidup rohani dalam
biara itu. Pada usia senjanya, ia meletakkan jabatannya dan menjadi seorang
pertapa dengan cara hidup yang sangat keras. Ia diasingkan karena melancarkan
perlawan terhadap kaisar yang terus-menerus melakukan kawin-cerai.
5 April,
Santo Vincentius Ferrer.
Santo Vincentius Ferrer.
St. Vincentius Ferrer adalah seorang pahlawan Kristen yang amat
mengagumkan. Ia dilahirkan di Valencia, Spanyol pada tahun 1350. Ia berdevosi
secara khusus kepada Santa Perawan Maria. Apabila orang berbicara tentang Bunda
Maria, ia merasa sangat bahagia. Ketika berusia tujuh belas tahun, Vincentius
masuk Ordo Santo Dominikus. Ia seorang yang sangat pandai dan berhasil baik
dalam studinya. Vincentius juga seorang yang tampan, tetapi ia tidak pernah
sombong ataupun tinggi hati atas semua kelebihan yang dimilikinya.
Pada mulanya, Pastor Vincentius mengajar di berbagai perguruan tinggi.
Kemudian ia menjadi seorang pengkhotbah yang termashyur. Ordo Santo Dominikus
disebut juga Ordo Para Pengkhotbah. Selama dua puluh tahun, Pastor Vincentius
berkhotbah di seluruh Spanyol dan Perancis. Meskipun pada masa itu belum ada
mikrofon, suaranya yang lantang dapat terdengar hingga jauh. Banyak orang
bertobat hanya dengan mendengarkan khotbahnya. Bahkan seorang rabi terkenal,
Paulus dari Burgos, menjadi seorang Katolik pula. Paulus kemudian menjadi
seorang imam dan akhirnya Uskup Cartagena, Spanyol. Banyak orang Katolik sangat
terkesan dengan khotbah-khotbah dan teladan kekudusan Vinsentius, sehingga
mereka menjadi lebih saleh. Umat Katolik yang dulunya tidak mengamalkan iman
mereka, sekarang berubah. Mereka menjadi taat dan saleh sepanjang hidup mereka.
St. Vincentius mengandalkan Tuhan. Ia juga minta bantuan doa dan matiraga
dari banyak orang demi keberhasilan khotbah-khotbahnya. Ia sadar bahwa bukanlah
kata-katanya ataupun bakat-bakatnya yang memenangkan hati banyak orang. Oleh
sebab itulah, ia selalu berdoa sebelum berkhotbah. Namun demikian, dikisahkan
bahwa suatu ketika, ia tahu bahwa seseorang yang amat penting akan mendengarkan
khotbahnya. Ia bekerja lebih keras dari biasanya untuk mempersiapkan
khotbahnya, sehingga ia tidak sempat lagi berdoa. Khotbah tersebut, yang telah
dipersiapkannya dengan amat seksama, ternyata tidak terlalu mengesankan sang
bangsawan. Tuhan membiarkan hal itu terjadi untuk mengajarkan kepada Vincentius
agar tidak mengandalkan diri sendiri. Di kemudian hari, bangsawan yang sama
datang lagi untuk mendengarkan khotbah Pastor Vincentius. Tetapi, kali ini
Pastor Vincentius tidak mengetahuinya. Seperti biasa, ia berdoa serta
mengandalkan segala sesuatunya kepada Tuhan. Sang bangsawan mendengarkan
khotbahnya dan sungguh sangat terkesan dengan apa yang telah ia dengar. Ketika
Vincentius diberitahu menganai hal tersebut, ia berkata: “Dalam khotbah
pertama, Vincentius-lah yang berbicara. Dalam khotbah kedua, Yesus Kristus-lah
yang berbicara.”
St. Vincentius wafat pada tahun 1419. Ia dinyatakan kudus oleh Paus
Nikolas V pada tahun 1455.
Kepada siapakah secara istimewa aku
berterima kasih serta mengucap syukur atas segala keberhasilan dan kesuksesan
yang terjadi dalam hidupku?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santa Yuliana dari Kornillon, Pengaku Iman
Hari raya Tubuh Darah Kristus (Corpus Christi)-yang sama dengan
hari raya Sakramen MahaKudus-masuk dalam lingkaran penanggalan atas wahyu Tuhan
kepada Santa Yuliana dari Kornillon. Prosesnya sangat rumit dan lama serta
meminta pengorbanan yang tidak kecil dari suster Yuliana sendiri. Penglihatan
ajaib yang dialaminya membawa dia kepada penderitaan yang lama hingga hari raya
itu direstui oleh pemimpin tertinggi Gereja dan dirayakan oleh seluruh Gereja.
Pesta ini dirayakan pada mingu biasa setelah masa Paskah, tepatnya pada hari
minggu biasa sesudah hari raya Tritunggal MahaKudus.
Yuliana lahir di Liege, Belgia pada tahun 1192. Pada umur 5 tahun, ia sudah menjadi anak yatim piatu. Maka ia dititipkan di sebuah biara di Mount Cornillon. Pada tahun 1200 terdapat di gunung ini dua buah biara santo Agustinus: yang satu untuk kaum pria dan yang satu untuk wanita. Disana terdapat beberapa buah rumah, ada usaha perkebunan dan peternakan sapi. Dibeberapa rumah para biarawan / wati itu merawat banyak orang sakit lepra. Untuk menghindari bahaya ketularan penyakit lepra, maka Yulianus bersama adiknya Agnes dipisahkan disebuah rumah pertanian yang tidak jauh dari rumah induk. Disitu mereka diasuh oleh Sr. Sapiensia. Tugas mereka adalah belajar, membersihkan rumah, memelihara bunga-bunga dan menjaga sapi. Kedua kakak-beradik ini selalu ikut serta dalam doa, perayaan Ekaristi dan upacara-upacara lainnya. Yuliana menaruh hormat yang tinggi kepada Sakramen MahaKudus yang diterimanya setiap kali mengkuti perayaan Ekaristi. Ia juga suka sekali membaca buku-buku karya Santo Agustinus, Santo Bernardus, dan lain-lainnya di perpustakaan.
Yuliana lahir di Liege, Belgia pada tahun 1192. Pada umur 5 tahun, ia sudah menjadi anak yatim piatu. Maka ia dititipkan di sebuah biara di Mount Cornillon. Pada tahun 1200 terdapat di gunung ini dua buah biara santo Agustinus: yang satu untuk kaum pria dan yang satu untuk wanita. Disana terdapat beberapa buah rumah, ada usaha perkebunan dan peternakan sapi. Dibeberapa rumah para biarawan / wati itu merawat banyak orang sakit lepra. Untuk menghindari bahaya ketularan penyakit lepra, maka Yulianus bersama adiknya Agnes dipisahkan disebuah rumah pertanian yang tidak jauh dari rumah induk. Disitu mereka diasuh oleh Sr. Sapiensia. Tugas mereka adalah belajar, membersihkan rumah, memelihara bunga-bunga dan menjaga sapi. Kedua kakak-beradik ini selalu ikut serta dalam doa, perayaan Ekaristi dan upacara-upacara lainnya. Yuliana menaruh hormat yang tinggi kepada Sakramen MahaKudus yang diterimanya setiap kali mengkuti perayaan Ekaristi. Ia juga suka sekali membaca buku-buku karya Santo Agustinus, Santo Bernardus, dan lain-lainnya di perpustakaan.
Pada usia 16 tahun, Yuliana
mengalami suatu penglihatan ajaib. Ia melihat bulan purnama yang aneh sekali; pinggirannya
tercabik. Ia ragu-ragu memastikan arti penglihatan itu, apakah itu suatu godaan
dari roh jahat atau pewahyuan Tuhan. Ia berdoa memohon agar Yesus menerangkan
kepadanya arti penglihatan itu. Dua tahun kemudian Yesus menampakkan diri
kepadanya dan menerangkan arti penglihatan itu: bahwasannya bulan itu adalah
lingkaran tahun Liturgis Gereja dengan berbagai hari raya. Sedangkan cabikan
pada pinggiran bulan purnama itu menandakan bahwa lingkaran tahun liturgi
gereja belum sempurna oleh karena tidak adanya hari raya khusus untuk
menghormati sakramen MahaKudus. Yuliana di minta oleh Yesus untuk menyampaikan
kepada pemimpin Gereja agar segera menetapkan suatu hari khusus untuk
menghormati Sakramen MahaKudus. Dengan takut-takut, Yuliana berkata: "Ah
Tuhan! Jangan aku yang Kautugaskan untuk menyampaikan hal itu. Serahkan saja
tugas ini kepada seorang imam yang saleh dan terpelajar!". Tetapi Yesus
menjawab: "Kaulah orang yang kuanggap layak untuk tugas luhur ini. Justru
orang lemah namun berbakti kepada-Ku layak untuk menjalankan tugas ini!".
Hari dan tahun berjalan terus hingga Yuliana menjadi suster di
biara St. Agustinus Mount Carnillon. Karena kedudukannya masih rendah, ia tidak
berani membuka rahasia penampakan itu dan pesan Tuhan Yesus. Barulah ketika ia
terpilih menjadi prior pad atahun 1225, ia mulai membuka rahasia penampakan dan
pesan Tuhan itu. Mula-mula ia mengutarakan pesan Tuhan itu kepada Eva, seorang
pertapa wanita yang saleh dan pintar. Eva selanjutnya berbicara dengan para
imam, antara lain dengan Hugo, Propinsial Ordo Dominikan, Uskup J. Pantelleon
dan para ahli dibidang liturgi dan teologi. Sementara itu, Yuliana terus berdoa
agar semua orang dapat menerima baik pesan Tuhan yang disampaikan kepadanya.
Pada dasarnya pemimpin Gereja setempat dan para ahli itu tidak menolak
memasukkan Pesta Sakramen MahaKudus dalam liturgi gereja. Hasil pertama
diperolehnya pada tahun 1246 yaitu tatkala hari raya Corpus Christi itu
disetujui dan diresmikan oleh Uskup J. Pantellon .
Namun sejak itulah Yuliana mengalami banyak penderitaan. Banyak
orang termasuk imam-imam mencap Yuliana sebagai orang yang kerasukan setan. Dan
banyak dakwaan dan kritik lain terhadapnya yang menuduh dia memanfaatkan
kedudukannya sebagai pemimpin biara untuk ambisi pribadi mempromosikan
penemuannya tentang hari raya Sakramen MahaKudus itu. Ia dipecat dari
kedudukannya sebagai pemimpin biara dan diusir dari biara itu. Ia lalu pergi
bergabung dengan Eva di pertapaannya. Akhirnya setelah mengalami begitu banyak
penderitaan fisik dan batin, Yuliana meninggal pada tanggal 5 April 1258.
Sepeninggal Yuliana, Eva wanita pertapa itu melanjutkan perjuanggannya, didukung oleh Uskup J. Pantalleon. Delapan tahun kemudian Hugo, Propinsial Dominikan yang mengenal baik Yuliana, terpilih menjadi Paus di Roma dengan nama Paus Urbanus IV (1261-1264). Taklama kemudian pada tahun 1264 Paus Urbanus IV menetapkan hari raya Tubuh dan Darah Kristus sebagai pesta gereja. Kemudian Paus Klemens V (1305-1314) mengesahkannya pada tahun 1312.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
Sepeninggal Yuliana, Eva wanita pertapa itu melanjutkan perjuanggannya, didukung oleh Uskup J. Pantalleon. Delapan tahun kemudian Hugo, Propinsial Dominikan yang mengenal baik Yuliana, terpilih menjadi Paus di Roma dengan nama Paus Urbanus IV (1261-1264). Taklama kemudian pada tahun 1264 Paus Urbanus IV menetapkan hari raya Tubuh dan Darah Kristus sebagai pesta gereja. Kemudian Paus Klemens V (1305-1314) mengesahkannya pada tahun 1312.
6 April,
B.Notker.
B.Notker.
Biarawan Benediktin ini semasa kecilnya sering sakit-sakitan. Ia juga
gagap bicara sepanjang hidupnya. Notker bertekad agar cacatnya itu janganlah
menjadi penghalang baginya. Karena tekadnya yang kuat, Notker menjadi seorang
yang lebih menyenangkan dari sebelumnya.
Ia dan dua orang sahabatnya, Tutilo dan Radpert,
adalah biarawan yang selalu riang gembira. Mereka bertiga saling menguatkan
dalam panggilan mereka di biara Santo Gallen di Swiss. Cinta mereka pada Tuhan
dan juga cinta mereka pada musik menjadikan mereka bersahabat karib.
Sekali waktu Raja Charles datang berkunjung ke biara. Ia sangat
menghormati Notker dan minta nasehat darinya. Sayangnya, ia tidak selalu
mengikuti nasehat yang diterimanya. Suatu ketika, Raja Charles mengirimkan
utusannya agar bertemu dengan sang biarawan. Notker sedang merawat kebunnya. Ia
mengirimkan pesan ini kepada raja: “Rawatlah kebunmu seperti aku merawat
kebunku.” Raja Charles mengerti bahwa ia harus lebih baik merawat jiwanya
sendiri dan juga kerajaannya.
Penasehat pribadi raja adalah seorang yang terpelajar, tetapi amat
sombong. Ia iri hati sebab raja demikian menghargai nasehat Notker. Suatu hari
di istana, di hadapan semua orang, ia bertanya kepada Notker, “Karena engkau
seorang yang sangat pandai, katakanlah kepadaku apa yang sedang dikerjakan
Tuhan saat ini.” Penasehat raja tersenyum sinis kepada Notker, sebab pikirnya
pastilah Notker tidak akan dapat menjawab pertanyaannya. Tetapi, sebaliknya
Notker segera menjawab, “Saat ini Tuhan sedang mengerjakan apa yang biasa Ia
kerjakan. Ia merendahkan mereka yang tinggi hati dan meninggikan mereka yang
rendah hati.” Orang banyak mulai tertawa sementara penasehat raja cepat-cepat
pergi meninggalkan ruangan.
Beato Notker mempersembahkan seluruh hidupnya bagi panggilan yang telah
dipilihnya. Ia melakukan banyak hal-hal kecil yang istimewa, agar kehidupan di
biara terasa menyenangkan bagi para biarawan. Bersama sahabat-sahabatnya,
Tutilo dan Radpert, ia menggubah musik gerejani yang indah untuk memuji Tuhan.
“Saat ini Tuhan sedang mengerjakan apa
yang biasa Ia kerjakan. Ia merendahkan mereka yang tinggi hati dan meninggikan
mereka yang rendah hati.” ~ B. Notker
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Untuk mempertahankan ajaran gereja yang benar tentang Maria, Selestinus mengundang Konsili di Efesus untuk mengutuk ajaran sesat Nestorius itu. Gereja tetap mengakui Maria sebagai Bunda Allah karena Yesus yang dikandung dan dilahirkan adalah sungguh Putera Allah. Ajaran sesat lain yang tersebar saat itu ialah keraguan tentang perlunya rahmat untuk mencapai keselamatan. Ajaran-ajaran sesat ini dikecam oleh Selestianus bersama pimpinan Gereja lainnya. Selestianus meninggal dunia pada tanggal 432.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Selestinus, Paus dan Pengaku Iman
Selestinus dipilih menjadi Paus pada tahun 422 dan memimpin Gereja
Kristus selama 10 tahun. Penganiayaan terhadap orang-orang Kristen tidak
membawa akibat yang fatal. Gereja bisa dikatakan menang terhadap penganiayaan
itu. Meskipun demikian, di dalam tubuh Gereja sendiri terjadi perpecahan karena
adanya ajaran sesat dari Nestrorius yang mengajarkan bahwa Maria bukanlah Bunda
Allah.
Untuk mempertahankan ajaran gereja yang benar tentang Maria, Selestinus mengundang Konsili di Efesus untuk mengutuk ajaran sesat Nestorius itu. Gereja tetap mengakui Maria sebagai Bunda Allah karena Yesus yang dikandung dan dilahirkan adalah sungguh Putera Allah. Ajaran sesat lain yang tersebar saat itu ialah keraguan tentang perlunya rahmat untuk mencapai keselamatan. Ajaran-ajaran sesat ini dikecam oleh Selestianus bersama pimpinan Gereja lainnya. Selestianus meninggal dunia pada tanggal 432.
Santa Kresensia Hoess, Pengaku Iman
Kresensia hidup antara tahun 1682-1744. Gadis miskin ini diterima
oleh biara, karena desakan walikota Kaufbeuren, Jerman yang protestan.
Pembesarnya sangat jengkel, kejam dan tidak adik terhadap suster muda ini,
walaupun Kresensia sangat sabar dan taat. Ia menerima banyak rahmat khusus
sesudah menjalani aneka godaan. Ketika menjadi pembesar, ia memperbaharui
seluruh biara.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
7 April,
Santo Yohanes Baptista de la Salle.
Santo Yohanes Baptista de la Salle.
St. Yohanes Baptista de la Salle dilahirkan di Rheims, Perancis pada
tanggal 30 April 1651. Orangtuanya berasal dari kalangan bangsawan. Yohanes
biasa hidup mewah. Namun demikian, ia seorang anak yang saleh pula. Ia sangat
mengasihi Yesus dan Gereja-Nya. Ia sedang belajar untuk menjadi seorang imam
ketika kedua orangtuanya meninggal dunia. Ia harus meninggalkan seminari dan
pulang ke rumah untuk mengasuh adik-adiknya. Sementara ia mengajar serta
mendidik mereka, ia sendiri tetap terus belajar. Adik-adiknya tumbuh menjadi
pemuda-pemuda yang baik. Ketika pendidikan mereka sudah selesai, Yohanes
Baptista ditahbiskan sebagai imam.
Pada masa itu, kaum bangsawan seperti keluarga Pastor de la Salle,
mempunyai kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang baik. Tetapi, rakyat
jelata tetap miskin dan terlupakan. Mereka tidak punya kesempatan untuk
bersekolah. St. Yohanes Baptista berbelas kasihan kepada anak-anak kaum miskin.
Ia bertekad untuk melakukan sesuatu guna mengatasi masalah tersebut. Ia mulai
membuka sekolah-sekolah bagi mereka. Agar tersedia pengajar-pengajar bagi
anak-anak, ia membentuk suatu ordo baru, Kongregasi Bruder-Bruder Sekolah
Kristiani. Meskipun Pastor de la Salle juga mengajar anak-anak itu sendiri, ia
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membekali para bruder pengajar. Bagi
para brudernya, Pastor de la Salle menuliskan suatu regula dan juga sebuah buku
berisi penjelasan mengenai cara terbaik untuk mengajar. St. Yohanes Baptista
merupakan salah seorang pendidik terbaik sepanjang masa. Ia mengajar dalam
bahasa ibu masyarakat setempat, bukan dalam bahasa Latin, seperti yang biasa
dilakukan. Ia mengelompokkan para murid dalam beberapa kelas. Ia menekankan
pentingnya suasana tertib dan tenang sementara pelajaran diberikan.
Selang beberapa waktu kemudian, para bruder mendirikan lebih banyak lagi
sekolah-sekolah. Mereka mengajar, baik anak-anak dari rakyat jelata maupun dari
kaum bangsawan. Banyak kesulitan yang harus dihadapi ordo baru tersebut. Namun,
berkat doa serta matiraga St. Yohanes Baptista, Tuhan memberkati segala
karya mereka sehingga terus berkembang dan tersebar luas.
Kesehatan Pastor de la Salle tidak pernah prima. Penyakit asma dan radang
sendi yang ia derita mengakibatkannya terus merasa sakit. Meskipun demikian, ia
tidak pernah mau memanjakan diri. St. Yohanes Baptista wafat pada hari Jumat
Agung, 7 April 1719, dalam usia enam puluh delapan tahun. Ia dinyatakan kudus
oleh Paus Leo XIII pada tahun 1900. Pada tahun 1950, Paus Pius XII
mengangkatnya sebagai santo pelindung para pengajar.
"Aku mengagungkan cara Tuhan bertindak dalam segala hal yang dilakukan-Nya bagiku." ~ St. Yohanes Baptista de la Salle
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Beato Henry Walpole, Martir
Henry Walpole lahir di Docking, Norfolk pada tahun 1558 dari
pasangan Kristofer Walpole dan Margery Beckham. Ia terhitung sebagai salah satu
martir yang menambah keharuman sejarah Gereja Katolik di Inggris selama
kekuasaan Elisabeth I.
Setelah menyelesaikan studi hukumnya di Universitas Cambridge, ia masuk seminari di Reims, Perancis pada tahun 1582. Dua tahun kemudian ia pindah ke Roma dan masuk Serikat Yesus. Setelah menerima tabhisan imamat di Paris pada tahun 1588, ia bekerja selama beberapa tahun di Lorraine. Dari Lorraine ia dipindahkan ke Nederland. Disini ia dipenjarakan selama satu tahun oleh orang-orang Kalvinis. Setelah dilepaskan pada tahun 1590, ia ditugaskan mengajar di Seminari-seminari Inggris, lalu di Seville dan Valladolid di Spanyol. Kemudian ia dikirim ke misi Flanders. Akhirnya ia diijinkan untuk pulang ke negerinya sendiri pada bulan Desember 1593.
Situasi politik di Inggris pada masa itu panas oleh berbagai pergolakan: imam-imam ditangkap dan dibunuh. Begitu tiba di Inggris pada tanggal 4 Desember 1593 Henry ditangkap dan dipenjarakan selama 24 jam. Mulanya ia dipenjarakan di York, lalu dipindahkan ke Tower London; disini ia dianiaya oleh Richard Topcliffe agar bisa memberitahukan nama teman-temannya. Setelah satu tahun, ia dikirim kembali ke York untuk hukuman percobaan dan hukuman gantung. Akhirnya ia dihukum mati di York pada tahun 1595. Pada tahun 1923 Paus Pius XI (1922-1939) menyatakan dia beato.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
Setelah menyelesaikan studi hukumnya di Universitas Cambridge, ia masuk seminari di Reims, Perancis pada tahun 1582. Dua tahun kemudian ia pindah ke Roma dan masuk Serikat Yesus. Setelah menerima tabhisan imamat di Paris pada tahun 1588, ia bekerja selama beberapa tahun di Lorraine. Dari Lorraine ia dipindahkan ke Nederland. Disini ia dipenjarakan selama satu tahun oleh orang-orang Kalvinis. Setelah dilepaskan pada tahun 1590, ia ditugaskan mengajar di Seminari-seminari Inggris, lalu di Seville dan Valladolid di Spanyol. Kemudian ia dikirim ke misi Flanders. Akhirnya ia diijinkan untuk pulang ke negerinya sendiri pada bulan Desember 1593.
