1 Nopember
Hari Raya Semua Orang Kudus
Hari
raya ini mula-mula dirayakan di lingkungan Gereja Timur untuk menghormati semua
saksi iman yang mati bagi Kristus dalam usahanya merambatkan iman Kristen. Di
lingkungan Gereja Barat, khususnya di Roma, pesta ini bermula pada tahun 609
ketika Paus Bonifasius IV merombak Pantheon, yaitu tempat ibadat kafir untuk
dewa-dewi Romawi, menjadi sebuah gereja. Gereja ini dipersembahkan kepada Santa
Maria bersama para Rasul. Dahulu di Roma hari raya ini biasanya dirayakan pada
hari minggu sesudah Pentekosta. Lama kelamaan pesta ini menjadi populer untuk
menghormati para Kudus, baik mereka yang sudah diakui resmi oleh Gereja maupun
mereka yang belum dan yang tidak diketahui.
Pesta hari ini dirayakan untuk
menghormati segenap anggota Gereja, yang oleh jemaat-jemaat perdana disebut
"Persekutuan para Kudus", yakni persekutuan semua orang yang telah
mempercayakan dirinya kepada Yesus Kristus dan disucikan oleh Darah Anak Domba
Allah. Secara khusus pada hari raya ini kita memperingati rombongan besar orang
yang berdiri di hadapan takhta Allah, karena mereka telah memelihara imannya
dengan baik sampai pada akhir pertandingan di dunia ini, sehingga memperoleh
ganjaran yang besar di surga.
Di antara mereka yang
berbahagia itu teristimewa tampil para Santo-santa, Beato-beata sebagai
perintis jalan dan penuntun bagi kita. Para kudus yang berbahagia di surga itu
bersama Santa Perawan Maria, Bunda Gereja, mendoakan kita agar tekun dalam
perjuangan dan tabah dalam penderitaan. Bersama mereka kita nantikan
kebangkitan badan. Dan bila Kristus menyatakan diri dalam kemuliaan, kita akan
menjadi serupa dengan Dia. Pada saat itulah terjalin kesatuan kita yang
sempurna dengan Kristus dan dengan semua saudara kita. Para kudus itu
berbahagia karena mereka telah mengikuti Kristus.
Kebahagiaan
dan kemuliaan mereka tak bisa kita lukiskan dengan kata-kata manusiawi.
Sehubungan dengan itu Santo Paulus berkata: "Apa yang tidak pernah dilihat
oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul
di dalam hati manusia; semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi
Dia." (1Kor 2:9) Ganjaran yang diterimanya dari Kristus adalah turut serta
di dalam Perjamuan Perkawinan Anak Domba Allah. Air mata mereka telah dihapus
sendiri oleh Yesus. Tentang itu Yohanes menulis: "Berbahagialah mereka
yang diundang ke perjamuan perkawinan Anak Domba." (Why 19:9) "Dan
Dia akan menghapus segala air mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak
akan lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau berdukacita, sebab segala
sesuatu yang lama itu telah berlalu." Oleh sebab itu "Kita, mempunyai
banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita meninggalkan
semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun
dalam perlombaan yang diwajibkan kepada kita. Marilah kita melakukannya dengan
mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa
iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun
memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di
sebelah kanan takhta Allah." (Hibr 12:1-2).
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
2 Nopember
Peringatan Arwah Semua Orang Beriman
Kemarin,
kita memuliakan semua Orang Kudus dan berdoa memohon agar kita pun kelak bisa
berbahagia bersama mereka di dalam surga sambil memandang wajah Allah, Bapa
kita. Hari ini kita mengenang saudara-saudara kita yang telah meninggal namun
masih berada di Api Penyucian. Bahkan seluruh bulan Nopember ini kita khususkan
untuk berdoa dan berkorban untuk memohon kerahiman Allah atas mereka. Hal ini
kita lakukan karena di dalam Yesus Kristus, Penyelamat semua orang yang,
merindukan keselamatan dari Allah dengan tulus hati, kita tetap bersatu padu
dengan mereka. Dalam iman akan Kristus itu, kita percaya bahwa apa yang kita
namakan Persekutuan para Kudus meliputi baik kita yang masih hidup di dunia
ini, maupun semua Orang Kudus di surga, dan semua orang yang telah meninggal.
Bersama-sama kita membentuk dan terhimpun di dalam satu Gereja, yaitu Tubuh
Mistik Kristus.
Hari ini kita secara khusus
mengenang dan berdoa bagi arwah semua orang beriman yang telah meninggal dunia.
Maka kiranya ada baiknya kita menyadari makna peristiwa kematian menurut ajaran
iman kita. Bagi kita orang Kristen saat kematian sesungguhnya merupakan
peristiwa puncak kehidupan. Hidup kita tidak lenyap, melainkan hanya diubah.
Kita percaya bahwa sesudah pengembaraan kita di dunia ini selesai, tersedialah
bagi kita kediaman abadi di surga. Kematian bagi kita merupakan saat kita
mempercayakan diri secara total kepada Kristus, kebangkitan dan kehidupan kita
saat perjumpaan abadi dengan Dia, pokok pengharapan kita, yang mengantar kita
pulang ke rumah Bapa.
Atas
dasar iman itu, kita memohon agar saudara-saudara kita yang telah meninggal
dunia disucikan dari segala dosanya, dibebaskan dari segala hambatan dan noda,
dan boleh menikmati kebahagiaan kekal di sisi kanan Allah, Bapa kita, serta
boleh bersama-sama para kudus di surga memandang wajah Allah yang
dirindukannya. Hari kenangan dan peringatan ini pun sekaligus memberi
penghiburan rohani bagi kita, bahwa kelak kita akan berjumpa kembali dengan
saudara-saudara yang telah mendahului kita, untuk bersama Maria memuji dan
memuliakan Allah dalam persekutuan semua orang kudus. Kita pun pada suatu
ketika akan meninggalkan dunia ini dan pulang kepada Bapa di surga. Tetapi kita
percaya bahwa hidup atau mati, kita tetap milik Kristus.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
3 Nopember
S. Martin de Porres
Martin
dilahirkan di Lima, Peru pada tahun 1579. Ayahnya seorang bangsawan Spanyol.
Ibunya seorang budak yang telah dibebaskan dari Panama. Ayah Martin pada
mulanya menelantarkan Martin bersama ibu dan saudarinya di Peru. Mereka amat
sangat miskin.
Martin tumbuh
menjadi seorang pemuda yang baik serta saleh. Ia belajar usaha pangkas rambut.
Ia juga belajar cara mengobati berbagai macam penyakit sesuai dengan pengobatan
pada masa itu. Pada akhirnya, ayah Martin memutuskan untuk memperhatikan
pendidikan puteranya. Tetapi, Martin telah bertekad untuk mempersembahkan
hidupnya kepada Tuhan sebagai seorang Broeder Dominikan. Segera saja Broeder
Martin membuktikan bahwa ia seorang religius yang luar biasa. Tidak seorang pun
yang lebih lembut hati atau lebih taat atau lebih kudus daripadanya. Tidak lama
kemudian, ia mulai mengadakan mukjizat juga! Ia menyembuhkan begitu banyak
orang sakit hingga semua orang di kota Lima akan datang kepada Broeder Martin
apabila ada sanak atau keluarga mereka yang sakit. Broeder Martin menyambut
mereka semua, tidak peduli mereka berkulit hitam atau pun putih, semua sama
baginya. Ia mengasihi semua orang sebagai saudara serta saudarinya dalam
Kristus. Sejumlah besar uang dipercayakan kepada broeder yang baik hati serta
penuh cinta kasih ini untuk karya amal kasihnya.
Bahkan
hewan-hewan pun tidak luput dari perhatian serta cinta kasih santo yang lembut
hati ini. Ia mengijinkan tikus-tikus berkeliaran dengan berkata,
“Makhluk-makhluk kecil yang malang ini tidak punya cukup makanan.” Di rumah
saudarinya, Martin menyediakan sebuah “rumah bagi para kucing serta anjing
pengembara.”
Meskipun ia
menjadi seorang yang amat terkenal di Lima, St. Martin selalu rendah hati dan
menganggap dirinya tidak berarti. Malahan, nama yang diberikan kepada dirinya
sendiri adalah “Broeder Sapu.” Martin wafat pada tanggal 3 November 1639.
Jenazah orang kudus yang dikasihi ini dihantar ke tempat pemakaman oleh para
uskup serta para bangsawan. Mereka semua ingin menyampaikan rasa hormat mereka
kepada broeder yang rendah hati serta kudus ini. St. Martin dinyatakan kudus
oleh Paus Yohanes XXIII pada tahun 1962.
Cinta kasih
Martin disebarkan kepada siapa saja di sekelilingnya, tanpa kecuali, dan
mencakup semua makhluk hidup. Bagaimanakah aku dapat mengubah hidupku dengan
mengenali wajah Yesus dalam diri saudara serta saudariku?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Hubertus, Pengaku Iman
Dalam
buku-buku para kudus terdapat sebuah lukisan yang mengisahkan pengalaman rohani
Santo Hubertus. Tergambar seorang pemburu berlutut di hadapan seekor kijang
jantan besar yang di antara tanduknya terdapat sebuah salib yang
bersinar-sinar. Di bawah lukisan itu tertulis: Santo Hubertus:
Putera bangsawan ini lahir di Belgia. Ayahnya bernama Bertrandus, Pangeran Aquitaino, sedang ibunya bernama Hugberna. Sejak kecil Hubert dididik secara Kristiani oleh orangtuanya. Namun ia sendiri kurang memperhatikan perkembangan hidup rohaninya. Ia lebih sibuk dengan kegemarannya: berburu kijang di hutan. Banyak waktunya dihabiskan untuk berburu. Bila tiba hari minggu, ia sibuk dengan anjinganjingnya, menyandang panah dan busur untuk pergi berburu, meskipun kawan-kawannya mengajaknya ke gereja.
Putera bangsawan ini lahir di Belgia. Ayahnya bernama Bertrandus, Pangeran Aquitaino, sedang ibunya bernama Hugberna. Sejak kecil Hubert dididik secara Kristiani oleh orangtuanya. Namun ia sendiri kurang memperhatikan perkembangan hidup rohaninya. Ia lebih sibuk dengan kegemarannya: berburu kijang di hutan. Banyak waktunya dihabiskan untuk berburu. Bila tiba hari minggu, ia sibuk dengan anjinganjingnya, menyandang panah dan busur untuk pergi berburu, meskipun kawan-kawannya mengajaknya ke gereja.
Pertobatannya berawal di hutan
rimba, tempat ia menguber binatang-binatang buruannya. Hari itu, Hari Jumat
Suci. Sepanjang hari itu umat merenungkan sengsara Kristus. Tetapi Hubert tak
tergugah sedikit pun dengan hari raya besar itu. Ia malah menyiapkan
anjing-anjingnya, menyandang panah dan busur lalu pergi ke hutan untuk berburu.
Tetapi apa yang terjadi? Hari itu hari sial: ia sendirian di hutan yang lebat
dan sunyi itu; seekor kijang pun tidak tampak. Sedang menyesali kesialan itu,
tiba-tiba tampak seekor kijang jantan besar sedang berdiri menantangnya di
antara semak-semak. Tubuh kijang itu kekar, dan tanduknya besar. Dengan gesit
Hubertus segera mengejar mangsanya. Kijang itu berlari hingga letih lalu
sekonyong-konyong berdiri menantangnya. Hubertus pun berdiri terpaku sambil
melihat kijang itu dengan takut. Ia takut karena pada tanduk kijang itu
terdapat sebuah salib yang bersinar-sinar.
Pengalaman ini aneh dan ajaib,
mengherankan sekaligus menakutkan Hubert. Ia semakin takut ketika mendengar
kijang itu berkata kepadanya: "Mengapa engkau mengejar Aku? Tidakkah
engkau merayakan Hari Jumat Suci? Hidupmu kausia-siakan dengan
pekerjaan-pekerjaan yang tidak bernilai." Mendengar itu Hubert gemetar
ketakutan. Ia lalu berlutut dan berdoa menyesali dosa-dosanya. Semenjak itu ia
berjanji membaharui hidupnya dan berniat untuk mengabdi Kristus. Kejadian ini
barulah tersiar di kemudian hari setelah ia meninggal dunia.
Sesudah kejadian istimewa itu
Hubert menjadi orang yang baik-baik. Ia memusatkan perhatiannya pada kehidupan
rohaninya dengan lebih banyak berdoa dan bermatiraga. Kemudian ia menjadi
rohaniwan yang melayani Uskup Lambertus di Maastricht, Nederland. Melihat cara
hidupnya yang saleh, Uskup Lambertus menahbiskan dia menjadi imam, dan
mengangkatnya menjadi pembantu Uskup. Tak lama kemudian Uskup Lambertus, yang
lantang menentang tindakan asusila para pejabat istana, dibunuh secara keji.
Hubert-lah yang dipilih menggantikan dia.
Sebagai uskup, Hubertus sangat
aktif dalam karyanya. Ia berhasil mempertobatkan banyak orang kafir yang masih
menyembah berhala di pegunungan Ardenne. Ia wafat pada tanggal 30 Mei 727
sementara dalam perjalanan pastoral ke berbagai desa di keuskupannya. Ia
diangkat menjadi pelindung para pemburu. Mantol yang biasa dikenakannya masih
tersimpan di Paris hingga sekarang. Konon, orang yang digigit anjing gila dapat
sembuh kalau menyentuh mantel itu.
Santo Malakios dari Armagh, Pengaku Iman
Mengenai pribadi Malakios, Santo Bernardus menulis: "Di
antara semua mujizat Santo Malakios, mujizat yang terbesar ialah dirinya
sendiri." Kalimat ini berarti bahwa kemenangan paripurna atas dirinya
merupakan keajaiban yang besar yang hanya dapat kita pahami sebagai karunia
rahmat Allah.
