Header

cita-cita ardas

STASI WALIKUKUN, GEREJA YANG SATU, KUDUS, KATOLIK DAN APOSTOLIK.

DIRAYAKAN PADA BULAN APRIL

1 April, 
Santo Hugo dari Grenoble

St. Hugo dilahirkan pada tahun 1052 di Perancis. Ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang tinggi dan tampan, lemah lembut serta penuh sopan santun. Meskipun ia senantiasa mendambakan untuk hidup bagi Tuhan sebagai seorang rahib, ia diberi kedudukan penting yang lain. Ia ditahbiskan sebagai imam dan kemudian sebagai uskup.

Sebagai seorang uskup, Hugo segera meluruskan kebiasaan-kebiasaan dosa sebagian orang dalam keuskupannya. Ia menetapkan rencana-rencana yang bijak, namun bukan itu saja yang ia lakukan. Guna memperoleh belas kasihan Tuhan bagi umatnya, St. Hugo berdoa dengan segenap hati. Ia melakukan mati raga yang keras. Dalam waktu singkat, banyak orang berbalik menjadi saleh dan taat. Hanya sebagian orang dari kaum bangsawan saja yang masih terus menentangnya.

Uskup Hugo masih berangan-angan menjadi seorang rahib. Itulah yang sungguh ia dambakan. Maka, ia mengundurkan diri sebagai Uskup Grenoble dan masuk biara. Pada akhirnya, ia merasakan damai. Namun demikian, bukanlah kehendak Tuhan bahwa St. Hugo menjadi seorang rahib. Setelah setahun lewat, Paus memerintahkannya untuk kembali ke Grenoble. St. Hugo taat. Ia tahu bahwa jauh lebih penting menyenangkan Tuhan daripada menyenangkan diri sendiri.

Selama empatpuluh tahun, bapa uskup hampir selalu sakit. Ia menderita sakit kepala hebat dan juga gangguan pencernaan. Namun demikian, ia memaksakan diri untuk tetap bekerja. Ia mencintai umatnya dan begitu banyak yang harus dilakukan bagi mereka. St. Hugo mengalami pencobaan dan godaan-godaan juga. Tetapi, ia berdoa dengan tekun sehingga tidak jatuh dalam dosa.

St. Hugo wafat pada tanggal 1 April 1132, dua bulan sebelum ulang tahunnya yang kedelapan puluh. Ia menjadi seorang uskup yang murah hati serta kudus selama lima puluh dua tahun.

Pada hari ini, marilah mohon kepada Tuhan untuk membantu kita mengetahui apa yang Ia kehendaki bagi kita.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


2 April, 
Santo Fransiskus dari Paola.

St. Fransiskus dilahirkan di sebuah dusun kecil di Paola, Italia sekitar tahun 1416. Orangtuanya miskin, tetapi bersahaja dan kudus. Mereka mohon bantuan doa St. Fransiskus dari Asisi agar dikaruniai seorang putera. Ketika ia akhirnya dilahirkan, ia diberi nama Fransiskus. Anak itu tumbuh besar dan pergi ke sekolah di mana para pengajarnya adalah imam-imam Fransiskan. Di sanalah Fransiskus belajar membaca. Ketika berusia limabelas tahun, seijin orangtuanya, Fransiskus tinggal di sebuah gua. Ia ingin menjadi seorang pertapa dan melewatkan hidupnya hanya bersama Tuhan saja.

Ketika usianya duapuluh tahun, pemuda-pemuda lain ikut bergabung dengannya. St. Fransiskus meninggalkan gua kediamannya. Penduduk kota Paola membangun sebuah gereja dan juga biara untuk Fransiskus dan para pengikutnya. Ia menyebut ordo religiusnya yang baru dengan nama “Minims”. “Minims” artinya “yang terkecil dari semuanya.”

Semua orang mengasihi St. Fransiskus. Ia berdoa bagi mereka dan melakukan banyak mukjizat. Ia menasehati para pengikutnya agar senantiasa lemah lembut dan rendah hati, serta melakukan banyak matiraga. Ia sendiri merupakan teladan terbaik dari segala keutamaan yang diajarkannya. Suatu ketika, seorang yang mengunjungi Fransiskus menghinanya. Ketika orang itu selesai berbicara, Fransiskus melakukan sesuatu yang aneh. Dengan tenang diambilnya batu bara panas dari tempat perapian dan digenggamnya dengan erat dalam tangannya. Namun demikian, ia tidak terbakar sedikit pun. “Mari, hangatkanlah dirimu,” katanya dengan lembut kepada pendakwanya. “Engkau gemetar oleh sebab engkau membutuhkan sedikit belas kasihan.” Seketika terjadilah sesuatu yang ajaib, tamu tersebut berubah pandangan mengenai Fransiskus. Sejak saat itu, ia amat mengagumi St. Fransiskus.

Raja Louis XI dari Perancis tidak hidup dengan baik. Ketika raja sedang sekarat, ia meminta St. Fransiskus datang kepadanya. Pikiran akan segera menemui ajalnya telah membuat raja gemetar ketakutan. Ia menghendaki agar Fransiskus melakukan mukjizat dan menyembuhkannya. Sebaliknya, yang dilakukan orang kudus tersebut adalah dengan lemah lembut membantu raja yang ketakutan itu mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar dapat meninggal dengan kudus. Hati raja berubah. Ia menerima kehendak Tuhan dan wafat dengan tenang dalam pelukan Fransiskus.

St. Fransiskus menikmati umur panjang untuk memuliakan serta mengasihi Tuhan. Ia wafat pada hari Jumat Agung pada tahun 1507, dalam usia sembilan puluh satu tahun.

“Yesus terkasih, lindungilah orang-orang benar, luruskanlah orang-orang berdosa; berbelas kasihanlah kepada semua orang beriman - baik yang hidup maupun yang sudah mati -; berbelas kasihanlah kepadaku, meskipun aku tidak lebih dari seorang pendosa yang tak berguna.” St. Fransiskus dari Paola  
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”

Santa Teodosia, Perawan dan Martir
Teodosia lahir di Tyre, Phoenicia, bagian Timur kekaisaran Romawi pada tahun 288. Menurut Eusebius, sejarahwan Gereja (206?-340?). Teodosia lahir di Kaesarea, dekat Tyre di Palestina sekitar tahun 306. 
Pembunuhan atas dirinya terjadi tatkala ia sedang menghibur orang-orang Kristen yang dipenjarakan pada masa penganiayaan.

Santa Maria dari Mesir, Pengaku Iman 
Maria lahir kira-kira pada abad kelima. Ia dikenal sebagai seorang pegawai istana dan seorang aktris istana yang terkenal. Ia juga dikenal luas sebagai seorang wanita penghibur di istana. 

Awal kehidupannya sebagai manusia baru terjadi sewaktu ia berziarah ke Yerusalem untuk menyaksikan Salib Suci Yesus yang ditemukan oleh Santa Helena, ibu Kaisar Konstantinus Agung. Ia bertobat dan percaya kepada Yesus. Selanjutnya ia bertapa selama 47 tahun di gurun pasir, tepi sungai Yordan.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

3 April, 
Santo Richard dari Chichester

St. Richard dilahirkan di Inggris pada tahun 1197. Ia dan saudaranya menjadi yatim piatu sejak Richard masih kecil. Saudaranya memiliki beberapa tanah pertanian. Richard berhenti sekolah agar dapat membantu kakaknya menyelamatkan sawahnya dari kehancuran. Richard bekerja demikian giat hingga kakaknya yang penuh rasa terima kasih hendak memberikan tanah pertanian itu kepadanya. Tetapi, Richard tidak mau menerimanya. Ia juga memilih untuk tidak menikah, sebab ia ingin pergi belajar di perguruan tinggi untuk memperoleh pendidikan yang baik. Ia tahu bahwa karena uangnya hanya sedikit, ia akan harus bekerja keras untuk membiayai hidup dan sekolahnya.

Richard belajar di Universitas Oxford. Kemudian, ia memperoleh kedudukan penting di universitas. St. Edmund, yang adalah uskup agung Canterbury, memberinya tugas dan tanggung jawab dalam keuskupannya. Ketika St. Edmund wafat, St. Richard mengunjungi Wisma Belajar Dominikan di Perancis. Di sana ia ditahbiskan sebagai seorang imam. Kemudian, ia ditahbiskan sebagai Uskup Chichester, Inggris. Oleh sebab itu ia disebut Richard dari Chichester. Raja Henry III menghendaki seorang lain yang menjadi uskup. Orang tersebut adalah sahabat raja, tetapi tidak memenuhi persyaratan sebagai seorang uskup. Richard adalah Uskup Chichester yang sesungguhnya. Raja Henry III tidak memperbolehkan Richard menempati katedralnya sendiri. Raja juga mengancam penduduk Chichester dengan hukuman apabila mereka bersikap ramah terhadap Richard. Walaupun demikian, orang-orang yang gagah berani tetap saja menolongnya, seperti pastor Simon dari Tarring - salah seorang imam Chichester. Richard dan Simon kemudian bersahabat karib. Ketika Bapa Suci mengancam akan meng-ekskomunikasi-kannya (= mengucilkan, memutuskan seseorang dari hak-hak sebagai anggota gereja), raja berhenti mencampuri urusan gerejani dan tidak lagi mengganggu bapa uskup.

Sebagai uskup, St. Richard melaksanakan segala tugasnya dengan baik. Ia senantiasa lemah lembut dan murah hati kepada semua orang. Sekali waktu ia bersikap tegas juga. Ia seorang pemberani dan tanpa ragu-ragu menegur umatnya apabila mereka melakukan yang salah dan tidak menyesali perbuatannya.

Dikatakan bahwa ketika St. Richard jatuh sakit, ia tahu saat kematiannya akan tiba, sebab Tuhan telah memberitahukan kepadanya tempat serta waktu yang tepat bilamana ia akan meninggal. Teman-temannya, termasuk Pastor Simon dari Tarring, berada di sisi pembaringannya. St. Richard wafat dalam usia limapuluh lima tahun pada tahun 1253. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Urbanus IV pada tahun 1262.

Bagaimana aku dapat menjadikan kasih Yesus sebagai pusat dari segala sesuatu yang aku lakukan?

“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”

Santo Yosef, Martir
Yosef hidup antara tahun 816-886. Ia mengungsi ketika daerahnya digempur oleh orang Islam. Ia kemudian ditangkap oleh bajak laut dan dijual sebagai budak belian. Setelah ditebus ia mengikuti temannya, uskup Ignasios dari Konstantinopel, ke dalam pembuangan. Di pengasingan itulah ia menyusun kidung-kidung gerejani yang indah sekali, sehingga ia dijuluki "Yosef Hymnograph". 

Santo Sixtus I, Paus dan Martir
Pria berdarah Romawi ini dipilih menjadi Paus menggantikan Paus Aleksander II (105-115) pada tahun 115. Ia memimpin Gereja Kristus selama 10 tahun sampai pada tahun 125. Namanya tercantum di dalam buku Para Martir Roma. 
Beberapa peraturan, konon dihubungkan dengan beliau sebagai pembuatnya, antara lain: hanya para imam pelayan sakramen saja yang diperbolehkan menyentuh bejana-bejana kudus; para imam hendaknya mendaraskan Sanctus dalam perayaan misa Kudus bersama-sama dengan umat, dan uskup-uskup yang dipanggil ke Roma hendaknya memperkenalkan dan menyebarluaskan surat-surat Apostolik yang diterimanya di Roma setelah mereka kembali ke keuskupannya masing-masing.

Sumber : http://www.imankatolik.or.id



4 April, 
Santo Isidorus.

St. Isidorus dilahirkan pada tahun 556. Dua orang kakaknya, Leander dan Fulgentius, adalah uskup dan santo juga. Saudari mereka, Florentina, seorang biarawati dan santa juga. Keluarga Isidorus kemungkinan berasal dari Romawi. Kelak Isidorus ditahbiskan sebagai uskup kota Seville, Spanyol. Dari sanalah ia memberikan pengaruh besar terhadap Gereja pada jamannya. Isidorus menjadi Uskup Seville selama tiga puluh tujuh tahun. Selama masa itu, ia melanjutkan karya uskup sebelumnya, yaitu St. Leander, kakaknya. Kedua kakak-beradik ini mempertobatkan penganut bidaah Visigoth dan membawa mereka ke pangkuan Gereja Katolik.

Pada masa kecilnya, Isidorus memperoleh pendidikan yang amat baik. Kakak-kakaknya bertanggung jawab atas pendidikannya. Ia dibimbing oleh Leander. Isidorus kecil menganggap Leander sebagai orang yang paling kejam di seluruh dunia. Leander terus-menerus menyuruhnya belajar! Tetapi, di kemudian hari Isidorus menyadari bahwa Leander sungguh seorang sahabat yang mengagumkan. Ia mengajarkan kepada Isidorus bahwa kita akan dapat melakukan begitu banyak hal bagi Gereja Yesus apabila kita belajar dengan tekun.

Isidorus hidup jauh sebelum Konsili Trente, di mana baru mulai dibuka seminari-seminari untuk pendidikan imam. Tetapi, Isidorus yakin bahwa di setiap keuskupan haruslah ada sebuah seminari dan sebuah sekolah Katolik sebagai sarana pendidikan lanjutan. Kedua impiannya tersebut kelak terwujud dengan dibukanya perguruan tinggi-perguruan tinggi Katolik dan juga seminari-seminari.
St. Isidorus adalah juga seorang organisator ulung. Ia diminta untuk memimpin dua pertemuan Gereja yang penting yang disebut Sinode. Yang pertama di Seville, Spanyol pada tahun 619 dan sesudahnya di Toledo, Spanyol pada tahun 633. Sinode-sinode tersebut semakin mempererat persekutuan Gereja. St. Isidorus menulis banyak buku. Ia menulis tentang sejarah Goths. Ia menulis tentang pahlawan-pahlawan Kitab Suci. Ia bahkan juga menyusun sebuah kamus.

Uskup Isidorus selalu terbuka bagi umatnya. Kaum miskin di Seville tahu ke mana mereka harus pergi mohon bantuan. Selalu ada antrian panjang sepanjang hari, setiap hari, di tempat kediaman uskup. Isidorus berdoa dan bermatiraga. Ia sungguh seorang yang kudus dan uskup yang amat dicintai. Ia wafat pada tahun 636. St. Isidorus digelari Pujangga Gereja oleh Paus Inosensius XIII pada tahun 1722.

Perubahan apakah yang dapat aku lakukan bagi dunia sekarang ini? Bagaimanakah angan-anganku untuk menjadikannya dunia yang lebih baik? 
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santo Benediktus Moor, Biarawan
Benediktus Moor lahir di sebuah desa kecil dekat Messina, Sisilia, pada tahun 1526. ia adalah orang negro pertama yang digelari Kudus oleh Gereja. Ia disebut juga "Benediktus Hitam", karena warna kulitnya yang hitam pekat. Orang tuanya adalah budak belian asal Etiopia yang bekerja pada seorang orang kaya di Sisilia. Karena kesalehan hidup mereka, sang majikan memberikan status merdeka pada Benediktus.
Oleh orang tuanya yang saleh itu, Benediktus mendapat pendidikan yang baik terutama dalam hal-hal yang menyangkut penghayatan iman Kristen. Ia berkembang menjadi orang Kristen yang saleh. Seorang imam Fransiskus yang menyaksikan cara hidup Benediktus segera mengajaknya untuk masuk ordo Fransiskan. Benediktus menyambut baik ajakan ini. Ia menjadi seorang Bruder dan bekerja sebagai juru masak di biara Santa Maria di Palermo. Kesalehan hidupnya membawanya ke jenjang pimpinan biara, kendatipun ia tidak tahu menulis dan membaca. Dalam kepemimpinannya, ia berhasil menciptakan suati suasana baru dalam biaranya.
Banyak orang yang datang meminta nasehat dan bimbingan rohani padanya. Ia dianugerahi kemampuan untuk menerangkan masalah-masalah doktrinal dan rohani. Ia meninggal pada tahun 1589. 

Santo Platon, Pengaku Iman
Platon lahir pada tahun 735. Ia menjadi Abbas di sebuah biara di gunung Olympus, Yunani dan berhasil memperbaharui semangat hidup rohani dalam biara itu. Pada usia senjanya, ia meletakkan jabatannya dan menjadi seorang pertapa dengan cara hidup yang sangat keras. Ia diasingkan karena melancarkan perlawan terhadap kaisar yang terus-menerus melakukan kawin-cerai.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id 


5 April, 
Santo Vincentius Ferrer.

St. Vincentius Ferrer adalah seorang pahlawan Kristen yang amat mengagumkan. Ia dilahirkan di Valencia, Spanyol pada tahun 1350. Ia berdevosi secara khusus kepada Santa Perawan Maria. Apabila orang berbicara tentang Bunda Maria, ia merasa sangat bahagia. Ketika berusia tujuh belas tahun, Vincentius masuk Ordo Santo Dominikus. Ia seorang yang sangat pandai dan berhasil baik dalam studinya. Vincentius juga seorang yang tampan, tetapi ia tidak pernah sombong ataupun tinggi hati atas semua kelebihan yang dimilikinya.

Pada mulanya, Pastor Vincentius mengajar di berbagai perguruan tinggi. Kemudian ia menjadi seorang pengkhotbah yang termashyur. Ordo Santo Dominikus disebut juga Ordo Para Pengkhotbah. Selama dua puluh tahun, Pastor Vincentius berkhotbah di seluruh Spanyol dan Perancis. Meskipun pada masa itu belum ada mikrofon, suaranya yang lantang dapat terdengar hingga jauh. Banyak orang bertobat hanya dengan mendengarkan khotbahnya. Bahkan seorang rabi terkenal, Paulus dari Burgos, menjadi seorang Katolik pula. Paulus kemudian menjadi seorang imam dan akhirnya Uskup Cartagena, Spanyol. Banyak orang Katolik sangat terkesan dengan khotbah-khotbah dan teladan kekudusan Vinsentius, sehingga mereka menjadi lebih saleh. Umat Katolik yang dulunya tidak mengamalkan iman mereka, sekarang berubah. Mereka menjadi taat dan saleh sepanjang hidup mereka.

St. Vincentius mengandalkan Tuhan. Ia juga minta bantuan doa dan matiraga dari banyak orang demi keberhasilan khotbah-khotbahnya. Ia sadar bahwa bukanlah kata-katanya ataupun bakat-bakatnya yang memenangkan hati banyak orang. Oleh sebab itulah, ia selalu berdoa sebelum berkhotbah. Namun demikian, dikisahkan bahwa suatu ketika, ia tahu bahwa seseorang yang amat penting akan mendengarkan khotbahnya. Ia bekerja lebih keras dari biasanya untuk mempersiapkan khotbahnya, sehingga ia tidak sempat lagi berdoa. Khotbah tersebut, yang telah dipersiapkannya dengan amat seksama, ternyata tidak terlalu mengesankan sang bangsawan. Tuhan membiarkan hal itu terjadi untuk mengajarkan kepada Vincentius agar tidak mengandalkan diri sendiri. Di kemudian hari, bangsawan yang sama datang lagi untuk mendengarkan khotbah Pastor Vincentius. Tetapi, kali ini Pastor Vincentius tidak mengetahuinya. Seperti biasa, ia berdoa serta mengandalkan segala sesuatunya kepada Tuhan. Sang bangsawan mendengarkan khotbahnya dan sungguh sangat terkesan dengan apa yang telah ia dengar. Ketika Vincentius diberitahu menganai hal tersebut, ia berkata: “Dalam khotbah pertama, Vincentius-lah yang berbicara. Dalam khotbah kedua, Yesus Kristus-lah yang berbicara.”

St. Vincentius wafat pada tahun 1419. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Nikolas V pada tahun 1455.