Situasi politik di Inggris pada masa itu panas oleh berbagai pergolakan: imam-imam ditangkap dan dibunuh. Begitu tiba di Inggris pada tanggal 4 Desember 1593 Henry ditangkap dan dipenjarakan selama 24 jam. Mulanya ia dipenjarakan di York, lalu dipindahkan ke Tower London; disini ia dianiaya oleh Richard Topcliffe agar bisa memberitahukan nama teman-temannya. Setelah satu tahun, ia dikirim kembali ke York untuk hukuman percobaan dan hukuman gantung. Akhirnya ia dihukum mati di York pada tahun 1595. Pada tahun 1923 Paus Pius XI (1922-1939) menyatakan dia beato.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
8 April,
Santo Redemptus de Ferento, Uskup dan Pengaku Iman
Redemptus
adalah Uskup Ferento. Ia mendapat penglihatan bahwa Italia terancam bahaya.
Tidak lama kemudian suku Lombard membanjiri dan merusak negara itu. Ia
meninggal dunia pada tahun 587.
Santo Edesius, Martir
Edesius lahir di Propinsi Lysia, Asia Kecil pada tahun 265. Sejak
usia mudanya, ia menaruh perhatian dan minat besar pada filsafat yang pada
waktu itu masih mencakup ilmu agama, ilmu falak, ilmu alam dsb. Pengetahuannya
yang luas itu membawa dia kepada iman akan kebenaran ajaran Kristus. Sesudah
dipermandikan, ia terus menambah ilmunya dengan tekun belajar. Ketika Kaisar
Galerius melancarkan penganiayaan terhadap umat Kristen, Edesius tampil sebagai
pembela kebenaran agama Kristen di hadapan pemimpin-pemimpin negara dan para
hakim. Oleh karena itu, ia ditangkap dan menjalani hukuman kerja paksa di
tambang-tambang negeri Palestina. Dari Palestina, ia pindah ke Mesir. Disana
pun ia menyaksikan penganiayaan terhadap umat Kristen oleh penguasa-penguasa
Aleksandria. Semua peristiwa penganiayaan itu membuat dia tertarik pada
renungan tentang sengsara Yesus dan terhadap kata-kata St. Yohanes dalam
suratnya yang pertama: "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa
Ia telah telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan
nyawa kita untuk saudara-saudara kita" (1 Yoh 3:16)
Terdorong oleh imanya, Edesius dengan berani membela orang-orang
Kristen yang dianiaya itu. Dengan berani menerangkan keluhuran iman Kristen
serta memprotes perlakukan bengis terhadap para penganut agama Kristen. Karena
itu, sekali lagi ia ditangkap, disiksa lalu dibuang ke laut. Ia mati sebagai
seorang martir, bukan hanya karena mempertaruhkan imannya tetapi juga karena cinta
kasih terhadap sesamanya.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
9 April, S. Waltrudis.
Waltrudis dilahirkan di Belgia pada abad ketujuh. Ibunya, ayahnya serta
saudarinya, semuanya telah dinyatakan kudus pula. Waltrudis tumbuh menjadi
seorang gadis remaja yang cantik jelita. Meskipun pada saat bersenang-senang,
ia selalu mempunyai cara untuk memberikan kritik membangun kepada orang lain.
Beberapa pemuda ingin menikahinya. Pada masa itu, orangtualah yang memilihkan
suami bagi puteri mereka. Orangtuanya memilih Pangeran Madelgarius. Tidak ada
yang lebih tepat selain dia, sebab ia kelak dinyatakan kudus juga. Ia adalah
St. Vincentius Madelgarius. Pasangan tersebut dikaruniai empat orang anak.
Menakjubkan, semuanya juga telah dinyatakan kudus!
St. Waltrudis merasa bahagia sebab Tuhan memberinya sebuah keluarga yang
luar biasa. Tetapi, ia harus banyak menderita juga sepanjang hidupnya.
Perempuan-perempuan yang iri hati menyebarkan gosip-gosip yang amat jahat
mengenainya. Para perempuan itu tidak memiliki hati selembut dan semurni hati
Waltrudis. Mereka tidak suka orang beranggapan bahwa Waltrudis lebih baik dari
mereka. Jadi, mereka mengatakan Waltrudis berdoa dan melakukan
perbuatan-perbuatan baik hanya sebagai suatu cara untuk menutupi dosa-dosa
rahasianya yang mengerikan. Tentu saja hal itu tidak benar, tetapi Waltrudis tidak
berusaha membela diri. Ia merenungkan bagaimana Yesus harus menderita di salib,
dan seturut teladan-Nya, ia mengampuni mereka semua.
Tak berapa lama setelah kelahiran anak mereka yang terakhir, St.
Vincentius mengemukakan bahwa ia sungguh ingin hidup sebagai seorang rahib.
Sesungguhnya, ia ingin melewatkan seluruh sisa hidupnya dalam biara. Waltrudis
mengerti dan memberikan ijin kepada suaminya. St. Vincentius mengatur agar
segala kebutuhan keluarganya tercukupi. Pasangan bahagia itu akan saling merindukan
satu sama lain. Namun demikian, Waltrudis tidak hendak menahan suaminya. Ia
rela berkurban bagi Tuhan.
Dua tahun kemudian, Waltrudis memutuskan untuk menjadi seorang biarawati.
Ia banyak berkurban dan bermatiraga, serta murah hati kepada kaum miskin. Orang
banyak datang kepadanya memohon nasehat rohani dan sebagian di antaranya
disembuhkan. St. Waltrudis wafat pada tahun 688. Setelah kematiannya, banyak
orang yang datang ke makam untuk mohon bantuan doanya, disembuhkan dengan cara
yang ajaib.
Kadang kala kita mengalami saat-saat
menyedihkan dalam hidup. Kita secara khusus berdoa mohon keberanian untuk
bertindak seperti yang akan dilakukan Yesus dalam situasi-situasi demikian dan
merasakan penghiburan-Nya.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santa Kasilda, Pengaku Iman
Aldemories, Ayah Kasilda adalah adalah seorang bangsawan yang
masih kafir dan kejam. Ia juga dikenal sebagai penganiaya orang-orang Kristen.
Ia menyaksikan langsung tindakan-tindakan ayahnya menganiaya orang Kristen.
Kasilda yang dianugerahi budi yang luhur dan rasa kemanusiaan yang tinggi
bertekad untuk membantu orang-orang Kristen yang dipenjarakan itu. Ia sering mengantar
makanan untuk para tahanan di penjara. Setelah mereka makan, Kasilda mengajak
mereka berdoa memohon peneguhan dari Tuhan dalam menanggung semua penderitaan
yang ditimpakan atas mereka. Perbuatan nekad Kasilda ini tidak diketahui
ayahnya. Kasilda sendiri memang masih kafir, tetapi hatinya sudah tersentuh
oleh rahmat Allah melalui kesaksian hidup orang-orang Kristen yang sekarang ada
dalam tahanan. Ia kagum dan tertegun menyaksikan ketabahan orang Kristen dalam
penderitaannya dan kesetian mereka pada imannya akan Kristus.
Pada suatu hari Kasilda menyatakan keinginan hatinya untuk jadi
pengikut Kristus kepada orang-orang tawanan itu. Tetapi karena takut pada
ayahnya yang kejam itu, orang-orang Kristen tidak segera mengabulkan
permintaannya. Mereka menganjurkan agar ia meminta izin dulu kepada ayahnya.
Namun penolakan ayahnya tidak mengendurkan semangatnya untuk menjadi pengikut
Kristus. Sebaliknya ia bahkan semakin berani bertindak sebagai orang Kristen.
Ia rajin berdoa kepada Kristus untuk dirinya dan ayahnya. Akhirnya, atas berkat
Rahmat Allah, ayahnya mengijinkan dia untuk menjadi Kristen. Karena restu itu,
Kasilda dipermandikan menjadi Kristen.
Ayahnya mendirikan sebuah rumah kecil untuk Kasilda di kota Burgos sebagai tempat berdoa. Dirumah itupun banyak terjadi mukzijat karena doa-doanya. Ia banyak menolong orang-orang yang menderita dan rajin berdoa bagi pertobatan orang-orang kafir. Kasilda wafat pada tahun 107.
Ayahnya mendirikan sebuah rumah kecil untuk Kasilda di kota Burgos sebagai tempat berdoa. Dirumah itupun banyak terjadi mukzijat karena doa-doanya. Ia banyak menolong orang-orang yang menderita dan rajin berdoa bagi pertobatan orang-orang kafir. Kasilda wafat pada tahun 107.
Santo Thomas OFM dkk: Dementrius, Petrus
dan Yakobus, Martir
Thomas dibebaskan oleh Jendral Fransiskan dan kemudian diutus ke
Armenia, Raja Armenia sangat bersimpati kepadanya dan menjadikannya duta. Suatu
ketika ia bersama dengan imam-imam Fransiskan lainnya, yaitu Dementrius, Petrus
dan Yakobus, diutus ke Tiongkok. Tetapi kapal mereka kandas di pulau Salsalete
dekat Bombay. Disini mereka dibunuh oleh orang-orang Islam setempat pada tahun
1321.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
10 April, B. Antonius Neyrot.
Antonius dilahirkan di Italia utara pada abad kelimabelas. Ia
menggabungkan diri dalam Ordo Dominikan di Florence, Italia. Pemimpin biara
pada masa itu adalah seorang santo, yakni St Antoninus. Santo Antoninus
membawa pengaruh besar pada B Antonius.
Broeder Antonius tengah berlayar dari Naples ke Sicily ketika perompak
menaklukkan kapal. Antonius dibawa ke Tunis dan dijual sebagai budak. Ia
berhasil mendapatkan pembebasan, namun meninggalkan Gereja. Ia menyangkal iman
akan Yesus dan meninggalkan panggilan religius. Ia menerima Al Quran sebagai
Kitab Sucinya. Selama beberapa bulan ia hidup sebagai seorang muslim. Ia juga
menikah.
Sementara itu, pemimpin biara Dominikan, St Antoninus, wafat. Peristiwa
ini mengguncang Antonius. Tampaknya suatu malam Antonius mendapatkan semacam
mimpi. St Antoninus menampakkan diri kepadanya. Percakapan di antara kedua
orang ini menghantar pada perubahan radikal dalam diri Antonius. Ia sungguh
menyesal telah menghianati Tuhan. Ia tahu bahwa dalam hati ia tidak pernah
meninggalkan imannya kepada Yesus. Ia tahu bahwa ia hanya dapat menjadi seorang
Katolik. Dan ia sadar bahwa ia masih sangat ingin menjadi seorang broeder
Dominikan. Antonius memulangkan isterinya kembali ke rumah orangtuanya.
Kemudian ia mengenakan jubah putih Dominikan. Meski takut, ia pergi juga
menghadap penguasa Tunis. Khalayak ramai berkumpul dan sang penguasa keluar. Di
hadapan publik, Broeder Antonius mengakui bahwa ia telah melakukan suatu
kesalahan besar. Ia seorang Katolik. Ia percaya dan mengasihi Yesus. Ia seorang
Dominikan dan ingin tetap demikian sepanjang hidupnya. Sang penguasa amat
murka. Ia mengancam dan lalu menjanjikan ganjaran yang menggiurkan asalkan
Antonius menarik kembali apa yang telah ia ucapkan. Tetapi Antonius menolak
meski tahu bahwa ini berarti mati.
Antonius berlutut dan mulai berdoa memohon keberanian untuk menyerahkan
nyawa demi Yesus. Sekonyong-konyong ia merasakan batu-batu besar menimpuknya.
Ia terus berdoa memohon kekuatan agar tetap setia kepada Tuhan. Lalu ia jatuh
tergeletak. Antonius wafat sebagai martir pada tahun 1460. Beberapa pedagang
dari Genoa, Italia membawa jenazahnya kembali ke negeri asalnya.
Dapatkah aku lebih menjadikan Sakramen
Rekonsiliasi sebagai bagian hidupku? Adakah pengaruhnya terhadap diriku?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Vinsensius dari Lerins, Imam
Biarawan
Vinsensius adalah seorang imam dan rahib di pertapaan Lerins,
sebuah pulau yang tak jauh dari pantai Perancis. Beliau dikenal sebagai
penerbit suatu tulisan yang menentang ajaran sesat Commonitorium yang muncul
pada tahun 434 sesudah konsili Efesus.
Riwayat hidupnya pada masa kecil tidak banyak diketahui, meskipun karyanya dianggap penting dalam sejarah teologi. Karangan tersebut ditulis dibawah nama samaran Peregrinus. Didalamnya ia merumuskan prinsip dasar yang menegaskan bahwa sebuah doktrin iman katolik harus merupakan pokok iman yang diyakini, selalu, dimana-mana dan oleh semua orang beriman. Sebagai tambahan ia mengajarkan bahwa meskipun terdapat banyak tafsiran mengenai Kitab Suci, namun akhirnya Kitab Suci harus ditafsirkan menurut tradisi Gereja. Vinsensius meninggal dunia pada tahun 445.
Riwayat hidupnya pada masa kecil tidak banyak diketahui, meskipun karyanya dianggap penting dalam sejarah teologi. Karangan tersebut ditulis dibawah nama samaran Peregrinus. Didalamnya ia merumuskan prinsip dasar yang menegaskan bahwa sebuah doktrin iman katolik harus merupakan pokok iman yang diyakini, selalu, dimana-mana dan oleh semua orang beriman. Sebagai tambahan ia mengajarkan bahwa meskipun terdapat banyak tafsiran mengenai Kitab Suci, namun akhirnya Kitab Suci harus ditafsirkan menurut tradisi Gereja. Vinsensius meninggal dunia pada tahun 445.
Yehezkiel, Nabi
Yehezkiel yang berarti "Allah membuat kuat" adalah
putera dari imam Buzi (Yeh 1:3). Ia juga kemungkinan seorang imam yang
berkeluarga. Pada tahun 597 SM ia dibuang bersama-sama dengan Yoakim ke
Babilon. Lewat sebuah wahyu, ia dipanggil menjadi seorang nabi. Ia mengumumkan
ramalannya tentang kehancuran kota Yerusalem yang sudah dekat melalui banyak
ancaman hukuman dan perbuatan-perbuatan simbolis. Apabila kota Yerusalem
benar-benar dihancurkan oleh Nebukadnezar pada tahun 586SM, barulah para
buangan lebih menaruh perhatian pada pekerjaan Yehezkiel. Bagian kedua dari
pewartaannya (25-38) mengungkapkan harapan akan kepulangan mereka dan datangnya
saat keselamatan yang gemilang. Para musuh akan memperoleh putusan hukuman.
Yehezkiel meninggal di Babilon. Diluar beberapa laporan yang masih dipertentangkan, seperti misalnya: kematian istrinya secara mendadak (Yeh 24:18), tidak ditemukan berita tentang dirinya sendiri. Yehezkiel adalah penulis kitab yang menggunakan namanya dan menjadi judulnya.
Yehezkiel meninggal di Babilon. Diluar beberapa laporan yang masih dipertentangkan, seperti misalnya: kematian istrinya secara mendadak (Yeh 24:18), tidak ditemukan berita tentang dirinya sendiri. Yehezkiel adalah penulis kitab yang menggunakan namanya dan menjadi judulnya.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
11 April,
S. Stanislaus.
S. Stanislaus.
St. Stanislaus dilahirkan dekat Cracow, Polandia pada tahun 1030. Kedua
orangtuanya telah berdoa tiga puluh tahun lamanya agar dikarunia seorang anak.
Ketika Stanislaus lahir, mereka mempersembahkannya kepada Tuhan oleh sebab
mereka amat bersyukur. Ketika dewasa, Stanislaus belajar di Paris, Perancis.
Sesudah orangtuanya meninggal dunia, ia memberikan semua harta milik yang
diwariskan orangtuanya kepada fakir miskin. Kemudian ia menjadi seorang imam.
Pada tahun 1072, Stanislaus ditahbiskan sebagai Uskup Cracow. (Sebelum
menjadi paus, Yohanes Paulus II juga adalah Uskup Cracow, beberapa abad
kemudian). Uskup Stanislaus sangat dicintai umatnya. Mereka terutama sekali
menghargai caranya memberikan perhatian kepada kaum miskin, para janda dan
anak-anak yatim piatu. Seringkali ia sendiri turun tangan melayani mereka.
Pada waktu itu Boleslaus II menjadi raja Polandia. Ia seorang yang kejam
dan tidak bermoral. Rakyat takut kepadanya dan juga muak dengan gaya hidupnya.
Mula-mula Uskup Stanislaus menasehatinya secara pribadi. Bapa Uskup seorang
yang lemah lembut dan disegani. Tetapi, ia juga seorang yang jujur pula,
dinyatakannya kepada raja segala perilakunya yang keliru. Tampaknya raja
menyesal, namun sebentar saja ia sudah kembali pada cara hidupnya semula. Ia
bahkan melakukan lebih banyak dosa yang mengerikan. Bapa Uskup kemudian
mengucilkannya dari Gereja. Raja Boleslaus amat murka. Ia ingin membalas
dendam, maka diperintahkannya dua orang pengawal untuk membunuh St. Stanislaus.
Tiga kali mereka mencoba tetapi gagal. Kemudian raja sendiri dalam angkara
murkanya bergegas menuju kapel uskup. Ia membunuh St. Stanislaus saat bapa
uskup sedang mempersembahkan Misa. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 11 April
1079.
Tuhan melakukan banyak mukjizat setelah wafatnya St. Stanislaus. Semua
orang menyebutnya martir. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Inosensius IV
pada tahun 1253.
Menerima kritik bukanlah hal yang
mudah. Dapatkah aku menerima kritik sebagai suatu kesempatan untuk menjadi
pribadi yang lebih baik?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo George Gersave OSB, Martir
Sewaktu masa mudanya, George terkenal sebagai anggota pembajak laut pimpinan Francis Drake. Namun ia kemudian bertobat dan menajadi imam. Ia dihukum mati karena melayani umat di Inggris. George meninggal dunia pada tahun 1608.
Sewaktu masa mudanya, George terkenal sebagai anggota pembajak laut pimpinan Francis Drake. Namun ia kemudian bertobat dan menajadi imam. Ia dihukum mati karena melayani umat di Inggris. George meninggal dunia pada tahun 1608.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
12 April,
S. Yoseph Moscati.
S. Yoseph Moscati.
Kematian saudara laki-lakinya meninggalkan kesan mendalam dalam diri
Yoseph. Ia bertanya pada Yesus dalam Ekaristi dan juga pada Bunda Maria mengapa
itu harus terjadi. Penderitaan haruslah membawa hikmah. Yoseph segera menyadari
akan pentingnya tenaga ahli dalam bidang kesehatan. Dan yang terpenting, ia
menyadari bahwa dalam kehidupan ini kita berziarah menuju kehidupan kekal.
Tergantung pada kita apakah kita mau menolong serta melayani orang lain selama
kita dalam perjalanan. Yoseph bertanya-tanya dan berdoa apakah yang harus ia
lakukan dalam hidupnya. Ia memutuskan bahwa ia ingin menolong orang lain dengan
membantu menyembuhkan penyakit yang mereka derita. Yoseph ingin menjadi seorang
dokter.
Ketika usianya dua puluh tiga tahun, Dr. Moscati memulai pelayanannya di
sebuah rumah sakit bagi pasien yang tak dapat disembuhkan di Naples. Kemudian
ia buka praktek sendiri. Semua pasien selalu disambut, tanpa peduli apakah
mereka sanggup membayar atau tidak. Dr. Yoseph akan menuliskan resep bagi para
pasiennya yang miskin, lalu membayar biaya obat-obatan dari kantong pribadinya.
Setiap hari terasa berat dan melelahkan, tetapi Dr. Moscati senantiasa lemah lembut
dan penuh belas kasihan. Ia berusaha mendengarkan para pasiennya dengan penuh
perhatian. Ia menghibur serta berdoa bagi mereka.
Dr. Moscati bukan hanya seorang dokter ahli, tetapi ia seorang kudus
juga. Bagaimana mungkin? Setiap pagi ia pergi mengikuti Misa dan menyempatkan
diri untuk berdoa. Kemudian dokter akan mengunjungi para pasiennya yang miskin
di kampung-kampung kumuh Naples. Dari sana, ia akan pergi ke rumah sakit dan
memulai aktivitasnya. Selama dua puluh empat tahun, Yoseph bekerja dan berdoa
bagi para pasiennya. Ia mencurahkan segenap tenaganya bagi panggilan hidupnya.
Suatu siang pada tanggal 12 April 1927, Dr. Moscati merasa tidak enak badan,
jadi ia pergi ke kantornya dan beristirahat sejenak di kursinya. Di sanalah ia
terserang stroke dan meninggal dunia. Usianya empat puluh tujuh tahun.
Dr. Yoseph Moscati dinyatakan kudus oleh Paus Yohanes Paulus II pada
tanggal 25 Oktober 1987.
Hidup St. Yoseph Moscati dipenuhi
cinta kasih tanpa pamrih kepada sesama yang tidak akan pernah dapat membalas
kebaikannya. Apakah aku mengenal orang-orang seperti mereka kepada siapa aku
dapat memberikan sesuatu?