Malakios O'More lahir di
Armagh, Irlandia Utara, pada tahun 1095 dan meninggal dunia pada tanggal 2
Nopember 1148. Setelah ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1120, ia berusaha
keras untuk membaharui tata tertib hidup Gereja Irlandia. Salah satu hal yang
mencolok di dalam Gereja Irlandia pada masa itu ialah penerapan sistim klen di
dalam hirarki Gereja. Jabatan tinggi dan rendah di dalam administrasi Gereja dikuasai
oleh keluarga tertentu. Kecuali itu ciri khas monastik sangat kuat mewarnai
kehidupan Gereja Keltik Irlandia. Pemimpin sekolah-sekolah biara adalah uskup
dan orang-orang dari keluarganya sendiri. Ketika terjadi penggerebekan oleh
para bajak laut Denmark, ribuan rahib dibunuh; ada yang melarikan diri ke luar
negeri. Dalam situasi itu anggota keluarga uskup yang berstatus awam menjaga
kekayaan biara. Kehidupan keagamaan merosot dan biara-biara tak terpelihara
baik. Orang-orang awam yang menguasai kekayaan biara menganggap kepemimpinan
biara sebagai hak turunan.
Salah satu biara yang
terkenal ialah biara Bangor di County Down. Paman Malakios, seorang awam,
memegang gelar kehormatan sebagai Abbas di biara itu. Pada tahun 1123 ia
mengalihkan jabatan itu kepada Malakios. Dengan berbagai cara Malakios mulai
membaharui kembali biara itu dan mengamankan semua miliknya termasuk
tanah-tanah. Bersama 10 orang muridnya ia mulai membangun kembali rumah-rumah
biara itu. Oleh karena keberhasilannya itu, ia ditahbiskan menjadi Uskup Down
dan Connor. Dalam kedudukan itu ia mempunyai kekuatan untuk membaharui Gereja
Irlandia dan kehidupan sakramental di antara umat serta menegakkan disiplin
hidup para rohaniwan.
Sementara itu, Celsus,
Uskup Armagh, meminta Malakios untuk menduduki takhta keuskupan Armagh,
meskipun sanak keluarga Celsus yang telah menguasai keuskupan itu selama 100
tahun tidak menyetujui keputusan itu. Pada tahun 1139 ia pergi ke Roma untuk
menerima pakaian kebesaran Uskup Agung untuk takhta keuskupan Armagh dan
Cashel. Ia singgah di biara Clairvaux, Prancis. Di sana ia bertemu dan
berkenalan dengan Santo Bernardus. Ia kagum akan cara hidup para biarawan di
dalam biara Clairvaux itu. Baginya biara itu sungguh-sungguh menampakkan surga
di dunia ini. Karena begitu terkesan maka ia mengajukan permohonan kepada Paus
untuk menetap di sana. Namun Paus Innosensius III (1198-1126) mengangkat
dia menjadi utusannya ke Irlandia.
Dalam perjalanannya kembali ke Irlandia, ia singgah lagi di
Clairvaux: Empat orang imamnya tetap tinggal di sana untuk mempelajari cara
hidup membiara ala Clairvaux. Di kemudian hari bersama 4 orang imam itu,
Malakios mendirikan biara Cistercian Mellifont, dekat Drogheda, Irlandia.
Dengan demikian Malakios adalah pendiri dan perintis biara Clairvaux di
Irlandia. Ketika semua tugas yang dibebankan Paus kepadanya selesai
dilaksanakan, demikian juga semua urusan penting menyangkut pendirian biara
itu, Malakios pergi lagi ke Roma untuk melaporkannya kepada Paus. Ia singgah
lagi di biara Clairvaux. Tetapi di biara itu ia jatuh sakit dan kemudian
meninggal dunia pada tanggal 2 Nopember 1148 di pangkuan Santo Bernardus. Ia
dinyatakan 'kudus' pada tahun 1190 oleh Paus
Klemerrs III (1187-1191).
Malakios dikenal sebagai orang kudus yang menaruh hormat besar kepada orang-orang mati dan sangat rajin mendoakan keselamatan mereka. Ia berusaha agar jenazah mereka dimakamkan secara Kristiani. Banyak orang menertawakan dia karena terlalu memperhatikan orangorang yang sudah meninggal. Tak terkecuali saudarinya sendiri. Hari kematiannya pada tanggal 2 Nopember itu tepat dengan hari peringatan Jiwa-jiwa di Api Penyucian. Tanggal itu tepat benar bagi Malakios yang selalu mendoakan keselamatan Jiwa-jiwa di Api Penyucian.
Malakios dikenal sebagai orang kudus yang menaruh hormat besar kepada orang-orang mati dan sangat rajin mendoakan keselamatan mereka. Ia berusaha agar jenazah mereka dimakamkan secara Kristiani. Banyak orang menertawakan dia karena terlalu memperhatikan orangorang yang sudah meninggal. Tak terkecuali saudarinya sendiri. Hari kematiannya pada tanggal 2 Nopember itu tepat dengan hari peringatan Jiwa-jiwa di Api Penyucian. Tanggal itu tepat benar bagi Malakios yang selalu mendoakan keselamatan Jiwa-jiwa di Api Penyucian.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
4 Nopember
St. Karolus Borromeus
Karolus hidup
pada abad keenam belas. Ia adalah putera seorang bangsawan Italia yang kaya.
Sama seperti para pemuda kaya lainnya, ia bersekolah di Universitas Pavia.
Tetapi, tidak seperti kebanyakan dari mereka, ia tidak ikut serta dalam
kegiatan-kegiatan yang mengundang dosa. Karolus terkesan sebagai murid yang
lamban karena ia tidak dapat berbicara dengan lancar, tetapi sungguh ia
memperoleh kemajuan yang menggembirakan.
Usianya baru dua
puluh tiga tahun ketika pamannya, Paus Pius IV, menyerahkan banyak tugas
penting kepadanya. Karolus berhasil menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya dengan baik. Namun demikian, ia senantiasa cemas kalau-kalau ia
semakin jauh dari Tuhan karena banyaknya godaan di sekelilingnya. Oleh sebab
itulah, ia berlatih menyangkal diri terhadap segala kesenangan dan senantiasa
berusaha untuk rendah hati serta sabar. Sebagai seorang imam, dan kemudian
Uskup Agung Milan, St. Karolus menjadi teladan bagi umatnya. Ia menyumbangkan
sejumlah besar uang kepada kaum miskin. Ia sendiri hanya memiliki sehelai jubah
lusuh berwarna hitam. Tetapi, di hadapan umum, ia berpakaian seperti layaknya
seorang kardinal. Ia ambil bagian dalam upacara-upacara Gereja dengan penuh
hormat dan wibawa.
Penduduk kota
Milan mempunyai banyak kebiasaan buruk, mereka juga percaya takhayul. Dengan
peraturan-peraturan yang bijakasana, dengan kelemahlembutan dan kasih sayang,
serta dengan teladan hidupnya sendiri yang mengagumkan, St. Karolus menjadikan
keuskupannya teladan bagi pembaharuan gereja seluruhnya. Ia tidak pernah dapat
berbicara dengan lancar - umat hampir-hampir tidak dapat mendengarkannya -
namun demikian kata-kata yang diucapkannya menghasilkan perubahan.
Ketika suatu
wabah ganas menyerang dan mengakibatkan banyak kematian di Milan, Kardinal
Borromeus tidak memikirkan hal lain kecuali merawat umatnya. Ia berdoa dan
bermatiraga. Ia membentuk kelompok-kelompok umat yang membantunya membagikan
makanan bagi mereka yang kelaparan. Ia bahkan mendirikan altar di jalan-jalan
agar orang-orang yang sakit itu dapat ikut ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi
lewat jendela rumah mereka. Orang besar ini tidak pernah terlalu sibuk untuk
menolong rakyat sederhana. Suatu ketika ia menghabiskan waktunya untuk menemani
seorang bocah penggembala hingga bocah tersebut dapat berdoa Bapa Kami dan
Salam Maria. Menjelang ajalnya, pada usia empatpuluh enam tahun, St. Karolus
dengan tenang dan damai berkata, “Lihat, aku datang!” St. Karolus Borromeus
wafat pada tanggal 3 November 1584 dan dinyatakan kudus oleh Paus Paulus V pada
tahun 1610.
“Kita perlu
berdoa sebelum, selama dan sesudah melakukan segala sesuatu. Nabi mengatakan:
`Aku akan berdoa, dan kemudian aku akan mengerti.' Inilah cara agar kita
dapat dengan mudah mengatasi begitu banyak kesulitan yang harus kita hadapi
dari hari ke hari, yang memang, adalah bagian dari hidup kita. Dengan doa kita
menemukan kekuatan untuk menghadirkan Kristus dalam diri kita dan sesama.”
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Emerik, Pengaku Iman
Emerik
adalah putera Raja Santo Stefanus dari Hungaria (997-1038). Ia lahir pada tahun
1007 dan meninggal dunia pada tahun 1031. Beliau adalah pewaris takhta kerajaan
ayahnya. Namun sayang sekali karena ia meninggal dunia dalam usia yang masih
sangat muda dalam suatu kecelakaan sewaktu berburu di hutan. Sangat sedikit
berita diketahui tentang hidupnya, kecuali bahwa ia dikuburkan di
Szekesfehervar, Hungaria dan dinyatakan 'kudus' bersama ayahnya pada tahun
1083.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
5 Nopember
S. Bertilla
Bertilla hidup
pada abad ketujuh. Kisah hidupnya yang pertama muncul dalam bahasa Latin pada
tahun 800. Ia dilahirkan di Soissons, Perancis. Semasa remaja, ia merasakan
panggilan untuk hidup lebih dekat pada Tuhan. Ia mulai menyadari bahwa hidup
doa dan kurban yang ia inginkan dapat ditemukan dalam biara. Ia pergi kepada
Uskup, St Ouen, untuk mohon nasehat. Uskup mendorong Bertilla untuk mengikuti
panggilannya. Orangtua Bertilla mengirimnya ke sebuah biara yang mengikuti
peraturan seorang biarawan Irlandia, St. Kolumbanus. Ketika tiba,
Bertilla tahu bahwa ia telah menemukan damai. Tahun-tahun berlalu. Bertilla
melewatkan waktunya dengan berdoa dan melakukan berbagai tugas. Ia teristimewa
cakap dalam menawarkan keramah-tamahan kepada para pengelana dan mereka yang
sakit yang datang ke biara. Ia juga bertanggung jawab atas anak-anak yang
dididik di biara.
St Bathildis, isteri Raja Clovis II, mendirikan sebuah biara baru. Ia meminta kepada
kepala biara di Soissons untuk mengirimkan beberapa biarawati guna memulai
komunitas. Bertilla termasuk di antara mereka yang dipilih dan ia bahkan
ditunjuk sebagai kepala biara. Bertilla amat terkejut; namun demikian ia
memutuskan untuk melakukan yang terbaik. Ia tahu bahwa Tuhan akan menolongnya
di segala jalannya. Komunitas biarawati pun berkembang. Ratu Bathildis sendiri
menjadi seorang biarawati setelah suaminya wafat. Kemudian, seorang ratu lain,
Hereswitha, janda raja dari East Angles, menjadi seorang biarawati juga.
Bertilla pastilah terperanjat mendapati dua ratu dalam komunitasnya. Tetapi
semua orang hidup dalam damai sebab kedua ratu sama rendah hatinya dengan sang
kepala biara. Bertilla menikmati umur panjang dan memimpin biara di Chelles
selama empatpuluh enam tahun. Ia wafat sekitar tahun 705.
Marilah pada
hari ini kita berdoa mohon hati yang terbuka dan siap mengikuti kemanapun Roh
Kudus menghantar kita.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santa dan Santo Elisabeth
dan Zakarias
Cerita perihal kehidupan Elisabeth dan
Zakarias dan peranan mereka yang istimewa di dalam sejarah keselamatan Allah,
hanya kita ketahui sedikit dari Injil terutama Injil Lukas bab 1:5-80.
Elisabeth adalah isteri Zakarias-seorang
imam Israel dari kelompok Abia (1Taw 24:10, Luk 1:5)-dan ibu kandung Santo
Yohanes Pemandi. Keduanya berasal dari keturunan Harun (ay. 5) dan hidup pada
masa pemerintahan Herodes di wilayah Yudea. Di hadapan Tuhan, mereka hidup
saleh dan benar, tanpa cela menghayati dan melaksanakan hukum Musa. Namun
sayang Mereka tidak dikaruniai anak sampai umur tuanya. Dari sudut pandang
Yahudi, hal ini merupakan aib bagi mereka, namun inilah rahasia Tuhan di luar
batas pemahaman manusia. Karena melalui mereka Tuhan kemudian menunjukkan
secara lebih tandas kuasaNya atas hidup manusia. Melalui mereka Tuhan mau
melaksanakan rencana keselamatanNya atas manusia yang akan dijalankan sendiri
oleh Putera-Nya. Ternyata dari kedua orang kudus ini Tuhan mengaruniakan
seorang nabi besar, Yohanes Pemandi, pendahulu Yesus, Sang Mesias.
Injil menceritakan bahwa Elisabeth adalah
sanak Santa Maria, Bunda Yesus, namun hubungan itu tidak
diketahui secara jelas dan pasti, (ay 36). Hubungannya dengan Maria, Ibu Yesus
diceritakan di dalam kisah kunjungan Maria kepada Elisabeth sebelum kelahiran
Yesus (ay. 39).
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
6 Nopember
S. Theophane Venard
Bahkan semasa
mudanya, imam Perancis yang kudus ini telah berangan-angan untuk menjadi
seorang martir. Ia bersekolah untuk menjadi seorang imam. Kemudian ia masuk
seminari untuk para misionaris di Paris, Perancis. Keluarganya, yang sangat ia
kasihi, teramat sedih memikirkan bahwa kelak, setelah menjadi imam, ia akan
meninggalkan mereka. Pada masa itu perjalanan tidaklah semudah seperti sekarang
ini. Theophane sadar bahwa perjalanannya menyeberangi samudera luas ke Timur
hampir dapat dipastikan akan memisahkannya dari keluarganya sepanjang hidupnya.
“Saudariku
tersayang,” demikian tulisnya dalam salah satu suratnya, “betapa aku menangis
ketika membaca suratmu. Ya, aku sadar sepenuhnya akan penderitaan besar yang
aku timbulkan bagi keluarga kita. Aku pikir, terlebih-lebih lagi betapa dahsyat
penderitaan itu bagimu, adikku terkasih. Tetapi, tidakkah kamu berpikir bahwa
aku mencucurkan banyak air mata juga? Dengan mengambil keputusan demikian, aku
sadar bahwa aku akan menyebabkan penderitaan teramat besar bagi kalian semua.
Siapakah yang mencintai keluarganya lebih daripada aku? Seluruh kebahagiaanku
di dunia ini berasal dari sana. Tetapi Tuhan, yang telah mempersatukan kita
semua dalam ikatan cinta kasih mesra, ingin menarikku dari sana.”