Kepada siapakah secara istimewa aku berterima kasih serta mengucap syukur atas segala keberhasilan dan kesuksesan yang terjadi dalam hidupku?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santa Yuliana dari Kornillon, Pengaku Iman
Hari raya Tubuh Darah Kristus (Corpus Christi)-yang sama dengan hari raya Sakramen MahaKudus-masuk dalam lingkaran penanggalan atas wahyu Tuhan kepada Santa Yuliana dari Kornillon. Prosesnya sangat rumit dan lama serta meminta pengorbanan yang tidak kecil dari suster Yuliana sendiri. Penglihatan ajaib yang dialaminya membawa dia kepada penderitaan yang lama hingga hari raya itu direstui oleh pemimpin tertinggi Gereja dan dirayakan oleh seluruh Gereja. Pesta ini dirayakan pada mingu biasa setelah masa Paskah, tepatnya pada hari minggu biasa sesudah hari raya Tritunggal MahaKudus.
Yuliana lahir di Liege, Belgia pada tahun 1192. Pada umur 5 tahun, ia sudah menjadi anak yatim piatu. Maka ia dititipkan di sebuah biara di Mount Cornillon. Pada tahun 1200 terdapat di gunung ini dua buah biara santo Agustinus: yang satu untuk kaum pria dan yang satu untuk wanita. Disana terdapat beberapa buah rumah, ada usaha perkebunan dan peternakan sapi. Dibeberapa rumah para biarawan / wati itu merawat banyak orang sakit lepra. Untuk menghindari bahaya ketularan penyakit lepra, maka Yulianus bersama adiknya Agnes dipisahkan disebuah rumah pertanian yang tidak jauh dari rumah induk. Disitu mereka diasuh oleh Sr. Sapiensia. Tugas mereka adalah belajar, membersihkan rumah, memelihara bunga-bunga dan menjaga sapi. Kedua kakak-beradik ini selalu ikut serta dalam doa, perayaan Ekaristi dan upacara-upacara lainnya. Yuliana menaruh hormat yang tinggi kepada Sakramen MahaKudus yang diterimanya setiap kali mengkuti perayaan Ekaristi. Ia juga suka sekali membaca buku-buku karya Santo Agustinus, Santo Bernardus, dan lain-lainnya di perpustakaan.
Pada usia 16 tahun, Yuliana mengalami suatu penglihatan ajaib. Ia melihat bulan purnama yang aneh sekali; pinggirannya tercabik. Ia ragu-ragu memastikan arti penglihatan itu, apakah itu suatu godaan dari roh jahat atau pewahyuan Tuhan. Ia berdoa memohon agar Yesus menerangkan kepadanya arti penglihatan itu. Dua tahun kemudian Yesus menampakkan diri kepadanya dan menerangkan arti penglihatan itu: bahwasannya bulan itu adalah lingkaran tahun Liturgis Gereja dengan berbagai hari raya. Sedangkan cabikan pada pinggiran bulan purnama itu menandakan bahwa lingkaran tahun liturgi gereja belum sempurna oleh karena tidak adanya hari raya khusus untuk menghormati sakramen MahaKudus. Yuliana di minta oleh Yesus untuk menyampaikan kepada pemimpin Gereja agar segera menetapkan suatu hari khusus untuk menghormati Sakramen MahaKudus. Dengan takut-takut, Yuliana berkata: "Ah Tuhan! Jangan aku yang Kautugaskan untuk menyampaikan hal itu. Serahkan saja tugas ini kepada seorang imam yang saleh dan terpelajar!". Tetapi Yesus menjawab: "Kaulah orang yang kuanggap layak untuk tugas luhur ini. Justru orang lemah namun berbakti kepada-Ku layak untuk menjalankan tugas ini!".
Hari dan tahun berjalan terus hingga Yuliana menjadi suster di biara St. Agustinus Mount Carnillon. Karena kedudukannya masih rendah, ia tidak berani membuka rahasia penampakan itu dan pesan Tuhan Yesus. Barulah ketika ia terpilih menjadi prior pad atahun 1225, ia mulai membuka rahasia penampakan dan pesan Tuhan itu. Mula-mula ia mengutarakan pesan Tuhan itu kepada Eva, seorang pertapa wanita yang saleh dan pintar. Eva selanjutnya berbicara dengan para imam, antara lain dengan Hugo, Propinsial Ordo Dominikan, Uskup J. Pantelleon dan para ahli dibidang liturgi dan teologi. Sementara itu, Yuliana terus berdoa agar semua orang dapat menerima baik pesan Tuhan yang disampaikan kepadanya. Pada dasarnya pemimpin Gereja setempat dan para ahli itu tidak menolak memasukkan Pesta Sakramen MahaKudus dalam liturgi gereja. Hasil pertama diperolehnya pada tahun 1246 yaitu tatkala hari raya Corpus Christi itu disetujui dan diresmikan oleh Uskup J. Pantellon . 

Namun sejak itulah Yuliana mengalami banyak penderitaan. Banyak orang termasuk imam-imam mencap Yuliana sebagai orang yang kerasukan setan. Dan banyak dakwaan dan kritik lain terhadapnya yang menuduh dia memanfaatkan kedudukannya sebagai pemimpin biara untuk ambisi pribadi mempromosikan penemuannya tentang hari raya Sakramen MahaKudus itu. Ia dipecat dari kedudukannya sebagai pemimpin biara dan diusir dari biara itu. Ia lalu pergi bergabung dengan Eva di pertapaannya. Akhirnya setelah mengalami begitu banyak penderitaan fisik dan batin, Yuliana meninggal pada tanggal 5 April 1258.
Sepeninggal Yuliana, Eva wanita pertapa itu melanjutkan perjuanggannya, didukung oleh Uskup J. Pantalleon. Delapan tahun kemudian Hugo, Propinsial Dominikan yang mengenal baik Yuliana, terpilih menjadi Paus di Roma dengan nama Paus Urbanus IV (1261-1264). Taklama kemudian pada tahun 1264 Paus Urbanus IV menetapkan hari raya Tubuh dan Darah Kristus sebagai pesta gereja. Kemudian Paus Klemens V (1305-1314) mengesahkannya pada tahun 1312.

Sumber : http://www.imankatolik.or.id


6 April, 
B.Notker.

Biarawan Benediktin ini semasa kecilnya sering sakit-sakitan. Ia juga gagap bicara sepanjang hidupnya. Notker bertekad agar cacatnya itu janganlah menjadi penghalang baginya. Karena tekadnya yang kuat, Notker menjadi seorang yang lebih menyenangkan dari sebelumnya.

Ia dan dua orang sahabatnya, Tutilo dan Radpert, adalah biarawan yang selalu riang gembira. Mereka bertiga saling menguatkan dalam panggilan mereka di biara Santo Gallen di Swiss. Cinta mereka pada Tuhan dan juga cinta mereka pada musik menjadikan mereka bersahabat karib.

Sekali waktu Raja Charles datang berkunjung ke biara. Ia sangat menghormati Notker dan minta nasehat darinya. Sayangnya, ia tidak selalu mengikuti nasehat yang diterimanya. Suatu ketika, Raja Charles mengirimkan utusannya agar bertemu dengan sang biarawan. Notker sedang merawat kebunnya. Ia mengirimkan pesan ini kepada raja: “Rawatlah kebunmu seperti aku merawat kebunku.” Raja Charles mengerti bahwa ia harus lebih baik merawat jiwanya sendiri dan juga kerajaannya.

Penasehat pribadi raja adalah seorang yang terpelajar, tetapi amat sombong. Ia iri hati sebab raja demikian menghargai nasehat Notker. Suatu hari di istana, di hadapan semua orang, ia bertanya kepada Notker, “Karena engkau seorang yang sangat pandai, katakanlah kepadaku apa yang sedang dikerjakan Tuhan saat ini.” Penasehat raja tersenyum sinis kepada Notker, sebab pikirnya pastilah Notker tidak akan dapat menjawab pertanyaannya. Tetapi, sebaliknya Notker segera menjawab, “Saat ini Tuhan sedang mengerjakan apa yang biasa Ia kerjakan. Ia merendahkan mereka yang tinggi hati dan meninggikan mereka yang rendah hati.” Orang banyak mulai tertawa sementara penasehat raja cepat-cepat pergi meninggalkan ruangan.

Beato Notker mempersembahkan seluruh hidupnya bagi panggilan yang telah dipilihnya. Ia melakukan banyak hal-hal kecil yang istimewa, agar kehidupan di biara terasa menyenangkan bagi para biarawan. Bersama sahabat-sahabatnya, Tutilo dan Radpert, ia menggubah musik gerejani yang indah untuk memuji Tuhan.

“Saat ini Tuhan sedang mengerjakan apa yang biasa Ia kerjakan. Ia merendahkan mereka yang tinggi hati dan meninggikan mereka yang rendah hati.”  ~ B. Notker
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santo Selestinus, Paus dan Pengaku Iman
Selestinus dipilih menjadi Paus pada tahun 422 dan memimpin Gereja Kristus selama 10 tahun. Penganiayaan terhadap orang-orang Kristen tidak membawa akibat yang fatal. Gereja bisa dikatakan menang terhadap penganiayaan itu. Meskipun demikian, di dalam tubuh Gereja sendiri terjadi perpecahan karena adanya ajaran sesat dari Nestrorius yang mengajarkan bahwa Maria bukanlah Bunda Allah. 

Untuk mempertahankan ajaran gereja yang benar tentang Maria, Selestinus mengundang Konsili di Efesus untuk mengutuk ajaran sesat Nestorius itu. Gereja tetap mengakui Maria sebagai Bunda Allah karena Yesus yang dikandung dan dilahirkan adalah sungguh Putera Allah. Ajaran sesat lain yang tersebar saat itu ialah keraguan tentang perlunya rahmat untuk mencapai keselamatan. Ajaran-ajaran sesat ini dikecam oleh Selestianus bersama pimpinan Gereja lainnya. Selestianus meninggal dunia pada tanggal 432. 

Santa Kresensia Hoess, Pengaku Iman
Kresensia hidup antara tahun 1682-1744. Gadis miskin ini diterima oleh biara, karena desakan walikota Kaufbeuren, Jerman yang protestan. Pembesarnya sangat jengkel, kejam dan tidak adik terhadap suster muda ini, walaupun Kresensia sangat sabar dan taat. Ia menerima banyak rahmat khusus sesudah menjalani aneka godaan. Ketika menjadi pembesar, ia memperbaharui seluruh biara. 
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

7 April, 
Santo Yohanes Baptista de la Salle.

St. Yohanes Baptista de la Salle dilahirkan di Rheims, Perancis pada tanggal 30 April 1651. Orangtuanya berasal dari kalangan bangsawan. Yohanes biasa hidup mewah. Namun demikian, ia seorang anak yang saleh pula. Ia sangat mengasihi Yesus dan Gereja-Nya. Ia sedang belajar untuk menjadi seorang imam ketika kedua orangtuanya meninggal dunia. Ia harus meninggalkan seminari dan pulang ke rumah untuk mengasuh adik-adiknya. Sementara ia mengajar serta mendidik mereka, ia sendiri tetap terus belajar. Adik-adiknya tumbuh menjadi pemuda-pemuda yang baik. Ketika pendidikan mereka sudah selesai, Yohanes Baptista ditahbiskan sebagai imam.

Pada masa itu, kaum bangsawan seperti keluarga Pastor de la Salle, mempunyai kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang baik. Tetapi, rakyat jelata tetap miskin dan terlupakan. Mereka tidak punya kesempatan untuk bersekolah. St. Yohanes Baptista berbelas kasihan kepada anak-anak kaum miskin. Ia bertekad untuk melakukan sesuatu guna mengatasi masalah tersebut. Ia mulai membuka sekolah-sekolah bagi mereka. Agar tersedia pengajar-pengajar bagi anak-anak, ia membentuk suatu ordo baru, Kongregasi Bruder-Bruder Sekolah Kristiani. Meskipun Pastor de la Salle juga mengajar anak-anak itu sendiri, ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membekali para bruder pengajar. Bagi para brudernya, Pastor de la Salle menuliskan suatu regula dan juga sebuah buku berisi penjelasan mengenai cara terbaik untuk mengajar. St. Yohanes Baptista merupakan salah seorang pendidik terbaik sepanjang masa. Ia mengajar dalam bahasa ibu masyarakat setempat, bukan dalam bahasa Latin, seperti yang biasa dilakukan. Ia mengelompokkan para murid dalam beberapa kelas. Ia menekankan pentingnya suasana tertib dan tenang sementara pelajaran diberikan.

Selang beberapa waktu kemudian, para bruder mendirikan lebih banyak lagi sekolah-sekolah. Mereka mengajar, baik anak-anak dari rakyat jelata maupun dari kaum bangsawan. Banyak kesulitan yang harus dihadapi ordo baru tersebut. Namun, berkat doa serta matiraga St. Yohanes Baptista, Tuhan memberkati segala karya mereka sehingga terus berkembang dan tersebar luas.

Kesehatan Pastor de la Salle tidak pernah prima. Penyakit asma dan radang sendi yang ia derita mengakibatkannya terus merasa sakit. Meskipun demikian, ia tidak pernah mau memanjakan diri. St. Yohanes Baptista wafat pada hari Jumat Agung, 7 April 1719, dalam usia enam puluh delapan tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Leo XIII pada tahun 1900. Pada tahun 1950, Paus Pius XII mengangkatnya sebagai santo pelindung para pengajar.

 "Aku mengagungkan cara Tuhan bertindak dalam segala hal yang dilakukan-Nya bagiku." ~ St. Yohanes Baptista de la Salle

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Beato Henry Walpole, Martir
Henry Walpole lahir di Docking, Norfolk pada tahun 1558 dari pasangan Kristofer Walpole dan Margery Beckham. Ia terhitung sebagai salah satu martir yang menambah keharuman sejarah Gereja Katolik di Inggris selama kekuasaan Elisabeth I.
Setelah menyelesaikan studi hukumnya di Universitas Cambridge, ia masuk seminari di Reims, Perancis pada tahun 1582. Dua tahun kemudian ia pindah ke Roma dan masuk Serikat Yesus. Setelah menerima tabhisan imamat di Paris pada tahun 1588, ia bekerja selama beberapa tahun di Lorraine. Dari Lorraine ia dipindahkan ke Nederland. Disini ia dipenjarakan selama satu tahun oleh orang-orang Kalvinis. Setelah dilepaskan pada tahun 1590, ia ditugaskan mengajar di Seminari-seminari Inggris, lalu di Seville dan Valladolid di Spanyol. Kemudian ia dikirim ke misi Flanders. Akhirnya ia diijinkan untuk pulang ke negerinya sendiri pada bulan Desember 1593.


Situasi politik di Inggris pada masa itu panas oleh berbagai pergolakan: imam-imam ditangkap dan dibunuh. Begitu tiba di Inggris pada tanggal 4 Desember 1593 Henry ditangkap dan dipenjarakan selama 24 jam. Mulanya ia dipenjarakan di York, lalu dipindahkan ke Tower London; disini ia dianiaya oleh Richard Topcliffe agar bisa memberitahukan nama teman-temannya. Setelah satu tahun, ia dikirim kembali ke York untuk hukuman percobaan dan hukuman gantung. Akhirnya ia dihukum mati di York pada tahun 1595. Pada tahun 1923 Paus Pius XI (1922-1939) menyatakan dia beato.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id


8 April,
Santo Redemptus de Ferento, Uskup dan Pengaku Iman
Redemptus adalah Uskup Ferento. Ia mendapat penglihatan bahwa Italia terancam bahaya. Tidak lama kemudian suku Lombard membanjiri dan merusak negara itu. Ia meninggal dunia pada tahun 587. 

Santo Edesius, Martir
Edesius lahir di Propinsi Lysia, Asia Kecil pada tahun 265. Sejak usia mudanya, ia menaruh perhatian dan minat besar pada filsafat yang pada waktu itu masih mencakup ilmu agama, ilmu falak, ilmu alam dsb. Pengetahuannya yang luas itu membawa dia kepada iman akan kebenaran ajaran Kristus. Sesudah dipermandikan, ia terus menambah ilmunya dengan tekun belajar. Ketika Kaisar Galerius melancarkan penganiayaan terhadap umat Kristen, Edesius tampil sebagai pembela kebenaran agama Kristen di hadapan pemimpin-pemimpin negara dan para hakim. Oleh karena itu, ia ditangkap dan menjalani hukuman kerja paksa di tambang-tambang negeri Palestina. Dari Palestina, ia pindah ke Mesir. Disana pun ia menyaksikan penganiayaan terhadap umat Kristen oleh penguasa-penguasa Aleksandria. Semua peristiwa penganiayaan itu membuat dia tertarik pada renungan tentang sengsara Yesus dan terhadap kata-kata St. Yohanes dalam suratnya yang pertama: "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita" (1 Yoh 3:16)
Terdorong oleh imanya, Edesius dengan berani membela orang-orang Kristen yang dianiaya itu. Dengan berani menerangkan keluhuran iman Kristen serta memprotes perlakukan bengis terhadap para penganut agama Kristen. Karena itu, sekali lagi ia ditangkap, disiksa lalu dibuang ke laut. Ia mati sebagai seorang martir, bukan hanya karena mempertaruhkan imannya tetapi juga karena cinta kasih terhadap sesamanya.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id

9 April, S. Waltrudis.

Waltrudis dilahirkan di Belgia pada abad ketujuh. Ibunya, ayahnya serta saudarinya, semuanya telah dinyatakan kudus pula. Waltrudis tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang cantik jelita. Meskipun pada saat bersenang-senang, ia selalu mempunyai cara untuk memberikan kritik membangun kepada orang lain. Beberapa pemuda ingin menikahinya. Pada masa itu, orangtualah yang memilihkan suami bagi puteri mereka. Orangtuanya memilih Pangeran Madelgarius. Tidak ada yang lebih tepat selain dia, sebab ia kelak dinyatakan kudus juga. Ia adalah St. Vincentius Madelgarius. Pasangan tersebut dikaruniai empat orang anak. Menakjubkan, semuanya juga telah dinyatakan kudus!

St. Waltrudis merasa bahagia sebab Tuhan memberinya sebuah keluarga yang luar biasa. Tetapi, ia harus banyak menderita juga sepanjang hidupnya. Perempuan-perempuan yang iri hati menyebarkan gosip-gosip yang amat jahat mengenainya. Para perempuan itu tidak memiliki hati selembut dan semurni hati Waltrudis. Mereka tidak suka orang beranggapan bahwa Waltrudis lebih baik dari mereka. Jadi, mereka mengatakan Waltrudis berdoa dan melakukan perbuatan-perbuatan baik hanya sebagai suatu cara untuk menutupi dosa-dosa rahasianya yang mengerikan. Tentu saja hal itu tidak benar, tetapi Waltrudis tidak berusaha membela diri. Ia merenungkan bagaimana Yesus harus menderita di salib, dan seturut teladan-Nya, ia mengampuni mereka semua.

Tak berapa lama setelah kelahiran anak mereka yang terakhir, St. Vincentius mengemukakan bahwa ia sungguh ingin hidup sebagai seorang rahib. Sesungguhnya, ia ingin melewatkan seluruh sisa hidupnya dalam biara. Waltrudis mengerti dan memberikan ijin kepada suaminya. St. Vincentius mengatur agar segala kebutuhan keluarganya tercukupi. Pasangan bahagia itu akan saling merindukan satu sama lain. Namun demikian, Waltrudis tidak hendak menahan suaminya. Ia rela berkurban bagi Tuhan.

Dua tahun kemudian, Waltrudis memutuskan untuk menjadi seorang biarawati. Ia banyak berkurban dan bermatiraga, serta murah hati kepada kaum miskin. Orang banyak datang kepadanya memohon nasehat rohani dan sebagian di antaranya disembuhkan. St. Waltrudis wafat pada tahun 688. Setelah kematiannya, banyak orang yang datang ke makam untuk mohon bantuan doanya, disembuhkan dengan cara yang ajaib.

Kadang kala kita mengalami saat-saat menyedihkan dalam hidup. Kita secara khusus berdoa mohon keberanian untuk bertindak seperti yang akan dilakukan Yesus dalam situasi-situasi demikian dan merasakan penghiburan-Nya.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Santa Kasilda, Pengaku Iman
Aldemories, Ayah Kasilda adalah adalah seorang bangsawan yang masih kafir dan kejam. Ia juga dikenal sebagai penganiaya orang-orang Kristen. Ia menyaksikan langsung tindakan-tindakan ayahnya menganiaya orang Kristen. Kasilda yang dianugerahi budi yang luhur dan rasa kemanusiaan yang tinggi bertekad untuk membantu orang-orang Kristen yang dipenjarakan itu. Ia sering mengantar makanan untuk para tahanan di penjara. Setelah mereka makan, Kasilda mengajak mereka berdoa memohon peneguhan dari Tuhan dalam menanggung semua penderitaan yang ditimpakan atas mereka. Perbuatan nekad Kasilda ini tidak diketahui ayahnya. Kasilda sendiri memang masih kafir, tetapi hatinya sudah tersentuh oleh rahmat Allah melalui kesaksian hidup orang-orang Kristen yang sekarang ada dalam tahanan. Ia kagum dan tertegun menyaksikan ketabahan orang Kristen dalam penderitaannya dan kesetian mereka pada imannya akan Kristus.

Pada suatu hari Kasilda menyatakan keinginan hatinya untuk jadi pengikut Kristus kepada orang-orang tawanan itu. Tetapi karena takut pada ayahnya yang kejam itu, orang-orang Kristen tidak segera mengabulkan permintaannya. Mereka menganjurkan agar ia meminta izin dulu kepada ayahnya. Namun penolakan ayahnya tidak mengendurkan semangatnya untuk menjadi pengikut Kristus. Sebaliknya ia bahkan semakin berani bertindak sebagai orang Kristen. Ia rajin berdoa kepada Kristus untuk dirinya dan ayahnya. Akhirnya, atas berkat Rahmat Allah, ayahnya mengijinkan dia untuk menjadi Kristen. Karena restu itu, Kasilda dipermandikan menjadi Kristen. 
Ayahnya mendirikan sebuah rumah kecil untuk Kasilda di kota Burgos sebagai tempat berdoa. Dirumah itupun banyak terjadi mukzijat karena doa-doanya. Ia banyak menolong orang-orang yang menderita dan rajin berdoa bagi pertobatan orang-orang kafir. Kasilda wafat pada tahun 107. 