Athanasius, Uskup Aleksandria, Mesir adalah salah seorang korban perlakuakn para pemimpin gereja timur yang arianis itu, karena ia menetang ajaran sesat Arianisme. Ketika Athanasius berada di Konstantinopel untuk membela kebenaran iman di hadapan kaisar, taktha keuskupannya diambil alih oleh Gregorius dari Kapadokia, Turki, seorang penganut Arianisme. Setelah dengan gigih mempertahankan ajaran iman yang benar di hadapan kaisar, Athanasius berangkat ke Roma untuk melaporkan peristiwa itu kepada Sri Paus Yulius.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Yulius I, Paus
Hari kelahiran Yulius tidak diketahui dengan pasti. Ia memimpin
Gereja sebagai Paus dari tahun 337 sampai wafatnya pada tahun 352 di Roma.
Dalam masa kepemimpinannya, ia dikenal sebagai seorang Paus yang dengan keras
menentang para pemimpin gereja Timur yang memberhentikan uskup-uskup yang
ditabhiskan secara sah. Kecuali hal itu, ia pun menentang bidaah Arianisme dan
pengikut-pengikutnya, terutama uskup-uskup yang terpengaruh oleh ajaran itu.
Athanasius, Uskup Aleksandria, Mesir adalah salah seorang korban perlakuakn para pemimpin gereja timur yang arianis itu, karena ia menetang ajaran sesat Arianisme. Ketika Athanasius berada di Konstantinopel untuk membela kebenaran iman di hadapan kaisar, taktha keuskupannya diambil alih oleh Gregorius dari Kapadokia, Turki, seorang penganut Arianisme. Setelah dengan gigih mempertahankan ajaran iman yang benar di hadapan kaisar, Athanasius berangkat ke Roma untuk melaporkan peristiwa itu kepada Sri Paus Yulius.
Yulius, yang bertanggungjawab
atas masalah itu, segera mengadakan suatu konsili di Roma pada tahun 340. Ia
mengundang semua Uskup Timur untuk menghadiri konsili itu. Tetapi undangan
Yulius di tolak. Semua Uskup Timur tetap bersikap keras terhadap Athanasius.
Tanpa kehadiran uskup-uskup timur, Yulius bersama Uskup-uskup lainnya
meneguhkan hati Athanasius dan menyuruhnya kembali ke keuskupannya besama
Marcellus dari Ancyra, seorang uskup lain yang juga dipecat oleh penganut-penganut
Arianisme. Untuk itu, Yulius mengirimkan sepucuk surat yang berisi penegasan
konsili tentang sahnya kedudukan Athanasius sebagai Uskup Aleksandria, kepada
Uskup-uskup pengikut Eusebius, Patriakh Konstantinopel yang Arianis.
Untuk mendamaikan Uskup-Uskup
barat dengan uskup-uskup Timur, Konstans (dari Barat) dan Konstansius (dari
Timur) yang bersama-sama memangku suatu jabatan penting dalam kekaisaran Romawi
mendesak para Uskup itu agar berkumpul di Sardica, Bulgaria, guna membicarakan
masalah pemecatan uskup-uskup yang sah itu. Yulius menyambut baik ajakan itu
dengan mengirimkan utusan-utusannya pada tahun 343. Tetapi uskup-uskup Arianis
menolak menghadiri konsili Sardica. Mereka sebaliknya berkumpul di Philippolis,
Thrasia (Yunani Utara). Disana mereka mengeluarkan suatu keputusan yang
menghukum baik Athanasius maupun Yulius dari Roma yang dianggap sebagai biang
keladi semua kejahatan yang ada disana. Sementara itu, para Uskup Barat tetap
bersidang di Sardica untuk menegakkan kembali keabsahan jabatan uskup-uskup
yang dipecat oleh kaum Arian. Mereka pun meneguhkan kembali isi syahadat Nicea
tanpa merubahnya, dan mengancam tipu muslihat dari Uskup-uskup Arian di
pengadilan kekaisaran. Sementara itu masalah belum tuntas, Gregorius dari
Kapadokia meninggal dunia. Peristiwa ini menjadi peluang emas bagi Athanasius
untuk kembali menduduki taktha keuskupannya di Aleksandria pada tahun 346.
Yulius mengirim surat kepada seluruh umat di Aleksandria agar dengan sepenuh
hati menerima kembali Athanasius sebagai Uskup Aleksandria yang sah.
Santo Sabas dari Goth, Martir
Sabas hidup di kota Targovosta, Dasia (Rumania) pada abad keempat.
Ia dikenal sebagai seorang martir karena giat sekali meneguhkan iman
orang-orang Kristen Goth. Ia miskin dan tidak mempunyai kedudukan dalam
masyarakat. Oleh karena berbudi luhur dan beriman teguh, ia ditabhiskan menjadi
lektor untuk membantu imam-imam dalam upacara-upacara gerejani.
Ia pun giat meneguhkan iman saudara-saudaranya agar tidak mengikuti praktek-praktek kekafiran kepada dewa-dewa. Kepada walikota yang merencanakan penganiayaan besar-besaran terhadap orang-orang Kristen, Sabas dengan tegas menyatakan dirinya sebagai orang Kristen yang rela mati bagi Kristus. Pada tahun 372, ketika ia menyelenggarakan perayaan Paskah di rumahnya, ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh walikota. Ia ditenggelamkan di sungai dekat Buzan, Rumania. Kepada para pelaksana hukuman mati atas dirinya, ia berkata: "Lakukanlah sebaik-baiknya apa yang menjadi kewajibanmu saat ini. Aku tidak gentar sedikit pun sebab aku tahu apa yang akan kuterima dari Tuhanku sebagai pahala, yakni takhta kemuliaan surgawi bersama-Nya.
Ia pun giat meneguhkan iman saudara-saudaranya agar tidak mengikuti praktek-praktek kekafiran kepada dewa-dewa. Kepada walikota yang merencanakan penganiayaan besar-besaran terhadap orang-orang Kristen, Sabas dengan tegas menyatakan dirinya sebagai orang Kristen yang rela mati bagi Kristus. Pada tahun 372, ketika ia menyelenggarakan perayaan Paskah di rumahnya, ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh walikota. Ia ditenggelamkan di sungai dekat Buzan, Rumania. Kepada para pelaksana hukuman mati atas dirinya, ia berkata: "Lakukanlah sebaik-baiknya apa yang menjadi kewajibanmu saat ini. Aku tidak gentar sedikit pun sebab aku tahu apa yang akan kuterima dari Tuhanku sebagai pahala, yakni takhta kemuliaan surgawi bersama-Nya.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
13 April,
S. Martin I.
S. Martin I.
St Martin adalah seorang imam Roma yang memiliki reputasi sebagai seorang
yang berpendidikan dan kudus. Ia menjadi paus pada bulan Juli 649. Ketika orang
memperdebatkan kebenaran-kebenaran mengenai Yesus, Paus Martin mengadakan
pertemuan para uskup. Pertemuan ini disebut Konsili Lateran. Dalam konsili
diterangkan secara jelas apa yang kita yakini mengenai kebenaran-kebenaran
iman. Namun demikian, sebagian umat Kristiani tidak puas mengenainya. Paus
Martin tahu bahwa penjelasan-penjelasan konsili benar adanya. Adalah tugasnya
sebagai seorang paus untuk mengajarkan kebenaran kepada umat.
Beberapa penguasa tidak menghargai apa yang dilakukan Paus Martin. Salah
seorang di antaranya adalah Kaisar Konstans II dari Konstantinopel. Ia mengirim
prajuritnya ke Roma untuk menangkap Martin dan membawanya ke Konstantinopel.
Demikianlah para prajurit menangkap paus. Mereka menyergapnya tepat di Katedral
Lateran dan menaikkannya ke atas kapal. Paus Martin jatuh sakit, tetapi mereka
tetap melanjutkan penjalanan. Pada bulan Oktober 653, paus dijebloskan ke dalam
penjara di Konstantinopel selama tiga bulan lamanya. Ia hanya diberi sedikit makan
dan minum setiap harinya. Ia bahkan tak diijinkan membasuh diri. Paus Martin
dihadapkan ke pengadilan, dihinakan di depan umum dan dijatuhi hukuman mati.
Tetapi kemudian ia dikembalikan ke penjara yang sama selama tiga bulan lamanya.
Patriark Paulus dari Konstantinopel memohonkan pengampunan bagi nyawanya. Jadi,
sebagai ganti hukuman mati, paus dibuang ke pengasingan. Paus Martin dibawa
dalam sebuah kapal yang membawanya menyeberangi Laut Hitam. Pada bulan April
654, kapal mendarat di semenanjung Rusia yang disebut Crimea.
Paus Martin mengalami shock hebat akibat penderitaan yang ia alami selama
penahanannya. Ia sendiri menuliskan kisahnya mengenai hari-hari yang
menyedihkan itu. Paus mengatakan bahwa ia merasa teramat sedih telah dilupakan
oleh sanak saudara dan warga Gereja di Roma. Ia tahu bahwa mereka takut kepada
kaisar. Tetapi setidak-tidaknya, demikian katanya, mereka dapat mengirimkan
jagung, minyak dan kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya. Tetapi, itu tidak mereka
lakukan. Mereka mengabaikan paus karena takut.
Pembuangan paus berlangsung selama dua tahun lamanya. Ia wafat sekitar
tahun 656. Karena penderitaan dahsyat yang dialaminya, Paus Martin dimaklumkan
sebagai martir. Sejauh ini, ia adalah yang terakhir dari para paus yang
dianggap martir.
Dapatkah aku menghargai karunia
orang-orang lain dan mengucap syukur atasnya, ataukah aku jatuh ke dalam
perangkap iri hati?
Orangtuanya kaya raya dan bangsawan itu merasa sungguh sedih bahkan merasa malu karena kelainan tubuh anaknya. Karena itu, ketika Margaretha berumur enam tahun, mereka mengurungnya dalam sebuah sel kecil di pegunungan Apennin selama 10 tahun. Dari sana mereka membawanya ke Citta-di-Castello, dengan harapan bahwa ia dapat pulih dari keadaannya atas cara yang ajaib di sebuah tempat sakral di kota itu. Tetapi karena tidak terjadi suatu apapun atas diri Margaretha seperti yang diharapkan, mereka meninggalkan dia sendirian di sana, lalu pulang ke rumah.
Dalam ordo ini, Margaretha berkembang pesat dalam kehidupan berbakti kepada Tuhan dan sesama. Ia dikenal sebagai seorang anggota yang taat, saleh dan rajin berdoa. Ia memusatkan perhatiannya pada orang-orang sakit dan narapidana di penjara. Dia berdoa untuk mereka, mengobati mereka dan memberi makanan kepada mereka. Dalam tugasnya ini, ia berhasil menobatkan banyak narapidana dan menyembuhkan banyak orang sakit.
Kehidupan rohaninya dikembangkan dengan melakukan devosi khusus kepada Sakramen MahaKudus, Bunda Maria dan Santo Yosef. Akhirnya pada usia 33 tahun, pada tanggal 13 April 1320, ia meninggal dunia dan dikuburkan di Gereja Santo Dominikus di Cattadi-Castello.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Martinus I, Paus dan Martir
Martinus terpilih menjadi Paus pada tahun 649. Ia memimpin Gereja
selama 7 tahun. Pada awal pontifikatnya, situasi Gereja umumnya aman.
Perhatiannya pada kepentingan Gereja dan umat sangat besar. Ia berusaha
memimpin Gereja dengan sikap seorang gembala. Tiga pokok perhatiannya yang
utama ialah doa, membantu para miskin dan mengajar. Perhatiannya terhadap nasib
kaum miskin sangat besar sehingga ia sendiri pun hidup dalam kondisi serba
kekurangan.
Keaman Gereja terganggu dengan
naiknya Konstantin II ke atas tahkta sekaligus menyatakan diri sebagai kepala
Gereja Kristus. Selain itu ia pun menyebarkan ajaran palsu monotelitisme, bahwa
Kristus hanya mempunyai satu kehendak. Hal ini menimbulkan pertentangan antara
Martinus dan Konstantin II, karena Martinus dengan tegas menolak ajaran itu.
Penolakan Martinus itu menimbulkan amarah besar di pihak kaisar, bahkan
melahirkan rencana pembunuhan atas dirinya. Para serdadu berusaha membunuh Martinus,
tetapi gagal.
Sebagai gantinya, Martinus yang
sudah tua dan sakit-sakitan itu ditangkap dan diusung ke sebuah kapal yang
hendak berangkat ke Konstantinopel. Setelah sebulan berlayar, sampailah kapal
itu di pulau Naksos. Di pulau itu, Martinus ditawan selama lebih dari satu
tahun dengan penderitaan yang mengerikan. Setelah itu ia dibawa menghadap
kaisar. Ia dihadapkan kepada senat kekaisaran dan dihukum mati dengan berbagai
tuduhan palsu. Pakaian pontifikatnya ditanggalkan dan ia dihantar mengelilingi
kota seperti para penjahat. Hukuman mati ditangguhkan dan diganti dengan
pembuangan ke sebuah tempat sunyi hingga kematiannya pada tahun 655 sesudah
empat menderita sakit dan kelaparan.
Santa Margaretha dari Metola, Pengaku
Iman
Margaretha lahir di Metola, dekat Florence, Italia pada tahun
1287. Kondisi tubuhnya menyedihkan karena ia pendek, bungkuk, pincang dan buta.
Meski demikian, ia dengan senang hati menerima kondisinya itu. Ia dikenal
sebagai anggota Ordo Ketiga Santo Dominikus yang saleh dan menaruh perhatian
besar pada orang-orang sakit dan para tahanan di penjara.
Orangtuanya kaya raya dan bangsawan itu merasa sungguh sedih bahkan merasa malu karena kelainan tubuh anaknya. Karena itu, ketika Margaretha berumur enam tahun, mereka mengurungnya dalam sebuah sel kecil di pegunungan Apennin selama 10 tahun. Dari sana mereka membawanya ke Citta-di-Castello, dengan harapan bahwa ia dapat pulih dari keadaannya atas cara yang ajaib di sebuah tempat sakral di kota itu. Tetapi karena tidak terjadi suatu apapun atas diri Margaretha seperti yang diharapkan, mereka meninggalkan dia sendirian di sana, lalu pulang ke rumah.
Di kota itu Margaretha diangkat sebagai saudara oleh pengemis di
kota itu. Kepadanya ditunjukkan tempat-tempat strategis untuk mengemis,
sekaligus sebuah tempat dimana ia dapat tidur dengan tenang. Dalam menjalani
hidup dengan cara mengemis dan menggelandang, Margaretha senantiasa menampilkan
diri sebagai seorang yang periang dan tidak pernah mengeluh. Ia bahkan
meneguhkan rekan-rekannya agar tabah dalam menanggung segala penderitaan yang
menimpa diri mereka. Ia sendiri merasa prihatin dan bingung kalau orang
berbelaskasihan terhadap dirinya dan mencemasi hidupnya. Lama kelamaan,
orang-orang sekitar yang mengenalnya, pun rekan-rekannya, mulai menyadari bahwa
Margaretha adalah seorang wanita pengemis yang luhur kepribadiannya, saleh
hidupnya dan tulus hatinya. Kagum atas kepribadiannya, maka orang-orang yang
berpengaruh di kota itu membujuk para biarawati di sebuah biara di kota itu,
agar menerima Margaretha sebagai seorang postulan. Usaha ini berhasil.
Margaretha diterima dalam biara suster-suster itu. Ia sendiri senang sekali
dengan penerimaan itu. Tetapi kegembiraannya karena menjadi anggota religius
ini tidak berlangsung lama. Setelah beberapa lama tinggal di biara itu, ia
mulai prihatin atas cara hidup biarawati-biarawati itu. Mereka terlalu
bersemangat duniawi. Karena sikapnya ini, ia kemudian dikeluarkan dari biara
itu, meskipun pada mulanya ia disambut dengan baik.
Setelah keluar dari biara itu, Margaretha diterima sebagai anggota
Ordo Ketiga Santo Dominikus. Dalam ordo itu, Margaretha adalah satu-satunya
wanita muda yang diterima selagi dalam status belum menikah. Ini sesuatu yang
istimewa, karena pada masa itu semua orang yang menjadi anggota Ordo ketiga itu
sudah menikah.
Dalam ordo ini, Margaretha berkembang pesat dalam kehidupan berbakti kepada Tuhan dan sesama. Ia dikenal sebagai seorang anggota yang taat, saleh dan rajin berdoa. Ia memusatkan perhatiannya pada orang-orang sakit dan narapidana di penjara. Dia berdoa untuk mereka, mengobati mereka dan memberi makanan kepada mereka. Dalam tugasnya ini, ia berhasil menobatkan banyak narapidana dan menyembuhkan banyak orang sakit.
Kehidupan rohaninya dikembangkan dengan melakukan devosi khusus kepada Sakramen MahaKudus, Bunda Maria dan Santo Yosef. Akhirnya pada usia 33 tahun, pada tanggal 13 April 1320, ia meninggal dunia dan dikuburkan di Gereja Santo Dominikus di Cattadi-Castello.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
14 April,
S. Lidwina.
S. Lidwina.
Lidwina artinya “penderitaan.” Lidwina seorang gadis Belanda. Ia
dilahirkan pada tahun 1380 dan wafat pada tahun 1433. Ketika umurnya lima belas
tahun, Lidwina mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Mungkin saja ia
akan menjadi seorang biarawati kelak. Tetapi, suatu siang, terjadi peristiwa
yang akan mengubah seluruh hidupnya.
Lidwina pergi bermain sepatu luncur bersama teman-temannya. Salah seorang
dari mereka secara tak sengaja menabraknya. Lidwina terpelanting keras ke atas
es dan tulang rusuknya patah. Ia amat kesakitan. Kecelakaan itu menimbulkan
masalah-masalah lain pula. Hari-hari selanjutnya, Lidwina mengalami sakit
kepala yang amat hebat, mual, demam, rasa sakit di sekujur tubuhnya dan rasa
haus.
Dengan menangis Lidwina mengatakan kepada ayahnya bahwa ia tidak sanggup
lagi menahan sakit. Namun demikian, rasa sakit itu malahan menghebat. Bisul-bisul
mulai bermunculan di wajah dan tubuhnya. Satu matanya menjadi buta. Dan pada
akhirnya, ia tidak lagi dapat meninggalkan pembaringan.
Lidwina sangat sedih dan putus asa. Mengapa Tuhan membiarkan semua ini
terjadi padanya? Apa yang Tuhan inginkan darinya? Lagipula, apa yang masih
dapat ia persembahkan kepada-Nya? Pastor Yohanes, imam parokinya, datang
mengunjungi serta berdoa bersamanya. Pastor membantunya merenungkan segala
penderitaan yang harus ditanggung Yesus. Lidwina mulai sadar akan hadiah indah
yang akan ia persembahkan kepada Yesus: ia akan menderita bagi-Nya. Ia akan
mempersembahkan segala penderitaannya untuk menghibur Dia, yang telah menderita
begitu hebat di salib. Penderitaannya dipersembahkannya sebagai suatu doa yang
indah kepada Tuhan. Sedikit demi sedikit Lidwina mulai mengerti.
Selama tiga puluh delapan tahun Lidwina menderita. Rasanya mustahil ia
dapat bertahan hidup dalam keadaan yang sedemikian parah. Tetapi sungguh, ia
bertahan. Tuhan memberinya penghiburan dalam berbagai cara. Lidwina baik hati
terhadap semua orang yang datang mengunjunginya di kamar kecilnya yang
sederhana. Ia berdoa kepada Tuhan dan rela menderita bagi ujub-ujub para
tamunya. Mereka tahu bahwa Tuhan mendengarkan doa-doa Lidwina. Lidwina terutama
amat cinta kepada Yesus dalam Ekaristi Kudus. Selama bertahun-tahun, ia hidup
hanya dengan menyantap Komuni Kudus.
Marilah pada hari ini kita berdoa mohon hati yang
mampu memahami arti penderitan manusia.
Tiburtius adalah adik kandung Valerianus. Kisah tentang keanggotaan mereka dalam gereja hingga menjadi Martir dihubungkan dengan Sata Sesilia. Sesilia adalah tunangan Valerianus, pemuda yang belum menganut agama Kristen. Ketika hari pernikahan mereka tiba, Sesilia dengan tulus membisikkan kepada Valerianus, calon suaminya agar membatalkan saja pernikahan mereka karena ia telah menjanjikan kemurnian dirinya kepada Tuhan. Valerianus yang tulus hati itu mengindahkan permohonan Sesilia, calon istrinya. Ia tidak marah, malah sebaliknya meminta Sesilia agar mengajari dia iman Kristen dan mengusahakan pembaptisannya. Demikian pula Tiburtius adik Valerianus.
Setelah menjadi Kristen, kedua kakak-beradik ini dengan giat menyebarkan iman Kristen dan rajin menguburkan jenazah para Martir yang dibunuh. Melihat itu, penguasa Romawi menangkap dan menyiksa mereka. Pada peristiwa itu, Maximus seorang tentara Romawi yang turut dalam penyiksaan atas diri Tiburtius dan Valerianus, terharu dan kagum akan ketahanan dan ketabahan hati kedua bersaudara itu. Lalu ia pun dengan berani mengaku dirinya sebagai seorang murid Kristus. Akibatnya ia pun disiksa dan dibunuh bersama Tiburtius dan Valerianus.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Tiburtius, Valerianus, Maximus,
Martir
Ketiga pemuda ini dikenal sebagai pahlawan iman Kristen yang
dibunuh oleh penguasa Romawi di kota Roma. Jenazah mereka di kuburkan di
Katakombe Praetaxtatus, Roma sekitar 229 / 230.
Tiburtius adalah adik kandung Valerianus. Kisah tentang keanggotaan mereka dalam gereja hingga menjadi Martir dihubungkan dengan Sata Sesilia. Sesilia adalah tunangan Valerianus, pemuda yang belum menganut agama Kristen. Ketika hari pernikahan mereka tiba, Sesilia dengan tulus membisikkan kepada Valerianus, calon suaminya agar membatalkan saja pernikahan mereka karena ia telah menjanjikan kemurnian dirinya kepada Tuhan. Valerianus yang tulus hati itu mengindahkan permohonan Sesilia, calon istrinya. Ia tidak marah, malah sebaliknya meminta Sesilia agar mengajari dia iman Kristen dan mengusahakan pembaptisannya. Demikian pula Tiburtius adik Valerianus.