Setelah
ditahbiskan menjadi imam, Theophane berangkat ke Hong Kong. Ia mulai berlayar
pada bulan September 1852. Ia belajar beberapa bahasa asing selama lebih dari
setahun di sana. Kemudian ia melanjutkan perjalanannya ke Tongking. Dua
rintangan menghambat karya misionaris kita yang penuh semangat ini, yaitu:
kesehatannya yang buruk dan penganiayaan yang dahsyat. Tetapi ia terus berjuang
dengan gigih. Sering ia menulis kepada saudarinya yang terkasih di Perancis
tentang segala petualangan serta pengalamannya meloloskan diri dari para
penganiayanya. Akhirnya, setelah dengan gigih melayani banyak umat Kristiani di
Tongking, Theophane tertangkap juga. Ia dirantai dan dimasukkan dalam kurungan
selama dua bulan.
Sikapnya yang
lemah lembut meluluhkan hati semua orang, bahkan para sipir penjara. Ia
berhasil menulis sepucuk surat kepada keluarganya di mana ia menulis, “Semua
orang di sekitarku adalah orang yang beradab serta sopan. Banyak dari antara
mereka yang mengasihiku. Dari pejabat tinggi hingga prajurit yang terendah
sekali pun, semua menyesalkan bahwa hukum negara menjatuhkan hukuman mati. Aku
tidaklah mereka siksa seperti saudara-saudaraku yang lain.” Namun demikian,
simpati mereka tidaklah dapat menyelamatkan nyawanya. Setelah St. Theophane
dipenggal kepalanya, kerumunan umat berebut mencelupkan saputangan mereka pada
darahnya (sebagai reliqui). St. Theophane wafat sebagai martir pada tanggal 2
Februari 1861. Pastor Venard dinyatakan kudus oleh Paus Yohanes Paulus II pada
tanggal 19 Juni 1988. Ia adalah salah seorang dari Para Martir Vietnam yang
pestanya dirayakan pada tanggal 24 November.
Hidup St .
Theophane Venard ditandai oleh semangat Injil. Beranikah aku mengambil resiko
iman agar dapat membawa kasih Yesus kepada orang yang membutuhkan?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Nuno Pereira, Pengaku Iman
Nuno
lahir pada tahun 1360. Ketika menjadi panglima angkatan perang Portugis,
ia
membela hak atas takhta kerajaan yang sah. Kemudian ia mengundurkan diri dan
menjadi bruder Karmelit yang sangat saleh. Ia meninggal dunia pada tahun 1431.
Santo Leonardus dari Noblac, Pengaku
Iman
Leonardus dari Noblac ini sangat populer di Eropa Barat pada Abad
Pertengahan. Ia lahir di Corroy, dekat Orleans, Prancis, pada permulaan abad
ke-6 dari sebuah keluarga bangsawan. Pada waktu itu, Prancis diperintahi oleh
Raja Clovis. Konon Raja Clovis bersama beberapa pengikutnya dipermandikan oleh
Santo Remigius, Uskup kota Rheims. Keluarga Leonardus juga kemudian
dipermandikan oleh Santo Remigiiis. Raja Clovis menjadi bapa baptis.
Ketika menanjak dewasa,
Leonardus masuk dinas militer. Namun karena ia merasa terpanggil untuk
menjalani hidup bakti kepada Tuhan maka ia mengundurkan diri dari dinas
militer. Ia lalu menjadi murid Santo Remigius, dan di bawah bimbingan Remigius,
ia mulai belajar berdoa, dan berkarya bagi Tuhan. Setelah itu ia masuk biara
Micy di bawah asuhan Santo Magiminus. Perkembangan hidup rohaninya sangat
mengagumkan sehingga ia ditawari jabatan di keuskupan namun ia menolak tawaran
itu.
Leonardus kemudian hidup menyendiri di hutan rimba Limoges. Di
sana ia membangun sebuah gubuk sebagai tempat berdoa dan bertapa. Dalam doa dan
tapa yang keras itu, Leonardus mencapai suatu tingkat kehidupan rohani yang
tinggi. Ia dikaruniai kemampuan menyembuhkan berbagai penyakit dengan
doa-doanya. Konon ia menyembuhkan permaisuri Raja Clovis dari penyakit yang
dideritanya. Sebagai ucapan syukur raja menghadiahi dia sebidang tanah, untuk
mendirikan biaranya. Biara ini kemudian terkenal sebagai pusat pewartaan Injil
untuk daerah-daerah di sekitarnya. Leonardus wafat di biara itu pada pertengahan
abad ke-6.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
7 Nopember
St. Willibrordus
Willibrordus
dilahirkan di Inggris pada tahun 658. Ia dididik selama bertahun-tahun di
sebuah biara Irlandia. Sebagian besar hidupnya dilewatkan sebagai seorang misionaris
di negeri-negeri yang sekarang adalah Jerman, Belanda, Luxemburg dan Denmark.
Telah lama ia memendam kerinduan mendalam untuk mewartakan Injil kepada
orang-orang yang belum percaya di negeri-negeri itu. Akhirnya, kerinduannya
menjadi kenyataan. Dengan dorongan paus, yang menjadikannya seorang uskup, St
Willibrordus menghantar banyak orang untuk menerima kekristenan. Raja kaum
Franken, Pepin, juga bekerjasama dengan Willibrordus.
Seorang raja
yang amat keras kepala mempersulit orang kudus kita ini. Dia adalah Rodbod,
Raja Friesland. Suatu ketika kapal misionaris dibawa ke sebuah pulau yang
diangap keramat bagi berhala kaum kafir Denmark dan Friesland (suatu propinsi
di utara Belanda). Tak seorang pun diperbolehkan membunuh binatang apapun di
sana. Mereka juga tidak diperbolehkan makan sayur maupun buah-buahan apapun
yang tumbuh di sana, pun tidak diperbolehkan mengambil air dari mata airnya,
terkecuali dalam keheningan. Guna menunjukkan kepada mereka bahwa berhala
mereka tidak ada, St Willibrordus membunuh beberapa binatang buruan untuk
dijadikan hidangan bagi kawan-kawannya. Ia juga membaptis tiga orang di mata
air di sana. Mendengarnya mengucapkan kata-kata, “Saya membaptis engkau” yang
diucapkan dengan lantang, kaum kafir merasa yakin bahwa ia akan roboh dan
tewas. Tentu saja, tak suatu pun terjadi. Kepada Raja Rodbod dikabarkan
mengenai peristiwa ini dan raja memerintahkan agar salah seorang dari antara
orang-orang Kristen harus mati demi “meredakan murka sang berhala”. Jadi,
demikianlah salah seorang dari mereka menjadi martir.
Setelah raja
mangkat, St Willibrordus dengan penuh semangat terus mempertobatkan banyak
orang. Meski ia telah semakin tua, tak ada suatu pun yang dapat menghentikan
rasul kita ini. Ia masih seorang yang rupawan, penuh sukacita, bijaksana serta
saleh. Ia penuh kasih sayang dan perhatian kepada sesama hingga akhir hayatnya.
Uskup Willibrordus wafat pada tahun 739.
Orang kudus
kita ini secara istimewa mengabdikan diri pada Kebenaran. Dalam doa kita pada
hari ini, baiklah kita merenungkan cara-cara dengan mana kita dapat hidup lebih
setia pada Kebenaran.
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Ernestus, Martir
Ernestus
adalah seorang Abbas dari Zwiefalten, Jerman. Hatinya tergugah oleh kotbah
Santo Bernardus yang menganjurkan supaya para biarawan mendampingi para tentara
dalam perang salib untuk membebaskan Tanah Suci dari pendudukan bangsa Arab
yang muslim dan mengamankan peziarah-peziarah ke tempat-tempat suci. Ernestus ditangkap,
disiksa dan dibunuh di Mekkah pada tahun 1148.
Santo Herkulanus, Martir
Uskup
ini disiksa dan dipenggal kepalanya oleh orang-orang Goth. ketika mereka
merebut Perugia, Italia. Ia wafat pada tahun 549.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
8 Nopember
S. Godfrey
Godfrey hidup
pada abad keduabelas. Ia mendapatkan pendidikan dari para biarawan
Mont-Saint-Quentin. Godfrey menjadi seorang imam biarawan. Ia dipilih menjadi
kepala biara di Champagne, Perancis. Biara itu mengalami kemunduran; hanya enam
biarawan saja yang masih tinggal. Para biarawan menyukai Godfrey. Mereka tahu
bahwa ia adalah seorang kudus. Mereka percaya bahwa ia dapat membantu mereka
untuk menemukan kembali sukacita hidup yang mengurbankan diri. Sebentar saja,
komunitas telah hidup kembali dan calon-calon baru menggabungkan diri dengan
mereka. Biara Champagne menjadi pusat doa dan sukacita rohani.
Pada akhirnya,
abas mereka ditahbiskan sebagai uskup agung. Kepadanya dipercayakan Keuskupan
Rheims, Perancis yang terkenal. Godfrey merasa sedih meninggalkan biara
kecilnya. Meski demikian, ia tahu bahwa Tuhan menghendakinya menjangkau
orang-orang di Rheims juga. Ia tetap menjalani hidup sebagai seorang biarawan
yang bersahaja. Tempat tinggalnya sederhana tetapi bersih. Makanannya sederhana.
Terkadang, koki menyiapkan makanan yang menurut Godfrey terlalu mewah. Maka ia
akan menunggu hingga koki selesai melaksanakan tugasnya. Kemudian ia memanggil
orang-orang miskin yang tinggal di sekitar sana. Diberikannya makanan itu
kepada mereka untuk dibawa pulang bagi keluarga mereka.
Uskup Agung
Godfrey menderita akibat aniaya dalam keuskupannya. Beberapa hal yang terjadi
sungguh keliru. Ketika Godfrey berusaha meluruskan mereka yang terlibat,
terkadang nasehat-nasehatnya dilawan dan ditentang. Seorang bahkan berusaha
membunuhnya. Itulah saat ketika Godfrey bertanya-tanya apakah yang dilakukannya
lebih mendatangkan celaka daripada kebaikan. Tetapi orang-orang yang
berkehendak baik menghargai dan mengasihinya. Sebelum dapat mengundurkan diri,
ia wafat. Itu terjadi pada bulan November 1115.
Terkadang
bahkan upaya-upaya terbaik kita dapat membangkitkan pertentangan dari orang
lain. Di saat-saat itu, kita dapat menemukan kekuatan untuk terus maju seturut
teladan Yesus, yang jejak langkahnya diikuti Godfrey dengan begitu setia.
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santa Teoktista, Pengaku Iman
Biarawati
muda ini diculik oleh orang-orang Arab Muslim, tetapi kemudian ia dapat
meloloskan dirinya dan hidup sebagai pertapa di dalam hutan selama 35 tahun.
Sesaat sebelum meninggal dunia, ia ditemukan oleh seorang pemburu Kristen yang
kemudian membawakan komuni suci kepadanya. Ia wafat pada abad ke-9.
Santo Klaudius dkk, Martir
Klaudius, Nikostrat, Simporian dan Kastor dikenal sebagai pemahat
pemahat Kristen yang terkenal. Hasil pahatan mereka laris di kalangan bangsawan
Romawi, tak terkecuali kaisar. Biasanya sebelum mereka bekerja, mereka selalu
membuat tanda salib, untuk memohon bantuan Tuhan agar karya mereka dapat
berhasil dengan baik. Kebiasaan mereka ini secara diam-diam diperhatikan oleh
kawan-kawannya. Seorang kawan mereka bernama Simpli yang terkesan dengan cara
macam itu tertarik pada mereka terutama karena hasil karya mereka yang selalu
laris terbeli.
Kepadanya Simporian
menerangkan arti tanda salib itu dan tujuannya: "Yesus Kristus menebus
dosa-dosa umat manusia dengan memikul salib penderitaannya menuju Kalvari. Oleh
karena itu salib adalah tanda keselamatan bagi kami orang Kristen. Setiap kali
kami mau memulai sesuatu kegiatan, kami harus membuat tanda salib untuk memohon
berkat Tuhan atas karya kami. Membuat tanda salib sebelum bekerja berarti
menyucikan pekerjaan kami hari itu dan mohon berkat Tuhan atasnya." Tidak
lama kemudian Simpli pun masuk serani.
Pada suatu hari Kaisar Diokletianus memesan sebuah patung berhala
bernama Aeskulap, pelindung ketabiban. Kelima pemahat serani itu dengan tegas
menolak membuat patung berhala itu. Oleh karena itu mereka ditangkap dan
sesudah disesah, mereka ditenggelamkan ke dasar sungai Tiber pada tahun 302.
Jenazah mereka kemudian ditemukan, lalu dikuburkan di gereja "Keempat
Martir Bermahkota". Kuburan mereka ada di Roma di dalam gereja yang
ditahbiskan untuk menghormati mereka, seperti tersebut di atas.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
9 Nopember
S. Theodorus Tiro
Theodorus hidup
pada abad ketiga. Baru saja ia diterima sebagai prajurit dalam ketentaraan
Romawi ketika ia harus mati demi imannya. Meskipun masih muda, Theodorus tahu
bagaimana menjaga agar jiwanya bersih dan kudus. Ia seorang yang bijaksana yang
sungguh mengganggap setan sebagai musuh utamanya. Ketika pasukannya berkemah
selama musim dingin di daerah Pontus, semua prajurit ikut ambil bagian dalam
upacara penyembahan dewa-dewi kafir. Karena ia seorang Kristen, ia tahu bahwa
dewa-dewi itu tidak ada. Jadi, Theodorus menolak ikut serta dalam
upacara-upacara mereka. Maka, Theodorus ditangkap.
“Berani benar
engkau menganut agama yang diancam oleh kaisar dengan hukuman mati!” tuntut
sang gubernur. Tanpa ragu, prajurit muda itu menjawab, “Saya tidak mengenal
dewa-dewi tuan. Yesus Kristus, Putra Tunggal Allah, Dia-lah Tuhan-ku. Jika tuan
menganggap jawaban saya sebagai suatu penghinaan, silakan tuan potong lidah
saya. Setiap bagian tubuh saya siap menderita jika Tuhan menghendaki
pengurbanan yang demikian.”