Santo Thomas OFM dkk: Dementrius, Petrus dan Yakobus, Martir
Thomas dibebaskan oleh Jendral Fransiskan dan kemudian diutus ke Armenia, Raja Armenia sangat bersimpati kepadanya dan menjadikannya duta. Suatu ketika ia bersama dengan imam-imam Fransiskan lainnya, yaitu Dementrius, Petrus dan Yakobus, diutus ke Tiongkok. Tetapi kapal mereka kandas di pulau Salsalete dekat Bombay. Disini mereka dibunuh oleh orang-orang Islam setempat pada tahun 1321.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id


10 April, B. Antonius Neyrot.

Antonius dilahirkan di Italia utara pada abad kelimabelas. Ia menggabungkan diri dalam Ordo Dominikan di Florence, Italia. Pemimpin biara pada masa itu adalah seorang santo, yakni St Antoninus. Santo Antoninus membawa pengaruh besar pada B Antonius.

Broeder Antonius tengah berlayar dari Naples ke Sicily ketika perompak menaklukkan kapal. Antonius dibawa ke Tunis dan dijual sebagai budak. Ia berhasil mendapatkan pembebasan, namun meninggalkan Gereja. Ia menyangkal iman akan Yesus dan meninggalkan panggilan religius. Ia menerima Al Quran sebagai Kitab Sucinya. Selama beberapa bulan ia hidup sebagai seorang muslim. Ia juga menikah.

Sementara itu, pemimpin biara Dominikan, St Antoninus, wafat. Peristiwa ini mengguncang Antonius. Tampaknya suatu malam Antonius mendapatkan semacam mimpi. St Antoninus menampakkan diri kepadanya. Percakapan di antara kedua orang ini menghantar pada perubahan radikal dalam diri Antonius. Ia sungguh menyesal telah menghianati Tuhan. Ia tahu bahwa dalam hati ia tidak pernah meninggalkan imannya kepada Yesus. Ia tahu bahwa ia hanya dapat menjadi seorang Katolik. Dan ia sadar bahwa ia masih sangat ingin menjadi seorang broeder Dominikan. Antonius memulangkan isterinya kembali ke rumah orangtuanya. Kemudian ia mengenakan jubah putih Dominikan. Meski takut, ia pergi juga menghadap penguasa Tunis. Khalayak ramai berkumpul dan sang penguasa keluar. Di hadapan publik, Broeder Antonius mengakui bahwa ia telah melakukan suatu kesalahan besar. Ia seorang Katolik. Ia percaya dan mengasihi Yesus. Ia seorang Dominikan dan ingin tetap demikian sepanjang hidupnya. Sang penguasa amat murka. Ia mengancam dan lalu menjanjikan ganjaran yang menggiurkan asalkan Antonius menarik kembali apa yang telah ia ucapkan. Tetapi Antonius menolak meski tahu bahwa ini berarti mati.

Antonius berlutut dan mulai berdoa memohon keberanian untuk menyerahkan nyawa demi Yesus. Sekonyong-konyong ia merasakan batu-batu besar menimpuknya. Ia terus berdoa memohon kekuatan agar tetap setia kepada Tuhan. Lalu ia jatuh tergeletak. Antonius wafat sebagai martir pada tahun 1460. Beberapa pedagang dari Genoa, Italia membawa jenazahnya kembali ke negeri asalnya.

Dapatkah aku lebih menjadikan Sakramen Rekonsiliasi sebagai bagian hidupku? Adakah pengaruhnya terhadap diriku?

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Santo Vinsensius dari Lerins, Imam Biarawan
Vinsensius adalah seorang imam dan rahib di pertapaan Lerins, sebuah pulau yang tak jauh dari pantai Perancis. Beliau dikenal sebagai penerbit suatu tulisan yang menentang ajaran sesat Commonitorium yang muncul pada tahun 434 sesudah konsili Efesus. 
Riwayat hidupnya pada masa kecil tidak banyak diketahui, meskipun karyanya dianggap penting dalam sejarah teologi. Karangan tersebut ditulis dibawah nama samaran Peregrinus. Didalamnya ia merumuskan prinsip dasar yang menegaskan bahwa sebuah doktrin iman katolik harus merupakan pokok iman yang diyakini, selalu, dimana-mana dan oleh semua orang beriman. Sebagai tambahan ia mengajarkan bahwa meskipun terdapat banyak tafsiran mengenai Kitab Suci, namun akhirnya Kitab Suci harus ditafsirkan menurut tradisi Gereja. Vinsensius meninggal dunia pada tahun 445. 

Yehezkiel, Nabi
Yehezkiel yang berarti "Allah membuat kuat" adalah putera dari imam Buzi (Yeh 1:3). Ia juga kemungkinan seorang imam yang berkeluarga. Pada tahun 597 SM ia dibuang bersama-sama dengan Yoakim ke Babilon. Lewat sebuah wahyu, ia dipanggil menjadi seorang nabi. Ia mengumumkan ramalannya tentang kehancuran kota Yerusalem yang sudah dekat melalui banyak ancaman hukuman dan perbuatan-perbuatan simbolis. Apabila kota Yerusalem benar-benar dihancurkan oleh Nebukadnezar pada tahun 586SM, barulah para buangan lebih menaruh perhatian pada pekerjaan Yehezkiel. Bagian kedua dari pewartaannya (25-38) mengungkapkan harapan akan kepulangan mereka dan datangnya saat keselamatan yang gemilang. Para musuh akan memperoleh putusan hukuman. 
Yehezkiel meninggal di Babilon. Diluar beberapa laporan yang masih dipertentangkan, seperti misalnya: kematian istrinya secara mendadak (Yeh 24:18), tidak ditemukan berita tentang dirinya sendiri. Yehezkiel adalah penulis kitab yang menggunakan namanya dan menjadi judulnya.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id


11 April, 
S. Stanislaus.

St. Stanislaus dilahirkan dekat Cracow, Polandia pada tahun 1030. Kedua orangtuanya telah berdoa tiga puluh tahun lamanya agar dikarunia seorang anak. Ketika Stanislaus lahir, mereka mempersembahkannya kepada Tuhan oleh sebab mereka amat bersyukur. Ketika dewasa, Stanislaus belajar di Paris, Perancis. Sesudah orangtuanya meninggal dunia, ia memberikan semua harta milik yang diwariskan orangtuanya kepada fakir miskin. Kemudian ia menjadi seorang imam.

Pada tahun 1072, Stanislaus ditahbiskan sebagai Uskup Cracow. (Sebelum menjadi paus, Yohanes Paulus II juga adalah Uskup Cracow, beberapa abad kemudian). Uskup Stanislaus sangat dicintai umatnya. Mereka terutama sekali menghargai caranya memberikan perhatian kepada kaum miskin, para janda dan anak-anak yatim piatu. Seringkali ia sendiri turun tangan melayani mereka.    

Pada waktu itu Boleslaus II menjadi raja Polandia. Ia seorang yang kejam dan tidak bermoral. Rakyat takut kepadanya dan juga muak dengan gaya hidupnya. Mula-mula Uskup Stanislaus menasehatinya secara pribadi. Bapa Uskup seorang yang lemah lembut dan disegani. Tetapi, ia juga seorang yang jujur pula, dinyatakannya kepada raja segala perilakunya yang keliru. Tampaknya raja menyesal, namun sebentar saja ia sudah kembali pada cara hidupnya semula. Ia bahkan melakukan lebih banyak dosa yang mengerikan. Bapa Uskup kemudian mengucilkannya dari Gereja. Raja Boleslaus amat murka. Ia ingin membalas dendam, maka diperintahkannya dua orang pengawal untuk membunuh St. Stanislaus. Tiga kali mereka mencoba tetapi gagal. Kemudian raja sendiri dalam angkara murkanya bergegas menuju kapel uskup. Ia membunuh St. Stanislaus saat bapa uskup sedang mempersembahkan Misa. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 11 April 1079.

Tuhan melakukan banyak mukjizat setelah wafatnya St. Stanislaus. Semua orang menyebutnya martir. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Inosensius IV pada tahun 1253.

Menerima kritik bukanlah hal yang mudah. Dapatkah aku menerima kritik sebagai suatu kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik?

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Santo George Gersave OSB, Martir
Sewaktu masa mudanya, George terkenal sebagai anggota pembajak laut pimpinan Francis Drake. Namun ia kemudian bertobat dan menajadi imam. Ia dihukum mati karena melayani umat di Inggris. George meninggal dunia pada tahun 1608.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id


12 April, 
S. Yoseph Moscati.

Kematian saudara laki-lakinya meninggalkan kesan mendalam dalam diri Yoseph. Ia bertanya pada Yesus dalam Ekaristi dan juga pada Bunda Maria mengapa itu harus terjadi. Penderitaan haruslah membawa hikmah. Yoseph segera menyadari akan pentingnya tenaga ahli dalam bidang kesehatan. Dan yang terpenting, ia menyadari bahwa dalam kehidupan ini kita berziarah menuju kehidupan kekal. Tergantung pada kita apakah kita mau menolong serta melayani orang lain selama kita dalam perjalanan. Yoseph bertanya-tanya dan berdoa apakah yang harus ia lakukan dalam hidupnya. Ia memutuskan bahwa ia ingin menolong orang lain dengan membantu menyembuhkan penyakit yang mereka derita. Yoseph ingin menjadi seorang dokter.

Ketika usianya dua puluh tiga tahun, Dr. Moscati memulai pelayanannya di sebuah rumah sakit bagi pasien yang tak dapat disembuhkan di Naples. Kemudian ia buka praktek sendiri. Semua pasien selalu disambut, tanpa peduli apakah mereka sanggup membayar atau tidak. Dr. Yoseph akan menuliskan resep bagi para pasiennya yang miskin, lalu membayar biaya obat-obatan dari kantong pribadinya. Setiap hari terasa berat dan melelahkan, tetapi Dr. Moscati senantiasa lemah lembut dan penuh belas kasihan. Ia berusaha mendengarkan para pasiennya dengan penuh perhatian. Ia menghibur serta berdoa bagi mereka.

Dr. Moscati bukan hanya seorang dokter ahli, tetapi ia seorang kudus juga. Bagaimana mungkin? Setiap pagi ia pergi mengikuti Misa dan menyempatkan diri untuk berdoa. Kemudian dokter akan mengunjungi para pasiennya yang miskin di kampung-kampung kumuh Naples. Dari sana, ia akan pergi ke rumah sakit dan memulai aktivitasnya. Selama dua puluh empat tahun, Yoseph bekerja dan berdoa bagi para pasiennya. Ia mencurahkan segenap tenaganya bagi panggilan hidupnya. Suatu siang pada tanggal 12 April 1927, Dr. Moscati merasa tidak enak badan, jadi ia pergi ke kantornya dan beristirahat sejenak di kursinya. Di sanalah ia terserang stroke dan meninggal dunia. Usianya empat puluh tujuh tahun.

Dr. Yoseph Moscati dinyatakan kudus oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 25 Oktober 1987.

Hidup St. Yoseph Moscati dipenuhi cinta kasih tanpa pamrih kepada sesama yang tidak akan pernah dapat membalas kebaikannya. Apakah aku mengenal orang-orang seperti mereka kepada siapa aku dapat memberikan sesuatu?

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Santo Yulius I, Paus
Hari kelahiran Yulius tidak diketahui dengan pasti. Ia memimpin Gereja sebagai Paus dari tahun 337 sampai wafatnya pada tahun 352 di Roma. Dalam masa kepemimpinannya, ia dikenal sebagai seorang Paus yang dengan keras menentang para pemimpin gereja Timur yang memberhentikan uskup-uskup yang ditabhiskan secara sah. Kecuali hal itu, ia pun menentang bidaah Arianisme dan pengikut-pengikutnya, terutama uskup-uskup yang terpengaruh oleh ajaran itu.

Athanasius, Uskup Aleksandria, Mesir adalah salah seorang korban perlakuakn para pemimpin gereja timur yang arianis itu, karena ia menetang ajaran sesat Arianisme. Ketika Athanasius berada di Konstantinopel untuk membela kebenaran iman di hadapan kaisar, taktha keuskupannya diambil alih oleh Gregorius dari Kapadokia, Turki, seorang penganut Arianisme. Setelah dengan gigih mempertahankan ajaran iman yang benar di hadapan kaisar, Athanasius berangkat ke Roma untuk melaporkan peristiwa itu kepada Sri Paus Yulius.
Yulius, yang bertanggungjawab atas masalah itu, segera mengadakan suatu konsili di Roma pada tahun 340. Ia mengundang semua Uskup Timur untuk menghadiri konsili itu. Tetapi undangan Yulius di tolak. Semua Uskup Timur tetap bersikap keras terhadap Athanasius. Tanpa kehadiran uskup-uskup timur, Yulius bersama Uskup-uskup lainnya meneguhkan hati Athanasius dan menyuruhnya kembali ke keuskupannya besama Marcellus dari Ancyra, seorang uskup lain yang juga dipecat oleh penganut-penganut Arianisme. Untuk itu, Yulius mengirimkan sepucuk surat yang berisi penegasan konsili tentang sahnya kedudukan Athanasius sebagai Uskup Aleksandria, kepada Uskup-uskup pengikut Eusebius, Patriakh Konstantinopel yang Arianis.
Untuk mendamaikan Uskup-Uskup barat dengan uskup-uskup Timur, Konstans (dari Barat) dan Konstansius (dari Timur) yang bersama-sama memangku suatu jabatan penting dalam kekaisaran Romawi mendesak para Uskup itu agar berkumpul di Sardica, Bulgaria, guna membicarakan masalah pemecatan uskup-uskup yang sah itu. Yulius menyambut baik ajakan itu dengan mengirimkan utusan-utusannya pada tahun 343. Tetapi uskup-uskup Arianis menolak menghadiri konsili Sardica. Mereka sebaliknya berkumpul di Philippolis, Thrasia (Yunani Utara). Disana mereka mengeluarkan suatu keputusan yang menghukum baik Athanasius maupun Yulius dari Roma yang dianggap sebagai biang keladi semua kejahatan yang ada disana. Sementara itu, para Uskup Barat tetap bersidang di Sardica untuk menegakkan kembali keabsahan jabatan uskup-uskup yang dipecat oleh kaum Arian. Mereka pun meneguhkan kembali isi syahadat Nicea tanpa merubahnya, dan mengancam tipu muslihat dari Uskup-uskup Arian di pengadilan kekaisaran. Sementara itu masalah belum tuntas, Gregorius dari Kapadokia meninggal dunia. Peristiwa ini menjadi peluang emas bagi Athanasius untuk kembali menduduki taktha keuskupannya di Aleksandria pada tahun 346. Yulius mengirim surat kepada seluruh umat di Aleksandria agar dengan sepenuh hati menerima kembali Athanasius sebagai Uskup Aleksandria yang sah. 

Santo Sabas dari Goth, Martir
Sabas hidup di kota Targovosta, Dasia (Rumania) pada abad keempat. Ia dikenal sebagai seorang martir karena giat sekali meneguhkan iman orang-orang Kristen Goth. Ia miskin dan tidak mempunyai kedudukan dalam masyarakat. Oleh karena berbudi luhur dan beriman teguh, ia ditabhiskan menjadi lektor untuk membantu imam-imam dalam upacara-upacara gerejani.

Ia pun giat meneguhkan iman saudara-saudaranya agar tidak mengikuti praktek-praktek kekafiran kepada dewa-dewa. Kepada walikota yang merencanakan penganiayaan besar-besaran terhadap orang-orang Kristen, Sabas dengan tegas menyatakan dirinya sebagai orang Kristen yang rela mati bagi Kristus. Pada tahun 372, ketika ia menyelenggarakan perayaan Paskah di rumahnya, ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh walikota. Ia ditenggelamkan di sungai dekat Buzan, Rumania. Kepada para pelaksana hukuman mati atas dirinya, ia berkata: "Lakukanlah sebaik-baiknya apa yang menjadi kewajibanmu saat ini. Aku tidak gentar sedikit pun sebab aku tahu apa yang akan kuterima dari Tuhanku sebagai pahala, yakni takhta kemuliaan surgawi bersama-Nya.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id


13 April, 
S. Martin I.

St Martin adalah seorang imam Roma yang memiliki reputasi sebagai seorang yang berpendidikan dan kudus. Ia menjadi paus pada bulan Juli 649. Ketika orang memperdebatkan kebenaran-kebenaran mengenai Yesus, Paus Martin mengadakan pertemuan para uskup. Pertemuan ini disebut Konsili Lateran. Dalam konsili diterangkan secara jelas apa yang kita yakini mengenai kebenaran-kebenaran iman. Namun demikian, sebagian umat Kristiani tidak puas mengenainya. Paus Martin tahu bahwa penjelasan-penjelasan konsili benar adanya. Adalah tugasnya sebagai seorang paus untuk mengajarkan kebenaran kepada umat.

Beberapa penguasa tidak menghargai apa yang dilakukan Paus Martin. Salah seorang di antaranya adalah Kaisar Konstans II dari Konstantinopel. Ia mengirim prajuritnya ke Roma untuk menangkap Martin dan membawanya ke Konstantinopel. Demikianlah para prajurit menangkap paus. Mereka menyergapnya tepat di Katedral Lateran dan menaikkannya ke atas kapal. Paus Martin jatuh sakit, tetapi mereka tetap melanjutkan penjalanan. Pada bulan Oktober 653, paus dijebloskan ke dalam penjara di Konstantinopel selama tiga bulan lamanya. Ia hanya diberi sedikit makan dan minum setiap harinya. Ia bahkan tak diijinkan membasuh diri. Paus Martin dihadapkan ke pengadilan, dihinakan di depan umum dan dijatuhi hukuman mati. Tetapi kemudian ia dikembalikan ke penjara yang sama selama tiga bulan lamanya. Patriark Paulus dari Konstantinopel memohonkan pengampunan bagi nyawanya. Jadi, sebagai ganti hukuman mati, paus dibuang ke pengasingan. Paus Martin dibawa dalam sebuah kapal yang membawanya menyeberangi Laut Hitam. Pada bulan April 654, kapal mendarat di semenanjung Rusia yang disebut Crimea.

Paus Martin mengalami shock hebat akibat penderitaan yang ia alami selama penahanannya. Ia sendiri menuliskan kisahnya mengenai hari-hari yang menyedihkan itu. Paus mengatakan bahwa ia merasa teramat sedih telah dilupakan oleh sanak saudara dan warga Gereja di Roma. Ia tahu bahwa mereka takut kepada kaisar. Tetapi setidak-tidaknya, demikian katanya, mereka dapat mengirimkan jagung, minyak dan kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya. Tetapi, itu tidak mereka lakukan. Mereka mengabaikan paus karena takut.

Pembuangan paus berlangsung selama dua tahun lamanya. Ia wafat sekitar tahun 656. Karena penderitaan dahsyat yang dialaminya, Paus Martin dimaklumkan sebagai martir. Sejauh ini, ia adalah yang terakhir dari para paus yang dianggap martir.

Dapatkah aku menghargai karunia orang-orang lain dan mengucap syukur atasnya, ataukah aku jatuh ke dalam perangkap iri hati?

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Santo Martinus I, Paus dan Martir
Martinus terpilih menjadi Paus pada tahun 649. Ia memimpin Gereja selama 7 tahun. Pada awal pontifikatnya, situasi Gereja umumnya aman. Perhatiannya pada kepentingan Gereja dan umat sangat besar. Ia berusaha memimpin Gereja dengan sikap seorang gembala. Tiga pokok perhatiannya yang utama ialah doa, membantu para miskin dan mengajar. Perhatiannya terhadap nasib kaum miskin sangat besar sehingga ia sendiri pun hidup dalam kondisi serba kekurangan.
Keaman Gereja terganggu dengan naiknya Konstantin II ke atas tahkta sekaligus menyatakan diri sebagai kepala Gereja Kristus. Selain itu ia pun menyebarkan ajaran palsu monotelitisme, bahwa Kristus hanya mempunyai satu kehendak. Hal ini menimbulkan pertentangan antara Martinus dan Konstantin II, karena Martinus dengan tegas menolak ajaran itu. Penolakan Martinus itu menimbulkan amarah besar di pihak kaisar, bahkan melahirkan rencana pembunuhan atas dirinya. Para serdadu berusaha membunuh Martinus, tetapi gagal.
Sebagai gantinya, Martinus yang sudah tua dan sakit-sakitan itu ditangkap dan diusung ke sebuah kapal yang hendak berangkat ke Konstantinopel. Setelah sebulan berlayar, sampailah kapal itu di pulau Naksos. Di pulau itu, Martinus ditawan selama lebih dari satu tahun dengan penderitaan yang mengerikan. Setelah itu ia dibawa menghadap kaisar. Ia dihadapkan kepada senat kekaisaran dan dihukum mati dengan berbagai tuduhan palsu. Pakaian pontifikatnya ditanggalkan dan ia dihantar mengelilingi kota seperti para penjahat. Hukuman mati ditangguhkan dan diganti dengan pembuangan ke sebuah tempat sunyi hingga kematiannya pada tahun 655 sesudah empat menderita sakit dan kelaparan. 