Setelah menjadi Kristen, kedua kakak-beradik ini dengan giat menyebarkan iman Kristen dan rajin menguburkan jenazah para Martir yang dibunuh. Melihat itu, penguasa Romawi menangkap dan menyiksa mereka. Pada peristiwa itu, Maximus seorang tentara Romawi yang turut dalam penyiksaan atas diri Tiburtius dan Valerianus, terharu dan kagum akan ketahanan dan ketabahan hati kedua bersaudara itu. Lalu ia pun dengan berani mengaku dirinya sebagai seorang murid Kristus. Akibatnya ia pun disiksa dan dibunuh bersama Tiburtius dan Valerianus.
15 April,
Beato Pedro Gonzalez, Pengaku Iman
Pedro lahir di desa Astorga, Spanyol pada tahun 1190. Sejak masa
studinya, Pedro ternyata cerdas dan pandai. Kehidupan rohaninya tidak
menunjukkan suatu keistimewaan. Terpengaruh oleh kehidupan pamannya sebagai
uskup, Pedro tertarik juga untuk menjalani kehidupan bakti kepada Tuhan.
Tak lama kemudian ia
ditabhiskan menjadi imam. Oleh uskupnya, ia diangkat menjadi koordinator
imam-imam diosesan. Pelantikannya dirayakan secara meriah dan besar-besaran.
Tetapi Tuhan menunjukkan campur tangan-Nya pada hari itu. Arakan besar dan
meriah menuju Katedral mulai bergerak. Pedro dengan gagah menunggang seekor
kuda diiringi oleh imam-imam dan pembesar-pembesar negara dan umat. Tiba-tiba
kuda yang ditungganginya berontak dan Pedro yang gagah itu jatuh. Sorak-sorai
yang gemuruh itu berubah menjadi gelak tawa dan olok-olokan, Pedro menyadari
hal ini merupakan tanda peringatan bahwa betapa tidak berartinya kemuliaan
duniawi.
Setelah peristiwa ini, Pedro
masuk Ordo Santo Dominikus. Mula-mula ia ditugaskan sebagai pastor tentara.
Dalam tugas ini, Pedro menunjukkan contoh hidup yang sangat mnyenangkan bagi
pasukannya dan semua orang di istana. Pada waktu kota Kordova direbut oleh raja
Spanyol dari tangan suku Moor, Pedro berusaha menyelamatkan para tawanan dan
wanita-wanita dari tindakan sewenang-wenang para tentara.
Setelah berhenti dari dinas ketentaraan, Pedro menjadi pastor
untuk para petani dan nelayan. Ia mencurahkan sisa-sisa hidupnya untuk menemani
para petani dan pelaut. Ia mengajari mereka bagaimana menghayati iman sebagai
sebagai seorang petani dan pelaut. Soal-soal agama yang sulit, diterangkannya
dengan sederhana sehingga dapat dimengerti oleh para petani dan pelaut yang
sederhana itu. Cara hidupnya yang saleh, kerendahan hatinya serta pergaulannya
yang baik dengan semua orang, membuat dia sangat disegani dan dihormati oleh
semua petani dan pelaut itu. Ia meninggal pada tahun 1246.
Beato Damian de Veuster, Imam
Pater Damian adalah seorang misionaris Belgia di pulau Molokai,
Hawai. Ia dihormati sebagai "rasul para penderita kusta". Ia lahir
pada tanggal 3 Januari 1840 di Tremeloo, Belgia dan diberinama Yosef de
Veuster. Sebagai anak seorang pedagang kaya raya, Yosef dididik untuk menjadi
pedagang seperti ayahnya. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Wechter dan
pendidikan praktis di perkebunan keluarga di Ninde, ia dikirim ke sebuah Kolose
di Braine-le –Comte, Belgia, untuk memahirkan ketrampilannya di bidang
perdagangan.
Meski demikian, selama berada
disana pada tahun 1858, ia memutuskan untuk menjadi imam. Orang tuanya
mengabulkan permohonannya untuk memasuki Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus
dan Maria, kongregasi saudara kandungnya August. Pada bulan Januari 1859, Yosef
masuk novisiat dari serikat itu di Louvain, Belgia. Ia mengucapkan kaulnya pada
tanggal 7 Oktober 1860 di rumah induk biara di Paris dan menerima nama biara: Damian.
Semula ia hanya akan diterima sebagai bruder saja. Tetapi atas dorongan
kakaknya August, yang sudah menjadi imam dalam serikat itu, Damian terus
belajar bahasa latin dan yunani serta tekun belajar ilmu-ilmu lainnya.
Ketekunannya meyakinkan atasan, sehingga ia diijinkan belajar filsafat di Paris
dan kemudian kembali ke Louvain untuk belajar teologi.
Sementara Damian belajar, kakaknya yang segera berangkat ke kepulauan Hawai terserang penyakit tipus. Lalu Damian meminta untuk menggantikannya walaupun ia belum di tabhiskan menjadi imam. Pemimpin tertinggi serikat itu mengabulkan permohonannya dan pada tanggal 29 Oktober 1863, ia berangkat ke Hawai. Ia tiba disana pada bulan Maret 1864 dan pada tanggal 21 Mei 1864 ia ditabhiskan menjadi imam di gereja Katedral Bunda Perdamaian di Honolulu, Hawai. Sebagai imam baru, Damian ditugaskan untuk melayani umat di stasi Puna, Kohala dan Hamakua selama beberapa tahun. Selama bertugas disana, perhatiannya lebih diarahkan kepada kondisi para penderita kusta yang ditempatkan di perkampungan Kalaupapa di pulau Molokai. Di daerah koloni itu tidak ada seorang dokter dan imam yang tinggal menetap untuk melayani para penderita kusta itu. Karena itu, pater Damian mengajukan permohonan kepada Uskup untuk menjadi misionaris untuk para penderita Kusta di Molokai itu. Untuk itu, ia mempersiapkan diri secukupnya dalam hal ketrampilan merawat orang sakit, mulai dari membalut luka sampai memotong anggota badan yang membusuk.
Pater Damian tiba di perkampungan kusta itu pada tanggal 10 Mei 1873. Disana ia giat mewartakan Injil dan mengajar agama, menghibur dan merawat orang-orang kusta bahkan mengubur mereka. Ia merintis pembangunan jalan raya, pipa air, rumah yatim piatu dan gereja-gereja. Ia berkarya disana dengan bantuan dua orang awam, juga satu kelompok suster-suster Fransiskan dari Syracuse, New York. Meski menyala-nyala semangat pengabdiannya, namun penyakit kusta itu mulai perlahan-lahan menjangkitinya pada tahun 1888, hingga merenggut nyawanya sendiri pada tanggal 15 April 1889. Kurang lebih satu abad kemudian, yaitu pada tahun 1936, jenazah Pater Damian dipindahkan dari kuburnya di Molokai ke tanah airnya Belgia dan disemayankan di pekuburan nasional St. Yosef di Louvain. Untuk menghormatinya maka didirikanlah sebuah monumen di pulau Molokai, dan sebuah institut untuk mempelajari penyakit kusta.
Sementara Damian belajar, kakaknya yang segera berangkat ke kepulauan Hawai terserang penyakit tipus. Lalu Damian meminta untuk menggantikannya walaupun ia belum di tabhiskan menjadi imam. Pemimpin tertinggi serikat itu mengabulkan permohonannya dan pada tanggal 29 Oktober 1863, ia berangkat ke Hawai. Ia tiba disana pada bulan Maret 1864 dan pada tanggal 21 Mei 1864 ia ditabhiskan menjadi imam di gereja Katedral Bunda Perdamaian di Honolulu, Hawai. Sebagai imam baru, Damian ditugaskan untuk melayani umat di stasi Puna, Kohala dan Hamakua selama beberapa tahun. Selama bertugas disana, perhatiannya lebih diarahkan kepada kondisi para penderita kusta yang ditempatkan di perkampungan Kalaupapa di pulau Molokai. Di daerah koloni itu tidak ada seorang dokter dan imam yang tinggal menetap untuk melayani para penderita kusta itu. Karena itu, pater Damian mengajukan permohonan kepada Uskup untuk menjadi misionaris untuk para penderita Kusta di Molokai itu. Untuk itu, ia mempersiapkan diri secukupnya dalam hal ketrampilan merawat orang sakit, mulai dari membalut luka sampai memotong anggota badan yang membusuk.
Pater Damian tiba di perkampungan kusta itu pada tanggal 10 Mei 1873. Disana ia giat mewartakan Injil dan mengajar agama, menghibur dan merawat orang-orang kusta bahkan mengubur mereka. Ia merintis pembangunan jalan raya, pipa air, rumah yatim piatu dan gereja-gereja. Ia berkarya disana dengan bantuan dua orang awam, juga satu kelompok suster-suster Fransiskan dari Syracuse, New York. Meski menyala-nyala semangat pengabdiannya, namun penyakit kusta itu mulai perlahan-lahan menjangkitinya pada tahun 1888, hingga merenggut nyawanya sendiri pada tanggal 15 April 1889. Kurang lebih satu abad kemudian, yaitu pada tahun 1936, jenazah Pater Damian dipindahkan dari kuburnya di Molokai ke tanah airnya Belgia dan disemayankan di pekuburan nasional St. Yosef di Louvain. Untuk menghormatinya maka didirikanlah sebuah monumen di pulau Molokai, dan sebuah institut untuk mempelajari penyakit kusta.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
16 April,
S. Benediktus Yoseph Labre.
S. Benediktus Yoseph Labre.
Orang kudus dari Perancis yang dilahirkan pada tahun 1748 ini menempuh
jalan hidup yang aneh. Ia adalah putera seorang pemilik toko dan memperoleh
pendidikan dari pamannya, seorang imam. Ketika imam yang baik itu meninggal
dunia, Benediktus berusaha masuk biara. Tetapi, ia ditolak karena masih terlalu
muda. Benediktus kemudian mencoba masuk biara lainnya. Ia menyukai kehidupan
doa dan mati raga. Namun, ketika ia masuk biara, Benediktus menjadi kurus dan
lemah. Maka, dinasehatkan kepadanya agar ia pulang ke rumah dan hidup sebagai
seorang Kristen yang baik. Benediktus pulang dan perlahan-lahan kesehatannya
pulih kembali. Ia berdoa mohon bantuan Tuhan. Kemudian Benediktus merasa bahwa
Tuhan telah menjawab doanya. Ia akan menjadi seorang peziarah, seorang yang
mengadakan perjalanan suci dengan berdoa dan bermati raga. Sebagai peziarah,
Benediktus akan mengunjungi tempat-tempat suci yang termashyur di Eropa.
Benediktus memulai perjalanannya dengan berjalan kaki. Ia pergi dari satu
gereja ke ke gereja lainnya. Ia mengenakan jubah sederhana, sebuah salib di
dada dan rosario di lehernya. Ia tidur di emperan jalan. Makanan yang
disantapnya hanyalah yang diberikan orang-orang kepadanya. Jika mereka
memberinya uang, ia akan memberikannya kepada orang-orang miskin. “Ransel”nya
hanyalah sebuah kantong. Di dalamnya ia menyimpan Kitab Suci, juga
medali-medali dan buku-buku rohani yang akan dibagikannya kepada orang lain.
Perhatian St. Benediktus sama sekali tidak tertuju pada pemandangan indah di
daerah-daerah yang ia kunjungi. Satu-satunya yang menarik baginya adalah
gereja-gereja di mana Yesus tinggal dalam Sakramen Mahakudus.
Tahun-tahun berlalu, St. Benediktus tampak semakin menyerupai seorang
pengemis. Ia compang-camping dan kotor. Ia makan sisa-sisa roti dan kulit
kentang. Ia tidak pernah minta sesuatu yang membuatnya merasa lebih nyaman. Di
beberapa tempat, anak-anak melemparinya dengan batu serta mengolok-oloknya.
Orang-orang yang tidak mengenalnya cenderung menghindarinya. Tetapi, apabila
St. Benediktus sudah bersujud di hadapan tabernakel, ia demikian khusuk
bagaikan patung. Wajahnya yang pucat dan kuyu menjadi bersinar-sinar. Ia akan
berbicara kepada Yesus dan Bunda Maria. Ia berbisik, “Bunda Maria, o Bundaku!”
Ia sungguh sangat bahagia ketika bersatu dengan Yesus dan Bunda Maria.
Benediktus wafat pada tahun 1783 dalam usia tiga puluh lima tahun.
Kesucian pengemis kudus ini segera tersebar luas. Perjalanannya telah selesai.
Ziarahnya telah berakhir dan kini ia tinggal bersama Yesus dan Bunda
Maria untuk selamanya. Seabad setelah wafatnya, St. Benediktus Yoseph Labre
dinyatakan kudus oleh Paus Leo XIII pada tahun 1883.
“Bunda Maria, o Bundaku!” Kita dapat
membisikkan seruan cinta ini kepada Bunda Maria dan memikirkannya lebih sering.
Ketika Bernadette (= Bernarde kecil) bersama kedua orang adiknya, Marie dan Yeanne, mencari kayu bakar di dekat gua Massabielle, ia mengalami peristiwa ajaib: ia melihat wanita muda yang sangat cantik berdiri dalam lingkaran cahaya ajaib di mulut gua itu. Wanita muda itu berpakaian putih cermelang; ikat pinggangnya berwarna biru langit, kerudungnya panjang hingga menyentuh kakinya; kedua telapak tangannya saling mengatup di depan dadanya, sementara sebuah rosario yang berkilau-kilauan tergantung pada lengannya. Peristiwa ajaib ini terjadi pada tanggal 11 Februari 1858.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santa Bernadetha Soubirous, Pengaku Iman
Marie Bernadetha Soubirius lahir di Lourdes pada tahun 1884. Ia
adalah anak sulung dari keluarga Francoius Soubirous, seorang pengusaha
gilingan gandum yang jatuh miskin. Semasa remajanya, ketika berumur 14 tahun,
ia sering sakit-sakitan sehingga tubuhnya tampak lemah dan gerakannya lamban.
Meski demikian ia tetap bersikap ramah kepada semua orang.
Ketika Bernadette (= Bernarde kecil) bersama kedua orang adiknya, Marie dan Yeanne, mencari kayu bakar di dekat gua Massabielle, ia mengalami peristiwa ajaib: ia melihat wanita muda yang sangat cantik berdiri dalam lingkaran cahaya ajaib di mulut gua itu. Wanita muda itu berpakaian putih cermelang; ikat pinggangnya berwarna biru langit, kerudungnya panjang hingga menyentuh kakinya; kedua telapak tangannya saling mengatup di depan dadanya, sementara sebuah rosario yang berkilau-kilauan tergantung pada lengannya. Peristiwa ajaib ini terjadi pada tanggal 11 Februari 1858.
Sekembalinya di rumah,
Bernadeth menceritakan peristiwa ajaib itu kepada orangtuanya. Ia dimarahi dan
diejek oleh orangtuanya dan orang-orang lain. Namun ia terus datang ke gua
Massabielle sesuai pesan wanita muda cantik itu. Setiap kali datang, wanita
muda itu selalu menampakkan dirinya. Hal ini terjadi sebanyak delapan belas
kali,mulai dari tanggal 18 Februari sampai 16 Juli 1858. Mula-mula wanita
cantik itu tidak menyatakan siapa dirinya. Barulah kemudian wanita itu mengaku:
"Akulah yang dikandung tanpa cela", sambil meminta agar orang berdoa
dan bertobat, serta meminta agar tempat penampakannya itu dibangun sebuah
gereja. Peristiwa ini sempat meresahkan masyarakat, pejabat negara dan gereja.
Polisi setempat melarang keras semua orang datang ke gua Massabielle. Meski
demikian, makin banyak orang datang bersama Bernadeth ke gua Massabielle,
walaupun mereka tidak melihat wanita muda itu. Mereka hanya menyaksikan
perubahan wajah Bernadeth dan sikapnya yang terpesona memandang Bunda Maria
yang tampak padanya.
Pastor paroki, Sempet dan Uskup
setempat sangat berhati-hati dalam menanggapi peristiwa penampakan itu. Beberapa
tahun lamanya Bernadeth banyak menderita, baik karena kecurigaan orang-orang
yang tidak mau percaya, maupun oleh semangat serta perhatian yang
berlebih-lebihan dari orang-orang yang percaya. Namun ia menanggung semuanya
dengan tabah dan sabar sambil tetap percaya kepada Bunda Maria yang menjanjikan
kepadanya kebahagiaan surgawi.
Pada tahun 1866 ia masuk biara
suster Karitas di Nevers. Disini ia terlindung dari gangguan orang banyak,
meskipun tetap saja menderita karena sikap tak ramah dari beberapa suster
pemimpin biara. Dalam situasi ini, penyakit asma yang sudah dideritanya sejak
lama kambuh lagi dan semakin parah. Akibatnya pada tahun 1879, Bernadeth
meninggal dunia pada usia 35 tahun. Jenazahnya tetap disimpan dalam biara itu
di dalam sebuah peti kaca. Jenazahnya itu tetap berada dalam keadaan utuh dan
segar sampai sekarang.
Peristiwa penampakan Bunda Maria di Lourdes pada tahun 1858 itu
dan banyaknya mukjizat penyembuhan yang terjadi disana sampai dewasa ini,
menjadikan Lourdes tempat ziarah teramai dalam sejarah Kristen. Bernadeth,
saksi langsung peristiwa itu, tidak mengambil bagian dalam perkembangan itu.
Santo Paternus, Pengaku Iman.
Paternus mendirikan biara di tempat sepi, Prancis dan menjadi rasul rakyat pedalaman. Ia dihormati sebagai santo pelindung orang-orang yang digigit ular berbisa dan orang sakit lumpuh.
Paternus mendirikan biara di tempat sepi, Prancis dan menjadi rasul rakyat pedalaman. Ia dihormati sebagai santo pelindung orang-orang yang digigit ular berbisa dan orang sakit lumpuh.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
17 April,
St. Stephen Harding.
St. Stephen Harding.
Stephen adalah seorang pemuda Inggris yang hidup pada abad keduabelas. Ia
adalah seorang murid cemerlang yang suka belajar. Stephen teristimewa menaruh
minat pada sastra. Ia bersungguh-sungguh mengenai hidup dan bedoa setiap hari.
Suatu ketika Stephen dan temannya berjalan kaki berziarah ke Roma.
Sekembalinya, Stephen bergabung dengan kelompok biarawan yang amat miskin dan
kudus. Para biarawan ini berdoa, berpuasa dan bekerja keras. Demikianlah cara
mereka mengungkapkan kasih mereka kepada Tuhan. Stephen memperhatikan bagaimana
bahagianya mereka. Abbas mereka adalah seorang santo, yakni St Robertus.
Sejenak lamanya, Stephen melayani Tuhan dengan penuh sukacita bersama
mereka. Namun, sedikit demi sedikit para biarawan tak lagi hendak hidup keras
seperti itu. Jadi, St Robertus dan St Stephen bersama duapuluh biarawan lainnya
mendirikan sebuah biara baru. Mereka membangun sendiri biara itu di padang liar
Perancis yang disebut Citeaux. Mereka mengamalkan hidup dalam karya dan
kepapaan. Mereka rindu meneladani kemiskinan Yesus. Mereka juga memelihara
keheningan yang ketat.
Ketika St Stephen menjadi abbas biara, ada banyak persoalan yang harus
dihadapi. Para biarawan hanya makan sedikit saja. Kemudian, lebih dari separuh
biarawan jatuh sakit dan meninggal dunia. Tampak seolah komunitas akan segera
berakhir. Mereka membutuhkan anggota-anggota baru yang muda untuk meneruskan
semangat mereka. Stephen berdoa penuh iman. Dan doanya didengarkan. Tuhan
mengirimkan kepada para biarawan yang disebut Cistercian ini
tigapuluh pemuda yang ingin menggagungkan diri dengan mereka. Mereka tiba di
gerbang biara bersama-sama. Pemimpin mereka kelak menjadi seorang santo yang
hebat pula. Namanya adalah St. Bernadus. Hari itu merupakan hari yang sungguh
menakjubkan bagi St Stephen dan para biarawan.
St Stephen melewatkan beberapa tahun terakhir hidupnya dengan menulis
sebuah buku peraturan bagi para biarawan. Ia juga mendidik St Bernardus untuk
menggantikan posisinya.
Sementara terbaring di ambang ajal, St Stephen mendengar para biarawan di
sekelilingnya berbisik. Mereka mengatakan bahwa Stephen tidak perlu takut mati.
Ia telah bekerja begitu giat dan mengasihi Tuhan begitu rupa. Tetapi St Stpehen
mengatakan bahwa ia takut ia tidak cukup baik. Dan ia bersungguh-sungguh dengan
perkataannya. Hal itu menunjukkan betapa rendah hatinya santo besar ini. Ia
wafat pada tahun 1134.
Kita dapat memikirkan untuk menemukan
suatu “saat teduh” setiap hari guna membiarkan Tuhan berkarya dalam akal budi
dan hati kita.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Anisetus, Paus dan Martir
Anisetus lahir di Syria, Asia Kecil. Ia terdaftar sebagai Paus
kesepuluh pengganti rasul Petrus dan memimpin Gereja pada tahun 155 sampai 166
pada akhir masa pemerintahan Kaisar Antonius Pius. Sangat sedikit berita yang
diketahui perihal kepemimpinannya sebagai Paus.