Para hakim kafir
meloloskan Theodorus sekali itu. Kemudian, ia ditangkap kembali. Para hakim
mula-mula berusaha membujuknya dengan lemah-lembut. Ketika usaha tersebut
gagal, mereka berusaha menakut-nakutinya dengan menyebutkan segala siksa dan
aniaya yang harus ia tanggung. Pada akhirnya, mereka menyerahkan Theodorus
kepada para algojo.
Ketika prajurit
yang telah disiksa dengan aniaya itu dibawa kembali ke penjara, beberapa orang
mengatakan bahwa malaikat-malaikat datang untuk menghiburnya. Setelah
diinterogasi tiga kali, akhirnya Theodorus dijatuhi hukuman mati dengan dibakar
hidup-hidup pada tahun 306. Sebuah gereja yang indah kelak didirikan untuk
menghormati abunya. Banyak orang datang ke sana untuk mohon bantuan doa sang
martir.
Bagaimana jika
setiap hari aku hidup dalam penyerahan total kepada Yesus, seperti yang
dilakukan Theodorus?
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran
Basilik
agung ini didirikan oleh kaisar Konstantinus Agung, putera Santa Helena, pada
tahun 324. Dalam konteks sejarah Gereja Kristen, basilik ini merupakan basilik
agung yang pertama, yang melambangkan kemerdekaan dan perdamaian di dalam
Gereja setelah tiga-abad lebih berada di dalam kancah penghambatan dan
penganiayaan kaisar-kaisar Romawi yang kafir. Pemberkatannya yang kita
peringati pada hari ini merupakan peringatan akan kemerdekaan dan perdamaian
itu.
Memang semenjak zaman para
rasul, sudah ada tempat-tempat berkumpul untuk merayakan Ekaristi serta
mendengarkan Firman Tuhan. Namun karena ketenteraman Gereja selalu diselingi
dengan aksi-aksi pengejaran dan penganiayaam terhadap orang Kristen, maka
gereja-gereja pada waktu itu hanyalah berupa sebuah ruangan di dalam
rumah-rumah tinggal orang Kristen. Selama berkobarnya penganiayaan,
upacara-upacara keagamaan biasanya dirayakan di katekombe-katekombe, yaitu
kuburan bawah tanah di luar kota.
Ketika Kaisar Konstantinus
bertobat dan mengumumkan edik Milano Dada tahun 303, ia memusatkan perhatiannya
pada pembangunan gereja-gereja yang indah. Ibunya Santa Helena menjadi salah
seorang pendorong dan pembantu dalam usaha mendirikan gereja-gereja itu. Gereja
pertama yang dibangun ialah Basilik Agung Penebus Mahakudus di Lateran.
Letaknya di atas bukit Goelius dan tergabung dengan istana kekaisaran, Lateran.
Gereja ini diberkati dengan suatu upacara agung dan meriah oleh Sri Paus
Silvester I (314-335) pada tahun 324. Karena basilik itu merupakan gereja
katedral untuk Uskup Roma yang sekaligus menjabat sebagai Paus, maka basilik
itu pun disebut 'induk semua gereja', baik di Roma maupun di seluruh dunia.
Karena itu juga basilik Lateran merupakan gereja paroki bagi seluruh umat
Katolik sedunia. Basilik itu sekarang disebut Gereja Santo Yohanes Lateran.
Mula-mula pesta ini hanya
dirayakan di Roma, namun lama kelamaan menjadi pesta bagi seluruh gereja. Dalam
pesta ini, selain kita mengenang dan memperingati kemerdekaan dan perdamaian
yang dialami Gereja, kita juga mau mengungkapkan cinta kasih dan kesatuan kita
dengan Uskup Roma, yang sekaligus menjabat sebagai Paus, pemersatu seluruh Gereja
dalam cinta kasih Kristus.
Gereja,
tempat kita berkumpul merupakan tanda dan lambang Gereja, Umat Allah. Gereja
yang sebenarnya tidak dibangun dari kayu dan batu yang mati, melainkan dari
batu yang hidup. Kitalah batu hidup yang membentuk rumah Allah itu, kediaman
Roh Kudus yang indah berseri karena hidup suci. Apakah kita dalam hidup
sehari-hari ikut membangun Gereja yang hidup itu?
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
10 Nopember
St. Leo Agung
St. Leo, seorang
Romawi, hidup pada abad kelima. Setelah wafatnya Paus Sixtus, ia diangkat
menjadi paus. Masa-masa itu adalah masa-masa sulit bagi Gereja. Di mana-mana
pasukan barbar menyerang umat Kristiani. Dalam Gereja sendiri, beberapa orang
menyebarluaskan ajaran iman yang sesat pula. Tetapi, St. Leo adalah seorang
paus yang amat mengagumkan. Ia sama sekali tidak takut akan apa pun atau siapa
pun. Ia mengandalkan bantuan paus yang pertama, St. Petrus Rasul. St. Leo
sering mohon bantuan doanya.
Untuk menghentikan
pengajaran iman yang sesat, St. Leo menjelaskan ajaran iman yang benar melalui
tulisan-tulisannya yang terkenal. Ia mengadakan Konsili untuk mengutuk
ajaran-ajaran yang sesat. Mereka yang tidak mau berbalik dari ajaran mereka
yang sesat dikucilkan dari Gereja. Tetapi, Paus Leo menerima kembali mereka
yang menyesal dan ingin kembali ke pelukan Gereja. Ia mengajak umatnya untuk
berdoa bagi mereka.
Ketika suatu
pasukan barbar yang amat besar, yang disebut bangsa Hun, datang untuk menyerang
kota Roma, semua penduduk Roma merasa takut dan ngeri. Mereka tahu bahwa bangsa
Hun telah membakar habis banyak kota. Untuk menyelamatkan Roma, St. Leo pergi
menemui pemimpin mereka yang garang, Attila. Satu-satunya senjata yang ada
padanya hanyalah mengandalkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Ketika kedua
pemimpin itu saling bertemu, sesuatu yang menakjubkan terjadi. Attila, pemimpin
kafir yang kejam itu, menunjukkan rasa hormat yang besar kepada paus. Ia
mengikat perjanjian damai dengannya. Sesudah peristiwa itu, Attila mengatakan
bahwa ia melihat dua sosok yang amat besar berdiri di samping paus pada saat ia
berbicara. Umat yakin bahwa kedua sosok tersebut adalah kedua rasul besar,
Petrus dan Paulus. Mereka diutus Tuhan untuk melindungi Paus Leo dan segenap
umat Kristiani.
Oleh karena
kerendahan hati dan belaskasihnya, Paus Leo dikasihi oleh semua orang. Ia
menjadi paus selama duapuluh satu tahun. St. Leo wafat pada tanggal 10 November
461.
Bagaimana jika
saya setiap hari hidup dalam kepercayaan penuh kepada Yesus, seperti yang
dilakukan oleh St. Leo Agung?
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Andreas Avelino, Pengaku Iman
Andreas
lahir di kota Napoli, Italia pada tahun 1521. Semasa mudanya, ia sudah menaruh
cinta kasih yang besar kepada Santa Maria. Sehari-harian ia berdoa Rosario,
walaupun masa itu doa ini belum menjadi kebiasaan di kalangan umat.
Setelah
ditahbiskan menjadi imam, ia melanjutkan studinya hingga meraih gelar doktor di
bidang Hukum Gereja. Ia bekerja di pengadilan Gerejawi di Tripoli, Italia.
Walaupun ditugaskan dan telah bekerja mati-matian, namun ia tidak berhasil
menertibkan satu biara suster-suster yang brengsek, lalu membaktikan seluruh
dirinya semata-mata demi kepentingan keselamatan jiwa-jiwa.
Sewaktu
berusia 35 tahun, ia masuk Ordo Teatian. Ia berniat melawan kemauannya sendiri
dan maju lebih jauh ke dalam kehidupan kerohanian dan kesempurnaan setiap hari.
Ia menjadi pengkotbah dan bapa pengakuan yang termasyhur, teristimewa di keuskupan
Milano bersama-sama dengan Santo Karolus Boromeus. Lebih dari limapuluh tahun
lamanya, ia berusaha keras untuk mengembalikan orang-orang berdosa ke dalam
pangkuan Gereja; banyak kesusahan yang harus ditanggungnya dalam usahanya
mempertobatkan kembali banyak orang dan membawa mereka kembali kepada Kristus.
Cacat pada badannya yang menyebabkan banyak kesulitan dalam perjalanannya
tidaklah merintangi dia dalam tugas-tugasnya. Panggilan orang-orang sakit terus
menerus dipenuhinya. Pada umur 80 tahun, ia meninggal dunia di kaki altar
sementara merayakan Ekaristi Kudus. Banyaklah mujizat yang terjadi oleh
perantaraannya, baik sebelum maupun sesudah kematiannya.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
11 Nopember
Santo Martinus dari Tours, Uskup dan
Pengaku Iman
Martinus
lahir di Sabaria, Pannonia (sekarang: Szombathely, Hungaria Barat) pada tahun
335 dan dibesarkan di Italia. Ayahnya seorang perwira tinggi Romawi yang masih
kafir. Sulpicius Severus, pengikut dan penulis riwayat hidupnya, mengatakan
bahwa Martinus pada umur 10 tahun diam-diam mengikuti pelajaran agama Kristen
tanpa sepengetahuan orangtuanya. Ayahnya sangat mengharapkan dia menjadi
perwira Romawi seperti dirinya. Oleh karena itu pada usia 15 tahun, ia
memasukkan Martinus dalam dinas militer.
Dalam suatu perjalanan dinas ke
kota Amiens, pada musim dingin tahun itu, Martinus berpapasan dengan seorang
pengemis malang yang sedang kedinginan di pintu gerbang kota. Pengemis itu
mengulurkan tangannya meminta sesuatu dari padanya. Kasihan ia tidak membawa
uang sesen pun pada waktu itu. Apa yang dilakukannya? Tergerak oleh
belaskasihannya yang besar pada pengemis malang itu, ia segera menghunus
pedangnya dan membelah mantelnya yang indah itu: sebagian untuk dia dan
sebagian diberikan kepada pengemis itu. Ketika memasuki kota Amiens, banyak
orang menertawakan dia karena mantelnya yang aneh itu.
Pada malam itu juga, Yesus
bersama sejumlah malaekat Allah menampakkan diri kepadanya. Dalam penglihatan
itu Martinus melihat Yesus mengenakan mantel setengah potong yang sama dengan
bagian mantel yang diberikan kepada pengemis malang tadi. Kepada para malaekat
itu Yesus berkata: "Martin, seorang katekumen memberikan Aku mantel
ini." Tak lama kemudian ia dipermandikan dan segera mengajukan permohonan
pengunduran diri dari dinas ketentaraan. Kepada atasannya ia berkata:
"Saya ini tentara Kristus, karena itu saya tidak boleh berperang."
Atasannya dan perwira-perwira lainnya mencerca dan menuduhnya pengecut. Tetapi
dengan tegas Martinus menjawab: "Saya berani pergi berperang dan bersedia
berdiri di front terdepan tanpa membawa sepucuk senjata pun." Akhirnya
permohonannya dikabulkan dan ia secara resmi berhenti dari dinas militer
Romawi.
Sesudah itu ia menjadi murid
Santo Hilarius, Uskup Poiters. Setelah beberapa lama dididik oleh Santo
Hironimus, ia ditahbiskan menjadi imam dan diutus ke Illirikum, Yugoslavia
untuk mewartakan Injil di sana. Tetapi karena ia mendapat banyak tantangan dari
para penganut aliran sesat Arianisme, maka ia mengundurkan diri dan hidup
bertapa di sebuah pulau dekat pantai selatan Prancis. Kemudian ia bergabung
lagi dengan Santo Hilarius dan mendirikan sebuah biara di Liguge, Prancis.
Inilah biara pertama di Prancis. Di dalam biara ini ia menjadi pembimbing bagi
rahib-rahib lain yang ingin mengikuti jejaknya.
Kemudian pada usia 55 tahun, ia
ditahbiskan menjadi Uskup Tours. Ia tidak mempunyai istana yang istimewa, hanya
sebuah bilik sederhana di samping sakristi gereja. Bersama rahib-rahibnya,
Martinus giat mewartakan Injil. Kotbah-kotbahnya diteguhkan Tuhan dengan banyak
mujizat. Dengan berjalan kaki, naik keledai atau dengan perahu layar ia
mengunjungi semua desa di keuskupannya. Ia tak gentar menghancurkan
tempat-tempat pemujaan berhala, dan tanpa takut-takut menentang praktek hukuman
mati yang dijatuhkan kaisar terhadap tukang-tukang sihir dan penyebar ajaran
sesat. Itulah sebabnya ia tidak disukai oleh orang-orang Kristen yang fanatik.
Tetapi Martinus tetap pada pendiriannya: menjunjung tinggi keadilan dan
menentang sistim paksaan. Martinus adalah salah seorang dari para kudus yang
bukan martir. Ia meninggal dunia pada tanggal 8 Nopember 397.
Santo Mennas, Martir
Orang
kudus ini berasal dari Mesir dan dikenal sebagai penjaga unta. Kemudian ia
menjadi prajurit dalam dinas militer Romawi pada masa pemerintahan Kaisar
Diokletianus. Sewaktu bertugas di Phrygia, Asia Kecil, ia ditangkap karena
imannya dan dibunuh pada tahun 295. Jenazahnya dimakamkan di Karm Aba Mina yang
sampai kini menjadi tempat ziarah ramai. Dahulu kala di Roma terdapat sebuah
gereja yang didirikan di Via Ostia untuk menghormati dia.
Santo Teodoros Konstantinopel
Teodoros
lahir di Kerak (sekarang: Yordan) dan meninggal di Bithynia, Asia Kecil pada
tahun 841. Mulanya ia menjadi biarawan di Yerusalem dan setelah ditahbiskan
menjadi imam, ia dikirim ke Konstantinopel bersama saudaranya Santo Theophanes
untuk melancarkan perlawanan terhadap kaum bidaah Ikonoklasme yang didukung
oleh Kaisar Leo V (813-820). Tetapi atas perintah raja, mereka dibuang ke
sebuah pulau di Laut Hitam, terutama karena mereka berani mencela perceraian
kaisar dengan isterinya, dan menentang usaha raja untuk mengeluarkan semua
gambar suci dari dalam gereja. Ikonoklasme adalah aliran kepercayaan yang
menentang dipasangnya gambar-gambar atau ikon-ikon suci di dalam gereja.