Santa Margaretha dari Metola, Pengaku Iman
Margaretha lahir di Metola, dekat Florence, Italia pada tahun 1287. Kondisi tubuhnya menyedihkan karena ia pendek, bungkuk, pincang dan buta. Meski demikian, ia dengan senang hati menerima kondisinya itu. Ia dikenal sebagai anggota Ordo Ketiga Santo Dominikus yang saleh dan menaruh perhatian besar pada orang-orang sakit dan para tahanan di penjara. 

Orangtuanya kaya raya dan bangsawan itu merasa sungguh sedih bahkan merasa malu karena kelainan tubuh anaknya. Karena itu, ketika Margaretha berumur enam tahun, mereka mengurungnya dalam sebuah sel kecil di pegunungan Apennin selama 10 tahun. Dari sana mereka membawanya ke Citta-di-Castello, dengan harapan bahwa ia dapat pulih dari keadaannya atas cara yang ajaib di sebuah tempat sakral di kota itu. Tetapi karena tidak terjadi suatu apapun atas diri Margaretha seperti yang diharapkan, mereka meninggalkan dia sendirian di sana, lalu pulang ke rumah.

Di kota itu Margaretha diangkat sebagai saudara oleh pengemis di kota itu. Kepadanya ditunjukkan tempat-tempat strategis untuk mengemis, sekaligus sebuah tempat dimana ia dapat tidur dengan tenang. Dalam menjalani hidup dengan cara mengemis dan menggelandang, Margaretha senantiasa menampilkan diri sebagai seorang yang periang dan tidak pernah mengeluh. Ia bahkan meneguhkan rekan-rekannya agar tabah dalam menanggung segala penderitaan yang menimpa diri mereka. Ia sendiri merasa prihatin dan bingung kalau orang berbelaskasihan terhadap dirinya dan mencemasi hidupnya. Lama kelamaan, orang-orang sekitar yang mengenalnya, pun rekan-rekannya, mulai menyadari bahwa Margaretha adalah seorang wanita pengemis yang luhur kepribadiannya, saleh hidupnya dan tulus hatinya. Kagum atas kepribadiannya, maka orang-orang yang berpengaruh di kota itu membujuk para biarawati di sebuah biara di kota itu, agar menerima Margaretha sebagai seorang postulan. Usaha ini berhasil. Margaretha diterima dalam biara suster-suster itu. Ia sendiri senang sekali dengan penerimaan itu. Tetapi kegembiraannya karena menjadi anggota religius ini tidak berlangsung lama. Setelah beberapa lama tinggal di biara itu, ia mulai prihatin atas cara hidup biarawati-biarawati itu. Mereka terlalu bersemangat duniawi. Karena sikapnya ini, ia kemudian dikeluarkan dari biara itu, meskipun pada mulanya ia disambut dengan baik.
Setelah keluar dari biara itu, Margaretha diterima sebagai anggota Ordo Ketiga Santo Dominikus. Dalam ordo itu, Margaretha adalah satu-satunya wanita muda yang diterima selagi dalam status belum menikah. Ini sesuatu yang istimewa, karena pada masa itu semua orang yang menjadi anggota Ordo ketiga itu sudah menikah. 

Dalam ordo ini, Margaretha berkembang pesat dalam kehidupan berbakti kepada Tuhan dan sesama. Ia dikenal sebagai seorang anggota yang taat, saleh dan rajin berdoa. Ia memusatkan perhatiannya pada orang-orang sakit dan narapidana di penjara. Dia berdoa untuk mereka, mengobati mereka dan memberi makanan kepada mereka. Dalam tugasnya ini, ia berhasil menobatkan banyak narapidana dan menyembuhkan banyak orang sakit.

Kehidupan rohaninya dikembangkan dengan melakukan devosi khusus kepada Sakramen MahaKudus, Bunda Maria dan Santo Yosef. Akhirnya pada usia 33 tahun, pada tanggal 13 April 1320, ia meninggal dunia dan dikuburkan di Gereja Santo Dominikus di Cattadi-Castello.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id


14 April, 
S. Lidwina.

Lidwina artinya “penderitaan.” Lidwina seorang gadis Belanda. Ia dilahirkan pada tahun 1380 dan wafat pada tahun 1433. Ketika umurnya lima belas tahun, Lidwina mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Mungkin saja ia akan menjadi seorang biarawati kelak. Tetapi, suatu siang, terjadi peristiwa yang akan mengubah seluruh hidupnya.

Lidwina pergi bermain sepatu luncur bersama teman-temannya. Salah seorang dari mereka secara tak sengaja menabraknya. Lidwina terpelanting keras ke atas es dan tulang rusuknya patah. Ia amat kesakitan. Kecelakaan itu menimbulkan masalah-masalah lain pula. Hari-hari selanjutnya, Lidwina mengalami sakit kepala yang amat hebat, mual, demam, rasa sakit di sekujur tubuhnya dan rasa haus.

Dengan menangis Lidwina mengatakan kepada ayahnya bahwa ia tidak sanggup lagi menahan sakit. Namun demikian, rasa sakit itu malahan menghebat. Bisul-bisul mulai bermunculan di wajah dan tubuhnya. Satu matanya menjadi buta. Dan pada akhirnya, ia tidak lagi dapat meninggalkan pembaringan.

Lidwina sangat sedih dan putus asa. Mengapa Tuhan membiarkan semua ini terjadi padanya? Apa yang Tuhan inginkan darinya? Lagipula, apa yang masih dapat ia persembahkan kepada-Nya? Pastor Yohanes, imam parokinya, datang mengunjungi serta berdoa bersamanya. Pastor membantunya merenungkan segala penderitaan yang harus ditanggung Yesus. Lidwina mulai sadar akan hadiah indah yang akan ia persembahkan kepada Yesus: ia akan menderita bagi-Nya. Ia akan mempersembahkan segala penderitaannya untuk menghibur Dia, yang telah menderita begitu hebat di salib. Penderitaannya dipersembahkannya sebagai suatu doa yang indah kepada Tuhan. Sedikit demi sedikit Lidwina mulai mengerti.

Selama tiga puluh delapan tahun Lidwina menderita. Rasanya mustahil ia dapat bertahan hidup dalam keadaan yang sedemikian parah. Tetapi sungguh, ia bertahan. Tuhan memberinya penghiburan dalam berbagai cara. Lidwina baik hati terhadap semua orang yang datang mengunjunginya di kamar kecilnya yang sederhana. Ia berdoa kepada Tuhan dan rela menderita bagi ujub-ujub para tamunya. Mereka tahu bahwa Tuhan mendengarkan doa-doa Lidwina. Lidwina terutama amat cinta kepada Yesus dalam Ekaristi Kudus. Selama bertahun-tahun, ia hidup hanya dengan menyantap Komuni Kudus.

           Marilah pada hari ini kita berdoa mohon hati yang mampu memahami arti                                                                penderitan manusia.  

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Santo Tiburtius, Valerianus, Maximus, Martir
Ketiga pemuda ini dikenal sebagai pahlawan iman Kristen yang dibunuh oleh penguasa Romawi di kota Roma. Jenazah mereka di kuburkan di Katakombe Praetaxtatus, Roma sekitar 229 / 230. 

Tiburtius adalah adik kandung Valerianus. Kisah tentang keanggotaan mereka dalam gereja hingga menjadi Martir dihubungkan dengan Sata Sesilia. Sesilia adalah tunangan Valerianus, pemuda yang belum menganut agama Kristen. Ketika hari pernikahan mereka tiba, Sesilia dengan tulus membisikkan kepada Valerianus, calon suaminya agar membatalkan saja pernikahan mereka karena ia telah menjanjikan kemurnian dirinya kepada Tuhan. Valerianus yang tulus hati itu mengindahkan permohonan Sesilia, calon istrinya. Ia tidak marah, malah sebaliknya meminta Sesilia agar mengajari dia iman Kristen dan mengusahakan pembaptisannya. Demikian pula Tiburtius adik Valerianus. 
Setelah menjadi Kristen, kedua kakak-beradik ini dengan giat menyebarkan iman Kristen dan rajin menguburkan jenazah para Martir yang dibunuh. Melihat itu, penguasa Romawi menangkap dan menyiksa mereka. Pada peristiwa itu, Maximus seorang tentara Romawi yang turut dalam penyiksaan atas diri Tiburtius dan Valerianus, terharu dan kagum akan ketahanan dan ketabahan hati kedua bersaudara itu. Lalu ia pun dengan berani mengaku dirinya sebagai seorang murid Kristus. Akibatnya ia pun disiksa dan dibunuh bersama Tiburtius dan Valerianus. 

Sumber : http://www.imankatolik.or.id


15 April, 
Beato Pedro Gonzalez, Pengaku Iman 
Pedro lahir di desa Astorga, Spanyol pada tahun 1190. Sejak masa studinya, Pedro ternyata cerdas dan pandai. Kehidupan rohaninya tidak menunjukkan suatu keistimewaan. Terpengaruh oleh kehidupan pamannya sebagai uskup, Pedro tertarik juga untuk menjalani kehidupan bakti kepada Tuhan.
Tak lama kemudian ia ditabhiskan menjadi imam. Oleh uskupnya, ia diangkat menjadi koordinator imam-imam diosesan. Pelantikannya dirayakan secara meriah dan besar-besaran. Tetapi Tuhan menunjukkan campur tangan-Nya pada hari itu. Arakan besar dan meriah menuju Katedral mulai bergerak. Pedro dengan gagah menunggang seekor kuda diiringi oleh imam-imam dan pembesar-pembesar negara dan umat. Tiba-tiba kuda yang ditungganginya berontak dan Pedro yang gagah itu jatuh. Sorak-sorai yang gemuruh itu berubah menjadi gelak tawa dan olok-olokan, Pedro menyadari hal ini merupakan tanda peringatan bahwa betapa tidak berartinya kemuliaan duniawi.
Setelah peristiwa ini, Pedro masuk Ordo Santo Dominikus. Mula-mula ia ditugaskan sebagai pastor tentara. Dalam tugas ini, Pedro menunjukkan contoh hidup yang sangat mnyenangkan bagi pasukannya dan semua orang di istana. Pada waktu kota Kordova direbut oleh raja Spanyol dari tangan suku Moor, Pedro berusaha menyelamatkan para tawanan dan wanita-wanita dari tindakan sewenang-wenang para tentara.
Setelah berhenti dari dinas ketentaraan, Pedro menjadi pastor untuk para petani dan nelayan. Ia mencurahkan sisa-sisa hidupnya untuk menemani para petani dan pelaut. Ia mengajari mereka bagaimana menghayati iman sebagai sebagai seorang petani dan pelaut. Soal-soal agama yang sulit, diterangkannya dengan sederhana sehingga dapat dimengerti oleh para petani dan pelaut yang sederhana itu. Cara hidupnya yang saleh, kerendahan hatinya serta pergaulannya yang baik dengan semua orang, membuat dia sangat disegani dan dihormati oleh semua petani dan pelaut itu. Ia meninggal pada tahun 1246. 

Beato Damian de Veuster, Imam
Pater Damian adalah seorang misionaris Belgia di pulau Molokai, Hawai. Ia dihormati sebagai "rasul para penderita kusta". Ia lahir pada tanggal 3 Januari 1840 di Tremeloo, Belgia dan diberinama Yosef de Veuster. Sebagai anak seorang pedagang kaya raya, Yosef dididik untuk menjadi pedagang seperti ayahnya. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Wechter dan pendidikan praktis di perkebunan keluarga di Ninde, ia dikirim ke sebuah Kolose di Braine-le –Comte, Belgia, untuk memahirkan ketrampilannya di bidang perdagangan.
Meski demikian, selama berada disana pada tahun 1858, ia memutuskan untuk menjadi imam. Orang tuanya mengabulkan permohonannya untuk memasuki Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus dan Maria, kongregasi saudara kandungnya August. Pada bulan Januari 1859, Yosef masuk novisiat dari serikat itu di Louvain, Belgia. Ia mengucapkan kaulnya pada tanggal 7 Oktober 1860 di rumah induk biara di Paris dan menerima nama biara: Damian. Semula ia hanya akan diterima sebagai bruder saja. Tetapi atas dorongan kakaknya August, yang sudah menjadi imam dalam serikat itu, Damian terus belajar bahasa latin dan yunani serta tekun belajar ilmu-ilmu lainnya. Ketekunannya meyakinkan atasan, sehingga ia diijinkan belajar filsafat di Paris dan kemudian kembali ke Louvain untuk belajar teologi.

Sementara Damian belajar, kakaknya yang segera berangkat ke kepulauan Hawai terserang penyakit tipus. Lalu Damian meminta untuk menggantikannya walaupun ia belum di tabhiskan menjadi imam. Pemimpin tertinggi serikat itu mengabulkan permohonannya dan pada tanggal 29 Oktober 1863, ia berangkat ke Hawai. Ia tiba disana pada bulan Maret 1864 dan pada tanggal 21 Mei 1864 ia ditabhiskan menjadi imam di gereja Katedral Bunda Perdamaian di Honolulu, Hawai. Sebagai imam baru, Damian ditugaskan untuk melayani umat di stasi Puna, Kohala dan Hamakua selama beberapa tahun. Selama bertugas disana, perhatiannya lebih diarahkan kepada kondisi para penderita kusta yang ditempatkan di perkampungan Kalaupapa di pulau Molokai. Di daerah koloni itu tidak ada seorang dokter dan imam yang tinggal menetap untuk melayani para penderita kusta itu. Karena itu, pater Damian mengajukan permohonan kepada Uskup untuk menjadi misionaris untuk para penderita Kusta di Molokai itu. Untuk itu, ia mempersiapkan diri secukupnya dalam hal ketrampilan merawat orang sakit, mulai dari membalut luka sampai memotong anggota badan yang membusuk.

Pater Damian tiba di perkampungan kusta itu pada tanggal 10 Mei 1873. Disana ia giat mewartakan Injil dan mengajar agama, menghibur dan merawat orang-orang kusta bahkan mengubur mereka. Ia merintis pembangunan jalan raya, pipa air, rumah yatim piatu dan gereja-gereja. Ia berkarya disana dengan bantuan dua orang awam, juga satu kelompok suster-suster Fransiskan dari Syracuse, New York. Meski menyala-nyala semangat pengabdiannya, namun penyakit kusta itu mulai perlahan-lahan menjangkitinya pada tahun 1888, hingga merenggut nyawanya sendiri pada tanggal 15 April 1889. Kurang lebih satu abad kemudian, yaitu pada tahun 1936, jenazah Pater Damian dipindahkan dari kuburnya di Molokai ke tanah airnya Belgia dan disemayankan di pekuburan nasional St. Yosef di Louvain. Untuk menghormatinya maka didirikanlah sebuah monumen di pulau Molokai, dan sebuah institut untuk mempelajari penyakit kusta.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id


16 April, 
S. Benediktus Yoseph Labre.

Orang kudus dari Perancis yang dilahirkan pada tahun 1748 ini menempuh jalan hidup yang aneh. Ia adalah putera seorang pemilik toko dan memperoleh pendidikan dari pamannya, seorang imam. Ketika imam yang baik itu meninggal dunia, Benediktus berusaha masuk biara. Tetapi, ia ditolak karena masih terlalu muda. Benediktus kemudian mencoba masuk biara lainnya. Ia menyukai kehidupan doa dan mati raga. Namun, ketika ia masuk biara, Benediktus menjadi kurus dan lemah. Maka, dinasehatkan kepadanya agar ia pulang ke rumah dan hidup sebagai seorang Kristen yang baik. Benediktus pulang dan perlahan-lahan kesehatannya pulih kembali. Ia berdoa mohon bantuan Tuhan. Kemudian Benediktus merasa bahwa Tuhan telah menjawab doanya. Ia akan menjadi seorang peziarah, seorang yang mengadakan perjalanan suci dengan berdoa dan bermati raga. Sebagai peziarah, Benediktus akan mengunjungi tempat-tempat suci yang termashyur di Eropa.

Benediktus memulai perjalanannya dengan berjalan kaki. Ia pergi dari satu gereja ke ke gereja lainnya. Ia mengenakan jubah sederhana, sebuah salib di dada dan rosario di lehernya. Ia tidur di emperan jalan. Makanan yang disantapnya hanyalah yang diberikan orang-orang kepadanya. Jika mereka memberinya uang, ia akan memberikannya kepada orang-orang miskin. “Ransel”nya hanyalah sebuah kantong. Di dalamnya ia menyimpan Kitab Suci, juga medali-medali dan buku-buku rohani yang akan dibagikannya kepada orang lain. Perhatian St. Benediktus sama sekali tidak tertuju pada pemandangan indah di daerah-daerah yang ia kunjungi. Satu-satunya yang menarik baginya adalah gereja-gereja di mana Yesus tinggal dalam Sakramen Mahakudus.

Tahun-tahun berlalu, St. Benediktus tampak semakin menyerupai seorang pengemis. Ia compang-camping dan kotor. Ia makan sisa-sisa roti dan kulit kentang. Ia tidak pernah minta sesuatu yang membuatnya merasa lebih nyaman. Di beberapa tempat, anak-anak melemparinya dengan batu serta mengolok-oloknya. Orang-orang yang tidak mengenalnya cenderung menghindarinya. Tetapi, apabila St. Benediktus sudah bersujud di hadapan tabernakel, ia demikian khusuk bagaikan patung. Wajahnya yang pucat dan kuyu menjadi bersinar-sinar. Ia akan berbicara kepada Yesus dan Bunda Maria. Ia berbisik, “Bunda Maria, o Bundaku!” Ia sungguh sangat bahagia ketika bersatu dengan Yesus dan Bunda Maria.

Benediktus wafat pada tahun 1783 dalam usia tiga puluh lima tahun. Kesucian pengemis kudus ini segera tersebar luas. Perjalanannya telah selesai. Ziarahnya telah berakhir dan kini ia tinggal bersama Yesus dan Bunda Maria untuk selamanya. Seabad setelah wafatnya, St. Benediktus Yoseph Labre dinyatakan kudus oleh Paus Leo XIII pada tahun 1883.

“Bunda Maria, o Bundaku!” Kita dapat membisikkan seruan cinta ini kepada Bunda Maria dan memikirkannya lebih sering.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Santa Bernadetha Soubirous, Pengaku Iman
Marie Bernadetha Soubirius lahir di Lourdes pada tahun 1884. Ia adalah anak sulung dari keluarga Francoius Soubirous, seorang pengusaha gilingan gandum yang jatuh miskin. Semasa remajanya, ketika berumur 14 tahun, ia sering sakit-sakitan sehingga tubuhnya tampak lemah dan gerakannya lamban. Meski demikian ia tetap bersikap ramah kepada semua orang. 