Ketika ia memimpin Gereja, ia
pernah menerima Polykarpus, Uskup Smyrna yang datang ke Roma untuk membicarakan
tanggal hari raya Paskah, yang tidak sama diseluruh gereja. Sikapnya yang arif
terhadap perselisihan antar Gereja di Asia Kecil dengan Gereja lainnya tentang
tanggal perayaan Paskah membuat namanya dikenal luas di seluruh Gereja. Di
negeri asalnya, hari Paskah dirayakan tepat pada tanggal 14 bulan Nisan sesuai
kalender hari rayanya orang Yahudi. Kebiasaan yang diwariskan oleh Santo
Yohanes rasul dan santo Philipus rasul ini menyebabkan hari raya paskah jatuh
pada hari yang tidak menentu. Pada masa itu, kematian Yesus lebih ditekankan
daripada kebangkitan Yesus. Sebaliknya, di Gereja-gereja lain, hari Paskah di
rayakan pada hari Minggu sesudah tanggal 14 Nisan, karena pada hari inilah
Yesus bangkit dari kubur-Nya. Kecuali itu, perayaan Paskah bertujuan pula untuk
memperbaharui penghayatan iman dan kehidupan rohani umat beriman.
Masing-masing gereja memegang
kebiasaan dan perdiriannya, bahkan dengan tegas membela tradisinya. Paus
Anisetus menyerahkan perselisihan ini kepada Penyelenggara Ilahi. Keputusannya
untuk mengunggulkan salah satu kebiasaan di tunda hingga perselisihan itu
mereda. Atas doa dan imannya yang teguh maka perselisihan dalam tubuh Gereja
dapat diselesaikan dengan damai. Lalu perayaan Paskah pada hari Minggu lama
kelamaan diterima oleh Gereja Asia Kecil.
Banyak kesulitan yang
dialaminya selama masa kepemimpinannya, menyebabkan ia mengalami bermacam-macam
penyakit. Meskipun ia tidak mati karena dibunuh, namun karena penderitaannya
yang sedemikian banyak demi kesatuan gereja dan tegaknya ajaran iman yang
benar, ia digelari martir oleh gereja. Ia meninggal dunia pada tahun 586.
Santa Klara Gambacorta OP, Pengaku Iman
Klara hidup diantara tahun 1362-1419. Pada umur 17 tahun ia telah
dinikahkan. Setahun kemudian dia menjanda. Lalu Klara masuk biara Dominikanes.
Akhirnya ia berhasil mendirikan sebuah biara cabang dengan aturan yang amat
keras dan berusaha keras memperbaharui ordonya.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
18 April,
B. Maria dari Inkarnasi.
B. Maria dari Inkarnasi.
Barbara dilahirkan di Perancis pada tahun 1566. Ia menikah dengan Petrus
Acarie ketika usianya tujuh belas tahun. Barbara dan suaminya mencintai iman
Katolik mereka dan mengamalkannya dalam hidup sehari-hari. Pasangan tersebut
dikaruniai enam orang anak dan keluarga mereka hidup bahagia. Barbara berusaha
menjadi seorang isteri dan ibu yang baik. Keluarganya belajar dari Barbara
bagaimana mencintai doa dan melakukan karya belas kasih. Suatu ketika, suaminya
secara tidak adil dituduh melakukan suatu kejahatan. Barbara sendiri datang
menyelamatkannya. Ia pergi ke pengadilan, dan seorang diri saja, berhasil
membuktikan bahwa suaminya tidak bersalah.
Meskipun Barbara sibuk dengan urusan keluarganya sendiri, tetapi ia
selalu menyempatkan diri untuk memberi makan mereka yang kelaparan. Ia
mengajarkan iman kepada yang lain. Ia menolong mereka yang sakit dan sekarat.
Dengan lemah lembut ia mendorong mereka yang hidup dalam dosa agar berbalik
dari cara hidupnya. Perbuatan-perbuatan baik yang dilakukannya itu adalah karya
belas kasih.
Ketika suaminya meninggal dunia, Barbara masuk Ordo Karmelit. Di sanalah
ia melewatkan empat tahun sisa hidupnya sebagai seorang biarawati. Ketiga
puterinya menjadi biarawati Karmelit juga. Nama yang dipilih Barbara sebagai
biarawati adalah Suster Maria dari Inkarnasi. Dengan penuh sukacita ia bekerja
di dapur biara di antara periuk dan panci. Ketika puterinya diangkat menjadi pemimpin
biara, Beata Maria dengan rela hati taat kepadanya. Demikian besar kerendahan
hatinya, hingga menjelang ajalnya ia berkata: “Tuhan mengampuni aku karena
teladan buruk yang kutinggalkan bagimu.” Para biarawati tentu saja terperanjat
mendengarnya, sebab mereka tahu betapa ia telah berusaha keras untuk hidup
kudus. Beata Maria wafat pada tahun 1618 dalam usia lima puluh dua tahun.
Meskipun banyak tugas dan tanggung
jawabnya, dalam segala hal Beata Maria dari Inkarnasi senantiasa mengutamakan
Tuhan. Bagaimana jika dalam hidupku aku memberikan prioritas utama kepada
Tuhan?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Eleutherius, Paus
Eleutherius menjadi Paus pada tahun 175 hingga hari kematiannya
pada tanggal 24 Mei 189. Ia berasal dari Nicopolis, Barat laut Yunani. Ia
melayani umat sebagai diakon selama masa kePausan Santo Anisetus dan Soter.
Ia dikenal sebagai Paus yang dengan gigih melawan bidaah Montanisme, sebuah aliran bidaah dari Timur, yang sudah lama berkembang di Roma. Beberapa sumber secara salah menyatakan bahwa Eleutherius menerima berbagai keyakinan Montanisme dan terlambat mengambil tindakan tegas terhadap penganut aliran itu. Eleutherius juga mengeluarkan beberapa dekrit untuk melawan aliran Gnostisisme dan Marcionisme. Ia meninggal pada tanggal 24 Mei 189 dan dikuburkan di bukit Vatikan.
Ia dikenal sebagai Paus yang dengan gigih melawan bidaah Montanisme, sebuah aliran bidaah dari Timur, yang sudah lama berkembang di Roma. Beberapa sumber secara salah menyatakan bahwa Eleutherius menerima berbagai keyakinan Montanisme dan terlambat mengambil tindakan tegas terhadap penganut aliran itu. Eleutherius juga mengeluarkan beberapa dekrit untuk melawan aliran Gnostisisme dan Marcionisme. Ia meninggal pada tanggal 24 Mei 189 dan dikuburkan di bukit Vatikan.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
19 April,
B. James Duckett.
B. James Duckett.
James Duckett adalah seorang Inggris yang hidup dalam masa pemerintahan
Ratu Elizabeth I. Pemuda James magang pada sebuah percetakan di London. Karena
pekerjaannya inilah ia mengenal sebuah buku berjudul Pondasi Kokoh Agama
Katolik. Ia mempelajarinya dengan seksama dan yakin bahwa Gereja Katolik adalah
Gereja yang benar. Pada masa itu, di Inggris umat Katolik mengalami
penganiayaan. James memutuskan bahwa bagaimanapun ia tetap ingin menjadi
seorang Katolik dan siap menanggung segala konsekuensinya. Pemimpin ibadah di
gerejanya yang terdahulu datang mencarinya sebab James adalah seorang yang
tekun ke gereja. Tetapi James tidak mau kembali. Dua kali untuk masa yang
singkat ia dijebloskan ke dalam penjara karena ketegaran hatinya itu. Dua kali
majikannya menengahi dan membebaskannya. Tetapi kemudian sang majikan meminta
James untuk mencari pekerjan di tempat lain.
James Duckett tahu bahwa ia tidak akan kembali. Ia mencari dan akhirnya
menemukan seorang imam Katolik yang menyamar di penjara Gatehouse. Sang imam
tua, “Mr. Weekes,” membimbingnya dalam iman. Duckett diterima dalam pangkuan
Gereja Katolik. Ia menikah dengan seorang janda Katolik dan putera mereka kelak
menjadi seorang biarawan Carthusian. Putranya inilah yang banyak mencatat apa
yang kemudian kita ketahui mengenai ayahnya.
Beato Duckett tidak pernah lupa bahwa sebuah bukulah yang menghantarnya
ke jalan Gereja. Sebab itu ia menganggap sebagai tanggung jawabnya untuk
menyediakan buku-buku Katolik bagi orang banyak. Ia tahu bahwa buku-buku ini
akan menyemangati dan mengajar mereka. “Pekerjaannya” ini sungguh berbahaya
hingga ia melewatkan sembilan tahun dari duabelas tahun hidup perkawinannya
dalam penjara. Akhirnya ia dihadapkan ke pengadilan dan dijatuhi hukuman mati
atas kesaksian satu orang, Peter Bullock, seorang penjilid buku. Peter memberi
kesaksian bahwa ia mengerjakan penjilidan buku-buku Katolik untuk Beato
Duckett, “seorang penghujat besar”. Peter Bullock berbalik menjadi seorang
pengkhianat sebab ia dijebloskan ke dalam penjara karena masalah-masalah lain;
dengan kesaksiannya ia berharap dapat dibebaskan dari penjara.
Keduanya dijatuhi hukuman mati pada hari yang sama. Di tiang gantungan di
Tyburn, Beato Duckett meyakinkan Bullock bahwa ia telah mengampuninya.
Sementara mereka berdua menyongsong maut, Duckett terus menyemangati rekannya
untuk menerima iman Katolik. Lalu tali-tali dikalungkan pada leher mereka.
Beato Duckett wafat sebagai martir pada tahun 1602.
Marilah pada hari ini kita berdoa bagi
mereka semua yang bekerja dalam bidang media komunikasi sosial - para jurnalis,
produser TV, penulis skenario, artis, disc jockey, dan webmaster.
Ketika berumur 5 tahun, ayahnya memasukkan dia ke sebuah sekolah yang didirikan oleh Uskup Bertold di Toul, Prancis. Ketika saudara sepupunya menjadi Kaisar Jerman dengan nama Conrad II, Bruno menjadi pembantu uskup Harriman di Toul. Sepeninggal Uskup Harriman, Bruno diangkat menjadi Uskup Toul pada tahun 1027. Selama 22 tahun ia bekerja keras membina iman umatnya dan membaharui keuskupannya.
Dalam masa kepemimpinannya yang singkat itu. Leo dikenal sebagai Paus yang menuntut otoritas atas gereja timur. Ia dikenal sebagai pembaharu Gereja, pendobrak praktek simonia dalam gereja dan praktek hidup imam yang bertentangan dengan cita-cita imamat. Ia juga dengan gigih membela orang-orang Italia selatan yang dikuasai oleh bangsa Normandia.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Leo IX, Paus
Bruno Egesheim, nama asli Paus Leo IX (1049-1054), lahir pada
tahun 1002 di sebuah kota kecil di perbatasan Jerman dan Prancis. Keluarganya
tergolong keluarga bangsawan yang kaya raya dan berpengaruh di Jerman. Semenjak
kecil, Bruno bercita-cita menjadi imam, terdorong oleh cara hidup keluarganya
yang saleh.
Ketika berumur 5 tahun, ayahnya memasukkan dia ke sebuah sekolah yang didirikan oleh Uskup Bertold di Toul, Prancis. Ketika saudara sepupunya menjadi Kaisar Jerman dengan nama Conrad II, Bruno menjadi pembantu uskup Harriman di Toul. Sepeninggal Uskup Harriman, Bruno diangkat menjadi Uskup Toul pada tahun 1027. Selama 22 tahun ia bekerja keras membina iman umatnya dan membaharui keuskupannya.
Sepeninggal Sri Paus Damasus II
pada tahun 1048, Bruno diajukan sebagai Paus oleh Kaisar Henry III, yang
menggantikan Conrad II, saudara sepupu Bruno. Walaupun Bruno sendiri merasa
berat untuk menerima jabatan mulia itu, namun ia bersedia juga berangkat ke
Roma. Bersama peziarah lainnya, Bruno memasuki kota suci Roma tanpa memakai
alas kaki. Rahib Hildebrand, yang nanti bertugas sebagai penasehat Bruno dan
kemudian menjadi Paus Gregorius VII (1073-1085), menerima Bruno di Roma. Dalam
hati kecilnya, Bruno berpikir bahwa orang-orang Roma akan menolaknya karena
berkebangsaan Jerman. Tetapi ternyata orang-orang Roma datang dan berkumpul di
Basilika Santo Petrus untuk menyambut dia. Imam-imam Roma dengan suara bulat
menerima dan memilih dia menjadi Paus. Akhirnya ia menjadi Paus dengan nama Leo
IX.
Semenjak awal kepemimpinannya,
Leo IX melancarkan aksi pembaharuan di seluruh gereja. Terlebih dahulu ia
memperbaharui cara hidup para imam, sambil berusaha keras menentang kembalinya
Benedikstus IX ke atas tahta kePausan dan menyehatkan kembali keadaan keuangan
kePausan yang porak poranda. Hildebrand diangkatnya menjadi pengawas keuangan
kePausan. Selanjutnya beliau mengadakan sinode untuk membicarakan kejahatan
besar praktek simonia (membeli jabatan gerejani dengan uang) dan cara hidup
para imam yang tidak mengindahkan keluhuran hidup selibat. Semua tabhisan yang
telah dibeli dengan uang dibatalkan meskipun ada perlawan keras dari kaum awam
dan imam-imam. Ia melarang imam-imam untuk menikah dan menjual barang-barang
gereja. Campur tangan kaum awam dalam pencalonan dan pentabhisan imam-imam
tidak di perkenankan.
Untuk mencapai keberhasilan
dalam usaha-usahanya itu, ia sendiri mengadakan perjalanan ke seluruh Eropa
untuk menjelaskan keabsahan dan ketulusan rencana-rencananya. Ia mengadakan
serangkaian konsili di Pavia, Italia, Reims, Perancis dan Mainz-Jerman untuk
membicarakan masalah kehidupan rohani para imam dan memecat imam-imam yang tidak
hidup menurut cita-citanya. Dari tahun 1050 sampai 1053, Leo beberapa kali
mengadakan perjalanan keliling Italia Selatan, Jerman dan Perancis untuk
memberi konferensi-konferensi di Langres, Traves, Pressburg, Ratisbon, Augsburg
dan Mantua.
Pada tahun 1050, Leo mengadakan lagi sebuah konsili di Roma untuk
membicarakan masalah Berengarius dari Tours dan pengikut-pengikutnya yang tetap
menyangkal kebenaran ajaran iman perihal kehadiaran riil Yesus Kristus dalam
Ekaristi dan transubstansi (perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah
Kristus). Dalam konsili ini, Berengarius dijatuhi hukuman ekskomunikasi.
Dalam masa kepemimpinannya yang singkat itu. Leo dikenal sebagai Paus yang menuntut otoritas atas gereja timur. Ia dikenal sebagai pembaharu Gereja, pendobrak praktek simonia dalam gereja dan praktek hidup imam yang bertentangan dengan cita-cita imamat. Ia juga dengan gigih membela orang-orang Italia selatan yang dikuasai oleh bangsa Normandia.
Santa Tarbula, Perawan dan Martir
Sekitar tahun 340 Sapor II, Raja Persia, Iran melancarkan
penganiayaan yang kejam terhadap umat Kristen. Simeon, Uskup kota Seleukea,
dibunuh dalam aksi penyaniayaan ngeri itu. Selang beberapa waktu kemudian
permaisuri raja diserang penyakit yang sangat membahayakan. Tarbula, seorang
biarawati dan adik Uskup Simeon, dituduh sebagai biang keladi penyakit naas
tersebut. Karenanya ia pun ditangkap. Terhadap tuduhan yang diarahkan
kepadanya, Tarbula dengan tegas menyatakan bahwa ia lebih taat kepada perintah
Kristus yang melarang membunuh orang. Tetapi Mereptes, hakim yang mengadilinya,
tetap mempertahankan tuduhannya. Katanya: "Sesungguhnya perkara ini sudah
jelas dan dapat dimengerti. Engkau bermaksud membalas kematian kakakmu dengan menimpakan
penyakit berbahaya itu kepada sri ratu." Dengan tenang Turbula menjawab:
"Kakakku yang telah kamu bunuh kini hidup dalam kemuliaan suragawi bersama
Kristus Tuhan kami; siksaanmu terhadap dirinya sama sekali tidak mendatangkan
malapetaka apa pun atas dirinya."
Turbula seorang gadis muda yang berparas cantik. Melihat
kecantikannya itu, sang hakim secara diam-diam jatuh cinta padanya dan bertekad
menikahinya. Secara rahasia ia mengabarkan kepada Turbula bahwa ia akan
selamat, asal saja ia mau menjadi isterinya. Mendengar hal itu Turbula dengan
tegas mengatakan bahwa: "Janganlah berencana jahat terhadap aku. Aku telah
menjadi mempelai Kristus, Tuhanku. Tak akan pernah aku menerima cintamu itu;
bagaimanakah mungkin aku memilih kematian yang kekal hanya untuk menyelamatkan
nyawaku dan hidupku yang sementara ini?" Keteguhan serta ketegasannya yang
sama ini ditunjukkan pula kepada Sapor II, tatkala sang raja sendiri
mengajaknya mempersembahkan kurban kepada dewa matahari.
Karena semua daya upaya mereka untuk menyesatkan dia sia-sia saja,
maka Turbula bersama-sama dengan dua wanita lainnya dibawa ke panggung
penyiksaan, di luar kota. Disanalah mereka dibunuh oleh kaki tangan raja.
Santo Elfege OSB, Uskup
Elfege hidup diantar tahun 954-1012. Ia menolak dibebaskan dari
penjara oleh seorang tentara Denmark dengan uang tebusan karena ia tidak mau
membeli kebebasannya dengan uang yang telah disisihkan untuk kepentingan kaum
miskin.
Santo Werner, Martir
Sewaktu masih bocah, ia melarikan diri karena terus dipukuli oleh ayah tirinya. Lalu ia menjadi pembantu seorang petani anggur yang jahat. Suatu hari majikannya menyuruh dia membawa pulang hosti dari gereja. Tetapi anak itu menjawab: "Tak pernah saya berbuat dosa ini!" Pada hari Kamis Putih ia diseret ke kebun anggur, diikat pada tiang selama tiga hari supaya menurut. Namun Werner tak mundur setapak pun. Maka para penyiksa memotong pembuluh darah Werner, sehingga ia mati lemas. Mayatnya diceburkan ke sungai dekat Bacherach, Jerman. Ia meninggal pada tahun 1287.
Sewaktu masih bocah, ia melarikan diri karena terus dipukuli oleh ayah tirinya. Lalu ia menjadi pembantu seorang petani anggur yang jahat. Suatu hari majikannya menyuruh dia membawa pulang hosti dari gereja. Tetapi anak itu menjawab: "Tak pernah saya berbuat dosa ini!" Pada hari Kamis Putih ia diseret ke kebun anggur, diikat pada tiang selama tiga hari supaya menurut. Namun Werner tak mundur setapak pun. Maka para penyiksa memotong pembuluh darah Werner, sehingga ia mati lemas. Mayatnya diceburkan ke sungai dekat Bacherach, Jerman. Ia meninggal pada tahun 1287.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
20 April,
S. Agnes dari Montepulciano.
S. Agnes dari Montepulciano.
S. Agnes dilahirkan dekat kota Montepulciano, Italia, pada tahun 1268.
Ketika usianya baru sembilan tahun, ia memohon kepada ayah ibunya untuk
diijinkan tinggal di biara dekat tempat tinggal mereka. Agnes amat senang
bersama para biarawati. Mereka melewatkan hidup mereka dalam doa dan
ketenangan. Mereka bekerja keras juga. Meskipun Agnes masih muda, ia mengerti
mengapa para biarawati itu bisa hidup dan berdoa dengan baik. Sebab, mereka
ingin bersatu dengan Yesus.
Tahun-tahun berlalu. St. Agnes melewati masa novisiat. Ia seorang
biarawati yang baik sehingga para biarawati lainnya senang dengan kehadirannya.
Agnes berdoa dengan sepenuh hati. Ia memberikan teladan yang baik kepada para
biarawati. Beberapa gadis datang untuk bergabung bersama mereka. Agnes dan para
biarawati itu termasuk dalam Ordo Para Pengkhotbah, yang biasa disebut
Dominikan.
Beberapa tahun kemudian, Agnes dipilih menjadi pemimpin atau “priorin”
biara. Ia berusaha adil dan jujur kepada semua biarawati. Ia selalu mencamkan
dalam hati bahwa segala sesuatu ia lakukan bagi Yesus. Ia percaya bahwa Yesus
Sendiri yang sesungguhnya mengurus biara. Ia yang memelihara mereka.
Moeder Agnes melakukan mati raga yang keras. Ia senantiasa lemah lembut
dan baik hati, meskipun terkadang perasaan hatinya tidak demikian. Tuhan
memenuhi Agnes dengan sukacita dan sekali waktu menganugerahinya dengan
karunia-karunia rohani. Suatu ketika, Ia bahkan mengijinkan Agnes membopong
Kanak-kanak Yesus dalam pelukannya.
Agnes seringkali menderita sakit. Tetapi, ia selalu sabar, bahkan jika
penyakitnya amat parah sekalipun. Ia tidak pernah mengeluh ataupun mengasihani
diri sendiri. Sebaliknya, ia mempersembahkan segala sesuatunya kepada Tuhan.
Menjelang akhir hidupnya, para biarawati tahu bahwa keadaannya tidak akan
membaik. Mereka merasa amat sedih. “Jika kalian mengasihi aku, tentulah kalian
akan bergembira,” demikian kata Agnes, “sebab aku akan segera masuk dalam
kemuliaan Yesus.”
St. Agnes wafat pada tahun 1317 dalam usia empat puluh sembilan tahun. Ia
dinyatakan kudus pada tahun 1726. Makamnya menjadi tempat ziarah. Banyak orang
datang mohon bantuan doanya dan mohon pertolongannya. Salah seorang di antara
para peziarah adalah St. Katarina dari Siena.