Kemudian ketika Theophilus,
juga seorang penganut Ikonoklasme, menjadi kaisar (829-842), mereka kembali ke
Konstantinopel. Namun kemudian mereka ditangkap sekali lagi dan dibuang. Jadi
dua kali mereka mengalami pembuangan itu. Akibatnya Theodarus meninggal di
Bithynia, Asia Kecil pada tahun 814, sebagai akibat dari penganiayaan atas
dirinya. Sedangkan Theofanes setelah pembuangan itu menjadi Uskup di Nicea. Ia
wafat pada tahun 845.
Theodoros sangat gigih dalam
membebaskan Gereja dari kekuasaan dan pengawasan negara, yang dianggapnya
selalu meremehkan semangat Kristiani. Ia juga dikenal sebagai tokoh pembaharu
hidup membiara yang sangat besar pengaruhnya di kalangan Gereja Timur. Selama
berada di tempat pembuangan itu, ia sangat rajin menulis berbagai karya tulis:
katekese, kotbah, nyanyian dan buku-buku untuk membela iman yang benar.
Santo Theodoros Studite, Abbas dan
Pengaku Iman
Theodoros
lahir pada tahun 759 di sebuah kota dekat Akroinum, Asia Kecil. Dalam soal
kehidupan membiara di Konstantinopel, Byzantium, beliau tergolong seorang rahib
dan abbas yang mempunyai pengaruh besar. Ia tetap menjunjung tinggi
penghormatan kepada gambar-gambar kudus yang dipajangkan di dalam gereja
sebagai perlawanan terhadap bidaah ikonoklasme. Sebagai akibat dari perjuangannya
mempertahankan ajaran-ajaran Gereja, ia beberapa kali dibuang dan akhirnya
meninggal dunia pada tanggal 11 Nopember 826, di Akritas (sekarang: Cape Gallo,
Yunani).
Pada tahun 794, ia menjadi
Abbas sebuah biara, yang didirikan di lahan perkebunan milik ayahnya di
Sakkoudion, dekat Olympus. Dalam kedudukan itu, ia melancarkan kritik terhadap
perkawinan kembali kaisar Konstantinus VI (780-797), setelah perceraiannya;
kritikan itu mengakibatkan pembuangan atas dirinya ke Salonika. Tetapi pada
tahun 797, ia diizinkan kembali oleh penguasa yang baru. Tak lama kemudian para
perompak-perompak Islam memaksa Theodoros bersama rahib-rahibnya pindah ke
Konstantinopel. Di Konstantinopel mereka diizinkan menetap di sebuah biara
pertapaan di Studion. Pada tahun 799 Theodoros menjadi Abbas di biara Studion
dan aktif menulis beberapa karangan tentang corak hidup membiara.
Pada
tahun 809 Theodoros sekali lagi dibuang demi melindungi Nicephoras, seorang
awam yang diangkat menjadi patriark Konstantinopel. Tetapi pada tahun 813 dari
tempat pembuangannya, Theodoros mendukung Patriark Nicephorus dalam usahanya
melawan bidaah ikonoklasme; sebagai akibatnya, Nicephorus pun segera menyusul
dia ke pembuangan. Tujuh tahun kemudian, Theodoros diizinkan kembali ke
Konstantinopel, tetapi pertentangan yang terus menerus dilancarkannya terhadap
para penganut ikonoklasme mengakibatkan pembuangannya yang terakhir di Akritas
hingga wafatnya pada tanggal 11 Nopember 826. Ia dimakamkan pertama di Akritas
dan kemudian relikuinya dipindahkan ke biara Studion pada tahun 844.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
12 Nopember
St. Yosafat
Yosafat
dilahirkan di Ukraina dan dibaptis dengan nama Yohanes pada tahun 1580. Ia
menjadi seorang biarawan dalam Ordo St Basilus dan memilih nama Basilus. Ia seorang
yang gagah berani dan penuh semangat kurban. Karena banyak bakat kecakapannya,
ia dipilih untuk menduduki jabatan pemimpin. Jabatan ini pada akhirnya akan
harus dibayar dengan nyawanya.
Yosafat menjadi
seorang rasul ekumenisme. Ia menyerukan persatuan di kalangan gereja-gereja
Kristen di Ukraina. Ada tiga kelompok utama Kristen: Gereja Latin yang bersatu
dengan paus, Gereja Yunani Orthodox dan Gereja Katolik Yunani.
Yosafat dipilih
menjadi uskup dan memimpin Keuskupan Polotsk pada tahun 1617. Ia menghabiskan
sepuluh tahun berikutnya untuk membantu umat mengenal dan mencintai iman
Katolik mereka dengan lebih baik. Ia mengorganisir perayaan-perayaan doa dan
kelas-kelas agama. Ia mengadakan pertemuan-pertemuan para klerus dan
bekerjasama dengan para imam untuk memberlakukan peraturan-peraturan yang dapat
membantu umat beriman hidup lebih dekat dengan Yesus.
Uskup Agung
Yosafat membawa pengaruh positif bagi masyarakat. Ia seorang pemimpin yang
dinamis. Oleh karena itu, sebagian orang mulai was-was terhadapnya. Mereka
membangkitkan suatu persekongkolan untuk melawannya. Yosafat dibunuh. Tubuhnya
dibuang ke dalam sebuah sungai dekat sana. Yosafat wafat pada tanggal 12
November 1623. Ia dimaklumkan sebagai seorang santo oleh Paus Pius IX pada
tahun 1867.
Marilah pada
hari ini kita berdoa bagi persatuan segenap umat Kristen, suatu gagasan yang
begitu dekat di hati orang kudus kita ini.
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Nilus dari Sinai,
Rahib dan Pengaku Iman
Nilus hidup pada pertengahan abad ke-4 di
Konstantinopel. Pegawai tinggi kaisar ini telah berumah tangga dan diberkati
Allah dengan dua orang anak. Tetapi lama kelamaan timbullah dalam hatinya
hasrat untuk menjalani hidup sebagai rahib di tempat yang sunyi demi pengabdian
yang total kepada Allah. Isterinya menyetujui perceraian mereka dengan syarat
putera sulung mereka tetap tinggal mendampinginya. Demikianlah Nilus bersama
Teodulus anaknya yang bungsu berangkat ke padang gurun Sinai, dan menetap di
sana sebagai rahib. Rencana hidupnya dapat diringkas sebagai berikut: memuji
Allah dengan perkataan, mengabdi kepadaNya dengan perbuatan, dan berbakti
kepadaNya dengan pikirannya.
Hidupnya
yang suci serta aman-tenteram itu pada suatu hari diganggu oleh serangan
gerombolan penjahat orang-orang Arab. Banyak rahib dibunuh. Nilus dapat
menyelamatkan dirinya, akan tetapi puteranya ditangkap dan ditawan sebagai
budak.
Sesudah menguburkan jenazah
teman-temannya, Nilus pun berusaha mencari Teodulus. Namun ia tidak berhasil
menemukannya. Pada suatu hari secara kebetulan ia mendengar bahwa anaknya itu
menjadi budak belian di Eleusa, sebuah kota dekat Birseba. Ia pun berangkat ke
sana tanpa mengantongi uang sesen pun sebagai penebus Teodulus. Tidaklah
mungkin ia dapat menebus anaknya itu. Baginya hanya tinggal satu kemungkinan
yaitu menghadap Uskup Eleusa dan menceritakan kepadanya segala sesuatu yang
telah terjadi atas dirinya. Atas bantuan uskup itu Teodulus dapat ditebus.
Kemudian karena kepandaian serta kesalehan Nilus dan Teodulus, mereka
ditahbiskan menjadi imam. Mereka kemudian pulang ke Sinai untuk kembali
menjalani hidup tapa mereka di Sana. Nilus meninggal dunia pada tahun 430 di
gunung Sinai.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
13 Nopember
Santo Stanislaus Kostka,
Pengaku Iman
Stanislaus Kostka berasal dari Polandia.
Bersama kakaknya Paul, ia dikirim belajar oleh orangtuanya di sebuah kolese
Yesuit di Wina, Austria. Pada waktu itu ia baru berumur 14 tahun. Stanislaus,
seorang pemuda yang periang, polos, dan peramah. Wataknya ini berbeda jauh dari
kakaknya Paul. Bagi Paul, Stanislaus adalah seorang pengganggu, bagai duri di
dalam matanya, sehingga ia sering memperlakukan Stanislaus secara kasar dan
kejam. Stanislaus menerima semua perlakuan kakaknya itu dengan sabar. Namun
akibatnya pada suatu hari ia jatuh sakit dan sangat kritis.
Dengan
perlakuannya itu, Paul melalaikan kewajibannya sebagai seorang kakak yang
seharusnya melindungi adiknya. Di Wina, mereka tinggal (indekos) di rumah
seorang Protestan. Maka sewaktu Stanislaus jatuh sakit sangatlah mustahil untuk
mendatangkan seorang imam. Ia minta pelayan memanggil seorang imam, namun tuan
rumah tak mengizinkan seorang imam masuk ke dalam rumahnya. Untunglah bahwa ia
ingat akan perlindungan Santa Barbara, yang menurut riwayat Orang-orang
Kudus-tak pernah membiarkan orang yang minta bantuan perantaraannya meninggal
dunia tanpa dibekali sakramen-sakramen terakhir. Maka Stanis pun berdoa kepada
Tuhan dengan perantaraan Santa Barbara; tiba-tiba Santa Barbara menampakkan diri
kepadanya didampingi dua malaekat. Tuhan dan menerimakan komuni kudus
kepadanya. Beberapa hari kemudian Santa Maria, sambil menggendong PuteraNya,
memasuki kamarnya dan menyembuhkannya.
Sebagai
ucapan syukur kepada kerahiman Tuhan padanya, Stanislaus bertekad masuk Serikat
Yesus. Dalam mewujudkan tekadnya itu dan agar tekadnya itu tidak
dihalang-halangi oleh ayahnya, ia melarikan diri ke Roma dengan berjalan kaki.
Di sana ia diterima oleh Santo Petrus Kanisius dalam novisiat Yesuit setelah
membuktikan kesungguhan hatinya dengan menyelesaikan semua tugas yang diberikan
kepadanya. Stanislaus bersungguh-sungguh di dalam menghayati panggilannya itu.
Sepuluh bulan lamanya ia menjalani masa novisiatnya dengan sangat setia. Ia
sangat saleh meskipun umurnya masih sangat muda.
Ia kemudian jatuh sakit dan meninggal
dunia pada tanggal15 Agustus 1868 bertepatan dengan Hari Raya Maria Diangkat Ke
Surga. Stanislaus meninggal dunia sebagai novis Yesuit dalam usia 17 tahun.
Segera setelah wafatnya, banyak orang cacat sembuh karena pengantaraannya.
Mujizatnya yang terbesar ialah bahwa kakaknya Paul yang jahat dan kasar itu,
mengubah cara hidupnya ketika ia mencari Stanislaus di Roma. Paul pun kelak
menjadi orang kudus.
Santo Didakus, Pengaku Iman
Santo Didakus-yang disebut juga
Diego/Santiago/Yakobus-lahir pada tahun 1400, dari sebuah keluarga Spanyol yang
sederhana. Semasa mudanya ia tinggal di sebuah tempat sunyi sebagai pertapa.
Rezeki hariannya diperoleh dengan menganyam tikar. Namun ia sadar bahwa tanpa
bimbingan tidak mungkin ia dapat mencapai kesempurnaan hidup Kristiani. Karena
itu ia masuk tarekat Saudara-saudara Dina Fransiskan sebagai bruder di biara
Arrizafa.
Ia
tidak mau menjadi imam meskipun terus-rnenerus ditawarkan jabatan klerus itu
kepadanya, sehingga sampai saat kematiannya ia tetap seorang bruder. Bruder
Didakus rajin dan saksama dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Di sela-sela
kesibukannya ia tetap menyiapkan waktu untuk berdoa. Ia berharap bahwa
pekerjaan-pekerjaannya itu berkenan di hati Tuhan. Pengetahuannya tentang
soal-soal rohani yang didapatnya dengan berdoa dan bermeditasi sangat dalam
sehingga para ahli teologi pun datang kepadanya untuk meminta pendapatnya
mengenai soal-soal yang sulit. Perhatiannya terhadap para pengemis dan orang
sakit mengagumkan.
Didakus pernah bekerja selama beberapa
tahun di kepulauan Kanari. Ia meninggal dunia pada tahun 1463 di Alkala,
Spanyol. Konon menjelang ajalnya, ia berulang-ulang mengucapkan ayat-ayat
"Dulce lignum" dari perayaan hari Jumat Suci: "Kayu lezat, paku
nikmat, sedap pula bebannya."
Santa Fransiska Xaveria
Cabrini, Pengaku Iman
Fransiska Xaveria Cabrini adalah orang
pertama Amerika Serikat yang dinyatakan sebagai santa. Ia lahir di Sant Angelo
di Lodi, dekat Milano, Italia pada tanggal 15 Juli 1850. Ayahnya petani kaya
raya, kemenakan Agustins Defretis, orang penting kedua di Italia pada masa itu.
Fransiska adalah puteri ke-13 dan anak bungsu. Sudah sejak kecil ia mendapat
pendidikan yang baik dari para suster Hati Kudus. Sejak itu pula ia tertarik pada
corak hidup membiara dan karya misi. Dua kali ia mengajukan permohonan menjadi
biarawati, namun dua kali pula permohonannya ditolak karena kesehatannya kurang
baik untuk menjalani hidup di biara.
Tetapi
Uskup Dominikus Gelmini memberinya tugas sebagai perawat dan guru untuk
anak-anak yatim-piatu di sebuah panti asuhan dekat kota Cordogno. Ia mengalami
banyak kesukaran baik dalam tugas sebagai perawat dan guru, maupun dalam
usahanya untuk menjadi seorang biarawati. Akhirnya baru pada tahun 1877, ia
boleh mengucapkan kaul kebiaraannya. Keinginannya menjadi misionaris ke daerah
Timur mendapat dukungan kuat dari uskupnya. Segera ia mendirikan sebuah tarekat
religius yang kemudian terkenal sebagai tarekat Suster-suster Misionaris Hati
Kudus. Dengan tarekat ini ia sangat berjasa bagi para imigran Italia yang
tinggal di Chicago.