Ketika Bernadette (= Bernarde kecil) bersama kedua orang adiknya, Marie dan Yeanne, mencari kayu bakar di dekat gua Massabielle, ia mengalami peristiwa ajaib: ia melihat wanita muda yang sangat cantik berdiri dalam lingkaran cahaya ajaib di mulut gua itu. Wanita muda itu berpakaian putih cermelang; ikat pinggangnya berwarna biru langit, kerudungnya panjang hingga menyentuh kakinya; kedua telapak tangannya saling mengatup di depan dadanya, sementara sebuah rosario yang berkilau-kilauan tergantung pada lengannya. Peristiwa ajaib ini terjadi pada tanggal 11 Februari 1858.
Sekembalinya di rumah, Bernadeth menceritakan peristiwa ajaib itu kepada orangtuanya. Ia dimarahi dan diejek oleh orangtuanya dan orang-orang lain. Namun ia terus datang ke gua Massabielle sesuai pesan wanita muda cantik itu. Setiap kali datang, wanita muda itu selalu menampakkan dirinya. Hal ini terjadi sebanyak delapan belas kali,mulai dari tanggal 18 Februari sampai 16 Juli 1858. Mula-mula wanita cantik itu tidak menyatakan siapa dirinya. Barulah kemudian wanita itu mengaku: "Akulah yang dikandung tanpa cela", sambil meminta agar orang berdoa dan bertobat, serta meminta agar tempat penampakannya itu dibangun sebuah gereja. Peristiwa ini sempat meresahkan masyarakat, pejabat negara dan gereja. Polisi setempat melarang keras semua orang datang ke gua Massabielle. Meski demikian, makin banyak orang datang bersama Bernadeth ke gua Massabielle, walaupun mereka tidak melihat wanita muda itu. Mereka hanya menyaksikan perubahan wajah Bernadeth dan sikapnya yang terpesona memandang Bunda Maria yang tampak padanya.
Pastor paroki, Sempet dan Uskup setempat sangat berhati-hati dalam menanggapi peristiwa penampakan itu. Beberapa tahun lamanya Bernadeth banyak menderita, baik karena kecurigaan orang-orang yang tidak mau percaya, maupun oleh semangat serta perhatian yang berlebih-lebihan dari orang-orang yang percaya. Namun ia menanggung semuanya dengan tabah dan sabar sambil tetap percaya kepada Bunda Maria yang menjanjikan kepadanya kebahagiaan surgawi.
Pada tahun 1866 ia masuk biara suster Karitas di Nevers. Disini ia terlindung dari gangguan orang banyak, meskipun tetap saja menderita karena sikap tak ramah dari beberapa suster pemimpin biara. Dalam situasi ini, penyakit asma yang sudah dideritanya sejak lama kambuh lagi dan semakin parah. Akibatnya pada tahun 1879, Bernadeth meninggal dunia pada usia 35 tahun. Jenazahnya tetap disimpan dalam biara itu di dalam sebuah peti kaca. Jenazahnya itu tetap berada dalam keadaan utuh dan segar sampai sekarang.
Peristiwa penampakan Bunda Maria di Lourdes pada tahun 1858 itu dan banyaknya mukjizat penyembuhan yang terjadi disana sampai dewasa ini, menjadikan Lourdes tempat ziarah teramai dalam sejarah Kristen. Bernadeth, saksi langsung peristiwa itu, tidak mengambil bagian dalam perkembangan itu. 

Santo Paternus, Pengaku Iman.
Paternus mendirikan biara di tempat sepi, Prancis dan menjadi rasul rakyat pedalaman. Ia dihormati sebagai santo pelindung orang-orang yang digigit ular berbisa dan orang sakit lumpuh.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id



17 April, 
St. Stephen Harding.

Stephen adalah seorang pemuda Inggris yang hidup pada abad keduabelas. Ia adalah seorang murid cemerlang yang suka belajar. Stephen teristimewa menaruh minat pada sastra. Ia bersungguh-sungguh mengenai hidup dan bedoa setiap hari. Suatu ketika Stephen dan temannya berjalan kaki berziarah ke Roma. Sekembalinya, Stephen bergabung dengan kelompok biarawan yang amat miskin dan kudus. Para biarawan ini berdoa, berpuasa dan bekerja keras. Demikianlah cara mereka mengungkapkan kasih mereka kepada Tuhan. Stephen memperhatikan bagaimana bahagianya mereka. Abbas mereka adalah seorang santo, yakni St Robertus.

Sejenak lamanya, Stephen melayani Tuhan dengan penuh sukacita bersama mereka. Namun, sedikit demi sedikit para biarawan tak lagi hendak hidup keras seperti itu. Jadi, St Robertus dan St Stephen bersama duapuluh biarawan lainnya mendirikan sebuah biara baru. Mereka membangun sendiri biara itu di padang liar Perancis yang disebut Citeaux. Mereka mengamalkan hidup dalam karya dan kepapaan. Mereka rindu meneladani kemiskinan Yesus. Mereka juga memelihara keheningan yang ketat.

Ketika St Stephen menjadi abbas biara, ada banyak persoalan yang harus dihadapi. Para biarawan hanya makan sedikit saja. Kemudian, lebih dari separuh biarawan jatuh sakit dan meninggal dunia. Tampak seolah komunitas akan segera berakhir. Mereka membutuhkan anggota-anggota baru yang muda untuk meneruskan semangat mereka. Stephen berdoa penuh iman. Dan doanya didengarkan. Tuhan mengirimkan kepada para biarawan yang disebut Cistercian ini tigapuluh pemuda yang ingin menggagungkan diri dengan mereka. Mereka tiba di gerbang biara bersama-sama. Pemimpin mereka kelak menjadi seorang santo yang hebat pula. Namanya adalah St. Bernadus. Hari itu merupakan hari yang sungguh menakjubkan bagi St Stephen dan para biarawan.
St Stephen melewatkan beberapa tahun terakhir hidupnya dengan menulis sebuah buku peraturan bagi para biarawan. Ia juga mendidik St Bernardus untuk menggantikan posisinya.

Sementara terbaring di ambang ajal, St Stephen mendengar para biarawan di sekelilingnya berbisik. Mereka mengatakan bahwa Stephen tidak perlu takut mati. Ia telah bekerja begitu giat dan mengasihi Tuhan begitu rupa. Tetapi St Stpehen mengatakan bahwa ia takut ia tidak cukup baik. Dan ia bersungguh-sungguh dengan perkataannya. Hal itu menunjukkan betapa rendah hatinya santo besar ini. Ia wafat pada tahun 1134.

Kita dapat memikirkan untuk menemukan suatu “saat teduh” setiap hari guna membiarkan Tuhan berkarya dalam akal budi dan hati kita.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Santo Anisetus, Paus dan Martir
Anisetus lahir di Syria, Asia Kecil. Ia terdaftar sebagai Paus kesepuluh pengganti rasul Petrus dan memimpin Gereja pada tahun 155 sampai 166 pada akhir masa pemerintahan Kaisar Antonius Pius. Sangat sedikit berita yang diketahui perihal kepemimpinannya sebagai Paus.
Ketika ia memimpin Gereja, ia pernah menerima Polykarpus, Uskup Smyrna yang datang ke Roma untuk membicarakan tanggal hari raya Paskah, yang tidak sama diseluruh gereja. Sikapnya yang arif terhadap perselisihan antar Gereja di Asia Kecil dengan Gereja lainnya tentang tanggal perayaan Paskah membuat namanya dikenal luas di seluruh Gereja. Di negeri asalnya, hari Paskah dirayakan tepat pada tanggal 14 bulan Nisan sesuai kalender hari rayanya orang Yahudi. Kebiasaan yang diwariskan oleh Santo Yohanes rasul dan santo Philipus rasul ini menyebabkan hari raya paskah jatuh pada hari yang tidak menentu. Pada masa itu, kematian Yesus lebih ditekankan daripada kebangkitan Yesus. Sebaliknya, di Gereja-gereja lain, hari Paskah di rayakan pada hari Minggu sesudah tanggal 14 Nisan, karena pada hari inilah Yesus bangkit dari kubur-Nya. Kecuali itu, perayaan Paskah bertujuan pula untuk memperbaharui penghayatan iman dan kehidupan rohani umat beriman.
Masing-masing gereja memegang kebiasaan dan perdiriannya, bahkan dengan tegas membela tradisinya. Paus Anisetus menyerahkan perselisihan ini kepada Penyelenggara Ilahi. Keputusannya untuk mengunggulkan salah satu kebiasaan di tunda hingga perselisihan itu mereda. Atas doa dan imannya yang teguh maka perselisihan dalam tubuh Gereja dapat diselesaikan dengan damai. Lalu perayaan Paskah pada hari Minggu lama kelamaan diterima oleh Gereja Asia Kecil.
Banyak kesulitan yang dialaminya selama masa kepemimpinannya, menyebabkan ia mengalami bermacam-macam penyakit. Meskipun ia tidak mati karena dibunuh, namun karena penderitaannya yang sedemikian banyak demi kesatuan gereja dan tegaknya ajaran iman yang benar, ia digelari martir oleh gereja. Ia meninggal dunia pada tahun 586. 

Santa Klara Gambacorta OP, Pengaku Iman
Klara hidup diantara tahun 1362-1419. Pada umur 17 tahun ia telah dinikahkan. Setahun kemudian dia menjanda. Lalu Klara masuk biara Dominikanes. Akhirnya ia berhasil mendirikan sebuah biara cabang dengan aturan yang amat keras dan berusaha keras memperbaharui ordonya.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id


18 April, 
B. Maria dari Inkarnasi.

Barbara dilahirkan di Perancis pada tahun 1566. Ia menikah dengan Petrus Acarie ketika usianya tujuh belas tahun. Barbara dan suaminya mencintai iman Katolik mereka dan mengamalkannya dalam hidup sehari-hari. Pasangan tersebut dikaruniai enam orang anak dan keluarga mereka hidup bahagia. Barbara berusaha menjadi seorang isteri dan ibu yang baik. Keluarganya belajar dari Barbara bagaimana mencintai doa dan melakukan karya belas kasih. Suatu ketika, suaminya secara tidak adil dituduh melakukan suatu kejahatan. Barbara sendiri datang menyelamatkannya. Ia pergi ke pengadilan, dan seorang diri saja, berhasil membuktikan bahwa suaminya tidak bersalah.

Meskipun Barbara sibuk dengan urusan keluarganya sendiri, tetapi ia selalu menyempatkan diri untuk memberi makan mereka yang kelaparan. Ia mengajarkan iman kepada yang lain. Ia menolong mereka yang sakit dan sekarat. Dengan lemah lembut ia mendorong mereka yang hidup dalam dosa agar berbalik dari cara hidupnya. Perbuatan-perbuatan baik yang dilakukannya itu adalah karya belas kasih.

Ketika suaminya meninggal dunia, Barbara masuk Ordo Karmelit. Di sanalah ia melewatkan empat tahun sisa hidupnya sebagai seorang biarawati. Ketiga puterinya menjadi biarawati Karmelit juga. Nama yang dipilih Barbara sebagai biarawati adalah Suster Maria dari Inkarnasi. Dengan penuh sukacita ia bekerja di dapur biara di antara periuk dan panci. Ketika puterinya diangkat menjadi pemimpin biara, Beata Maria dengan rela hati taat kepadanya. Demikian besar kerendahan hatinya, hingga menjelang ajalnya ia berkata: “Tuhan mengampuni aku karena teladan buruk yang kutinggalkan bagimu.” Para biarawati tentu saja terperanjat mendengarnya, sebab mereka tahu betapa ia telah berusaha keras untuk hidup kudus. Beata Maria wafat pada tahun 1618 dalam usia lima puluh dua tahun.

Meskipun banyak tugas dan tanggung jawabnya, dalam segala hal Beata Maria dari Inkarnasi senantiasa mengutamakan Tuhan. Bagaimana jika dalam hidupku aku memberikan prioritas utama kepada Tuhan?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santo Eleutherius, Paus
Eleutherius menjadi Paus pada tahun 175 hingga hari kematiannya pada tanggal 24 Mei 189. Ia berasal dari Nicopolis, Barat laut Yunani. Ia melayani umat sebagai diakon selama masa kePausan Santo Anisetus dan Soter.
Ia dikenal sebagai Paus yang dengan gigih melawan bidaah Montanisme, sebuah aliran bidaah dari Timur, yang sudah lama berkembang di Roma. Beberapa sumber secara salah menyatakan bahwa Eleutherius menerima berbagai keyakinan Montanisme dan terlambat mengambil tindakan tegas terhadap penganut aliran itu. Eleutherius juga mengeluarkan beberapa dekrit untuk melawan aliran Gnostisisme dan Marcionisme. Ia meninggal pada tanggal 24 Mei 189 dan dikuburkan di bukit Vatikan.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id


19 April, 
B. James Duckett.

James Duckett adalah seorang Inggris yang hidup dalam masa pemerintahan Ratu Elizabeth I. Pemuda James magang pada sebuah percetakan di London. Karena pekerjaannya inilah ia mengenal sebuah buku berjudul Pondasi Kokoh Agama Katolik. Ia mempelajarinya dengan seksama dan yakin bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang benar. Pada masa itu, di Inggris umat Katolik mengalami penganiayaan. James memutuskan bahwa bagaimanapun ia tetap ingin menjadi seorang Katolik dan siap menanggung segala konsekuensinya. Pemimpin ibadah di gerejanya yang terdahulu datang mencarinya sebab James adalah seorang yang tekun ke gereja. Tetapi James tidak mau kembali. Dua kali untuk masa yang singkat ia dijebloskan ke dalam penjara karena ketegaran hatinya itu. Dua kali majikannya menengahi dan membebaskannya. Tetapi kemudian sang majikan meminta James untuk mencari pekerjan di tempat lain.

James Duckett tahu bahwa ia tidak akan kembali. Ia mencari dan akhirnya menemukan seorang imam Katolik yang menyamar di penjara Gatehouse. Sang imam tua, “Mr. Weekes,” membimbingnya dalam iman. Duckett diterima dalam pangkuan Gereja Katolik. Ia menikah dengan seorang janda Katolik dan putera mereka kelak menjadi seorang biarawan Carthusian. Putranya inilah yang banyak mencatat apa yang kemudian kita ketahui mengenai ayahnya.

Beato Duckett tidak pernah lupa bahwa sebuah bukulah yang menghantarnya ke jalan Gereja. Sebab itu ia menganggap sebagai tanggung jawabnya untuk menyediakan buku-buku Katolik bagi orang banyak. Ia tahu bahwa buku-buku ini akan menyemangati dan mengajar mereka. “Pekerjaannya” ini sungguh berbahaya hingga ia melewatkan sembilan tahun dari duabelas tahun hidup perkawinannya dalam penjara. Akhirnya ia dihadapkan ke pengadilan dan dijatuhi hukuman mati atas kesaksian satu orang, Peter Bullock, seorang penjilid buku. Peter memberi kesaksian bahwa ia mengerjakan penjilidan buku-buku Katolik untuk Beato Duckett, “seorang penghujat besar”. Peter Bullock berbalik menjadi seorang pengkhianat sebab ia dijebloskan ke dalam penjara karena masalah-masalah lain; dengan kesaksiannya ia berharap dapat dibebaskan dari penjara.

Keduanya dijatuhi hukuman mati pada hari yang sama. Di tiang gantungan di Tyburn, Beato Duckett meyakinkan Bullock bahwa ia telah mengampuninya. Sementara mereka berdua menyongsong maut, Duckett terus menyemangati rekannya untuk menerima iman Katolik. Lalu tali-tali dikalungkan pada leher mereka. Beato Duckett wafat sebagai martir pada tahun 1602.

Marilah pada hari ini kita berdoa bagi mereka semua yang bekerja dalam bidang media komunikasi sosial - para jurnalis, produser TV, penulis skenario, artis, disc jockey, dan webmaster.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Santo Leo IX, Paus
Bruno Egesheim, nama asli Paus Leo IX (1049-1054), lahir pada tahun 1002 di sebuah kota kecil di perbatasan Jerman dan Prancis. Keluarganya tergolong keluarga bangsawan yang kaya raya dan berpengaruh di Jerman. Semenjak kecil, Bruno bercita-cita menjadi imam, terdorong oleh cara hidup keluarganya yang saleh. 

Ketika berumur 5 tahun, ayahnya memasukkan dia ke sebuah sekolah yang didirikan oleh Uskup Bertold di Toul, Prancis. Ketika saudara sepupunya menjadi Kaisar Jerman dengan nama Conrad II, Bruno menjadi pembantu uskup Harriman di Toul. Sepeninggal Uskup Harriman, Bruno diangkat menjadi Uskup Toul pada tahun 1027. Selama 22 tahun ia bekerja keras membina iman umatnya dan membaharui keuskupannya.
Sepeninggal Sri Paus Damasus II pada tahun 1048, Bruno diajukan sebagai Paus oleh Kaisar Henry III, yang menggantikan Conrad II, saudara sepupu Bruno. Walaupun Bruno sendiri merasa berat untuk menerima jabatan mulia itu, namun ia bersedia juga berangkat ke Roma. Bersama peziarah lainnya, Bruno memasuki kota suci Roma tanpa memakai alas kaki. Rahib Hildebrand, yang nanti bertugas sebagai penasehat Bruno dan kemudian menjadi Paus Gregorius VII (1073-1085), menerima Bruno di Roma. Dalam hati kecilnya, Bruno berpikir bahwa orang-orang Roma akan menolaknya karena berkebangsaan Jerman. Tetapi ternyata orang-orang Roma datang dan berkumpul di Basilika Santo Petrus untuk menyambut dia. Imam-imam Roma dengan suara bulat menerima dan memilih dia menjadi Paus. Akhirnya ia menjadi Paus dengan nama Leo IX.
Semenjak awal kepemimpinannya, Leo IX melancarkan aksi pembaharuan di seluruh gereja. Terlebih dahulu ia memperbaharui cara hidup para imam, sambil berusaha keras menentang kembalinya Benedikstus IX ke atas tahta kePausan dan menyehatkan kembali keadaan keuangan kePausan yang porak poranda. Hildebrand diangkatnya menjadi pengawas keuangan kePausan. Selanjutnya beliau mengadakan sinode untuk membicarakan kejahatan besar praktek simonia (membeli jabatan gerejani dengan uang) dan cara hidup para imam yang tidak mengindahkan keluhuran hidup selibat. Semua tabhisan yang telah dibeli dengan uang dibatalkan meskipun ada perlawan keras dari kaum awam dan imam-imam. Ia melarang imam-imam untuk menikah dan menjual barang-barang gereja. Campur tangan kaum awam dalam pencalonan dan pentabhisan imam-imam tidak di perkenankan.
Untuk mencapai keberhasilan dalam usaha-usahanya itu, ia sendiri mengadakan perjalanan ke seluruh Eropa untuk menjelaskan keabsahan dan ketulusan rencana-rencananya. Ia mengadakan serangkaian konsili di Pavia, Italia, Reims, Perancis dan Mainz-Jerman untuk membicarakan masalah kehidupan rohani para imam dan memecat imam-imam yang tidak hidup menurut cita-citanya. Dari tahun 1050 sampai 1053, Leo beberapa kali mengadakan perjalanan keliling Italia Selatan, Jerman dan Perancis untuk memberi konferensi-konferensi di Langres, Traves, Pressburg, Ratisbon, Augsburg dan Mantua.
Pada tahun 1050, Leo mengadakan lagi sebuah konsili di Roma untuk membicarakan masalah Berengarius dari Tours dan pengikut-pengikutnya yang tetap menyangkal kebenaran ajaran iman perihal kehadiaran riil Yesus Kristus dalam Ekaristi dan transubstansi (perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus). Dalam konsili ini, Berengarius dijatuhi hukuman ekskomunikasi. 

Dalam masa kepemimpinannya yang singkat itu. Leo dikenal sebagai Paus yang menuntut otoritas atas gereja timur. Ia dikenal sebagai pembaharu Gereja, pendobrak praktek simonia dalam gereja dan praktek hidup imam yang bertentangan dengan cita-cita imamat. Ia juga dengan gigih membela orang-orang Italia selatan yang dikuasai oleh bangsa Normandia. 

Santa Tarbula, Perawan dan Martir 
Sekitar tahun 340 Sapor II, Raja Persia, Iran melancarkan penganiayaan yang kejam terhadap umat Kristen. Simeon, Uskup kota Seleukea, dibunuh dalam aksi penyaniayaan ngeri itu. Selang beberapa waktu kemudian permaisuri raja diserang penyakit yang sangat membahayakan. Tarbula, seorang biarawati dan adik Uskup Simeon, dituduh sebagai biang keladi penyakit naas tersebut. Karenanya ia pun ditangkap. Terhadap tuduhan yang diarahkan kepadanya, Tarbula dengan tegas menyatakan bahwa ia lebih taat kepada perintah Kristus yang melarang membunuh orang. Tetapi Mereptes, hakim yang mengadilinya, tetap mempertahankan tuduhannya. Katanya: "Sesungguhnya perkara ini sudah jelas dan dapat dimengerti. Engkau bermaksud membalas kematian kakakmu dengan menimpakan penyakit berbahaya itu kepada sri ratu." Dengan tenang Turbula menjawab: "Kakakku yang telah kamu bunuh kini hidup dalam kemuliaan suragawi bersama Kristus Tuhan kami; siksaanmu terhadap dirinya sama sekali tidak mendatangkan malapetaka apa pun atas dirinya."
Turbula seorang gadis muda yang berparas cantik. Melihat kecantikannya itu, sang hakim secara diam-diam jatuh cinta padanya dan bertekad menikahinya. Secara rahasia ia mengabarkan kepada Turbula bahwa ia akan selamat, asal saja ia mau menjadi isterinya. Mendengar hal itu Turbula dengan tegas mengatakan bahwa: "Janganlah berencana jahat terhadap aku. Aku telah menjadi mempelai Kristus, Tuhanku. Tak akan pernah aku menerima cintamu itu; bagaimanakah mungkin aku memilih kematian yang kekal hanya untuk menyelamatkan nyawaku dan hidupku yang sementara ini?" Keteguhan serta ketegasannya yang sama ini ditunjukkan pula kepada Sapor II, tatkala sang raja sendiri mengajaknya mempersembahkan kurban kepada dewa matahari. 