Marilah pada hari ini kita berdoa bagi
mereka yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk melayani orang lain.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Teodorus Trichinas, Martir
Teodorus adalah pertapa abad ke empat yang hidup menyendiri di
sebuah daerah gurun pasir di luar kota Konstantinopel. Ia dianiaya dan dibunuh
pada tahun 330. Kisah pembunuhannya tidak diketahui dengan jelas.
Santa Oda, Biarawati.
Oda lahir pada tahun 1131. Keinginannya untuk menjadi seorang biarawati tidak dikabulkan oleh ayah-ibunya. Meski demikian, ia dengan tegas memilih hidup membiara sebagai jalan hidupnya. Kemudian ia diangkat sebagai pemimpin biara di Revreulle, Perancis. Dalam menjalankan hidupnya sebagai seorang pemimpin biara, ia menunjukkan disiplin diri yang keras, namun sangat sabar, rendah hati dan memberi perhatian besar pada orang-orang miskin. Ia meninggal dunia pada tahun 1158.
Oda lahir pada tahun 1131. Keinginannya untuk menjadi seorang biarawati tidak dikabulkan oleh ayah-ibunya. Meski demikian, ia dengan tegas memilih hidup membiara sebagai jalan hidupnya. Kemudian ia diangkat sebagai pemimpin biara di Revreulle, Perancis. Dalam menjalankan hidupnya sebagai seorang pemimpin biara, ia menunjukkan disiplin diri yang keras, namun sangat sabar, rendah hati dan memberi perhatian besar pada orang-orang miskin. Ia meninggal dunia pada tahun 1158.
21 April,
S. Anselmus.
S. Anselmus.
Anselmus dilahirkan di Italia utara pada tahun 1033. Dari rumahnya ia
dapat melihat pegunungan Alpen. Ketika usianya lima belas tahun, Anselmus
mencoba masuk biara di Italia. Tetapi, ayahnya menentangnya. Kemudian Anselmus
jatuh sakit. Tak lama sesudah ia sembuh, ibunya meninggal dunia. Anselmus masih
muda, ia juga kaya dan pandai. Segera saja ia melupakan niatnya untuk melayani
Tuhan. Ia mulai hanya berpikir untuk bersenang-senang.
Tetapi, beberapa waktu kemudian, Anselmus menjadi bosan dengan cara
hidupnya. Ia ingin sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih berguna. Ia
pergi ke Perancis mengunjungi Abbas (= pemimpin biara) Lanfranc yang kudus dari
biara Bec yang terkenal. Anselmus menjadi sahabat karib Lanfranc dan sang abbas
menghantarnya kepada Tuhan. Ia juga membantu Anselmus dalam mengambil keputusan
menjadi seorang biarawan Benediktin. Pada waktu itu Anselmus berusia dua puluh
tujuh tahun.
Anselmus seorang peramah yang sangat mengasihi saudara-saudara
sebiaranya. Mereka yang dulunya membencinya, segera menjadi teman-temannya.
Anselmus menjadi abbas pada tahun 1078. Ketika ia harus meninggalkan Bec untuk
ditahbiskan sebagai Uskup Agung Canterbury di Inggris, ia mengatakan kepada
para biarawannya bahwa mereka akan selalu ada di hatinya.
Umat Inggris mengasihi dan menghormati Anselmus. Tetapi, Raja William II
menganiayanya. Anselmus harus melarikan diri dalam pengasingan pada tahun 1097
dan juga tahun 1103. Raja William bahkan melarang Anselmus pergi ke Roma untuk
memohon nasehat paus. Walaupun demikian, Anselmus pergi juga. Ia tinggal
bersama paus hingga raja mangkat. Kemudian, ia kembali ke keuskupannya di
Inggris.
Bahkan di tengah-tengah segala kesibukannya, St. Anselmus selalu
menyempatkan diri untuk menulis. Buah penanya adalah buku-buku filsafat dan
teologi yang amat berharga. Ia juga menuliskan banyak nasehat berguna mengenai
Tuhan bagi para biarawan. Para biarawan itu amat gembira menerimanya. St.
Anselmus sering mengatakan, “Apakah kamu ingin tahu rahasia hidup bahagia dalam
biara? Lupakan dunia dan bergembiralah melupakannya. Biara sungguh merupakan
surga di bumi bagi mereka yang hidup hanya bagi Yesus.” St. Anselmus wafat pada
tanggal 21 April 1109. Ia dinyatakan sebagai Pujangga atau Doktor Gereja oleh
Paus Klemens XI pada tahun 1720.
“Kalian mencari Tuhan, dan kalian
mengetahui bahwa Ia adalah Yang Mahatinggi, dan karenanya tidaklah mungkin
kalian dapat membayangkan sesuatu yang lebih sempurna dari-Nya. Kalian
mengetahui bahwa Yang Mahatinggi itu adalah hidup itu sendiri, terang,
kebijaksanaan, kebajikan, kebahagiaan kekal, dan rahmat abadi.” ~ St. Anselmus
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Simon bar Sabbae, Uskup dan Martir.
Uskup kota Persia ini tidak bersedia mengumpulkan pajak ganda dari orang-orang beriman dan tidak bersedia menyembah matahari. Oleh karena itu bersama banyak orang Kristen lain, ia dihukum mati pada hari Jumat Suci tahun 344.
Uskup kota Persia ini tidak bersedia mengumpulkan pajak ganda dari orang-orang beriman dan tidak bersedia menyembah matahari. Oleh karena itu bersama banyak orang Kristen lain, ia dihukum mati pada hari Jumat Suci tahun 344.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
22 April,
S. Sorter dan S. Caius.
S. Sorter dan S. Caius.
St Soter adalah seorang paus di masa silam pada masa pemerintahan
kaisar-kaisar Romawi. Ia adalah seorang bapa sejati bagi segenap umat
Kristiani. Ia memberikan banyak pertolongan kepada mereka yang miskin. Ia
memberikan perhatian istimewa kepada mereka yang dijatuhi hukuman kerja paksa
di pertambangan-pertambangan berbahaya. Mereka dikirimkan ke sana sebab mereka
tak hendak menyangkal iman kepada Yesus. Orang-orang Kristen yang gagah berani
ini senantiasa kelaparan. Mereka juga hanya diijinkan untuk beristirahat
sebentar saja. Orang-orang Kristen lainnya dibelenggu dalam penjara-penjara.
Paus Soter melakukan segala yang mungkin dapat ia lakukan demi menghibur dan
menolong mereka.
St Soter juga membantu umat Kristen yang jauh dari Roma. Paus yang kudus
ini sungguh seorang pengkhotbah yang ulung. Segenap umat Kristiani senang
mendengarkannya menjelaskan iman. Ia berbicara dengan kasih yang begitu rupa.
Ia mengilhami mereka untuk dengan gagah berani mati demi Yesus daripada
mempersembahkan kurban kepada berhala-berhala. St Soter sendiri menyerahkan
nyawa demi Yesus pada tahun 174 setelah melewatkan masa pontifikat selama
sepuluh tahun.
St Caius adalah seorang paus sekitar seratus tahun sesudahnya. Ia juga
hidup pada masa penganiayaan. Paus Caius melakukan segala daya upaya yang dapat
dilakukannya demi mempersiapkan umat untuk senantiasa berpegang pada iman meski
harus berkorban. Agar dapat lebih menolong umatnya, Caius hidup delapan tahun
lamanya dalam ruang-ruang bawah tanah yang disebut katakomba. Katakomba adalah
makam-makam di mana umat Kristiani biasa berkumpul secara sembunyi-sembunyi
untuk berdoa dan menyambut sakramen-sakramen. Inilah tempat persembunyian
mereka dari para prajurit kafir yang kejam. Umat Kristen tahu bahwa mereka akan
dibunuh jika tertangkap. St Caius melewatkan masa pontifikat selama duabelas
tahun. Kemudian, ia pun wafat sebagai martir pada tahun 296.
Marilah kita berdoa agar kiranya Tuhan
memberikan kekuatan serta keberanian kepada mereka yang dianiaya di seluruh
penjuru dunia karena mereka adalah umat Kristen.
Marilah
pada hari ini kita berdoa bagi segenap uskup, imam dan para pejabat Gereja.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Teodoros, Pengaku Iman
Teodoros dikenal sebagai anak yang tidak sah. Ibu dan kakak
perempuannya mengelola warung dan tempat pelacuran. Bocah Teodor dititipkan
pada neneknya, yang kemudian dikristenkannya. Menginjak usia dewasa, ia masuk
biara dan kemudian dipilih menjadi Uskup Agung Atanisianopolis, Turki. Sesudah
10 tahun memangku jabatan itu, ia kembali menjadi biarawan biasa. Teodor
dianugerahi Tuhan kemampuan menyembuhkan berbagai penyakit. Ia meninggal dunia pada
tahun 613.
Santo Yosef Moscati, Pengaku Iman.
Yosef lahir pada tahun 1880. Ia kemudian menjadi dokter yang berhasil menyelamatkan banyak penderita sakit jiwa dari bahaya letusan gunung api di Vesuvio, Italia. Ia kemudian menjadi seorang ahli riset dan mahaguru kedokteran di Universitas Napoli sambil tetap membantu orang-orang miskin dan terlantar dengan cuma-cuma. Oleh karena itu ia mempunyai pengaruh besar di kalangan umat sebagai rasul awam yang terpelajar dan rendah hati. Yosef meninggal dunia pada tahun 1927.
Yosef lahir pada tahun 1880. Ia kemudian menjadi dokter yang berhasil menyelamatkan banyak penderita sakit jiwa dari bahaya letusan gunung api di Vesuvio, Italia. Ia kemudian menjadi seorang ahli riset dan mahaguru kedokteran di Universitas Napoli sambil tetap membantu orang-orang miskin dan terlantar dengan cuma-cuma. Oleh karena itu ia mempunyai pengaruh besar di kalangan umat sebagai rasul awam yang terpelajar dan rendah hati. Yosef meninggal dunia pada tahun 1927.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
23 April,
S. Georgius.
S. Georgius.
St. Georgius biasa digambarkan sedang membunuh seekor naga untuk
menyelamatkan seorang perempuan cantik. Naga melambangkan kejahatan. Perempuan
melambangkan kebenaran Allah yang kudus. St. Georgius membunuh sang naga sebab
ia telah memenangkan pertarungan melawan iblis.
Tidak banyak yang diketahui mengenai St. Georgius kecuali bahwa ia
seorang martir. Ia adalah seorang prajurit dalam bala tentara Diocletian,
seorang kaisar kafir. Diocletian amat benci pada umat Kristiani. Ia membunuh
setiap orang Kristen yang dijumpainya.
Dikisahkan bahwa St. Georgius adalah salah seorang prajurit kesayangan
Diocletian. Ketika Georgius menjadi seorang Kristen, ia menghadap kaisar dan
mengecamnya karena tindakannya yang amat kejam. Kemudian, Georgius melepaskan
jabatannya dalam dinas tentara Romawi. St. Georgius membayar keberaniannya itu
dengan harga yang amat mahal. Ia disiksa dengan kejam lalu dipenggal kepalanya.
Begitu gagah berani dan begitu penuh sukacita St. Georgius menyatakan
imannya hingga orang merasa tergugah semangatnya apabila mendengarkan kisah hidupnya.
Banyak lagu dan puisi ditulis untuk mengenang kemartirannya. Para tentara,
terutama, selalu berdevosi kepadanya. St. Georgius diangkat sebagai santo
pelindung Inggris pada tahun 1222.
Apakah aku rela mengorbankan sesuatu
apabila aku tahu sesuatu itu menghalangi hubunganku dengan Tuhan?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Adelbertus, Uskup dan Martir
Santo Adelbertus lahir pada tahun 956 dari sebuah keluarga
bangsawan Bohemia. Ia memilih nama Adelbertus pada waktu menerima sakramen
penguatan (krisma) dari gurunya Santo Adelbertus dari Magdeburg.
Pada tahun 983, walaupun baru
menerima tabhisan subdiakon, Adelbertus muda dipilih dan ditabhiskan menjadi
Uskup. Ketika usaha-usahanya untuk menciptakan pembaharuan-pembaharuan diantara
klerus dan kaum awam mendapat perlawanan, Adelbertus menanggalkan jabatannya
sebagai Uskup pada tahun 990 dan masuk sebuah biara di Roma. Namun ia kemudian
di panggil pulang kembali ke Praha. Adelbertus mendapat perlawanan lagi, ketika
ia mengekskomunikasikan sekelompok orang yang bertanggungjawab atas pembunuhan
seorang puteri bangsawan yang kedapatan berzinah. Adelbertus meninggalkan Praha
dan pergi ke Roma.
Tetapi di Roma, para pemimpin Gereja menasehati dia agar kembali ke keuskupanny, meskipun keadaan Praha belum aman baginya. Atas permintaannya, ia diperbolehkan pergi ke Pomerania (Polandia Barat) untuk berkarya sebagai seorang misionaris di antara orang-orang Prusia. Disana ia dibunuh oleh orang-orang Polandia pada tanggal 23 April 997. Gereja menghormatinya sebagai seorang martir.
Tetapi di Roma, para pemimpin Gereja menasehati dia agar kembali ke keuskupanny, meskipun keadaan Praha belum aman baginya. Atas permintaannya, ia diperbolehkan pergi ke Pomerania (Polandia Barat) untuk berkarya sebagai seorang misionaris di antara orang-orang Prusia. Disana ia dibunuh oleh orang-orang Polandia pada tanggal 23 April 997. Gereja menghormatinya sebagai seorang martir.
Santo Gregorius, Martir
Gregorius adalah seorang perwira Romawi Kristen yang gagah berani
pada masa pemerintahan kaisar Diokletianus (284-305) dan kaisar Maximian
(286-305, 306-308). Semula ia sangat dihargai oleh kaisar karena hubungannya
yang baik dengan rakyat, dan bertugas membela kepentingan rakyat jelata di
hadapan penguasa kekaisaran. Dalam kedudukannya ini, ia membantu banyak ornag
terutama orang-orang miskin, janda dan para yatim-piatu. Ketika kaisar
Diokletianus melancarkan penganiayaan terhadap orang-orang Kristen, Gregorius
sebagai wakil rakyat dan ksatria sejati, tanpa takut-takut melindungi
orang-orang Kristen, bahkan berani mengecam perbuatan keji kaisar. Oleh karena
itu ia ditangkap dan disiksa sehebat-hebatnya. Ia mati demi kepentingan Gereja
Kristus di Diospolis, Palestina (sekarang: Lydda, Israel) pada tahun 300, enam
tahun sebelum Konstantinopel Agung naik tahkta (306-337).
Di kemudian hari keperwiraan
Gregorius diwarnai dengan banyak cerita menarik yang melukiskan dia sebagai
pejuang yang gagah berani dan jujur demi tegaknya keadilan dan kebaikan umum.
Ia memenangkan kejahatan dengan mati bagi Kristus dan Gereja-Nya. Sejak abad
kedelapan namanya sudah dikenal luas di seluruh gereja. Ia diangkat sebagai
pelindung suci bagi kerajaan Inggris dan pelindung militer karena
keberaniaannya menolong sesamanya yang menderita.
Sebuah legenda populer tentang
Santo Gregorius mengisahkan bahwa Gregorius berasal dari Kapadokia, Asia Kecil.
Dalam suatu perjalanannya ia melewati kota Silena, Lybia, Afrika. Konon kota
ini (pada abad ke 3) diancam oleh seekor naga raksasa. Naga itu gemar makan
manusia. Setiap malam penduduk membuang undi untuk menetapkan siapa yang kali
ini harus menjadi mangsa dari naga itu. Kalau tidak ada korban, naga itu
mengamuk. Suatu ketika undian jatuh pada puteri raja sendiri. Tetapi terjadilah
keajaiban pada waktu itu. Pada saat gawat itu tiba-tiba muncullah di hadapan
gadis manis itu seorang Ksatria muda menunggang seekor kuda. Ia mendekati gadis
itu dan menyapanya dengan halus: "Mengapa tuan puteri menangis?"
Dengan tersendat- sendat gadis malang itu menceritakan nasibnya. Seketika itu
juga, naga raksasa itu menyembul keluar dari celah rawa-rawa hendak menerkam
gadis itu. Tetapi Gregorius ksatria pemberani itu berteriak dari atas kuda:
"Atas nama Kristus!" Langsung menerjang-nerjang naga itu, menusukkan
tombak ke dalam moncong naga itu dan memenggal kepalanya dengan pedangnya.
Seluruh rakyat kagum dan bersyukur, karena tuan puteri dan mereka semua telah
terhindar dari bahaya maut.
Penduduk kota Silena takjub pada Gregorius, sehingga banyak diantara mereka kemudian menjadi Kristen. Kepada raja ia meminta agar ia memelihara orang-orang miskin dan mendirikan gereja-gereja, merayakan kurban misa dan menghormati para imam.
Penduduk kota Silena takjub pada Gregorius, sehingga banyak diantara mereka kemudian menjadi Kristen. Kepada raja ia meminta agar ia memelihara orang-orang miskin dan mendirikan gereja-gereja, merayakan kurban misa dan menghormati para imam.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
24 April,
S. Fidelis dari Sigmaringen.
S. Fidelis dari Sigmaringen.
Namanya ialah Mark Rey. Ia dilahirkan di Jerman pada tahun 1578. Mark
menuntut ilmu di Universitas Freigburg yang termashyur untuk menjadi seorang
pengacara. Semasa masih mahasiswa, ia sering mengunjungi mereka yang sakit dan
yang miskin. Setiap hari ia selalu meluangkan waktu untuk berdoa. Saudaranya
memutuskan untuk menjadi seorang imam Fransiskan Kapusin. Sebaliknya, Mark
menamatkan kuliahnya dan menjadi seorang pengacara terkenal.
Mark seringkali membela perkara kaum miskin yang tidak memiliki uang
untuk membayar. Oleh sebab itulah ia dijuluki, “Pengacara Orang Miskin.” Karena
Mark seorang yang jujur, ia menjadi muak dengan ketidakjujuran yang terjadi
dalam pengadilan. Ia memutuskan untuk mengikuti jejak saudaranya dan menjadi
seorang imam. Mark menerima jubahnya dan memilih nama Fidelis, yang berarti
“setia.”
Pastor Fidelis bersukacita ketika ia diutus ke Swiss, di sana banyak
orang yang memusuhi iman Katolik. Pastor Fidelis ingin memenangkan jiwa mereka
dan membawa mereka kembali ke pangkuan Gereja. Khotbah-khotbahnya membawa hasil
yang menakjubkan. Banyak orang bertobat. Musuh Gereja Katolik amat marah dengan
keberhasilannya.
St. Fidelis tahu bahwa hidupnya ada dalam bahaya, namun demikian ia terus
saja berkhotbah. Suatu hari, tengah ia berkhotbah, sebuah peluru ditembakkan,
tetapi meleset. Pastor Fidelis tahu bahwa ia harus meninggalkan kota saat itu
juga. Dan ia melakukannya, tetapi, saat ia sedang dalam perjalanan ke kota
terdekat, gerombolan orang yang marah menghentikannya. Mereka memerintahkannya
untuk mengingkari iman Katolik. St. Fidelis menjawab dengan tegas, “Aku tidak
akan mengingkari iman Katolik.” Orang-orang menyerangnya dengan tongkat,
pentung dan senjata lainnya.
Dalam keadaan terluka sang imam memaksakan dirinya untuk berlutut. Ia
berdoa: “Tuhan, ampunilah musuh-musuhku. Mereka tidak tahu apa yang mereka
perbuat. Tuhan Yesus, kasihanilah aku! Bunda Maria yang kudus, Bundaku,
tolonglah aku!” Orang banyak itu kembali menyerangnya hingga mereka yakin bahwa
ia sudah tewas.
St. Fidelis wafat sebagai martir pada tahun 1622 dalam usia empat puluh
empat tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Benediktus XIV pada tahun 1746.
Percayakah aku bahwa Tuhan hendak memakaiku secara
unik untuk membawa orang-orang lain lebih dekat kepada-Nya.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santa Rosa Virginia Pelletier, Perawan
Rosa Virginia Pelletier lahir pada tanggal 31 Juli 1796 disebuah
daerah pengungsian di pulau Noimoutier. Ayahnya, Julian Pelletier adalah
seorang dokter. Ibunya bernama Anne Mourain. Perkawinan kedua orangtuanya
berlangsung ketika sang ayah berumur 29 tahun, dan ibunya berumur 20 tahun.
Ketika itu mereka tinggal di Soullans, sebuah daerah dataran rendah yang indah
di Perancis.
Sekitar tanggal 21 Januari 1793
pecahlah pergolakan hebat diseluruh negeri Perancis. Kehidupan Gereja pun turut
terguncang. Banyak imam yang dibunuh oleh orang-orang yang membenci gereja.
Namun sayang bahwa penjahat-penjahat itu tidak ditangkap dan dihukum. Mereka
dibiarkan berkeliaran dan melakukan berbagai aksi kejahatan. Mengingat bahaya
yang menimpa imam-imam, maka keluarga Pelletier menyembunyikan pastor Paroki
Soullans di rumahnya. Tetapi hal ini kemudian diketahui oleh para penjahat itu.
Pastor itu ditangkap dan kemudian dibunuh. Karena merasa terancam, keluarga
Pelletier pindah ke pulau Noimoutier, tempat kelahiran Rosa Virginia Pelletier.
Rosa dididik secara Katolik dalam lingkungan yang sangat baik. Semenjak kecil
ia dilatih untuk bekerja keras dan berkelakuan baik terhadap orang lain.
Namanya Rosa berarti "Bunga Mawar" menunjukkan harapan orang tuanya
akan perkembangan diri Rosa menjadi seorang putri yang harum namanya dan
berguna bagi banyak orang lain. Sedangkan Virginia yang berarti
"perawan" menunjukkan harapan orangtuanya untuk suatu corak hidup
yang mengikuti teladan Bunda Perawan Maria.