Pakaiannya
sangat sederhana seperti yang lama. Paus Leo XIII (1878-1903)
mengesahkan tarekat yang didirikannya, dan juga memberinya tugas baru menjadi
misionaris di wilayah-wilayah Kristen di Barat yang lebih membutuhkan. Ditemani
6 orang suster, ia pergi ke Barat. Tidak sedikit kesukaran yang dialaminya.
Namun dengan tekad dan kesungguhan hati yang membaja, ia berhasil
berturut-turut mendirikan biara-biara, sekolah dan rumah sakit di seluruh
Amerika Serikat, bahkan juga di Amerika Selatan dan Eropa. Oleh karena itu ia
sering mengadakan perjalanan jauh walaupun kesehatannya sangat rapuh.
Pada tahun 1909, ia menjadi warga negara
Amerika Serikat. Ia wafat di Chicago pada tanggal 22 Desember 1917, sebagai
seorang penjasa besar bagi Amerika. Pada tanggal 7 Juli 1946, ia dinyatakan
sebagai santa oleh Paus Pius XII (1939-1958). Ia dikenal sebagai pendiri
Tarekat Suster-suster Misionaris Hati Kudus dan menjadi kebanggaan hati umat
Amerika karena dialah orang kudus pertama Amerika Serikat.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
14 Nopember
St. Laurensius O’Toole
Laurensius
dilahirkan di Irlandia pada tahun 1128. Ayahnya seorang pejabat. Ketika usianya
baru sepuluh tahun, seorang raja tetangga menyerang wilayah kekuasaan ayahnya
dan membawanya pergi. Anak itu menderita selama dua tahun lamanya. Kemudian
ayahnya memaksa raja untuk menyerahkan Laurensius kepada seorang uskup. Ketika
raja memenuhi permintaannya, ayahnya segera datang menemui putranya. Dengan
penuh syukur dan sukacita, ia membawa Laurensius pulang ke rumah.
Ayahnya ingin
agar salah seorang puteranya melayani dan mengabdi Gereja. Ketika sedang
bertanya-tanya siapakah gerangan yang akan memenuhi keinginannya itu, dengan
tertawa Laurensius mengatakan kepada ayahnya agar jangan bingung lagi. “Itulah
kerinduanku,” kata Laurensius, “bagian warisanku adalah melayani Tuhan dalam
Gereja-Nya.” Maka, ayahnya membimbing tangannya dan menyerahkannya kepada
uskup. Laurensius menjadi seorang imam dan abbas (= pemimpin biara) sebuah
biara yang besar. Suatu ketika, terjadilah paceklik di mana bahan pangan sulit
didapatkan di seluruh daerah sekitar biara. Abbas yang baik itu membagi-bagikan
sejumlah besar bahan makanan agar penduduk terhindar dari bahaya kelaparan.
Laurensius juga
harus menangani banyak masalah sehubungan dengan jabatannya sebagai pemimpin
biara. Sebagian biarawan mengkritiknya karena terlalu disiplin. Meskipun
demikian, Laurensius tetap membimbing komunitasnya dengan cara laku silih dan
matiraga. Ada juga masalah dengan para penyamun dan perompak yang tinggal di
bukit-bukit sekitarnya. Walaupun begitu, tidak ada suatu pun yang membuat
Laurensius O'Toole gentar.
Laurensius
menjadi begitu terkenal hingga tak lama kemudian ia dipilih sebagai Uskup Agung
Dublin. Dalam kedudukannya yang baru itu, ia hidup kudus sepanjang hidupnya.
Setiap hari, ia mengundang kaum fakir miskin untuk menjadi tamu kehormatannya.
Di samping itu, ia memberikan pertolongan kepada banyak orang lain juga.
Laurensius sangat mencintai umatnya dan negaranya, Irlandia, dan ia melakukan
segalanya untuk menjadikannya damai sejahtera. Suatu ketika, seorang gila
menyerang Laurensius ketika ia hendak naik ke altar untuk mempersembahkan Misa.
Laurensius jatuh ke lantai tak sadarkan diri. Namun, segera saja ia siuman
kembali. Saat itu juga dibasuhnya luka-lukanya, lalu langsung mempersembahkan
Misa.
Setelah
tahun-tahun pengabdian bagi Gereja, St. Laurensius O'Toole sakit parah. Ketika
ditanya apakah ia hendak menuliskan surat wasiat, uskup agung yang kudus itu
tersenyum. Jawabnya, “Tuhan tahu bahwa aku tidak memiliki apa-apa di dunia
ini.” Sejak lama ia telah memberikan segala yang ia miliki kepada orang-orang
lain, sama seperti ia telah memberikan dirinya seutuhnya kepada Tuhan. St. Laurensius
O'Toole wafat pada tanggal 14 November 1180. Ia dinyatakan kudus oleh Paus
Honorius III pada tahun 1225.
St. Laurensius
sadar akan pentingnya berdiri kokoh dalam melakukan apa yang benar, meskipun
badai kritik menerjang.
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Yosef Maria Pignatelli, Pengaku
Iman
Yosef
Maria Pignatelli lahir di Saragossa, Spanyol pada tahun 1737. Anak bangsawan
tinggi Spanyol ini mempunyai bakat-bakat ketabahan dan tahan uji yang kemudian
terbukti di dalam peristiwa-peristiwa pahit yang dihadapinya. Ketika berusia 16
tahun, ia masuk Serikat Yesus di Tarragona dan kemudian ditahbiskan menjadi
imam pada tahun 1763. Sebagai imam ia ditugaskan berkarya di antara orang-orang
miskin di Saragossa, kota kelahirannya.
Peristiwa pahit pertama yang
dihadapinya sebagai seorang imam Yesuit ialah peristiwa pengusiran imam-imam
Yesuit dari negeri Spanyol oleh Raja Charles III pada tahun 1767. Bersama
rekan-rekannya, Yosef terpaksa menyingkir ke kota Corsica. Tak lama kemudian di
Corsica pun mereka diusir lagi oleh bangsa Prancis yang menguasai daerah itu,
Dari Corsica mereka pergi dan tinggal di Ferrara, Italia. Rupanya cobaan belum
juga selesai karena suatu sebab, Paus Klemens XIV (1769-1774) membubarkan
serikat itu dan kemudian mengawamkan semua anggotanya.
Sementara itu selama 20 tahun
Yosef sendiri tinggal di Bologna dan dari sana ia menolong rekan-rekan
Yesuitnya yang kurang beruntung di pengasingan. Sementara itu muncullah angin
baik di Rusia. Ratu Katerina melarang penyebaran surat yang berisi ancaman
penindasan terhadap imam-imam Yesuit di negerinya. Maka di Rusia, Serikat Yesus
dapat hidup dengan aman dan dapat melaksanakan tugas misionernya dengan baik.
Pada tahun 1792 Pangeran dari Parma mengundang 3 orang imam Yesuit dari Italia
dan meminta mereka mendirikan serikatnya di sana. Hal ini didukung pula oleh
Sri Paus Pius VI (1775-1799).
Yosef Pignatelli sendiri
bertindak sebagai Superior Serikat. Maka sejak saat itu Serikat Yesus mulai
hidup lagi, dan masuk ke Italia lagi. Sebagai langkah pertama pada tahun 1799,
Yosef Pignatelli membuka novisiatnya di Colorno. Lalu pada tahun 1801, ia
sendiri menyaksikan peristiwa pengesahan berdirinya kembali Serikat Yesus di
Propinsi Rusia oleh Paus Pius VII (1800-1823). Dengan usaha keras ia membangun
kembali Serikat Yesus di Kerajaan Napoli pada tahun 1804. Ia sendiri bertindak
sebagai Provinsialnya. Sayang bahwa Provinsi Yesuit baru ini ditindas kembali
oleh bangsa Prancis hingga tenggelam. Lalu Yosef pergi ke Roma, dan di sana
ditunjuk sebagai Provinsial seluruh Italia.
Dari
sana ia berusaha membaharui Serikat Yesus yang ada di Sardinia dan
melindunginya dari jajahan bangsa Prancis. Walaupun Serikat Yesus belum dapat
berdiri kokoh secara penuh sampai tahun 1814, namun sesudah wafatnya di Roma
pada tanggal 11 Nopember 1811, Paus Pius XII (1939-1958) menyatakannya sebagai
'kudus' pada tahun 1954. Dia disebut tokoh 'Pembangun kembali Serikat Yesus'.
Yosef Maria Pignatelli suka bekerja di kalangan kaum miskin; ia sangat baik
hati, rendah hati serta halus perasaannya. Dalam imannya yang kokoh akan
penyelenggaraan Allah, ia dengan teguh dan tabah menghadapi semua kemelut yang
melanda serikatnya. Banyak orang mencintainya karena kepribadiannya itu.
Duns Scotus, Biarawan dan Pujangga Maria
Duns
Scotus lahir di Maxton, Skotlandia pada tahun 1266 dan meninggal dunia di rumah
biara Fransiskan di Koln, Jerman pada 8 Nopember 1308. Imam Fransiskan ini
dikenal sebagai filsuf dan teolog kenamaan pada Abad Pertengahan. Sumbangannya
di bidang filsafat dan teologi sangat besar pengaruhnya hingga kini. Setelah
ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1291, ia belajar lagi di Universitas Paris
dan Oxford hingga meraih gelar doktor di bidang teologi pada tahun 1305.
Setelah itu ia kembali menjadi mahaguru teologi di Universitas Cambridge,
Oxford dan Paris.
Ia disebut ‘doktor yang tajam
dan halus’ dalam pemikirannya dan dalam gaya bahasa Latin yang digunakannya.
Banyak sekali karya filosofis dan teologisnya. Salah satu yang terkenal ialah
'Opus Oxoniense', sebuah komentar tentang hukuman mati atas diri Petrus
Lombardia (1100-1160). Ia juga menulis sebuah karangan tentang 'Adanya Allah'
dengan judul "De primo principio".
Tokoh-tokoh besar yang
mempengaruhi Duns Scotus adalah Aristoteles (384-322 Seb. Mas.), Santo
Agustinus (354-430), Avicenna (980-1037), dan Santo Bonaventura (1221-1274).
Sebagaimana filsuf-filsuf besar lainnya di Abad Pertengahan, Duns Scotus pun
mengajarkan bahwa manusia mempunyai dua kemampuan utama: 'intelek dan
kehendak'. Tetapi ia lebih mengunggulkan 'kehendak' di atas 'intelek'. Dalam
masalah inilah ia berbeda dari Santo Thomas Aquinas (1225-1274) yang lebih
mengunggulkan 'intelek' di atas 'kehendak'. Keduanya memang tidak sependapat di
dalam hal ini, namun sama-sama mengakui kemerdekaan kehendak dan intelek.
Bagi Scotus, kegiatan utama
dari kehendak ialah cinta. Terpengaruh oleh pandangannya itu, maka salah satu
tema teologinya didasarkan pada pandangan Santo Yohanes Penginjil tentang
Allah, bahwa 'Allah itu Kasih'. Bagi dia, cinta merupakan aktifitas Allah yang
paling luhur. Oleh dan di dalam cinta, Allah dengan tindakan kehendakNya yang
bebas menciptakan dan memelihara semua ciptaanNya, teristimewa manusia. Karena
Scotus menilai teologi sebagai suatu pengetahuan praktis, maka ia mengajarkan
bahwa manusia harus menjawabi dan menghayati cinta Allah yang dilimpahkan
kepadanya. Dalam rangka itu, Wahyu Allah merupakan norma bagi tindakan manusia.
Dengan mengikuti norma-norma yang diwahyukan, manusia akan mencapai kebahagiaan
abadi. Namun menurut pandangannya, kendatipun manusia akan menikmati cinta
illahi dan memandang Allah, kebahagiaan abadi itu tercapai lebih karena cinta
akan Allah daripada tahu tentang Allah.
Penyataan
cinta Allah yang paling mulia terhadap semua makhluk ciptaan terutama manusia
ialah "peristiwa inkarnasi, penjelmaan Allah menjadi manusia dalam diri
Yesus Kristus." Yesus Kristus adalah pusat dan tujuan penciptaan, pusat
sejarah manusia, dan alam semesta. Di sinilah terletak titik sentral teologi
Scotus. Kecuali itu Duns Scotus dikenal luas sebagai seorang pengajar dan
pembela ulung ajaran tentang Maria 'yang dikandung tanpa noda dosa' (Maria
Immaculata). Oleh karena itu ia dijuluki 'Doctor Marianus'. Bagi Scotus, Maria
disebut Bunda Allah karena ia mengandung dan melahirkan-dengan demikian turut
serta secara aktif dalam karya penebusan umat manusia-Pribadi Kedua dari
Trinitas yaitu Yesus Kristus, Tuhan kita. Oleh karena itu sudah seharusnya ia diperkandungkan
tanpa noda dosa, baik dosa asal maupun dosa-dosa pribadi. Bagi Scotus, masalah
keperawanan Maria-yang oleh teolog-teolog sebelum Scotus dianggap tak jelas
dasarnya-tidak bertentangan dengan dogma tentang dosa asal atau dengan
kebenaran bahwa Kristus menebus semua umat manusia. "Bunda Maria yang
terberkati", katanya, "dibebaskan dari dosa asal dalam kaitan erat
dengan pandangan kita tentang kemuliaan Puteranya". Untuk itu Scotus
menegaskan bahwa Allah mempunyai kuasa untuk melakukan perkandungan tanpa noda
dosa itu atas Maria yang dianggapNya layak mengandung dan melahirkan PuteraNya
yang tunggal.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
15 Nopember
St. Albertus Agung
St. Albertus
hidup pada abad ketigabelas. Ia dilahirkan di sebuah kastil di Sungai Danube di
Swabia (Jerman barat daya). Albertus belajar di Universitas Padua di Italia. Di
sana ia memutuskan untuk menjadi seorang Dominikan. Pamannya berusaha
membujuknya untuk tidak memenuhi panggilan religiusnya. Namun demikian,
Albertus tetap pada pendiriannya. Ia merasa bahwa itulah yang Tuhan kehendaki.
Ayahnya, pangeran Bollstadt, amat marah. Para Dominikan khawatir kalau-kalau
ayahnya akan membawa Albertus pulang kembali ke rumah. Oleh karena itu, mereka
mengirim Albertus, yang masih menjadi novis, ke suatu tempat yang jauh. Tetapi
ternyata ayahnya tidak datang untuk menjemputnya.