Karena semua daya upaya mereka untuk menyesatkan dia sia-sia saja, maka Turbula bersama-sama dengan dua wanita lainnya dibawa ke panggung penyiksaan, di luar kota. Disanalah mereka dibunuh oleh kaki tangan raja. 

Santo Elfege OSB, Uskup
Elfege hidup diantar tahun 954-1012. Ia menolak dibebaskan dari penjara oleh seorang tentara Denmark dengan uang tebusan karena ia tidak mau membeli kebebasannya dengan uang yang telah disisihkan untuk kepentingan kaum miskin. 

Santo Werner, Martir
Sewaktu masih bocah, ia melarikan diri karena terus dipukuli oleh ayah tirinya. Lalu ia menjadi pembantu seorang petani anggur yang jahat. Suatu hari majikannya menyuruh dia membawa pulang hosti dari gereja. Tetapi anak itu menjawab: "Tak pernah saya berbuat dosa ini!" Pada hari Kamis Putih ia diseret ke kebun anggur, diikat pada tiang selama tiga hari supaya menurut. Namun Werner tak mundur setapak pun. Maka para penyiksa memotong pembuluh darah Werner, sehingga ia mati lemas. Mayatnya diceburkan ke sungai dekat Bacherach, Jerman. Ia meninggal pada tahun 1287.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id


20 April, 
S. Agnes dari Montepulciano.

S. Agnes dilahirkan dekat kota Montepulciano, Italia, pada tahun 1268. Ketika usianya baru sembilan tahun, ia memohon kepada ayah ibunya untuk diijinkan tinggal di biara dekat tempat tinggal mereka. Agnes amat senang bersama para biarawati. Mereka melewatkan hidup mereka dalam doa dan ketenangan. Mereka bekerja keras juga. Meskipun Agnes masih muda, ia mengerti mengapa para biarawati itu bisa hidup dan berdoa dengan baik. Sebab, mereka ingin bersatu dengan Yesus.

Tahun-tahun berlalu. St. Agnes melewati masa novisiat. Ia seorang biarawati yang baik sehingga para biarawati lainnya senang dengan kehadirannya. Agnes berdoa dengan sepenuh hati. Ia memberikan teladan yang baik kepada para biarawati. Beberapa gadis datang untuk bergabung bersama mereka. Agnes dan para biarawati itu termasuk dalam Ordo Para Pengkhotbah, yang biasa disebut Dominikan.

Beberapa tahun kemudian, Agnes dipilih menjadi pemimpin atau “priorin” biara. Ia berusaha adil dan jujur kepada semua biarawati. Ia selalu mencamkan dalam hati bahwa segala sesuatu ia lakukan bagi Yesus. Ia percaya bahwa Yesus Sendiri yang sesungguhnya mengurus biara. Ia yang memelihara mereka.

Moeder Agnes melakukan mati raga yang keras. Ia senantiasa lemah lembut dan baik hati, meskipun terkadang perasaan hatinya tidak demikian. Tuhan memenuhi Agnes dengan sukacita dan sekali waktu menganugerahinya dengan karunia-karunia rohani. Suatu ketika, Ia bahkan mengijinkan Agnes membopong Kanak-kanak Yesus dalam pelukannya.

Agnes seringkali menderita sakit. Tetapi, ia selalu sabar, bahkan jika penyakitnya amat parah sekalipun. Ia tidak pernah mengeluh ataupun mengasihani diri sendiri. Sebaliknya, ia mempersembahkan segala sesuatunya kepada Tuhan. Menjelang akhir hidupnya, para biarawati tahu bahwa keadaannya tidak akan membaik. Mereka merasa amat sedih. “Jika kalian mengasihi aku, tentulah kalian akan bergembira,” demikian kata Agnes, “sebab aku akan segera masuk dalam kemuliaan Yesus.”

St. Agnes wafat pada tahun 1317 dalam usia empat puluh sembilan tahun. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1726. Makamnya menjadi tempat ziarah. Banyak orang datang mohon bantuan doanya dan mohon pertolongannya. Salah seorang di antara para peziarah adalah St. Katarina dari Siena.

Marilah pada hari ini kita berdoa bagi mereka yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk melayani orang lain.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Santo Teodorus Trichinas, Martir
Teodorus adalah pertapa abad ke empat yang hidup menyendiri di sebuah daerah gurun pasir di luar kota Konstantinopel. Ia dianiaya dan dibunuh pada tahun 330. Kisah pembunuhannya tidak diketahui dengan jelas. 

Santa Oda, Biarawati.
Oda lahir pada tahun 1131. Keinginannya untuk menjadi seorang biarawati tidak dikabulkan oleh ayah-ibunya. Meski demikian, ia dengan tegas memilih hidup membiara sebagai jalan hidupnya. Kemudian ia diangkat sebagai pemimpin biara di Revreulle, Perancis. Dalam menjalankan hidupnya sebagai seorang pemimpin biara, ia menunjukkan disiplin diri yang keras, namun sangat sabar, rendah hati dan memberi perhatian besar pada orang-orang miskin. Ia meninggal dunia pada tahun 1158.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id



21 April, 
S. Anselmus.

Anselmus dilahirkan di Italia utara pada tahun 1033. Dari rumahnya ia dapat melihat pegunungan Alpen. Ketika usianya lima belas tahun, Anselmus mencoba masuk biara di Italia. Tetapi, ayahnya menentangnya. Kemudian Anselmus jatuh sakit. Tak lama sesudah ia sembuh, ibunya meninggal dunia. Anselmus masih muda, ia juga kaya dan pandai. Segera saja ia melupakan niatnya untuk melayani Tuhan. Ia mulai hanya berpikir untuk bersenang-senang.

Tetapi, beberapa waktu kemudian, Anselmus menjadi bosan dengan cara hidupnya. Ia ingin sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih berguna. Ia pergi ke Perancis mengunjungi Abbas (= pemimpin biara) Lanfranc yang kudus dari biara Bec yang terkenal. Anselmus menjadi sahabat karib Lanfranc dan sang abbas menghantarnya kepada Tuhan. Ia juga membantu Anselmus dalam mengambil keputusan menjadi seorang biarawan Benediktin. Pada waktu itu Anselmus berusia dua puluh tujuh tahun.

Anselmus seorang peramah yang sangat mengasihi saudara-saudara sebiaranya. Mereka yang dulunya membencinya, segera menjadi teman-temannya. Anselmus menjadi abbas pada tahun 1078. Ketika ia harus meninggalkan Bec untuk ditahbiskan sebagai Uskup Agung Canterbury di Inggris, ia mengatakan kepada para biarawannya bahwa mereka akan selalu ada di hatinya.

Umat Inggris mengasihi dan menghormati Anselmus. Tetapi, Raja William II menganiayanya. Anselmus harus melarikan diri dalam pengasingan pada tahun 1097 dan juga tahun 1103. Raja William bahkan melarang Anselmus pergi ke Roma untuk memohon nasehat paus. Walaupun demikian, Anselmus pergi juga. Ia tinggal bersama paus hingga raja mangkat. Kemudian, ia kembali ke keuskupannya di Inggris.
Bahkan di tengah-tengah segala kesibukannya, St. Anselmus selalu menyempatkan diri untuk menulis. Buah penanya adalah buku-buku filsafat dan teologi yang amat berharga. Ia juga menuliskan banyak nasehat berguna mengenai Tuhan bagi para biarawan. Para biarawan itu amat gembira menerimanya. St. Anselmus sering mengatakan, “Apakah kamu ingin tahu rahasia hidup bahagia dalam biara? Lupakan dunia dan bergembiralah melupakannya. Biara sungguh merupakan surga di bumi bagi mereka yang hidup hanya bagi Yesus.” St. Anselmus wafat pada tanggal 21 April 1109. Ia dinyatakan sebagai Pujangga atau Doktor Gereja oleh Paus Klemens XI pada tahun 1720.

“Kalian mencari Tuhan, dan kalian mengetahui bahwa Ia adalah Yang Mahatinggi, dan karenanya tidaklah mungkin kalian dapat membayangkan sesuatu yang lebih sempurna dari-Nya. Kalian mengetahui bahwa Yang Mahatinggi itu adalah hidup itu sendiri, terang, kebijaksanaan, kebajikan, kebahagiaan kekal, dan rahmat abadi.” ~ St. Anselmus

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Santo Simon bar Sabbae, Uskup dan Martir.
Uskup kota Persia ini tidak bersedia mengumpulkan pajak ganda dari orang-orang beriman dan tidak bersedia menyembah matahari. Oleh karena itu bersama banyak orang Kristen lain, ia dihukum mati pada hari Jumat Suci tahun 344.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id


22 April, 
S. Sorter dan S. Caius.

St Soter adalah seorang paus di masa silam pada masa pemerintahan kaisar-kaisar Romawi. Ia adalah seorang bapa sejati bagi segenap umat Kristiani. Ia memberikan banyak pertolongan kepada mereka yang miskin. Ia memberikan perhatian istimewa kepada mereka yang dijatuhi hukuman kerja paksa di pertambangan-pertambangan berbahaya. Mereka dikirimkan ke sana sebab mereka tak hendak menyangkal iman kepada Yesus. Orang-orang Kristen yang gagah berani ini senantiasa kelaparan. Mereka juga hanya diijinkan untuk beristirahat sebentar saja. Orang-orang Kristen lainnya dibelenggu dalam penjara-penjara. Paus Soter melakukan segala yang mungkin dapat ia lakukan demi menghibur dan menolong mereka.

St Soter juga membantu umat Kristen yang jauh dari Roma. Paus yang kudus ini sungguh seorang pengkhotbah yang ulung. Segenap umat Kristiani senang mendengarkannya menjelaskan iman. Ia berbicara dengan kasih yang begitu rupa. Ia mengilhami mereka untuk dengan gagah berani mati demi Yesus daripada mempersembahkan kurban kepada berhala-berhala. St Soter sendiri menyerahkan nyawa demi Yesus pada tahun 174 setelah melewatkan masa pontifikat selama sepuluh tahun.

St Caius adalah seorang paus sekitar seratus tahun sesudahnya. Ia juga hidup pada masa penganiayaan. Paus Caius melakukan segala daya upaya yang dapat dilakukannya demi mempersiapkan umat untuk senantiasa berpegang pada iman meski harus berkorban. Agar dapat lebih menolong umatnya, Caius hidup delapan tahun lamanya dalam ruang-ruang bawah tanah yang disebut katakomba. Katakomba adalah makam-makam di mana umat Kristiani biasa berkumpul secara sembunyi-sembunyi untuk berdoa dan menyambut sakramen-sakramen. Inilah tempat persembunyian mereka dari para prajurit kafir yang kejam. Umat Kristen tahu bahwa mereka akan dibunuh jika tertangkap. St Caius melewatkan masa pontifikat selama duabelas tahun. Kemudian, ia pun wafat sebagai martir pada tahun 296.

Marilah kita berdoa agar kiranya Tuhan memberikan kekuatan serta keberanian kepada mereka yang dianiaya di seluruh penjuru dunia karena mereka adalah umat Kristen.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Santo Teodoros, Pengaku Iman
Teodoros dikenal sebagai anak yang tidak sah. Ibu dan kakak perempuannya mengelola warung dan tempat pelacuran. Bocah Teodor dititipkan pada neneknya, yang kemudian dikristenkannya. Menginjak usia dewasa, ia masuk biara dan kemudian dipilih menjadi Uskup Agung Atanisianopolis, Turki. Sesudah 10 tahun memangku jabatan itu, ia kembali menjadi biarawan biasa. Teodor dianugerahi Tuhan kemampuan menyembuhkan berbagai penyakit. Ia meninggal dunia pada tahun 613. 

Santo Yosef Moscati, Pengaku Iman.
Yosef lahir pada tahun 1880. Ia kemudian menjadi dokter yang berhasil menyelamatkan banyak penderita sakit jiwa dari bahaya letusan gunung api di Vesuvio, Italia. Ia kemudian menjadi seorang ahli riset dan mahaguru kedokteran di Universitas Napoli sambil tetap membantu orang-orang miskin dan terlantar dengan cuma-cuma. Oleh karena itu ia mempunyai pengaruh besar di kalangan umat sebagai rasul awam yang terpelajar dan rendah hati. Yosef meninggal dunia pada tahun 1927.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id



23 April, 
S. Georgius.

St. Georgius biasa digambarkan sedang membunuh seekor naga untuk menyelamatkan seorang perempuan cantik. Naga melambangkan kejahatan. Perempuan melambangkan kebenaran Allah yang kudus. St. Georgius membunuh sang naga sebab ia telah memenangkan pertarungan melawan iblis.

Tidak banyak yang diketahui mengenai St. Georgius kecuali bahwa ia seorang martir. Ia adalah seorang prajurit dalam bala tentara Diocletian, seorang kaisar kafir. Diocletian amat benci pada umat Kristiani. Ia membunuh setiap orang Kristen yang dijumpainya.

Dikisahkan bahwa St. Georgius adalah salah seorang prajurit kesayangan Diocletian. Ketika Georgius menjadi seorang Kristen, ia menghadap kaisar dan mengecamnya karena tindakannya yang amat kejam. Kemudian, Georgius melepaskan jabatannya dalam dinas tentara Romawi. St. Georgius membayar keberaniannya itu dengan harga yang amat mahal. Ia disiksa dengan kejam lalu dipenggal kepalanya.

Begitu gagah berani dan begitu penuh sukacita St. Georgius menyatakan imannya hingga orang merasa tergugah semangatnya apabila mendengarkan kisah hidupnya. Banyak lagu dan puisi ditulis untuk mengenang kemartirannya. Para tentara, terutama, selalu berdevosi kepadanya. St. Georgius diangkat sebagai santo pelindung Inggris pada tahun 1222.

Apakah aku rela mengorbankan sesuatu apabila aku tahu sesuatu itu menghalangi hubunganku dengan Tuhan?

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Santo Adelbertus, Uskup dan Martir
Santo Adelbertus lahir pada tahun 956 dari sebuah keluarga bangsawan Bohemia. Ia memilih nama Adelbertus pada waktu menerima sakramen penguatan (krisma) dari gurunya Santo Adelbertus dari Magdeburg.
Pada tahun 983, walaupun baru menerima tabhisan subdiakon, Adelbertus muda dipilih dan ditabhiskan menjadi Uskup. Ketika usaha-usahanya untuk menciptakan pembaharuan-pembaharuan diantara klerus dan kaum awam mendapat perlawanan, Adelbertus menanggalkan jabatannya sebagai Uskup pada tahun 990 dan masuk sebuah biara di Roma. Namun ia kemudian di panggil pulang kembali ke Praha. Adelbertus mendapat perlawanan lagi, ketika ia mengekskomunikasikan sekelompok orang yang bertanggungjawab atas pembunuhan seorang puteri bangsawan yang kedapatan berzinah. Adelbertus meninggalkan Praha dan pergi ke Roma. 
Tetapi di Roma, para pemimpin Gereja menasehati dia agar kembali ke keuskupanny, meskipun keadaan Praha belum aman baginya. Atas permintaannya, ia diperbolehkan pergi ke Pomerania (Polandia Barat) untuk berkarya sebagai seorang misionaris di antara orang-orang Prusia. Disana ia dibunuh oleh orang-orang Polandia pada tanggal 23 April 997. Gereja menghormatinya sebagai seorang martir. 


Santo Gregorius, Martir
Gregorius adalah seorang perwira Romawi Kristen yang gagah berani pada masa pemerintahan kaisar Diokletianus (284-305) dan kaisar Maximian (286-305, 306-308). Semula ia sangat dihargai oleh kaisar karena hubungannya yang baik dengan rakyat, dan bertugas membela kepentingan rakyat jelata di hadapan penguasa kekaisaran. Dalam kedudukannya ini, ia membantu banyak ornag terutama orang-orang miskin, janda dan para yatim-piatu. Ketika kaisar Diokletianus melancarkan penganiayaan terhadap orang-orang Kristen, Gregorius sebagai wakil rakyat dan ksatria sejati, tanpa takut-takut melindungi orang-orang Kristen, bahkan berani mengecam perbuatan keji kaisar. Oleh karena itu ia ditangkap dan disiksa sehebat-hebatnya. Ia mati demi kepentingan Gereja Kristus di Diospolis, Palestina (sekarang: Lydda, Israel) pada tahun 300, enam tahun sebelum Konstantinopel Agung naik tahkta (306-337).
Di kemudian hari keperwiraan Gregorius diwarnai dengan banyak cerita menarik yang melukiskan dia sebagai pejuang yang gagah berani dan jujur demi tegaknya keadilan dan kebaikan umum. Ia memenangkan kejahatan dengan mati bagi Kristus dan Gereja-Nya. Sejak abad kedelapan namanya sudah dikenal luas di seluruh gereja. Ia diangkat sebagai pelindung suci bagi kerajaan Inggris dan pelindung militer karena keberaniaannya menolong sesamanya yang menderita.
Sebuah legenda populer tentang Santo Gregorius mengisahkan bahwa Gregorius berasal dari Kapadokia, Asia Kecil. Dalam suatu perjalanannya ia melewati kota Silena, Lybia, Afrika. Konon kota ini (pada abad ke 3) diancam oleh seekor naga raksasa. Naga itu gemar makan manusia. Setiap malam penduduk membuang undi untuk menetapkan siapa yang kali ini harus menjadi mangsa dari naga itu. Kalau tidak ada korban, naga itu mengamuk. Suatu ketika undian jatuh pada puteri raja sendiri. Tetapi terjadilah keajaiban pada waktu itu. Pada saat gawat itu tiba-tiba muncullah di hadapan gadis manis itu seorang Ksatria muda menunggang seekor kuda. Ia mendekati gadis itu dan menyapanya dengan halus: "Mengapa tuan puteri menangis?" Dengan tersendat- sendat gadis malang itu menceritakan nasibnya. Seketika itu juga, naga raksasa itu menyembul keluar dari celah rawa-rawa hendak menerkam gadis itu. Tetapi Gregorius ksatria pemberani itu berteriak dari atas kuda: "Atas nama Kristus!" Langsung menerjang-nerjang naga itu, menusukkan tombak ke dalam moncong naga itu dan memenggal kepalanya dengan pedangnya. Seluruh rakyat kagum dan bersyukur, karena tuan puteri dan mereka semua telah terhindar dari bahaya maut.
Penduduk kota Silena takjub pada Gregorius, sehingga banyak diantara mereka kemudian menjadi Kristen. Kepada raja ia meminta agar ia memelihara orang-orang miskin dan mendirikan gereja-gereja, merayakan kurban misa dan menghormati para imam.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id


24 April, 
S. Fidelis dari Sigmaringen.

Namanya ialah Mark Rey. Ia dilahirkan di Jerman pada tahun 1578. Mark menuntut ilmu di Universitas Freigburg yang termashyur untuk menjadi seorang pengacara. Semasa masih mahasiswa, ia sering mengunjungi mereka yang sakit dan yang miskin. Setiap hari ia selalu meluangkan waktu untuk berdoa. Saudaranya memutuskan untuk menjadi seorang imam Fransiskan Kapusin. Sebaliknya, Mark menamatkan kuliahnya dan menjadi seorang pengacara terkenal.

Mark seringkali membela perkara kaum miskin yang tidak memiliki uang untuk membayar. Oleh sebab itulah ia dijuluki, “Pengacara Orang Miskin.” Karena Mark seorang yang jujur, ia menjadi muak dengan ketidakjujuran yang terjadi dalam pengadilan. Ia memutuskan untuk mengikuti jejak saudaranya dan menjadi seorang imam. Mark menerima jubahnya dan memilih nama Fidelis, yang berarti “setia.”

Pastor Fidelis bersukacita ketika ia diutus ke Swiss, di sana banyak orang yang memusuhi iman Katolik. Pastor Fidelis ingin memenangkan jiwa mereka dan membawa mereka kembali ke pangkuan Gereja. Khotbah-khotbahnya membawa hasil yang menakjubkan. Banyak orang bertobat. Musuh Gereja Katolik amat marah dengan keberhasilannya.

St. Fidelis tahu bahwa hidupnya ada dalam bahaya, namun demikian ia terus saja berkhotbah. Suatu hari, tengah ia berkhotbah, sebuah peluru ditembakkan, tetapi meleset. Pastor Fidelis tahu bahwa ia harus meninggalkan kota saat itu juga. Dan ia melakukannya, tetapi, saat ia sedang dalam perjalanan ke kota terdekat, gerombolan orang yang marah menghentikannya. Mereka memerintahkannya untuk mengingkari iman Katolik. St. Fidelis menjawab dengan tegas, “Aku tidak akan mengingkari iman Katolik.” Orang-orang menyerangnya dengan tongkat, pentung dan senjata lainnya.