Setelah hidup lama di
Noimoutier, dokter Pelletier meninggal dunia. Ibu Anne mengalami goncangan
batin yang hebat karena kematian suaminya. Semenjak itu ia sendirilah yang
harus bersusah payah membesarkan Rosa kecil. Kepedihan yang sama menimpa Rosa,
yang tak lama kemudian menerima sakramen Permandian dan Penguatan. Kemudian
setelah situasi umum di Soullans aman dan damai, ibu Anne bersama Rosa pindah
kembali ke daerah asalnya Soullans. Disini, Rosa dimasukkan ke dalam asrama
untuk melanjutkan pendidikannya. Di asrama ini, Rosa berusaha selalu
menampilkan diri sebagai gadis yang menyenangkan banyak orang. Sikap dan
tingkah lakunya berbeda sekali dengan teman-temannya. Ia seorang gadis yang
tenang, alim, tidak suka memberontak dan rajin membantu orang lain. Dengan
senang hati ia membantu suster pemimpin asrama untuk menertibkan
rekan-rekannya. Pendidikannya di asrama ini sungguh menyiapkan dia untuk
menjadi seorang suster yang saleh di kemudian hari.
Sementara berada di asrama,
peristiwa duka lain menimpa dirinya. Constan, saudaranya meninggal dunia. Enam
bulan setelah kematian Constan, ibunya tercinta meninggal dunia juga. Semua
peristiwa yang datang beruntun ini meninggalkan luka batin yang cukup dalam di
hati Rosa. Ia terus saja memikirkan ayahnya, ibunya dan saudaranya. Tetapi
inilah saat yang tepat bagi Tuhan untuk bertindak atas diri Rosa. Pada suatu
hari, dia bersama kawan-kawannya berkunjung ke biara suster-suster Kongregasi
Santa Maria Pengasih. Disini mereka merayakan Misa Kudus bersama suster-suster
itu. Peristiwa ini menumbuhkan dalam hatinya minat untuk menjalani hidup
sebagai seorang suster. Maksud hatinya untuk menjadi seorang suster
diberitahukan kepada kakaknya Anne Yosefin dan Marsaud, suami Anne. Tetapi
cita-citanya itu tidak disetujui. Saudaranya tidak menyetujui kalau Rosa masuk
biara itu. Ia boleh masuk biara lain seperti biara Santa Ursula. Namun
demikian, Rosa tidak putus asa. Ia terus berdoa agar Tuhan memberikannya jalan.
Akhirnya kedua kakaknya menyetujui cita-cita Rosa. Pada tanggal 20 Oktober
1814, Rosa pergi ke Tours untuk menjalani hidup membiara.
Setelah menjalani masa postulan
selama 11 bulan, Rosa memasuki masa novisiat. Ia diberi nama baru
"Euphrasia". Ia giat mempelajari Kitab Suci dan rajin membaca riwayat
hidup orang-orang Kudus. Pada tanggal 9 September 1817, ia mengucapkan kaulnya
yang pertama: kemiskinan, ketaatan, kemurnian dan pengabdian untuk keselamatan
kaum wanita. Jubah mereka khas. Warna putih. Di bagian dada tergantung salib
biru yang melambangkan sengsara Kristus. Disamping salib terdapat sejenis
kalung dengan medali bergambar Santa Perawan Maria dan Kanak-Kanak Yesus,
dikelilingi bunga bakung dam sekuntum mawar yang melambangkan cinta abadi.
Sebagai seorang suster muda,
Euphrasia melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya dengan penuh
semangat. Ia ditugaskan di bidang pendidikan anak-anak asuhan yang ada dalam
biara itu, dan berusaha agar mereka bisa kembali ke masyarakat sebagai
orang-orang yang berguna. Karena kesalehan dan kepribadiannya yang menarik, dia
diangkat sebagai pemimpin biara pada tahun 1825. Dalam tugas baru ini, ia
berusaha dengan bantuan Tuhan untuk mengembangkan biaranya. Cintanya kepada
santa Theresia dari Avilla sangat besar. Karena itu ia lebih condong kepada
cara hidup karmelit. Atas izin pimpinan biara Karmelit, ia memadukan
aturan-aturan Ordo Karmelit dan Anggaran Dasar Biaranya sendiri. Corak hidup
mereka mengikuti corak hidup "Magdalena".
Banyak orang yang tertarik pada corak hidup yang baru ini. Mula-mula ada empat orang menggabungkan diri di bawah bimbingannya. Mereka segera menyebarluaskan wilayah kerjanya ke beberapa kota, antara lain Tours dan Angers. Kemudian meluas lagi meliputi negara-negara seperti Inggris, Belgia, Jerman dan Italia bahkan sampai ke tanah air kita, Indonesia. Akhirnya pada tanggal 24 April 1868, suster Maria Euphrasia meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya selama masa tuanya. Paus Pius XII (1939-1958) memberi gelar "kudus" kepadanya pada tanggal 2 Mei 1940.
Banyak orang yang tertarik pada corak hidup yang baru ini. Mula-mula ada empat orang menggabungkan diri di bawah bimbingannya. Mereka segera menyebarluaskan wilayah kerjanya ke beberapa kota, antara lain Tours dan Angers. Kemudian meluas lagi meliputi negara-negara seperti Inggris, Belgia, Jerman dan Italia bahkan sampai ke tanah air kita, Indonesia. Akhirnya pada tanggal 24 April 1868, suster Maria Euphrasia meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya selama masa tuanya. Paus Pius XII (1939-1958) memberi gelar "kudus" kepadanya pada tanggal 2 Mei 1940.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
25 April,
S. Markus, Pengarang Injil.
S. Markus, Pengarang Injil.
Markus hidup pada jaman Yesus. Ia bukan salah seorang dari kedua belas
rasul Kristus, melainkan saudara sepupu St. Barnabas, rasul. Markus menjadi
terkenal karena ia menulis satu dari keempat Injil. Sebab itu ia disebut
pengarang Injil. Injil Markus cukup singkat, tetapi memberi banyak keterangan
terperinci yang tidak terdapat dalam Injil lainnya. Ketika masih muda, Markus
pergi bersama dua rasul besar, Paulus dan Barnabas, dalam suatu perjalanan
kerasulan untuk mewartakan ajaran Yesus pada bangsa-bangsa lain. Tetapi,
sebelum perjalanan berakhir, tampaknya Markus berselisih dengan St. Paulus.
Markus mendadak kembali ke Yerusalem. Paulus dan Markus akhirnya dapat
mengatasi perselisihan mereka. Malahan, dari penjara di Roma, Paulus menulis
agar Markus datang untuk menghibur serta membantunya.
Markus juga menjadi murid kesayangan St. Petrus, paus pertama. St. Petrus
menyebut St. Markus sebagai “anakku.” Karena itu, sebagian orang beranggapan
bahwa Petrus hendak mengatakan bahwa dialah yang membaptis Markus. Markus
ditahbiskan sebagai uskup dan diutus ke Alexandria, Mesir. Di sana ia
mempertobatkan banyak orang. Ia bekerja keras untuk mewartakan kasih bagi Yesus
dan Gereja-Nya. Menurut tradisi ia harus mengalami penderitaan yang panjang
serta menyakitkan sebelum ia wafat.
Reliqui St. Markus dibawa ke Venesia, Italia. Ia diangkat sebagai santo
pelindung kota Venesia. Peziarah pergi ke Basilika St. Markus yang indah untuk
menghormatinya serta mohon bantuan doanya.
"Pergilah ke seluruh dunia,
beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
(Markus 16:15)
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
26 April,
S. Radbertus.
S. Radbertus.
St Radbertus hidup pada abad kesembilan di Perancis. Tak seorang pun tahu
siapa orangtuanya. Mereka meninggalkan bayi mereka yang baru dilahirkan di
depan pintu Biara Notre Dame. Para biarawati mengasihi dan merawat sang bayi.
Mereka menamainya Radbertus. Ketika sudah cukup besar untuk belajar, Radbertus
dikirimkan kepada para biawaran St Petrus yang tak jauh dari sana untuk
dididik.
Radbertus senang belajar dan teristimewa menaruh minat pada sastra Latin.
Setelah dewasa, ia hidup tenang sebagai ilmuwan. Ia tetap seorang awam selama
beberapa tahun. Kemudian ia merasakan panggilan untuk menjadi seorang biarawan.
Ia menggabungkan diri dalam suatu komunitas yang dipimpin oleh dua abbas yang
penuh semangat, yakni St Adalhard dan saudaranya yang menggantikannya, Abbas
Wala. Radbertus berupaya menjadi seorang biarawan yang kudus. Ia kerap menemani
kedua abbas dalam perjalanan-perjalanan mereka. Ia menulis biografi kedua abbas
setelah mereka wafat. Radbertus menjadi seorang ahli Kitab Suci. Ia menulis
ulasan panjang mengenai Injil St Matius. Ia juga menulis ulasan mengenai
bagian-bagian lain dari Injil. Tetapi karyanya yang paling tersohor berjudul
“Tubuh dan Darah Kristus”.
Radbertus tidak merasakan panggilan untuk menjadi imam. Tetapi ia dibujuk
untuk menerima penunjukkan sebagai abbas selama tujuh tahun lamanya. Kemudian
ia mendesak untuk kembali ke cara hidup dalam doa, meditasi, belajar dan
menulis. Masa jabatannya sebagai abbas sungguh amat sulit baginya meski ia
berupaya melakukan yang terbaik seturut kemampuannya. Ia menghabiskan sisa
hidupnya dengan berdoa, menulis dan melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan
kepadanya. Radbertus wafat pada tahun 860.
Kiranya kita senantiasa memuliakan
Tuhan atas anugerah hidup.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Kletus dan Marselinus, Paus dan
Martir
Selama beberapa abad lamanya, nama Anakletus dan Kletus dianggap
orang sebagai dua orang Paus yang berbeda. Tetapi sekarang kedua nama itu
dianggap sebagai nama dari satu orang. Menurut daftar resmi para Paus yang
dikeluarkan oleh Tahkta Suci, Paus Anakletus (Kletus) memimpin gereja dari
tahun 76 sampai tahun 88.
Ahli-ahli sejarah Gereja,
mengikuti daftar nama Paus yang diterbitkan oleh santo Irenius dari Lyons,
menyamakan Paus Anakletus dengan Kletus. Eusebius dalam bukunya "Sejarah
Gereja" menyatakan, bahwa Linus, Uskup Roma, setelah memimpin selama 12
tahun, mengalihkan kepemimpinannya itu kepada Kletus. Dalam doa bagi para Kudus
dalam perayaan Ekaristi, setelah menyebutkan nama Santo Petrus dan Paulus serta
para rasul lainnya, imam menyebutkan nama Linus dan Kletus. Hal ini menunjukkan
bahwa Anakletus pengganti Santo Petrus, ditetapkan sebagai Paus selama masa
yang kurang damai dan aman di dalam gereja, menyusul masa penganiyaan oleh raja
Nero, yang berlangsung dari tahun 64 sampai 68.
Sangat sedikit informasi yang
didapat tentang riwayat hidup Anakletus. Ia membagi kota Roma dalam 25 buah
paroki. Ia membangun dan menghiasi kapela di jalan Ostian sebagai penghormatan
kepada Santo Paulus dan membangun sebuah kapela yang sama di atas kuburan santo
Petrus di Vatikan. Buku para Paus (Liber Pontificalis) menyebutkan bahwa
Anakletus dikuburkan di suatu tempat dekat kuburan Santo Petrus.
Anakletus mati sebagai martir dalam masa penganiayaan kaisar Domitianus II (81-96). Buku misa Romawi mendaftarkan hari pestanya bersama-sama dengan Marselianus, yang juga seorang Paus. Marselianus dikenal sebagai Paus yang baik hati dan penuh kasih kepada umat. Banyak sekali orang kristen yang telah menyangkal imannya pada masa penganiayaan diterimanya kembali ke pangkuan Gereja, asal saja mereka sungguh-sungguh bertobat dan bersedia menjalankan tapa untuk menghapus dosa-dosa mereka. Kebaikan hatinya ini membuat banyak orang mengkritik dan menfitnahnya. Akhirnya ia sendiri mati dianiaya karena Kristus pada tahun 309.
Anakletus mati sebagai martir dalam masa penganiayaan kaisar Domitianus II (81-96). Buku misa Romawi mendaftarkan hari pestanya bersama-sama dengan Marselianus, yang juga seorang Paus. Marselianus dikenal sebagai Paus yang baik hati dan penuh kasih kepada umat. Banyak sekali orang kristen yang telah menyangkal imannya pada masa penganiayaan diterimanya kembali ke pangkuan Gereja, asal saja mereka sungguh-sungguh bertobat dan bersedia menjalankan tapa untuk menghapus dosa-dosa mereka. Kebaikan hatinya ini membuat banyak orang mengkritik dan menfitnahnya. Akhirnya ia sendiri mati dianiaya karena Kristus pada tahun 309.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
27 April,
S. Zita.
S. Zita.
St. Zita dikenal sebagai santa pelindung para pembantu rumah tangga. Ia
dilahirkan di dusun Monte Sagrati, Italia, pada tahun 1218. Orangtuanya sangat
saleh dan membesarkan Zita dengan cinta kasih Kristiani. Merupakan tradisi pada
waktu itu bahwa keluarga-keluarga miskin akan mengirimkan anak-anak gadis
mereka kepada keluarga-keluarga yang terpercaya, yang mampu mempekerjakan
mereka. Para gadis itu akan tinggal dalam keluarga tersebut untuk beberapa
waktu lamanya dan dipekerjakan untuk melakukan tugas-tugas rumah tangga. Zita
pergi bekerja di rumah keluarga Fatinelli di Lucca ketika usianya dua belas tahun.
Bapak dan Ibu Fatinelli adalah orang yang baik, mereka memiliki beberapa
pekerja. Zita senang dapat bekerja dan mengirimkan upahnya kepada orangtuanya.
Ia berusaha hidup penuh tanggung jawab. Ia membiasakan diri untuk berdoa di
luar jadwal kerjanya. Setiap pagi ia bangun pagi-pagi benar agar dapat ambil
bagian dalam perayaan Misa.
Zita seorang pekerja yang rajin. Ia merasa bahwa bekerja adalah bagian
dari hidupnya. Tetapi pekerja-pekerja lain iri hati kepadanya. Sedapat mungkin
mereka bekerja sedikit saja. Mereka mulai mencari-cari kesalahan Zita serta
memusuhinya tanpa sepengetahuan majikan mereka. Zita merasa sedih, tetapi ia
berdoa mohon kesabaran. Ia tidak pernah melaporkan mereka. Ia tetap melakukan
tugas-tugasnnya sebaik mungkin tanpa peduli pendapat mereka.
Ketika seorang dari para pekerja berusaha menciumnya, Zita melawan.
Laki-laki itu meninggalkan ruangan dengan cakaran-cakaran di wajahnya. Bapak
Fatinelli menanyai Zita secara pribadi mengenai insiden tersebut. Dengan jujur
Zita mengatakan apa yang telah terjadi. Setelah peristiwa itu, Zita diangkat
sebagai kepala pengurus rumah tangga. Anak-anak Fatinelli pun dipercayakan
kepadanya. Dan yang paling menyenangkan, para pekerja lainnya tidak lagi
memusuhinya. Sebagian dari mereka malahan berusaha meniru teladannya.
Zita melewatkan seluruh hidupnya bersama keluarga Fatinelli. Sementara
para pekerja lainnya datang dan pergi, ia tetap setia. Ia melayani majikannya
dengan cinta kasih. Ia mengasihi mereka seperti ia mengasihi keluarganya
sendiri. Dengan teladannya, Zita membantu orang menyadari bahwa bekerja itu
menyenangkan apabila dilakukan dengan semangat cinta kasih Kristiani. Zita
wafat dengan tenang pada tanggal 27 April 1278 dalam usia enam puluh tahun.
Teladan hidup St. Zita menunjukkan
pada kita bahwa bekerja itu menyenangkan apabila dilakukan dengan semangat
cinta kasih Kristiani. Bagaimana aku menghargai pekerjaanku?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Petrus Kanisius, Imam dan Pujangga
Gereja
Petrus Kanisius lahir pada tanggal 8 Mei 1521 di Nijmegen,
Belanda. Ketika itu Nijmegen masih termasuk bagian wilayah keuskupan Agung
Cologne dan berada di bawah kekuasaan Jerman. Petrus adalah putra tertua dari
Yakob Kanis. Yakob Kanis, ayahnya menjabat sebagai Walikota Nijmegen, dan
menjadi guru pribadi bagi anak-anak raja dari Lorraine. Semasa hidupnya Petrus
menyaksikan pergolakan hebat dalam tubuh Gereja oleh munculnya gerakan Reformasi
pimpinan Martin Luther.
Pada umur 14 tahun, Petrus
masuk Universitas Cologne dan mencapai gelar Magister (Master of Arts) pada
usia 19 tahun. Ia bercita-cita menjadi seorang ahli di bidang hukum. Untuk itu
ia melanjutkan studinya di Universitas Louvain. Tetapi kemudian ia berubah
haluan. Ia mulai tertarik dengan kehidupan membiara. Ketertarikannya pada
kehidupan membiara ini berkaitan erat dengan cara hidup para pertapa di biara
Kartusian yang disaksikannya sendiri selama belajar di Cologne. Karena itu, ia
kembali ke Cologne untuk belajar Teologi. Di sana ia mengikuti latihan-latihan
rohani Santo Ignatius dari Loyola, yang dipimpin oleh Petrus Faber, seorang
imam Yesuit yang saleh. Latihan rohani ini sungguh meresap dalam hatinya
sehingga Petrus memutuskan untuk menjadi seorang imam Yesuit juga. Niatnya
untuk memasuki biara Kartusia dibatalkannya.
Ketika berumur 22 tahun, Petrus
memasuki Serikat Yesus. Di Cologne, Petrus turut mendirikan rumah Yesuit
pertama, tempat ia menjalani masa novisiatnya. Pada tahun 1546, ia ditabhiskan
menjadi imam dan segera terkenal sebagai pengkhotbah ulung. Kardinal Otto
Truchess von Waldburg, Uskup Augsburg, memilihnya menjadi teolog pribadinya
pada Konsili Trente. Dalam konsili itu, Petrus mendapat kesempatan untuk berbicara,
baik di Trente maupun di Bologna. Kemudian ia dipanggil ke Roma oleh Santo
Ignatius sendiri, dan pada tahun 1548 ia dikirim untuk mengajar retorik di
sekolah Yesuit Pertama di Messina, Sisilia.
Sebagai jawaban terhadap
permohonan Raja William IV dari Bavaria, yang membutuhkan professor-professor
Katolik untuk melawan ajaran-ajaran bidaah, Paus Paulus III (1543-1549)
mengirimkan Petrus dan dua orang imam Yesuit lainnya ke Ingolstadt untuk
mengajar di sebuah universitas yang ada disana. Pada tahun 1550, setahun
setelah Petrus mengucapkan kaul kekal dalam serikat Yesus, Petrus diangkat
menjadi rektor Universitas Ingolstadt. Melalui khotbah-khotbah dan katekasenya,
ia berhasil membangkitkan lagi semangat hidup keagamaan di kalangan umat di
wilayah itu. Pada tahun 1552, atas permohonan Raja Ferdinand I dari Austria, ia
pergi ke Vienna untuk menjalankan misi yang sama. Di Vienna, Raja Ferdinand
menawarkan kepadanya jabatan uskup Vienna, tetapi selalu di tolaknya. Pada
tahun 1554, atas permohonan Paus Yulius III, Ignatius Loyola mengijinkan Petrus
menjadi administrator tahkta Suci yang mengalami kekosongan. Di sini ia
menyusun buku katekismusnya yang terkenal: Ringkasan Ajaran Kristen, yang
dipakai oleh seluruh Eropa selama beberapa abad sebagai buku pegangan. Kemudian
ia menyusun lagi dua buku katekismus yang lebih singkat untuk sekolah-sekolah.
Kemudian Petrus diangkat sebagai pemimpin serikat untuk sebuah wilayah kerja
Yesuit yang meliputi Jerman Selatan, Autria, dan Bohemia. Dalam masa
kepemimpinannya, ia membuka sebuah kolose di Munich dan Praha dan
bertanggungjawab atas pembaharuan sekolah-sekolah di Augsburg. Pada tahun 1562,
ia mendirikan sebuah kolose di Insbruck dan mengambil bagian sebagai pembicara
dalam Konsili Trente sebagai Teolog Ke Pausan.
Setelah menyelesaikan masa
jabatannya sebagai pemimpin serikat, ia mengajar di Universitas Dellingen,
Bavaria. Disini ia giat menulis suatu seri buku sebagai tanggapan terhadap
sebuah buku yang diterbitkan sekelompok penulis Protestan dari Magdeburg.
Karyanya yang terakhir di selesaikan di Frieburg, Switzerland, tempat ia
mendirikan sebuah universitas dan membantu menbangun sebuah pernerbitan Katolik
pada tahun 1580. Pada tahun 1591 ia jatuh sakit tetapi terus menulis hingga
kematiannya pada tanggal 21 Desember 1597 di Frieburg. Oleh Sri Paus Pius XI
(1922-1939) Petrus digelar sebagai seorang Pujangga Gereja yang masyur.
Santa Lydia Longley, Pengaku Iman
Lydia Longley lahir pada tahun 1674 di Groton, sebuah daerah
koloni Inggris di Amerika Serikat. Keluarga Longley penganut agama Protestan
Puritan, yang keras sekali pandangan hidupnya. Ibunya meninggal dunia ketiak
Lydia bersama tiga orang adiknya: Will, Jemina dan John masih kecil. Dalam usia
remajanya, Lydia terpaksa menggantikan ibunya dalam mengurusi adik-adiknya. Hal
ini dilakukannya sampai saat ayahnya William Longley menikah lagi dengan Crips
Deliverance, seorang janda muda. Semenjak itu, Crips mengambil ahli lagi
tugas-tugas Lydia sebagai ibu rumah tangga.
Dari perkawinan kedua ini,
William memperoleh lagi empat orang anak: Yosef, Betty, Richard dan Mathaniel.