St. Albertus
sangat senang belajar. Ia suka ilmu pengetahuan alam, terutama fisika, geografi
dan biologi. Semuanya itu amat menarik baginya. Ia juga senang memperdalam pengetahuan
tentang agama Katolik dan Kitab Suci. Ia biasa mengamati perilaku
binatang-binatang serta menuliskan apa yang ia amati, sama seperti yang
dilakukan para ilmuwan sekarang. St. Albertus menulis banyak sekali buku-buku
tentangnya. Ia juga menulis tentang filosofi dan merupakan seorang guru yang
popular di berbagai sekolah.
Salah satu murid
St. Albertus adalah St. Thomas Aquinas yang hebat itu. Dikatakan bahwa St
Albertus mengetahui kematian St. Thomas langsung dari Tuhan. Ia telah
membimbing St. Thomas pada awal karya-karya besarnya di bidang filosofi dan
theologi. Ia jugalah yang mempertahankan ajaran-ajaran St. Thomas setelah ia
wafat.
Semakin
bertambah umur, St. Albertus semakin kudus. Sebelumnya, ia telah mengungkapkan
pemikiran-pemikirannya yang mendalam dalam tulisan-tulisannya. Sekarang, ia
mengungkapkan pemikiran-pemikirannya yang mendalam tersebut dalam seluruh cara
hidupnya yang hanya bagi Tuhan.
St. Albertus
dianugerahi karunia untuk menyelaraskan iman dan ilmu pengetahuan. Pada masa sekarang,
dimana manusia lebih terpusat pada ilmu pengetahuan dan teknologi, ada baiknya
kita berdoa untuk memohon karunia yang sama.
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
16 Nopember
S. Margareta dari Skotlandia.
Margereta adalah
seorang Putri Kerajaan Inggris yang dilahirkan pada tahun 1046. Ia dan ibunya
berlayar ke Skotlandia untuk melarikan diri dari raja yang berhasil menguasai
tanah mereka. Raja Malcolm dari Skotlandia menyambut mereka. Raja jatuh cinta
kepada putri yang cantik jelita itu. Tak lama kemudian, Margareta dan Malcolm
pun menikah.
Sebagai seorang
ratu, Margareta membawa banyak perubahan baik bagi suami dan negaranya. Malcolm
seorang yang baik, tetapi ia dan para anggota istananya amat kasar. Ketika
dilihat raja betapa bijaksana isterinya itu, raja bersedia mendengarkan
nasehat-nasehat baik isterinya. Margaret membantu raja untuk menguasai diri dan
melatih keutamaan-keutamaan Kristiani. Ia menjadikan istananya indah serta tahu
sopan santun. Raja dan ratu menjadi teladan yang mengagumkan, oleh karena cara
mereka berdoa bersama serta cara mereka memperlakukan satu sama lain. Mereka
membagikan makanan kepada kaum miskin papa. Mereka berdua berusaha keras untuk
meneladani Yesus dalam hidup mereka.
Margareta
merupakan berkat bagi seluruh rakyat Skotlandia. Sebelum ia datang, rakyat amat
bodoh. Banyak di antara mereka yang mempunyai kebiasaan buruk yang menghalangi
mereka untuk dekat kepada Tuhan. Margareta berjuang keras mendapatkan guru-guru
yang baik untuk membantu rakyatnya memperbaiki kebiasaan-kebiasaan mereka yang
buruk itu. Ia dan Malcolm mendirikan gereja-gereja baru. Ratu senang menghiasi
gereja-gerejanya dengan indah sebagai ungkapan rasa hormatnya kepada Tuhan.
Malahan, Ratu Margareta sendiri yang menyulam sebagian jubah-jubah liturgi para
imam. Margareta dan Malcolm dianugerahi enam putera serta dua puteri. Mereka
amat mengasihi putera dan puteri mereka. Putera bungsunya kelak menjadi St.
David. Tetapi, Margareta mengalami saat-saat sedih juga. Pada saat sakitnya
yang terakhir, ia mendengar kabar bahwa suami beserta puteranya, Edward,
terbunuh dalam perang. Mereka meninggal hanya empat hari sebelum Margareta
sendiri meninggal dunia. St. Margareta wafat pada tanggal 16 November 1093. Ia
dinyatakan kudus oleh Paus Inosensius IV pada tahun 1250.
Margareta dan
Malcolm menjadi saksi rahmat sakramen pernikahan dengan berjuang bersama untuk
hidup kudus.
S. Gertrude
Gertrude masuk
sebuah biara di Saxony ketika ia masih amat muda. Di bawah bimbingan St. Mechtildis, ia tumbuh
menjadi seorang biarawati yang riang gembira dan kudus. Sr. Gertrude seorang
yang menyenangkan serta cerdas. Ia menguasai bahasa Latin dengan amat baik.
Sesungguhnya, pada mulanya ia kurang suka belajar agama dan juga mata pelajaran
yang lain. Tetapi, ketika ia berusia duapuluh enam tahun, Yesus menampakkan
diri kepadanya. Yesus berkata bahwa mulai saat itu, Sr. Gertrude hanya akan
berpikir tentang mengasihi-Nya serta berusaha untuk hidup kudus. Sekarang, Sr.
Gertrude mulai belajar Kitab Suci dengat antusias. Pengetahuannya tentang agama
Katolik kita yang kudus menjadi semakin luas.
Yesus
menampakkan diri kepada St. Gertrude banyak kali. Tuhan menunjukkan Hati-Nya
yang Mahakudus. Dua kali Yesus mengijinkan St. Gertrude mengistirahatkan
kepalanya di Hati-Nya yang Mahakudus. Oleh karena kasihnya yang amat besar
kepada Yesus, Mempelai Ilahi-nya, St. Gertrude berusaha untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahannya dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ia percaya
kepada Yesus dengan segenap hati dan karenanya senantiasa dipenuhi rasa damai
dan sukacita.
St. Gertrude
mempunyai devosi yang mendalam kepada Yesus dalam Sakramen Mahakudus. Ia senang
sekali menerima Komuni Kudus sesering mungkin, meskipun pada masa itu, hal
demikian masih belum lazim. St. Gertrude juga amat berdevosi kepada St. Yosef,
bapa asuh Yesus. Ia menulis banyak doa yang amat indah. Setelah menderita
selama sepuluh tahun, akhirnya suster yang kudus ini bersatu dengan Hati Yesus
Yang Mahakudus, yang menjadikan-Nya pengantinnya.
“Tuhan
menunjukkan kesabaran tak terbatas dalam menghadapi mereka yang tidak
sempurna.”
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Rochus Gonzales dkk,
Martir
Rochus adalah imam Yesuit pribumi dari
Paraguay, Amerika Selatan yang bekerja giat di antara suku-suku Indian. Bersama
dengan Bruder Alfonsus Rodriguez, ia dibunuh oleh orang-orang yang tidak
menghendaki kemajuan bagi orang Indian Kristen. Dua hari kemudian, misionaris
Yoanes del Castillo disiksa sampai mati lemas.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
17 Nopember
S. Elisabeth dari Hungaria
Elizabeth ialah
puteri raja Hungaria. Ia dilahirkan pada tahun 1207. Elizabeth dinikahkan
dengan Louis, penguasa Thuringia, ketika ia masih amat muda. (Kita merayakan
pesta Beato Louis pada tanggal 11 September). Elizabeth seorang mempelai yang
cantik, yang amat mengasihi suaminya yang tampan. Louis membalas kasih
isterinya dengan segenap hatinya. Tuhan mengaruniakan kepada mereka tiga anak
dan mereka hidup berbahagia selama enam tahun.
Kemudian,
mulailah penderitaan St. Elizabeth. Louis wafat karena suatu wabah penyakit.
Elizabeth demikian pilu hatinya hingga ia berseru: “Dunia sudah mati untukku,
dunia beserta segala kesenangannya.” Sanak-saudara Louis tidak pernah menyukai
Elizabeth karena ia biasa membagikan banyak makanan kepada kaum miskin. Semasa
Louis masih hidup, mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Tetapi sekarang, mereka
dapat dan mereka melakukannya. Segera saja, puteri yang cantik serta lemah
lembut ini beserta ketiga anaknya diusir dari kastil. Mereka menderita
kelaparan serta kedinginan. Namun, Elizabeth tidaklah mengeluh akan
penderitaannya yang berat itu. Malahan ia mengucap syukur kepada Tuhan dan
berdoa dengan lebih tekun. Elizabeth menerima penderitaannya sama seperti ia
menerima kabahagiaannya.
Sanak-saudara
Elizabeth datang menolongnya. Ia beserta anak-anaknya mempunyai tempat tinggal
kembali. Pamannya menghendaki agar Elizabeth menikah lagi, karena ia masih muda
dan menarik. Tetapi orang kudus ini telah bertekad untuk mempersembahkan
dirinya kepada Tuhan. Ia ingin meneladani semangat kemiskinan St. Fransiskus. Elizabeth
kemudian tinggal di sebuah desa miskin dan menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya
dengan melayani mereka yang sakit serta miskin. Ia bahkan pergi memancing
sebagai usaha untuk memperoleh tambahan uang bagi kaum miskin yang dikasihinya.
St. Elizabeth baru berusia duapuluh empat tahun ketika ia wafat. Menjelang
ajalnya, orang dapat mendengarnya bersenandung pelan di atas pembaringannya. Ia
yakin betul bahwa Yesus akan membawanya kepada-Nya. Elizabeth wafat pada tahun
1231.
St. Elizabeth
mempunyai cinta kasih yang amat besar bagi kaum miskin. Sebagai pengikut
Kristus, kita pun dipanggil untuk tergerak oleh belas kasihan melihat
penderitaan sesama.
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Gregorius Thaumaturgos, Uskup dan
Pengaku Iman.
Gregorius
Thaumaturgos atau Gregorius Pembuat Mujizat berasal dari Neokaisarea (Turki).
Ia lahir pada tahun 213 dan meninggal dunia di tanah kelahirannya pada tahun
268. Ia dikenal luas karena mujizat-mujizatnya dan usahanya menyebarkan agama
Kristen di dunia Timur.
Putera bangsawan kafir ini adalah seorang ahli hukum. Suatu ketika ia bermaksud pergi ke Beirut, Lebanon untuk mempraktekkan keahliannya di bidang hukum. Dalam perjalanannya ke kota itu, ia singgah di Kaisarea, Israel. Di sana, ia ditobatkan menjadi Kristen oleh Origenes (185-254), seorang ahli Kitab Suci kenamaan di kota itu. Peristiwa ini membuatnya tidak lagi bersemangat untuk meneruskan perjalanannya ke Beirut. Ia selanjutnya tinggal di Kaisarea selama beberapa tahun sambil belajar pada Origenes.
Pada tahun 238, ia kembali ke Neokaisarea.
Di sana ia ditahbiskan menjadi uskup kota itu. Pada masa itu orang Kristen
sangat sedikit. Sebagian besar penduduk kota itu masih kafir. Gregorius dalam
kedudukannya sebagai uskup berjuang keras untuk memperbanyak jumlah orang
Kristen. Kemampuannya yang luar biasa dalam berkotbah sangat mendukung usahanya
itu. Ia berhasil menarik banyak orang kafir menjadi Kristen. Karya-karya
amalnya kepada orang-orang miskin dan sakit, yang diperkuat dengan banyak
mujizat, seperti menyembuhkan orang-orang sakit dengan doa-doanya, semakin
memikat hati orang-orang kafir pada agama Kristen.
Pada
tahun 250, Keuskupan Neokaisarea menderita pengejaran dan penganiayaan yang
diperintahkan Kaisar Gaius Decius. Tak lama kemudian keuskupan itu pun dilanda
wabah penyakit dan serangan suku bangsa Goth. Kendatipun tertimpa berbagai
penderitaan, orang-orang Kristen Neokaisarea di bawah bimbingan uskupnya tetap
berpegang teguh pada imannya. Ketika Gregorius wafat pada tahun 268 hanya ada
17 orang kafir di kota itu.
Santo Gregorius dari Tours, Uskup dan
Pengaku Iman
Gregorius
lahir di Auvergne, Prancis pada tahun 538 dan meninggal dunia di Tours pada
tahun 594. Ia terkenal sebagai seorang uskup abad keenam sekaligus penulis dan
sejarawan kenamaan yang memperkaya kasanah budaya di Tours. Dengan berbagai
usahanya ia berhasil mengembangkan kota itu menjadi salah satu pusat
kekristenan di Prancis Tengah. Keluarganya yang campuran Prancis-Roma itu
menempatkan banyak anggotanya dalam kedudukan-kedudukan terhormat di dalam
masyarakat dan di dalam Gereja. Namanya sejak kecil ialah Gregorius Florentius;
nama Gregorius dikenakannya sebagai kenangan akan seorang neneknya yang menjadi
uskup di Langers.
Sepeninggal Euphronius, saudara
sepupunya pada tahun 573, Gregorius menggantikan dia sebagai Uskup Tours.
Sebagai Uskup kota itu, Gregorius adalah petinggi Gereja yang paling penting
yang harus menghadapi bangsa Frank, yang menguasai wilayah itu termasuk Tours.
Konsepnya tentang Gereja sebagai suatu kekuatan politik dan kebudayaan mengawetkan
sistim depotisme dan sikap tak bertanggungjawab dari kebanyakan Pangeran Frank.
Bukunya “De Cursibus
Eccdesiasticis” ditulis untuk menyanggupkan kaum rohaniwan-dengan dasar-dasar
astronomi-mengenal waktu dengan mengamati bintang-bintang. Studi ini menolong
mereka dalam hal pengaturan waktu terutama dalam kaitan dengan
kewajiban-kewajiban membaca dan berdoa pada malam hari. Gaya penulisannya
sangat sederhana; ia dengan tangkas menghindari uraian-uraian yang fantastis
yang menandai hampir semua karya ilmu pengetahuan pada masa itu. Kecuali itu,
ia juga menulis tentang riwayat hidup Santo Martinus dari Tours (315-399) dan
Santo Yulianus dari Brioude, yang hidup pada abad ketiga, dan menyusun satu
koleksi karya para orang kudus dan martir Prancis.
Karyanya yang terbesar ialah 10
buah buku Sejarah Bangsa Prancis. Dua buku pertama berkenaan dengan
peristiwa-peristiwa dari penciptaan sampai tahun 511. Buku ketiga dan keempat
menguraikan secara ringkas Sejarah Kerajaan Frank sampai tahun 573. Sedangkan
enam buku berikutnya merupakan suatu kumpulan kronik tentang
peristiwa-peristiwa dari 573-tahun di mana Gregorius menjadi uskup-sampai tahun
591.