Dalam keadaan terluka sang imam memaksakan dirinya untuk berlutut. Ia berdoa: “Tuhan, ampunilah musuh-musuhku. Mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Tuhan Yesus, kasihanilah aku! Bunda Maria yang kudus, Bundaku, tolonglah aku!” Orang banyak itu kembali menyerangnya hingga mereka yakin bahwa ia sudah tewas.

St. Fidelis wafat sebagai martir pada tahun 1622 dalam usia empat puluh empat tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Benediktus XIV pada tahun 1746.

Percayakah aku bahwa Tuhan hendak memakaiku secara unik untuk membawa orang-orang lain lebih dekat kepada-Nya.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santa Rosa Virginia Pelletier, Perawan 
Rosa Virginia Pelletier lahir pada tanggal 31 Juli 1796 disebuah daerah pengungsian di pulau Noimoutier. Ayahnya, Julian Pelletier adalah seorang dokter. Ibunya bernama Anne Mourain. Perkawinan kedua orangtuanya berlangsung ketika sang ayah berumur 29 tahun, dan ibunya berumur 20 tahun. Ketika itu mereka tinggal di Soullans, sebuah daerah dataran rendah yang indah di Perancis.
Sekitar tanggal 21 Januari 1793 pecahlah pergolakan hebat diseluruh negeri Perancis. Kehidupan Gereja pun turut terguncang. Banyak imam yang dibunuh oleh orang-orang yang membenci gereja. Namun sayang bahwa penjahat-penjahat itu tidak ditangkap dan dihukum. Mereka dibiarkan berkeliaran dan melakukan berbagai aksi kejahatan. Mengingat bahaya yang menimpa imam-imam, maka keluarga Pelletier menyembunyikan pastor Paroki Soullans di rumahnya. Tetapi hal ini kemudian diketahui oleh para penjahat itu. Pastor itu ditangkap dan kemudian dibunuh. Karena merasa terancam, keluarga Pelletier pindah ke pulau Noimoutier, tempat kelahiran Rosa Virginia Pelletier. Rosa dididik secara Katolik dalam lingkungan yang sangat baik. Semenjak kecil ia dilatih untuk bekerja keras dan berkelakuan baik terhadap orang lain. Namanya Rosa berarti "Bunga Mawar" menunjukkan harapan orang tuanya akan perkembangan diri Rosa menjadi seorang putri yang harum namanya dan berguna bagi banyak orang lain. Sedangkan Virginia yang berarti "perawan" menunjukkan harapan orangtuanya untuk suatu corak hidup yang mengikuti teladan Bunda Perawan Maria.
Setelah hidup lama di Noimoutier, dokter Pelletier meninggal dunia. Ibu Anne mengalami goncangan batin yang hebat karena kematian suaminya. Semenjak itu ia sendirilah yang harus bersusah payah membesarkan Rosa kecil. Kepedihan yang sama menimpa Rosa, yang tak lama kemudian menerima sakramen Permandian dan Penguatan. Kemudian setelah situasi umum di Soullans aman dan damai, ibu Anne bersama Rosa pindah kembali ke daerah asalnya Soullans. Disini, Rosa dimasukkan ke dalam asrama untuk melanjutkan pendidikannya. Di asrama ini, Rosa berusaha selalu menampilkan diri sebagai gadis yang menyenangkan banyak orang. Sikap dan tingkah lakunya berbeda sekali dengan teman-temannya. Ia seorang gadis yang tenang, alim, tidak suka memberontak dan rajin membantu orang lain. Dengan senang hati ia membantu suster pemimpin asrama untuk menertibkan rekan-rekannya. Pendidikannya di asrama ini sungguh menyiapkan dia untuk menjadi seorang suster yang saleh di kemudian hari.
Sementara berada di asrama, peristiwa duka lain menimpa dirinya. Constan, saudaranya meninggal dunia. Enam bulan setelah kematian Constan, ibunya tercinta meninggal dunia juga. Semua peristiwa yang datang beruntun ini meninggalkan luka batin yang cukup dalam di hati Rosa. Ia terus saja memikirkan ayahnya, ibunya dan saudaranya. Tetapi inilah saat yang tepat bagi Tuhan untuk bertindak atas diri Rosa. Pada suatu hari, dia bersama kawan-kawannya berkunjung ke biara suster-suster Kongregasi Santa Maria Pengasih. Disini mereka merayakan Misa Kudus bersama suster-suster itu. Peristiwa ini menumbuhkan dalam hatinya minat untuk menjalani hidup sebagai seorang suster. Maksud hatinya untuk menjadi seorang suster diberitahukan kepada kakaknya Anne Yosefin dan Marsaud, suami Anne. Tetapi cita-citanya itu tidak disetujui. Saudaranya tidak menyetujui kalau Rosa masuk biara itu. Ia boleh masuk biara lain seperti biara Santa Ursula. Namun demikian, Rosa tidak putus asa. Ia terus berdoa agar Tuhan memberikannya jalan. Akhirnya kedua kakaknya menyetujui cita-cita Rosa. Pada tanggal 20 Oktober 1814, Rosa pergi ke Tours untuk menjalani hidup membiara.
Setelah menjalani masa postulan selama 11 bulan, Rosa memasuki masa novisiat. Ia diberi nama baru "Euphrasia". Ia giat mempelajari Kitab Suci dan rajin membaca riwayat hidup orang-orang Kudus. Pada tanggal 9 September 1817, ia mengucapkan kaulnya yang pertama: kemiskinan, ketaatan, kemurnian dan pengabdian untuk keselamatan kaum wanita. Jubah mereka khas. Warna putih. Di bagian dada tergantung salib biru yang melambangkan sengsara Kristus. Disamping salib terdapat sejenis kalung dengan medali bergambar Santa Perawan Maria dan Kanak-Kanak Yesus, dikelilingi bunga bakung dam sekuntum mawar yang melambangkan cinta abadi.
Sebagai seorang suster muda, Euphrasia melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya dengan penuh semangat. Ia ditugaskan di bidang pendidikan anak-anak asuhan yang ada dalam biara itu, dan berusaha agar mereka bisa kembali ke masyarakat sebagai orang-orang yang berguna. Karena kesalehan dan kepribadiannya yang menarik, dia diangkat sebagai pemimpin biara pada tahun 1825. Dalam tugas baru ini, ia berusaha dengan bantuan Tuhan untuk mengembangkan biaranya. Cintanya kepada santa Theresia dari Avilla sangat besar. Karena itu ia lebih condong kepada cara hidup karmelit. Atas izin pimpinan biara Karmelit, ia memadukan aturan-aturan Ordo Karmelit dan Anggaran Dasar Biaranya sendiri. Corak hidup mereka mengikuti corak hidup "Magdalena".

Banyak orang yang tertarik pada corak hidup yang baru ini. Mula-mula ada empat orang menggabungkan diri di bawah bimbingannya. Mereka segera menyebarluaskan wilayah kerjanya ke beberapa kota, antara lain Tours dan Angers. Kemudian meluas lagi meliputi negara-negara seperti Inggris, Belgia, Jerman dan Italia bahkan sampai ke tanah air kita, Indonesia. Akhirnya pada tanggal 24 April 1868, suster Maria Euphrasia meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya selama masa tuanya. Paus Pius XII (1939-1958) memberi gelar "kudus" kepadanya pada tanggal 2 Mei 1940.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id


25 April, 
S. Markus, Pengarang Injil.

Markus hidup pada jaman Yesus. Ia bukan salah seorang dari kedua belas rasul Kristus, melainkan saudara sepupu St. Barnabas, rasul. Markus menjadi terkenal karena ia menulis satu dari keempat Injil. Sebab itu ia disebut pengarang Injil. Injil Markus cukup singkat, tetapi memberi banyak keterangan terperinci yang tidak terdapat dalam Injil lainnya. Ketika masih muda, Markus pergi bersama dua rasul besar, Paulus dan Barnabas, dalam suatu perjalanan kerasulan untuk mewartakan ajaran Yesus pada bangsa-bangsa lain. Tetapi, sebelum perjalanan berakhir, tampaknya Markus berselisih dengan St. Paulus. Markus mendadak kembali ke Yerusalem. Paulus dan Markus akhirnya dapat mengatasi perselisihan mereka. Malahan, dari penjara di Roma, Paulus menulis agar Markus datang untuk menghibur serta membantunya.

Markus juga menjadi murid kesayangan St. Petrus, paus pertama. St. Petrus menyebut St. Markus sebagai “anakku.” Karena itu, sebagian orang beranggapan bahwa Petrus hendak mengatakan bahwa dialah yang membaptis Markus. Markus ditahbiskan sebagai uskup dan diutus ke Alexandria, Mesir. Di sana ia mempertobatkan banyak orang. Ia bekerja keras untuk mewartakan kasih bagi Yesus dan Gereja-Nya. Menurut tradisi ia harus mengalami penderitaan yang panjang serta menyakitkan sebelum ia wafat.

Reliqui St. Markus dibawa ke Venesia, Italia. Ia diangkat sebagai santo pelindung kota Venesia. Peziarah pergi ke Basilika St. Markus yang indah untuk menghormatinya serta mohon bantuan doanya.

"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
(Markus 16:15)

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



26 April, 
S. Radbertus.

St Radbertus hidup pada abad kesembilan di Perancis. Tak seorang pun tahu siapa orangtuanya. Mereka meninggalkan bayi mereka yang baru dilahirkan di depan pintu Biara Notre Dame. Para biarawati mengasihi dan merawat sang bayi. Mereka menamainya Radbertus. Ketika sudah cukup besar untuk belajar, Radbertus dikirimkan kepada para biawaran St Petrus yang tak jauh dari sana untuk dididik.

Radbertus senang belajar dan teristimewa menaruh minat pada sastra Latin. Setelah dewasa, ia hidup tenang sebagai ilmuwan. Ia tetap seorang awam selama beberapa tahun. Kemudian ia merasakan panggilan untuk menjadi seorang biarawan. Ia menggabungkan diri dalam suatu komunitas yang dipimpin oleh dua abbas yang penuh semangat, yakni St Adalhard dan saudaranya yang menggantikannya, Abbas Wala. Radbertus berupaya menjadi seorang biarawan yang kudus. Ia kerap menemani kedua abbas dalam perjalanan-perjalanan mereka. Ia menulis biografi kedua abbas setelah mereka wafat. Radbertus menjadi seorang ahli Kitab Suci. Ia menulis ulasan panjang mengenai Injil St Matius. Ia juga menulis ulasan mengenai bagian-bagian lain dari Injil. Tetapi karyanya yang paling tersohor berjudul “Tubuh dan Darah Kristus”.

Radbertus tidak merasakan panggilan untuk menjadi imam. Tetapi ia dibujuk untuk menerima penunjukkan sebagai abbas selama tujuh tahun lamanya. Kemudian ia mendesak untuk kembali ke cara hidup dalam doa, meditasi, belajar dan menulis. Masa jabatannya sebagai abbas sungguh amat sulit baginya meski ia berupaya melakukan yang terbaik seturut kemampuannya. Ia menghabiskan sisa hidupnya dengan berdoa, menulis dan melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya. Radbertus wafat pada tahun 860.

Kiranya kita senantiasa memuliakan Tuhan atas anugerah hidup.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Santo Kletus dan Marselinus, Paus dan Martir
Selama beberapa abad lamanya, nama Anakletus dan Kletus dianggap orang sebagai dua orang Paus yang berbeda. Tetapi sekarang kedua nama itu dianggap sebagai nama dari satu orang. Menurut daftar resmi para Paus yang dikeluarkan oleh Tahkta Suci, Paus Anakletus (Kletus) memimpin gereja dari tahun 76 sampai tahun 88.
Ahli-ahli sejarah Gereja, mengikuti daftar nama Paus yang diterbitkan oleh santo Irenius dari Lyons, menyamakan Paus Anakletus dengan Kletus. Eusebius dalam bukunya "Sejarah Gereja" menyatakan, bahwa Linus, Uskup Roma, setelah memimpin selama 12 tahun, mengalihkan kepemimpinannya itu kepada Kletus. Dalam doa bagi para Kudus dalam perayaan Ekaristi, setelah menyebutkan nama Santo Petrus dan Paulus serta para rasul lainnya, imam menyebutkan nama Linus dan Kletus. Hal ini menunjukkan bahwa Anakletus pengganti Santo Petrus, ditetapkan sebagai Paus selama masa yang kurang damai dan aman di dalam gereja, menyusul masa penganiyaan oleh raja Nero, yang berlangsung dari tahun 64 sampai 68.
Sangat sedikit informasi yang didapat tentang riwayat hidup Anakletus. Ia membagi kota Roma dalam 25 buah paroki. Ia membangun dan menghiasi kapela di jalan Ostian sebagai penghormatan kepada Santo Paulus dan membangun sebuah kapela yang sama di atas kuburan santo Petrus di Vatikan. Buku para Paus (Liber Pontificalis) menyebutkan bahwa Anakletus dikuburkan di suatu tempat dekat kuburan Santo Petrus.

Anakletus mati sebagai martir dalam masa penganiayaan kaisar Domitianus II (81-96). Buku misa Romawi mendaftarkan hari pestanya bersama-sama dengan Marselianus, yang juga seorang Paus. Marselianus dikenal sebagai Paus yang baik hati dan penuh kasih kepada umat. Banyak sekali orang kristen yang telah menyangkal imannya pada masa penganiayaan diterimanya kembali ke pangkuan Gereja, asal saja mereka sungguh-sungguh bertobat dan bersedia menjalankan tapa untuk menghapus dosa-dosa mereka. Kebaikan hatinya ini membuat banyak orang mengkritik dan menfitnahnya. Akhirnya ia sendiri mati dianiaya karena Kristus pada tahun 309.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id


27 April, 
S. Zita.

St. Zita dikenal sebagai santa pelindung para pembantu rumah tangga. Ia dilahirkan di dusun Monte Sagrati, Italia, pada tahun 1218. Orangtuanya sangat saleh dan membesarkan Zita dengan cinta kasih Kristiani. Merupakan tradisi pada waktu itu bahwa keluarga-keluarga miskin akan mengirimkan anak-anak gadis mereka kepada keluarga-keluarga yang terpercaya, yang mampu mempekerjakan mereka. Para gadis itu akan tinggal dalam keluarga tersebut untuk beberapa waktu lamanya dan dipekerjakan untuk melakukan tugas-tugas rumah tangga. Zita pergi bekerja di rumah keluarga Fatinelli di Lucca ketika usianya dua belas tahun.

Bapak dan Ibu Fatinelli adalah orang yang baik, mereka memiliki beberapa pekerja. Zita senang dapat bekerja dan mengirimkan upahnya kepada orangtuanya. Ia berusaha hidup penuh tanggung jawab. Ia membiasakan diri untuk berdoa di luar jadwal kerjanya. Setiap pagi ia bangun pagi-pagi benar agar dapat ambil bagian dalam perayaan Misa.

Zita seorang pekerja yang rajin. Ia merasa bahwa bekerja adalah bagian dari hidupnya. Tetapi pekerja-pekerja lain iri hati kepadanya. Sedapat mungkin mereka bekerja sedikit saja. Mereka mulai mencari-cari kesalahan Zita serta memusuhinya tanpa sepengetahuan majikan mereka. Zita merasa sedih, tetapi ia berdoa mohon kesabaran. Ia tidak pernah melaporkan mereka. Ia tetap melakukan tugas-tugasnnya sebaik mungkin tanpa peduli pendapat mereka.

Ketika seorang dari para pekerja berusaha menciumnya, Zita melawan. Laki-laki itu meninggalkan ruangan dengan cakaran-cakaran di wajahnya. Bapak Fatinelli menanyai Zita secara pribadi mengenai insiden tersebut. Dengan jujur Zita mengatakan apa yang telah terjadi. Setelah peristiwa itu, Zita diangkat sebagai kepala pengurus rumah tangga. Anak-anak Fatinelli pun dipercayakan kepadanya. Dan yang paling menyenangkan, para pekerja lainnya tidak lagi memusuhinya. Sebagian dari mereka malahan berusaha meniru teladannya.

Zita melewatkan seluruh hidupnya bersama keluarga Fatinelli. Sementara para pekerja lainnya datang dan pergi, ia tetap setia. Ia melayani majikannya dengan cinta kasih. Ia mengasihi mereka seperti ia mengasihi keluarganya sendiri. Dengan teladannya, Zita membantu orang menyadari bahwa bekerja itu menyenangkan apabila dilakukan dengan semangat cinta kasih Kristiani. Zita wafat dengan tenang pada tanggal 27 April 1278 dalam usia enam puluh tahun.

Teladan hidup St. Zita menunjukkan pada kita bahwa bekerja itu menyenangkan apabila dilakukan dengan semangat cinta kasih Kristiani. Bagaimana aku menghargai pekerjaanku?

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Santo Petrus Kanisius, Imam dan Pujangga Gereja
Petrus Kanisius lahir pada tanggal 8 Mei 1521 di Nijmegen, Belanda. Ketika itu Nijmegen masih termasuk bagian wilayah keuskupan Agung Cologne dan berada di bawah kekuasaan Jerman. Petrus adalah putra tertua dari Yakob Kanis. Yakob Kanis, ayahnya menjabat sebagai Walikota Nijmegen, dan menjadi guru pribadi bagi anak-anak raja dari Lorraine. Semasa hidupnya Petrus menyaksikan pergolakan hebat dalam tubuh Gereja oleh munculnya gerakan Reformasi pimpinan Martin Luther.
Pada umur 14 tahun, Petrus masuk Universitas Cologne dan mencapai gelar Magister (Master of Arts) pada usia 19 tahun. Ia bercita-cita menjadi seorang ahli di bidang hukum. Untuk itu ia melanjutkan studinya di Universitas Louvain. Tetapi kemudian ia berubah haluan. Ia mulai tertarik dengan kehidupan membiara. Ketertarikannya pada kehidupan membiara ini berkaitan erat dengan cara hidup para pertapa di biara Kartusian yang disaksikannya sendiri selama belajar di Cologne. Karena itu, ia kembali ke Cologne untuk belajar Teologi. Di sana ia mengikuti latihan-latihan rohani Santo Ignatius dari Loyola, yang dipimpin oleh Petrus Faber, seorang imam Yesuit yang saleh. Latihan rohani ini sungguh meresap dalam hatinya sehingga Petrus memutuskan untuk menjadi seorang imam Yesuit juga. Niatnya untuk memasuki biara Kartusia dibatalkannya.
Ketika berumur 22 tahun, Petrus memasuki Serikat Yesus. Di Cologne, Petrus turut mendirikan rumah Yesuit pertama, tempat ia menjalani masa novisiatnya. Pada tahun 1546, ia ditabhiskan menjadi imam dan segera terkenal sebagai pengkhotbah ulung. Kardinal Otto Truchess von Waldburg, Uskup Augsburg, memilihnya menjadi teolog pribadinya pada Konsili Trente. Dalam konsili itu, Petrus mendapat kesempatan untuk berbicara, baik di Trente maupun di Bologna. Kemudian ia dipanggil ke Roma oleh Santo Ignatius sendiri, dan pada tahun 1548 ia dikirim untuk mengajar retorik di sekolah Yesuit Pertama di Messina, Sisilia.
Sebagai jawaban terhadap permohonan Raja William IV dari Bavaria, yang membutuhkan professor-professor Katolik untuk melawan ajaran-ajaran bidaah, Paus Paulus III (1543-1549) mengirimkan Petrus dan dua orang imam Yesuit lainnya ke Ingolstadt untuk mengajar di sebuah universitas yang ada disana. Pada tahun 1550, setahun setelah Petrus mengucapkan kaul kekal dalam serikat Yesus, Petrus diangkat menjadi rektor Universitas Ingolstadt. Melalui khotbah-khotbah dan katekasenya, ia berhasil membangkitkan lagi semangat hidup keagamaan di kalangan umat di wilayah itu. Pada tahun 1552, atas permohonan Raja Ferdinand I dari Austria, ia pergi ke Vienna untuk menjalankan misi yang sama. Di Vienna, Raja Ferdinand menawarkan kepadanya jabatan uskup Vienna, tetapi selalu di tolaknya. Pada tahun 1554, atas permohonan Paus Yulius III, Ignatius Loyola mengijinkan Petrus menjadi administrator tahkta Suci yang mengalami kekosongan. Di sini ia menyusun buku katekismusnya yang terkenal: Ringkasan Ajaran Kristen, yang dipakai oleh seluruh Eropa selama beberapa abad sebagai buku pegangan. Kemudian ia menyusun lagi dua buku katekismus yang lebih singkat untuk sekolah-sekolah. Kemudian Petrus diangkat sebagai pemimpin serikat untuk sebuah wilayah kerja Yesuit yang meliputi Jerman Selatan, Autria, dan Bohemia. Dalam masa kepemimpinannya, ia membuka sebuah kolose di Munich dan Praha dan bertanggungjawab atas pembaharuan sekolah-sekolah di Augsburg. Pada tahun 1562, ia mendirikan sebuah kolose di Insbruck dan mengambil bagian sebagai pembicara dalam Konsili Trente sebagai Teolog Ke Pausan.
Setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai pemimpin serikat, ia mengajar di Universitas Dellingen, Bavaria. Disini ia giat menulis suatu seri buku sebagai tanggapan terhadap sebuah buku yang diterbitkan sekelompok penulis Protestan dari Magdeburg. Karyanya yang terakhir di selesaikan di Frieburg, Switzerland, tempat ia mendirikan sebuah universitas dan membantu menbangun sebuah pernerbitan Katolik pada tahun 1580. Pada tahun 1591 ia jatuh sakit tetapi terus menulis hingga kematiannya pada tanggal 21 Desember 1597 di Frieburg. Oleh Sri Paus Pius XI (1922-1939) Petrus digelar sebagai seorang Pujangga Gereja yang masyur.