William mendidik anak-anaknya penuh disiplin bahkan keras. Mereka dilatih untuk
bekerja, berdoa dan menulis. Lydia dibebani tugas mendampingi adik-adiknya
dalam melaksanakan tugas-tugas itu. Setiap minggu mereka bersama orang Kristen
lainnya, dan mendengarkan khotbah pendeta Hobart. Selain itu, Willliam melatih
anak-anaknya menggunakan senjata untuk membela diri bila ada suatu bahaya.
Bahaya besar yang selalu mengancam hidup mereka ialah serangan orang-orang
Indian yang masih biadab. Pada tahun 1694, daerah Groton diserang oleh
orang-orang Indian Abenaki. Ayah dan ibunya bersama beberapa orang lainnya mati
terbunuh dalam peristiwa itu. Tinggallah Lydia, Betty dan John dibiarkan hidup
oleh orang-orang Indian itu. Mereka dibawa sebagai tawanan ke New France,
daerah koloni Prancis. Di tengah perjalanan itu, Betty meninggal dunia dan John
dipisahkan dari Lydia.
Setibanya di New France, Lydia
dihadapkan ke depan penguasa Prancis setempat. Disana hadir juga tuan Le Ber,
seorang duda yang beragama Katolik. Oleh Tuan Le Ber, Lydia ditebus dan
diangkat menjadi anaknya sendiri. Semenjak itu, kehidupan Lydia tergantung
sepenuhnya pada kebaikan hati Le Ber dan anak-anaknya Pierre dan Jeanne. Ia
merasa senang karena diperlakukan sebagai anak kandung dengan cara hidup
Katolik dari keluarga Le Ber, maupun dari segenap warga kota New France. Lydia
kemudian berkenalan dengan Pastor Pere Meriel, imam di New Frence dan
suster-suster Notre Dame. Atas pemintaan Tuan Le Ber, seorang suster datang
mengajarkan bahasa Prancis kepada Lydia. Pada suatu hari, Lydia diperkenalkan
pada suster Mere Bourgooys, pendiri kongregasi tersebut. Pertemuannya dengan
suster Mere Bourgooys menumbuhkan dalam hatinya keinginan untuk menjadi suster
juga.
Atas pengaruh keluarga Le Ber, suster-suster dan pastor Meriel, Lydia kemudian dipermandikan menjadi Katolik pada tanggal 24 April 1696 dengan nama Magdalena. Kemudian ia diterima menjadi suster dengan nama suster Magdalena. Pada tanggal 19 September 1699, ia mengikrarkan kaul kekal. Setelah bertugas di New France selama beberapa tahun, Lydia dikirim ke pulau Orleans untuk menjadi superior biara Keluarga Kudus disana. Ia meninggal dunia pada tanggal 21 Juni 1758 dan dimakamkan di kapela Kanak-Kanak Yesus di Montreal.
Atas pengaruh keluarga Le Ber, suster-suster dan pastor Meriel, Lydia kemudian dipermandikan menjadi Katolik pada tanggal 24 April 1696 dengan nama Magdalena. Kemudian ia diterima menjadi suster dengan nama suster Magdalena. Pada tanggal 19 September 1699, ia mengikrarkan kaul kekal. Setelah bertugas di New France selama beberapa tahun, Lydia dikirim ke pulau Orleans untuk menjadi superior biara Keluarga Kudus disana. Ia meninggal dunia pada tanggal 21 Juni 1758 dan dimakamkan di kapela Kanak-Kanak Yesus di Montreal.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
28 April,
S. Petrus Chanel.
S. Petrus Chanel.
St. Petrus Chanel dilahirkan dekat Belley, Perancis pada tahun 1803.
Sejak berumur tujuh tahun, ia menggembalakan kawanan domba ayahnya. Meskipun
miskin, ia seorang anak yang cerdas dan saleh. Suatu hari, seorang imam paroki
yang baik hati berjumpa dengannya. Imam begitu terkesan padanya hingga ia
meminta ijin dari orangtuanya agar diperbolehkan menyediakan pendidikan bagi
Petrus. Di sekolahnya, dan kelak di seminari, Petrus belajar dengan tekun.
Ketika telah ditahbiskan sebagai imam, ia ditugaskan di sebuah paroki di mana
hanya ada sedikit umat Katolik yang masih mengamalkan imannya. Pastor Chanel
seorang pendoa. Ia baik hati serta lemah lembut pada setiap orang. Hanya dalam
waktu tiga tahun, terjadi perubahan besar di paroki. Banyak orang kembali
mengasihi Yesus dan Gereja-Nya dengan segenap hati.
St. Petrus sangat ingin menjadi seorang misionaris. Ia bergabung dengan
ordo religius Serikat Maria (Misionaris-misionaris Maria). Ia berharap agar
diutus untuk mewartakan Injil kepada mereka yang masih belum percaya kepada
Tuhan. Beberapa tahun kemudian keinginannya terkabul. Ia dan sekelompok misionaris
Maria diutus ke kepulauan Lautan Teduh. Pastor Chanel dan seorang broeder
ditugaskan di pulau Futuna. Di sana, penduduk dengan senang hati mendengarkan
khotbah Pastor Chanel. “Orang ini mengasihi kita,” demikian kata seorang
penduduk. “Dan ia sendiri mengamalkan apa yang ia ajarkan kepada kita.”
Sayang sekali, kepala suku Futuna menjadi iri hati atas keberhasilan sang
imam. Ketika puteranya sendiri dibaptis, ia menjadi amat murka. Ia mengirim
sepasukan prajurit untuk membunuh sang misionaris. Sementara terbaring sekarat,
yang dikatakan imam hanyalah, “Aku baik-baik saja.” St. Petrus Chanel dibunuh
pada tanggal 28 April 1841. Tak lama sesudah kemartirannya, seluruh penduduk
pulau telah menjadi Kristen. Petrus dinyatakan kudus oleh Paus Pius XII pada tahun
1954.
Apakah aku rindu dan berharap dapat mewartakan Injil
kepada mereka yang masih belum percaya kepada Tuhan?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Louis Marie Grignon de Monfort,
Pengaku Iman
Louis Grignon lahir di Monfort, Prancis, dari sebuah keluarga
miskin pada tahun 1673. Di masa mudanya, ia dikenal lekas marah bila ada
sesuatu yang tidak memuaskan hatinya. Namun ketika ia meningkat dewasa, ia
mampu mengendalikan sifatnya itu dan berubah menjadi seorang yang penuh
pengertian dan rendah hati. Perubahan ini menjadi suatu persiapan yang baik
baginya untuk memasuki perjalanan hidup yang panjang sebagai seorang imam.
Pendidikannya yang berlangsung
di Paris dirintangi oleh banyak kesulitan, terutama karena kekurangan uang,
baik untuk biaya pendidikannya maupun untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Hidupnya sungguh memprihatinkan. Biliknya sangat sempit, tanpa pemanas ruangan
di musim dingin. Untuk memperoleh sedikit uang, ia berusaha bekerja malam di
sebuah rumah sakit sebagai penjaga jenazah-jenazah. Namun semua penderitaan
yang menimpanya dihadapinya dengan penuh ketabahan demi mencapai cita-citanya
yang luhur.
Setelah beberapa tahun berkarya
sebagai imam misionaris di dalam negeri dan menjadi pembimbing rohani di sebuah
rumah sakit, ia berziarah ke Roma untuk bertemu dengan Sri Paus Klemens XI
(1700-1721). Di Roma ia diterima oleh Sri Paus. Melihat karya dan
kepribadiannya, Sri Paus memberi gelar "Misionaris Apostolik"
kepadanya. Oleh Sri Paus, ia ditugaskan untuk mentobatkan para penganut Yansenisme
yang sudah merambat di seluruh Prancis. Tugas suci itu diterimanya dengan
senang hati dan dilaksanakannya dengan sangat berhasil.
Di Poiters, ia meletakkan dasar bagi Kongregasi Suster-suster Putri Sapientia, sedangkan di Paris ia menyiapkan Anggaran Dasar bagi tarekat imam-imamnya. Ia menghayati kaul kemiskinan dengan sungguh-sungguh dengan menggantungkan seluruh hidupnya kepada kemurahan hati umatnya. Dua kali ia lepas dari usaha pembunuhan oleh para penganut Yansenisme. Di Indonesia ia dikenal sebagai salah satu pelindung Legio Maria. Ia mendirikan Tarekat Monfortan, yang anggota-anggotanya berkarya juga di Kalimantan Barat. Bertahun-tahun terakhir hidupnya dihabiskannya dengan berdiam di sebuah gua yang sunyi untuk berdoa dan berpuasa hingga menghembuskan nafasnya pada tahun 1716 dalam usia 43 tahun.
Di Poiters, ia meletakkan dasar bagi Kongregasi Suster-suster Putri Sapientia, sedangkan di Paris ia menyiapkan Anggaran Dasar bagi tarekat imam-imamnya. Ia menghayati kaul kemiskinan dengan sungguh-sungguh dengan menggantungkan seluruh hidupnya kepada kemurahan hati umatnya. Dua kali ia lepas dari usaha pembunuhan oleh para penganut Yansenisme. Di Indonesia ia dikenal sebagai salah satu pelindung Legio Maria. Ia mendirikan Tarekat Monfortan, yang anggota-anggotanya berkarya juga di Kalimantan Barat. Bertahun-tahun terakhir hidupnya dihabiskannya dengan berdiam di sebuah gua yang sunyi untuk berdoa dan berpuasa hingga menghembuskan nafasnya pada tahun 1716 dalam usia 43 tahun.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
29 April,
S. Katarina dari Siena.
S. Katarina dari Siena.
St. Katarina dilahirkan pada tahun 1347. Santa yang termashyur ini adalah
pelindung Italia, tanah airnya. Katarina adalah anak bungsu dalam keluarga yang
dikaruniai dua puluh lima anak. Ayah dan ibunya menghendaki agar ia menikah dan
hidup bahagia. Tetapi, Katarina hanya ingin menjadi seorang biarawati. Untuk
menyatakan tekadnya, ia memotong rambutnya yang panjang dan indah. Ia ingin
menjadikan dirinya tidak menarik. Orangtuanya amat jengkel dan seringkali
memarahinya. Mereka juga menghukumnya dengan memberinya pekerjaan rumah tangga
yang paling berat. Tetapi Katarina pantang menyerah. Pada akhirnya, orangtuanya
berhenti menentangnya.
St. Katarina seorang yang amat jujur dan terus terang di hadapan Yesus.
Suatu ketika ia bertanya kepada-Nya, “Di manakah Engkau, Tuhan, ketika aku
mengalami cobaan yang begitu mengerikan?” Yesus menjawab, “Puteri-Ku, Aku ada
dalam hatimu. Aku membuatmu menang dengan rahmat-Ku.” Suatu malam, sebagian
besar penduduk Siena ke luar ke jalan-jalan untuk suatu perayaan. Yesus
menampakkan diri kepada Katarina yang sedang berdoa seorang diri dalam
kamarnya. Bersama Yesus, datang juga Bunda Maria. Bunda Maria memegang tangan
Katarina lalu memberikannya kepada Putra-nya. Yesus menyematkan sebentuk cincin
di jari tangan Katarina dan ia menjadi pengantin-Nya.
Pada masa itu, Gereja mengalami banyak sekali masalah. Banyak pertikaian
terjadi di seluruh Italia. Katarina menulis surat-surat kepada para raja dan
ratu. Ia bahkan datang menghadap para penguasa agar berdamai dengan paus dan
mencegah peperangan. Katarina meminta paus untuk meninggalkan Avignon, Perancis
dan kembali ke Roma untuk memimpin Gereja. Ia mengatakan bahwa itulah yang
dikehendaki Allah. Bapa Suci mendengarkan nasehat St. Katarina serta melakukan
apa yang dikatakannya.
Katarina tidak pernah lupa bahwa Yesus ada dalam hatinya. Melalui dia,
Yesus memelihara orang-orang sakit yang dirawatnya. Melalui dia, Yesus
menghibur para tahanan yang dikunjunginya di penjara. Santa besar ini wafat di
Roma pada tahun 1380. Usianya baru tiga puluh tiga tahun. Ia dinyatakan kudus
oleh Paus Pius II pada tahun 1461. Pada tahun 1970, Paus Paulus VI
mengangkatnya sebagai Pujangga Gereja. St. Katarina menerima kehormatan besar
ini karena ia melayani Gereja Kristus dengan gagah berani sepanjang masa
hidupnya yang singkat.
“Engkau bagaikan misteri yang dalam
sedalam lautan; semakin aku mencari, semakin aku menemukan, dan semakin aku
menemukan, semakin aku mencari Engkau. Tetapi, aku tidak akan pernah merasa
puas; apa yang aku terima menjadikanku semakin merindukannya. Apabila Engkau
mengisi jiwaku, rasa laparku semakin bertambah, menjadikanku semakin kelaparan
akan terang-Mu.” ~ St. Katarina dari Siena
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Petrus dari Verona, Martir
Petrus lahir di Verona, Italia, pada tahun 1205. Ia mendapat
pendidikan di sekolah Katolik, padahal keluarganya menganut faham Katarisme.
Faham Katarisme mengajarkan bahwa segala sesuatu yang bersifat kebendaan
(materi) adalah buruk dan jahat, oleh karena itu bukan ciptaan Allah yang
MahaBaik. Bumi dan segala isinya yang bersifat kebendaan bukan ciptaan Allah..
Ajaran Katarisme ini
bertentangan sekali dengan ajaran iman Katolik yang diperoleh Petrus di
sekolahnya. Di sekolah ia diajarkan tentang pengakuan Iman Para Rasul (Credo)
yang antara lain berbunyi: "Aku percaya akan Allah Bapa yang MahaKuasa
Pencipta langit dan bumi…" Ajaran iman katolik ini lebih berkesan di
hatinya. Kepada keluarnya ia berkata: "Pengetahuanku tentang
rahasia-rahasia iman Katolik sangatlah jelas dan dalam, dan keyakinanku akan
kebenaran-kebenaran itu sungguh kokoh, sehingga bagiku semuanya itu lebih
merupakan sesuatu yang tampak di mataku daripada yang diimani belaka."
Setelah menanjak dewasa, Petrus
masuk biara Dominikan. Disana ia menerima pakaian biara dari tangan Santo
Dominikus sendiri. Setelah menempuh pendidikan hidup membiara, ia ditabhiskan
menjadi imam. Sebagai imam baru, ia ditugaskan berkhotbah di seluruh wilayah
Lombardia tentang ajaran iman yang benar. Hal ini menimbulkan kemarahan dan
kebencian para penganut Katarisme. Para pengikut aliran sesat itu menyerangnya dengan
berbagai tuduhan palsu. Tanpa menyelidiki secara mendalam benar-tidaknya ajaran
yang disebarkan Petrus dalam khotbah-khotbahnya, para pembesar masyarakat
menegur dan mengecamnya. Menghadapi kecaman-kecaman itu, Petrus tetap
bersemangat menjalankan tugasnya sebagai pengkhotbah dan terus berdoa meminta
kepada Tuhan agar kiranya ia dapat mati untuk Tuhan, sebagaimana telah
diteladankan Yesus dengan mati di salib demi keselamatan manusia, termasuk
dirinya. Ia selalu berkata: "Biarkanlah mereka melakukan apa saja atas
diriku sesuai rencana mereka. Aku tetap bergembira dan bersemangat karena
dengan mati aku akan lebih berpengaruh daripada sekarang."
Doa-doanya untuk mati dalam
nama Tuhan terkabulkan, ketika ia dibunuh oleh dua orang Kataris sementara
menjalankan tugasnya sebagai pengajar agama. Tetapi justru kematiannya ini
membawa banyak berkat bagi orang-orang Kataris. Segera setelah peristiwa
pembunuhan atas dirinya, seorang dari pembunuh itu bertobat dan masuk biara
Dominikan.
Santo Hugo/ Hugo Agung, Abbas
Putra bangsawan dari Samur, Prancis ini lahir pada tahun 1024.
Ketika berusia 15 tahun, ia masuk biara Benediktin dan menjadi Abbas biara
Kluni pada usia 25 tahun. Ketika itu biara Perancis ini mulai kuat pengaruhnya
di seluruh Eropa. Banyak biara Kluni didirikan pada masa kepemimpinan Hugo.
Aturan-aturan hidup membiara dibuatnya untuk seluruh biara yang dibangunnya.
Kepribadian yang mengagumkan dan kesalehan hidupnya berpengaruh luas baik di kalangan gereja maupun pemerintahan negara. Ia menjadi penasihat bagi sembilan orang Paus, termasuk Sri Paus Gregorius VII (1073-1085) dan banyak pemimpin negara. Ia berusaha keras untuk membaharui cara hidup para imam dan berusaha membebaskan Gereja dari pengawasan negara. Karena semuanya itu, ia dikenal sebagai pencinta dan pencipta perdamaian, dan sebagai sahabat para kusta dan semua orang sakit yang berada di rumah sakit yang didirikannya di Marcigny. Ia meninggal pada tanggal 29 April 1109 dan digelari kudus pada tahun 1120.Sumber : http://www.imankatolik.or.id
Kepribadian yang mengagumkan dan kesalehan hidupnya berpengaruh luas baik di kalangan gereja maupun pemerintahan negara. Ia menjadi penasihat bagi sembilan orang Paus, termasuk Sri Paus Gregorius VII (1073-1085) dan banyak pemimpin negara. Ia berusaha keras untuk membaharui cara hidup para imam dan berusaha membebaskan Gereja dari pengawasan negara. Karena semuanya itu, ia dikenal sebagai pencinta dan pencipta perdamaian, dan sebagai sahabat para kusta dan semua orang sakit yang berada di rumah sakit yang didirikannya di Marcigny. Ia meninggal pada tanggal 29 April 1109 dan digelari kudus pada tahun 1120.Sumber : http://www.imankatolik.or.id
30 April,
S. Pius V.
S. Pius V.
Paus yang kudus ini dilahirkan di Italia pada tahun 1504. Ia dibaptis
dengan nama Antonius Ghislieri. Antonius sungguh ingin menjadi seorang imam,
tetapi tampaknya angan-angannya itu tidak akan pernah menjadi kenyataan.
Orangtuanya miskin. Mereka tidak punya cukup uang untuk menyekolahkannya. Suatu
hari, dua orang imam Dominikan datang ke rumahnya dan bertemu dengan Antonius.
Para imam itu amat suka kepadanya hingga mereka bersedia mengurus
pendidikannya. Demikianlah, pada usia empat belas tahun, Antonius bergabung
dalam Ordo Dominikan. Ia memilih nama “Mikhael”. Setelah menamatkan studinya,
ia ditahbiskan sebagai imam. Kemudian ia ditahbiskan pula sebagai uskup dan
kardinal.
Dengan gagah berani ia mempertahankan ajaran-ajaran Gereja dari mereka
yang berusaha menentangnya. Ia senantiasa hidup dengan bermatiraga. Ketika
usianya enam puluh satu tahun, ia dipilih menjadi paus. Ia memilih nama Paus
Pius V. Dulu ia seorang bocah penggembala domba yang miskin. Sekarang ia adalah
pemimpin tertinggi Gereja Katolik di seluruh dunia. Walaupun demikian, paus
tetap rendah hati dan sederhana seperti sedia kala. Ia masih mengenakan jubah
Dominikan-nya yang putih, jubah tua yang selama ini dikenakannya. Dan tak
seorang pun dapat membujuknya untuk menggantinya.
Paus Pius V harus menghadapi banyak tantangan. Ia menimba kekuatan dari
salib Yesus. Setiap hari ia merenungkan sengsara dan wafat Kristus. Pada waktu
itu, bangsa Turki berusaha menguasai seluruh wilayah Kristen. Mereka mempunyai
armada angkatan laut yang hebat di Laut Tengah. Bala tentara Kristen bertempur
melawan mereka di suatu wilayah yang disebut Lepanto, dekat Yunani. Sejak saat
bala tentaranya keluar untuk berperang, Bapa Suci terus-menerus berdoa rosario.
Ia mendorong umatnya untuk melakukan hal yang sama. Puji syukur atas bantuan
Bunda Maria, bala tentara Kristen menang mutlak atas musuhnya. Sebagai ungkapan
terima kasih kepada Bunda Maria, St. Pius V menetapkan Pesta
SP Maria Ratu Rosario yang kita rayakan setiap tanggal 7 Oktober.
Paus Pius V wafat di Roma pada tanggal 1 Mei 1572. Pestanya dirayakan
pada hari ini karena tanggal 1 Mei adalah pesta St. Yusuf Pekerja. Pius V
dinyatakan kudus oleh Paus Klemens XI pada tahun 1712.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Marianus dan
Yakobus, Martir
Marianus dan Yakobus yang berjabatan masing-masing sebagai lektor
dan diakon adalah martir gereja purba yang mati pada tahun 259, pada masa
pemerintahan Kaisar Valerian (253-260). Keduanya ditangkap di Cirta (sekarang:
Kontastin, Aljajair). Kemudian bersama banyak orang Kristen lainnya, mereka
digiring ke Lambessa, sekitar 80 mil jauhnya dari Cirta. Disana mereka disiksa
lalu dipenggal kepalanya bersama orang-orang Kristen lainnya.
Santo Yosef-Benedik Cottolengo, Pengaku
Iman.
Yosef-Benedik hidup antara tahun 1786-1842. Ia membangun rumah penginapan untuk para gelandangan, yatim-piatu dan penderita sakit yang terlantar. Yosef mengurus 8000 orang lebih semata-mata dari derma saja, karena ia percaya penuh kepada Penyelenggaraan Ilahi.
Yosef-Benedik hidup antara tahun 1786-1842. Ia membangun rumah penginapan untuk para gelandangan, yatim-piatu dan penderita sakit yang terlantar. Yosef mengurus 8000 orang lebih semata-mata dari derma saja, karena ia percaya penuh kepada Penyelenggaraan Ilahi.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id