Santa Lydia Longley, Pengaku Iman 
Lydia Longley lahir pada tahun 1674 di Groton, sebuah daerah koloni Inggris di Amerika Serikat. Keluarga Longley penganut agama Protestan Puritan, yang keras sekali pandangan hidupnya. Ibunya meninggal dunia ketiak Lydia bersama tiga orang adiknya: Will, Jemina dan John masih kecil. Dalam usia remajanya, Lydia terpaksa menggantikan ibunya dalam mengurusi adik-adiknya. Hal ini dilakukannya sampai saat ayahnya William Longley menikah lagi dengan Crips Deliverance, seorang janda muda. Semenjak itu, Crips mengambil ahli lagi tugas-tugas Lydia sebagai ibu rumah tangga.
Dari perkawinan kedua ini, William memperoleh lagi empat orang anak: Yosef, Betty, Richard dan Mathaniel. William mendidik anak-anaknya penuh disiplin bahkan keras. Mereka dilatih untuk bekerja, berdoa dan menulis. Lydia dibebani tugas mendampingi adik-adiknya dalam melaksanakan tugas-tugas itu. Setiap minggu mereka bersama orang Kristen lainnya, dan mendengarkan khotbah pendeta Hobart. Selain itu, Willliam melatih anak-anaknya menggunakan senjata untuk membela diri bila ada suatu bahaya. Bahaya besar yang selalu mengancam hidup mereka ialah serangan orang-orang Indian yang masih biadab. Pada tahun 1694, daerah Groton diserang oleh orang-orang Indian Abenaki. Ayah dan ibunya bersama beberapa orang lainnya mati terbunuh dalam peristiwa itu. Tinggallah Lydia, Betty dan John dibiarkan hidup oleh orang-orang Indian itu. Mereka dibawa sebagai tawanan ke New France, daerah koloni Prancis. Di tengah perjalanan itu, Betty meninggal dunia dan John dipisahkan dari Lydia.
Setibanya di New France, Lydia dihadapkan ke depan penguasa Prancis setempat. Disana hadir juga tuan Le Ber, seorang duda yang beragama Katolik. Oleh Tuan Le Ber, Lydia ditebus dan diangkat menjadi anaknya sendiri. Semenjak itu, kehidupan Lydia tergantung sepenuhnya pada kebaikan hati Le Ber dan anak-anaknya Pierre dan Jeanne. Ia merasa senang karena diperlakukan sebagai anak kandung dengan cara hidup Katolik dari keluarga Le Ber, maupun dari segenap warga kota New France. Lydia kemudian berkenalan dengan Pastor Pere Meriel, imam di New Frence dan suster-suster Notre Dame. Atas pemintaan Tuan Le Ber, seorang suster datang mengajarkan bahasa Prancis kepada Lydia. Pada suatu hari, Lydia diperkenalkan pada suster Mere Bourgooys, pendiri kongregasi tersebut. Pertemuannya dengan suster Mere Bourgooys menumbuhkan dalam hatinya keinginan untuk menjadi suster juga.

Atas pengaruh keluarga Le Ber, suster-suster dan pastor Meriel, Lydia kemudian dipermandikan menjadi Katolik pada tanggal 24 April 1696 dengan nama Magdalena. Kemudian ia diterima menjadi suster dengan nama suster Magdalena. Pada tanggal 19 September 1699, ia mengikrarkan kaul kekal. Setelah bertugas di New France selama beberapa tahun, Lydia dikirim ke pulau Orleans untuk menjadi superior biara Keluarga Kudus disana. Ia meninggal dunia pada tanggal 21 Juni 1758 dan dimakamkan di kapela Kanak-Kanak Yesus di Montreal.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id


28 April, 
S. Petrus Chanel.

St. Petrus Chanel dilahirkan dekat Belley, Perancis pada tahun 1803. Sejak berumur tujuh tahun, ia menggembalakan kawanan domba ayahnya. Meskipun miskin, ia seorang anak yang cerdas dan saleh. Suatu hari, seorang imam paroki yang baik hati berjumpa dengannya. Imam begitu terkesan padanya hingga ia meminta ijin dari orangtuanya agar diperbolehkan menyediakan pendidikan bagi Petrus. Di sekolahnya, dan kelak di seminari, Petrus belajar dengan tekun. Ketika telah ditahbiskan sebagai imam, ia ditugaskan di sebuah paroki di mana hanya ada sedikit umat Katolik yang masih mengamalkan imannya. Pastor Chanel seorang pendoa. Ia baik hati serta lemah lembut pada setiap orang. Hanya dalam waktu tiga tahun, terjadi perubahan besar di paroki. Banyak orang kembali mengasihi Yesus dan Gereja-Nya dengan segenap hati.

St. Petrus sangat ingin menjadi seorang misionaris. Ia bergabung dengan ordo religius Serikat Maria (Misionaris-misionaris Maria). Ia berharap agar diutus untuk mewartakan Injil kepada mereka yang masih belum percaya kepada Tuhan. Beberapa tahun kemudian keinginannya terkabul. Ia dan sekelompok misionaris Maria diutus ke kepulauan Lautan Teduh. Pastor Chanel dan seorang broeder ditugaskan di pulau Futuna. Di sana, penduduk dengan senang hati mendengarkan khotbah Pastor Chanel. “Orang ini mengasihi kita,” demikian kata seorang penduduk. “Dan ia sendiri mengamalkan apa yang ia ajarkan kepada kita.”

Sayang sekali, kepala suku Futuna menjadi iri hati atas keberhasilan sang imam. Ketika puteranya sendiri dibaptis, ia menjadi amat murka. Ia mengirim sepasukan prajurit untuk membunuh sang misionaris. Sementara terbaring sekarat, yang dikatakan imam hanyalah, “Aku baik-baik saja.” St. Petrus Chanel dibunuh pada tanggal 28 April 1841. Tak lama sesudah kemartirannya, seluruh penduduk pulau telah menjadi Kristen. Petrus dinyatakan kudus oleh Paus Pius XII pada tahun 1954.

Apakah aku rindu dan berharap dapat mewartakan Injil kepada mereka yang masih belum percaya kepada Tuhan?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”


Santo Louis Marie Grignon de Monfort, Pengaku Iman
Louis Grignon lahir di Monfort, Prancis, dari sebuah keluarga miskin pada tahun 1673. Di masa mudanya, ia dikenal lekas marah bila ada sesuatu yang tidak memuaskan hatinya. Namun ketika ia meningkat dewasa, ia mampu mengendalikan sifatnya itu dan berubah menjadi seorang yang penuh pengertian dan rendah hati. Perubahan ini menjadi suatu persiapan yang baik baginya untuk memasuki perjalanan hidup yang panjang sebagai seorang imam.
Pendidikannya yang berlangsung di Paris dirintangi oleh banyak kesulitan, terutama karena kekurangan uang, baik untuk biaya pendidikannya maupun untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hidupnya sungguh memprihatinkan. Biliknya sangat sempit, tanpa pemanas ruangan di musim dingin. Untuk memperoleh sedikit uang, ia berusaha bekerja malam di sebuah rumah sakit sebagai penjaga jenazah-jenazah. Namun semua penderitaan yang menimpanya dihadapinya dengan penuh ketabahan demi mencapai cita-citanya yang luhur.
Setelah beberapa tahun berkarya sebagai imam misionaris di dalam negeri dan menjadi pembimbing rohani di sebuah rumah sakit, ia berziarah ke Roma untuk bertemu dengan Sri Paus Klemens XI (1700-1721). Di Roma ia diterima oleh Sri Paus. Melihat karya dan kepribadiannya, Sri Paus memberi gelar "Misionaris Apostolik" kepadanya. Oleh Sri Paus, ia ditugaskan untuk mentobatkan para penganut Yansenisme yang sudah merambat di seluruh Prancis. Tugas suci itu diterimanya dengan senang hati dan dilaksanakannya dengan sangat berhasil.

Di Poiters, ia meletakkan dasar bagi Kongregasi Suster-suster Putri Sapientia, sedangkan di Paris ia menyiapkan Anggaran Dasar bagi tarekat imam-imamnya. Ia menghayati kaul kemiskinan dengan sungguh-sungguh dengan menggantungkan seluruh hidupnya kepada kemurahan hati umatnya. Dua kali ia lepas dari usaha pembunuhan oleh para penganut Yansenisme. Di Indonesia ia dikenal sebagai salah satu pelindung Legio Maria. Ia mendirikan Tarekat Monfortan, yang anggota-anggotanya berkarya juga di Kalimantan Barat. Bertahun-tahun terakhir hidupnya dihabiskannya dengan berdiam di sebuah gua yang sunyi untuk berdoa dan berpuasa hingga menghembuskan nafasnya pada tahun 1716 dalam usia 43 tahun. 
Sumber : http://www.imankatolik.or.id


29 April, 
S. Katarina dari Siena.

St. Katarina dilahirkan pada tahun 1347. Santa yang termashyur ini adalah pelindung Italia, tanah airnya. Katarina adalah anak bungsu dalam keluarga yang dikaruniai dua puluh lima anak. Ayah dan ibunya menghendaki agar ia menikah dan hidup bahagia. Tetapi, Katarina hanya ingin menjadi seorang biarawati. Untuk menyatakan tekadnya, ia memotong rambutnya yang panjang dan indah. Ia ingin menjadikan dirinya tidak menarik. Orangtuanya amat jengkel dan seringkali memarahinya. Mereka juga menghukumnya dengan memberinya pekerjaan rumah tangga yang paling berat. Tetapi Katarina pantang menyerah. Pada akhirnya, orangtuanya berhenti menentangnya.

St. Katarina seorang yang amat jujur dan terus terang di hadapan Yesus. Suatu ketika ia bertanya kepada-Nya, “Di manakah Engkau, Tuhan, ketika aku mengalami cobaan yang begitu mengerikan?” Yesus menjawab, “Puteri-Ku, Aku ada dalam hatimu. Aku membuatmu menang dengan rahmat-Ku.” Suatu malam, sebagian besar penduduk Siena ke luar ke jalan-jalan untuk suatu perayaan. Yesus menampakkan diri kepada Katarina yang sedang berdoa seorang diri dalam kamarnya. Bersama Yesus, datang juga Bunda Maria. Bunda Maria memegang tangan Katarina lalu memberikannya kepada Putra-nya. Yesus menyematkan sebentuk cincin di jari tangan Katarina dan ia menjadi pengantin-Nya.

Pada masa itu, Gereja mengalami banyak sekali masalah. Banyak pertikaian terjadi di seluruh Italia. Katarina menulis surat-surat kepada para raja dan ratu. Ia bahkan datang menghadap para penguasa agar berdamai dengan paus dan mencegah peperangan. Katarina meminta paus untuk meninggalkan Avignon, Perancis dan kembali ke Roma untuk memimpin Gereja. Ia mengatakan bahwa itulah yang dikehendaki Allah. Bapa Suci mendengarkan nasehat St. Katarina serta melakukan apa yang dikatakannya.

Katarina tidak pernah lupa bahwa Yesus ada dalam hatinya. Melalui dia, Yesus memelihara orang-orang sakit yang dirawatnya. Melalui dia, Yesus menghibur para tahanan yang dikunjunginya di penjara. Santa besar ini wafat di Roma pada tahun 1380. Usianya baru tiga puluh tiga tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Pius II pada tahun 1461. Pada tahun 1970, Paus Paulus VI mengangkatnya sebagai Pujangga Gereja. St. Katarina menerima kehormatan besar ini karena ia melayani Gereja Kristus dengan gagah berani sepanjang masa hidupnya yang singkat.

“Engkau bagaikan misteri yang dalam sedalam lautan; semakin aku mencari, semakin aku menemukan, dan semakin aku menemukan, semakin aku mencari Engkau. Tetapi, aku tidak akan pernah merasa puas; apa yang aku terima menjadikanku semakin merindukannya. Apabila Engkau mengisi jiwaku, rasa laparku semakin bertambah, menjadikanku semakin kelaparan akan terang-Mu.” ~ St. Katarina dari Siena

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Santo Petrus dari Verona, Martir
Petrus lahir di Verona, Italia, pada tahun 1205. Ia mendapat pendidikan di sekolah Katolik, padahal keluarganya menganut faham Katarisme. Faham Katarisme mengajarkan bahwa segala sesuatu yang bersifat kebendaan (materi) adalah buruk dan jahat, oleh karena itu bukan ciptaan Allah yang MahaBaik. Bumi dan segala isinya yang bersifat kebendaan bukan ciptaan Allah..
Ajaran Katarisme ini bertentangan sekali dengan ajaran iman Katolik yang diperoleh Petrus di sekolahnya. Di sekolah ia diajarkan tentang pengakuan Iman Para Rasul (Credo) yang antara lain berbunyi: "Aku percaya akan Allah Bapa yang MahaKuasa Pencipta langit dan bumi…" Ajaran iman katolik ini lebih berkesan di hatinya. Kepada keluarnya ia berkata: "Pengetahuanku tentang rahasia-rahasia iman Katolik sangatlah jelas dan dalam, dan keyakinanku akan kebenaran-kebenaran itu sungguh kokoh, sehingga bagiku semuanya itu lebih merupakan sesuatu yang tampak di mataku daripada yang diimani belaka."
Setelah menanjak dewasa, Petrus masuk biara Dominikan. Disana ia menerima pakaian biara dari tangan Santo Dominikus sendiri. Setelah menempuh pendidikan hidup membiara, ia ditabhiskan menjadi imam. Sebagai imam baru, ia ditugaskan berkhotbah di seluruh wilayah Lombardia tentang ajaran iman yang benar. Hal ini menimbulkan kemarahan dan kebencian para penganut Katarisme. Para pengikut aliran sesat itu menyerangnya dengan berbagai tuduhan palsu. Tanpa menyelidiki secara mendalam benar-tidaknya ajaran yang disebarkan Petrus dalam khotbah-khotbahnya, para pembesar masyarakat menegur dan mengecamnya. Menghadapi kecaman-kecaman itu, Petrus tetap bersemangat menjalankan tugasnya sebagai pengkhotbah dan terus berdoa meminta kepada Tuhan agar kiranya ia dapat mati untuk Tuhan, sebagaimana telah diteladankan Yesus dengan mati di salib demi keselamatan manusia, termasuk dirinya. Ia selalu berkata: "Biarkanlah mereka melakukan apa saja atas diriku sesuai rencana mereka. Aku tetap bergembira dan bersemangat karena dengan mati aku akan lebih berpengaruh daripada sekarang."
Doa-doanya untuk mati dalam nama Tuhan terkabulkan, ketika ia dibunuh oleh dua orang Kataris sementara menjalankan tugasnya sebagai pengajar agama. Tetapi justru kematiannya ini membawa banyak berkat bagi orang-orang Kataris. Segera setelah peristiwa pembunuhan atas dirinya, seorang dari pembunuh itu bertobat dan masuk biara Dominikan. 

Santo Hugo/ Hugo Agung, Abbas
Putra bangsawan dari Samur, Prancis ini lahir pada tahun 1024. Ketika berusia 15 tahun, ia masuk biara Benediktin dan menjadi Abbas biara Kluni pada usia 25 tahun. Ketika itu biara Perancis ini mulai kuat pengaruhnya di seluruh Eropa. Banyak biara Kluni didirikan pada masa kepemimpinan Hugo. Aturan-aturan hidup membiara dibuatnya untuk seluruh biara yang dibangunnya.

Kepribadian yang mengagumkan dan kesalehan hidupnya berpengaruh luas baik di kalangan gereja maupun pemerintahan negara. Ia menjadi penasihat bagi sembilan orang Paus, termasuk Sri Paus Gregorius VII (1073-1085) dan banyak pemimpin negara. Ia berusaha keras untuk membaharui cara hidup para imam dan berusaha membebaskan Gereja dari pengawasan negara. Karena semuanya itu, ia dikenal sebagai pencinta dan pencipta perdamaian, dan sebagai sahabat para kusta dan semua orang sakit yang berada di rumah sakit yang didirikannya di Marcigny. Ia meninggal pada tanggal 29 April 1109 dan digelari kudus pada tahun 1120.Sumber : http://www.imankatolik.or.id


30 April, 
S. Pius V.   

Paus yang kudus ini dilahirkan di Italia pada tahun 1504. Ia dibaptis dengan nama Antonius Ghislieri. Antonius sungguh ingin menjadi seorang imam, tetapi tampaknya angan-angannya itu tidak akan pernah menjadi kenyataan. Orangtuanya miskin. Mereka tidak punya cukup uang untuk menyekolahkannya. Suatu hari, dua orang imam Dominikan datang ke rumahnya dan bertemu dengan Antonius. Para imam itu amat suka kepadanya hingga mereka bersedia mengurus pendidikannya. Demikianlah, pada usia empat belas tahun, Antonius bergabung dalam Ordo Dominikan. Ia memilih nama “Mikhael”. Setelah menamatkan studinya, ia ditahbiskan sebagai imam. Kemudian ia ditahbiskan pula sebagai uskup dan kardinal.

Dengan gagah berani ia mempertahankan ajaran-ajaran Gereja dari mereka yang berusaha menentangnya. Ia senantiasa hidup dengan bermatiraga. Ketika usianya enam puluh satu tahun, ia dipilih menjadi paus. Ia memilih nama Paus Pius V. Dulu ia seorang bocah penggembala domba yang miskin. Sekarang ia adalah pemimpin tertinggi Gereja Katolik di seluruh dunia. Walaupun demikian, paus tetap rendah hati dan sederhana seperti sedia kala. Ia masih mengenakan jubah Dominikan-nya yang putih, jubah tua yang selama ini dikenakannya. Dan tak seorang pun dapat membujuknya untuk menggantinya.

Paus Pius V harus menghadapi banyak tantangan. Ia menimba kekuatan dari salib Yesus. Setiap hari ia merenungkan sengsara dan wafat Kristus. Pada waktu itu, bangsa Turki berusaha menguasai seluruh wilayah Kristen. Mereka mempunyai armada angkatan laut yang hebat di Laut Tengah. Bala tentara Kristen bertempur melawan mereka di suatu wilayah yang disebut Lepanto, dekat Yunani. Sejak saat bala tentaranya keluar untuk berperang, Bapa Suci terus-menerus berdoa rosario. Ia mendorong umatnya untuk melakukan hal yang sama. Puji syukur atas bantuan Bunda Maria, bala tentara Kristen menang mutlak atas musuhnya. Sebagai ungkapan terima kasih kepada Bunda Maria, St. Pius V menetapkan Pesta SP Maria Ratu Rosario yang kita rayakan setiap tanggal 7 Oktober.

Paus Pius V wafat di Roma pada tanggal 1 Mei 1572. Pestanya dirayakan pada hari ini karena tanggal 1 Mei adalah pesta St. Yusuf Pekerja. Pius V dinyatakan kudus oleh Paus Klemens XI pada tahun 1712.

Marilah pada hari ini kita berdoa bagi segenap uskup, imam dan para pejabat Gereja.

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”



Santo Marianus dan Yakobus, Martir
Marianus dan Yakobus yang berjabatan masing-masing sebagai lektor dan diakon adalah martir gereja purba yang mati pada tahun 259, pada masa pemerintahan Kaisar Valerian (253-260). Keduanya ditangkap di Cirta (sekarang: Kontastin, Aljajair). Kemudian bersama banyak orang Kristen lainnya, mereka digiring ke Lambessa, sekitar 80 mil jauhnya dari Cirta. Disana mereka disiksa lalu dipenggal kepalanya bersama orang-orang Kristen lainnya. 

Santo Yosef-Benedik Cottolengo, Pengaku Iman.
Yosef-Benedik hidup antara tahun 1786-1842. Ia membangun rumah penginapan untuk para gelandangan, yatim-piatu dan penderita sakit yang terlantar. Yosef mengurus 8000 orang lebih semata-mata dari derma saja, karena ia percaya penuh kepada Penyelenggaraan Ilahi.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id