Gregorius lebih menonjol
sebagai seorang pencerita dengan gaya bahasa yang hidup daripada seorang
sejarawan objektif. Ia memberikan suatu gambaran yang hidup tentang keadaan
suatu masyarakat, dengan lebih memberi tekanan kuat pada hal-hal yang
menakjubkan dari suatu peristiwa yang diuraikannya. Kemampuannya yang paling
menonjol terlihat di dalam kemampuan melukiskan perangai tokoh-tokoh yang
berperan di dalam suatu peristiwa. Kisahnya tentang peristiwa permandian Raja
Clovis dan pengikut-pengikutnya pada tahun 496 adalah sebuah cerita klasik yang
sangat menarik. Tokoh-tokoh dinasti Meroving dari Prancia seperti Clotaire I, Chilperic
I, Guntram, Ratu Fredegund, dan anggota-anggota lainnya digambarkan dengan
begitu hidup dibarengi suatu pemahaman yang tinggi.
Seperti
sejarawan-sejarawan lainnya, cerita-ceritanya mempunyai akurasi dan daya tarik
yang tinggi seolah-olah dia sendiri mengalaminya. Cerita merupakan suatu
kekayaan abad keenam dalam bidang sejarah politik dan sosial. Buku Sejarah
Bangsa Prancis yang ditulisnya dipakai oleh Santo Bede, Paul Deacon dan
sejarawan lainnya dari abad ketujuh dan kedelapan. Buku itu mempunyai nilai
sejarah yang tinggi sebagai satu sumber informasi primer tentang Zaman Meroving
dari Sejarah Prancis. Tanpa buku itu asal-usul monarki itu tak dikenal oleh
ahli-ahli zaman sekarang.
Santo Dionisius Agung, Uskup dan Pengaku
Iman
Beliau adalah Uskup Aleksandria, Mesir dan seorang katekis yang
termasyhur. Ia terpaksa mengungsi beberapa kali ke gurun pasir Lybia karena
penganiayaan yang terjadi atas umat Kristen di dalam keuskupannya. Dionisius
dikenal bersikap lunak terhadap orang-orang Kristen yang murtad dalam masa
penganiayaan tetapi bertobat kembali ke pangkuan Bunda Gereja. Dalam zaman yang
sulit itu ia amat rajin menguatkan iman umatnya.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
18 Nopember
S.Rosa Philippine Duchesne
Orang kudus ini
berkarya bagi Yesus di Amerika Serikat. Rosa dilahirkan dalam sebuah keluarga
Perancis yang kaya pada tahun 1769. Sebagai remaja, tidak ada kekudusan khusus
dalam diri Rosa. Malahan, seringkali ia berusaha keras agar kehendaknya
dipenuhi. Ia memerintah siapa saja untuk melakukan apa yang ia inginkan. Di
sekolah, mata pelajaran yang paling disukainya adalah sejarah. Kemudian ia
menjadi amat tertarik pada cerita-cerita tentang suku Pribumi Amerika. Pada
usia tujuhbelas tahun, Rosa masuk biara. Ketika saatnya tiba, ia tidak dapat
mengucapkan kaulnya karena Revolusi Perancis. Semua biarawati dipaksa oleh kaum
revolusioner untuk meninggalkan negeri, sebab itu Rosa kembali kepada
keluarganya. Meskipun begitu, Rosa tidak menyerah pada keinginannya untuk
menjadi milik Yesus. Beberapa tahun kemudian, Rosa bergabung dengan ordo
religius yang baru dibentuk yaitu Hati Kudus Yesus.
Kerinduan Moeder
Rosa Philippine Duchesne adalah menjadi seorang misionaris. Tetapi, usianya
telah lima puluh tahun sebelum akhirnya ia diutus ke Amerika. Pada waktu itu
Amerika masih merupakan tanah misi. Di Mississippi, ia dan sekelompok kecil
para biarawati mendirikan sebuah sekolah bebas biaya bagi kaum miskin.
Pekerjaan itu amat berat oleh karena perbedaan bahasa serta adat-istiadat.
Walaupun demikian, Moeder Duchesne tidak pernah kehilangan semangat mudanya.
Sementara ia bertambah tua, ia semakin kurang memerintah dan menjadi lebih
lembut. Moeder Duchesne sungguh merupakan seorang pahlawan yang tegar
menghadapi tantangan perjalanan yang berbahaya. Ia bahkan hampir mati karena
demam kuning. Moeder Duchesne berhasil mengatasi berbagai macam halangan untuk
mendirikan biara-biara baru di Dunia Baru. Kemudian, ketika usianya tujuhpuluh
satu tahun, ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Superior. Ia berangkat
untuk mendirikan sekolah bagi kaum pribumi yang dikasihinya. Moeder Duchesne
wafat pada tahun 1852 pada usia delapanpuluhtiga tahun dan dinyatakan kudus
oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1988.
Meskipun
pelayanannya dalam karya misi amat singkat, St. Rosa senantiasa dapat membantu
sesamanya melalui doa-doanya. Suku pribumi Amerika menyebutnya sebagai
“Perempuan yang Berdoa Senantiasa”
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Romanus dari Antiokia, Martir
Romanus
adalah seorang diakon Gereja Sesarea. Oleh sejarawan Eusebius, riwayat hidupnya
dihubungkan dengan para martir yang dibunuh di Palestina. Karena kendatipun ia
menjadi martir di Antiokia, namun ia berasal dari Palestina. Santo Yohanes
Krisostomus juga memuji-muji dia dalam sebuah tulisannya; demikian juga
Prudensius menggubah seuntai syair pujian untuk Romanus. Maka cukuplah
meyakinkan ketenaran diakon Romanus ini.
Bagaimanapun juga sumber
informasi tentang riwayat hidup Romanus kurang lengkap. Informasi tentang
kemartirannya dihubungkan dengan aksi penganiayaan terhadap umat Kristen pada
zaman pemerintahan Kaisar Diokletianus. Pada masa itu diakon Romanus giat
memberi peneguhan dan semangat iman kepada umatnya yang dikejar-kejar oleh
penguasa. Bahkan ia berani memberikan peringatan kepada para hakim yang
mengadili umatnya, sambil meneguhkan hati umatnya di hadapan sidang pengadilan
kaisar.
Sadar
akan pengaruh Romanus yang besar bagi umat Kristen maka penguasa tidak
tanggung-tanggung menangkapnya. Romanus disesah dan dicambuki, dan kemudian
dibakar hidup-hidup. Meskipun api menjalari sekujur tubuhnya, namun Romanus
tetap berkotbah menyemangati umatnya agar tetap setia pada imannya dan tetap
mencintai Allah. Raja kemudian menyuruh mengembalikan dia ke penjara untuk
disiksa lebih berat lagi: anggota badannya dimasukkan ke dalam lima lobang di
sebuah papan alat penyiksaan, dan tubuhnya dibiarkan menggelantung dalam waktu
yang cukup lama. Akhirnya sebagai martir yang tahan uji, Romanus mati dicekik oleh
algojo di penjara itu pada tahun 303. Ketabahannya mengagumkan!
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
19 Nopember
S. Nerses
Nerses hidup
pada abad keempat di Armenia. Ia adalah seorang pejabat di istana Raja Arshak.
Setelah isterinya meninggal dunia, Nerses ditahbiskan sebagai imam. Ia menjadi
Uskup utama Armenia pada tahun 363. Bersama St Basilus, ia bekerja keras demi
membantu umat menjadi orang-orang Katolik yang terlebih saleh. Mereka
mengundang seluruh Uskup Armenia untuk bertemu. Mereka ingin membantu para imam
dan umat bertumbuh dalam kekudusan.
Uskup Nerses
menjunjung tinggi panggilan biarawan. Ia ingin memulai biara-biara baru. Ia
mendirikan rumah-rumah sakit dan mendorong orang-orang kaya untuk hidup jujur
dan murah hati terhadap sesama. Raja Arshak tidak mengamalkan hidup yang baik.
Ketika ia membunuh isterinya, Olympia, Uskup Nerses secara umum mengutuk
kejahatan keji ini. Raja mengusir Uskup Nerses dari keuskupannya dan menunjuk
seorang uskup lain.
Di kemudian
hari, Raja Arshak terbunuh dalam peperangan melawan bangsa Persia. Puteranya
naik takhta menjadi raja. Sayang, puteranya ini melakukan lebih banyak
kejahatan dibanding ayahnya. Uskup Nerses berupaya memperbaiki perilakunya.
Raja yang baru itu berpura-pura menyesal. Kemudian raja mengundang uskup ke
istananya untuk suatu perjamuan makan malam guna menunjukkan niat baiknya.
Tetapi racun dibubuhkan dalam hidangan yang disajikan dan Uskup Nerses tewas di
sana, di meja makan sang raja. Uskup Nerses dianggap sebagai martir dan bangsa
Armenia menyebutnya “agung”.
Sebagai
seorang pemimpin, St Nerses melaksanakan tanggung jawabnya dengan sungguh untuk
berbicara menyampaikan kebenaran.
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
20 Nopember
S.
Edmund
Edmund adalah
seorang raja Inggris yang hidup pada abad kesembilan. Ia menjadi raja ketika
usianya baru empatbelas tahun. Namun demikian, jabatan yang tinggi itu tidak
menjadikannya congkak atau pun sombong. Sebaliknya, ia menjadikan Raja Daud
-tokoh Perjanjian Lama- sebagai teladan hidupnya. Edmund berusaha untuk
melayani Tuhan sebaik-baiknya seperti yang telah dilakukan Daud. Edmund bahkan
menghafalkan mazmur-mazmur Daud di luar kepala. Mazmur adalah nyanyian
puji-pujian indah kepada Tuhan yang ada dalam Kitab Suci.
Raja Edmund
memerintah dengan bijaksana, dengan menunjukkan belas kasihan kepada segenap
rakyatnya. Ketika pasukan barbar Denmark menyerang negerinya, ia berperang
melawan mereka dengan gagah berani. Pasukan musuh jauh lebih besar dan lebih kuat
daripada pasukannya. Akhirnya, raja Inggris itu tertangkap. Pemimpin barbar
bersedia menyelamatkan nyawanya jika ia setuju dengan beberapa syarat yang
mereka ajukan. Tetapi, oleh karena persyaratan-persyaratan tersebut menentang
negara dan agamanya, raja menolak. Raja dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak
akan pernah menyelamatkan nyawanya dengan menghina Tuhan dan rakyatnya. Karena
geram, pemimpin kafir itu menjatuhkan hukuman mati kepadanya. St. Edmund
diikatkan ke sebatang pohon dan dicambuki dengan kejam. Raja yang kudus itu
menerima siksaannya dengan sabar, sambil menyebutkan nama Yesus untuk
memberinya kekuatan. Kemudian, para penyiksanya membidikkan panah-panah ke
seluruh bagian tubuhnya. Para pemanah itu membidik dengan hati-hati agar tidak
mengenai bagian tubuhnya yang vital, sehingga penderitaannya dapat
diperpanjang. Pada akhirnya, St. Edmund dipenggal kepalanya. Raja Edmund
meninggal pada tahun 870.
Devosi kepada
St. Edmund sang martir menjadi demikian populer di Inggris. Banyak gereja
didirikan untuk menghormatinya.
Marilah pada
hari ini kita berdoa memohon keberanian untuk menjadi pengikut Kristus
yang setia dalam segala hal yang kita lakukan.
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Feliks dari Valois, Pengaku Iman
Feliks
lahir di Valois, Prancis pada tahun 1126 dari sebuah keluarga bangsawan
Prancis, dan meninggal di Soissons, Prancis pada tanggal 4 Nopember 1212. Ia
bersama muridnya Santo Yohanes dari Malta dikenal sebagai pendiri Ordo Tri
Tunggal Mahakudus yang mengabdikan diri dalam karya penebusan para tawanan
Kristen dari tangan kaum Muslim. Konon, semasa mudanya ia suka menolong
orang-orang miskin dan sakit. Pakaiannya yang masih bagus sering dihadiahkan
kepada para pengemis. Ia kemudian menjadi rahib di hutan Gandelu di Soissons,
Prancis. Salah seorang muridnya ialah Santo Yohanes dari Malta. Bersama
Yohanes, Feliks mendirikan sebuah ordo religius: Ordo Tri Tunggal Mahakudus
atau Ordo Trinitarian yang mengabdikan diri pada karya penebusan orang-orang
Kristen yang ditawan oleh orang-orang Muslim. Pada tahun 1198, Paus Innosensius
III (1198-1216) secara remi merestui pendirian ordo religius itu.
Feliks berkarya di Prancis dan Italia. Ia kemudian mendirikan biara Maturinus, atau Maturin di Paris. Rumah induk dari ordo itu adalah biara Cerfroid di Soissons, tempat Feliks menghembuskan nafasnya terakhir pada tanggal 4 Nopember 1212. Menurut dugaan banyak orang, Feliks dinyatakan 'kudus' oleh Paus Urbanus IV (1261-1264) pada tahun 1262, namun kebenaran dugaan tentang kanonisasi itu diragukan. Secara resmi ia dinyatakan sebagai seorang 'santo' oleh Paus Aleksander VII (1655-1667).
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
21 Nopember
SP. Maria dipersembahkan kepada Allah
Ketika usianya
baru tiga tahun, Santa Perawan Maria dibawa oleh kedua orangtuanya, St. Yoakim dan St. Anna, ke Bait Allah
di Yerusalem. Seluruh hidup Maria dipersembahkan kepada Allah. Tuhan telah
memilih Maria untuk menjadi Bunda dari Putera-Nya, Yesus. Santa Maria gembira
dapat mulai melayani Tuhan di Bait Suci. Dan St. Yoakim serta St. Anna juga
merasa bahagia dapat mempersembahkan puteri kecilnya yang kudus kepada Tuhan.
Mereka percaya bahwa Tuhan telah mengirimkan Maria kepada mereka.
Di Bait Allah,
Imam Besar menerima kanak-kanak Maria. Ia akan ditempatkan di antara para gadis
yang dipersembahkan bagi kepentingan doa dan pelayanan Bait Suci. Imam Besar
mencium serta memberkati kanak-kanak suci itu, ia tahu bahwa Tuhan telah
merancangkan suatu hal besar baginya. Kanak-kanak Maria tidak menangis atau pun
merengek dan kembali kepada orangtuanya. Ia datang dengan amat girangnya ke
altar sehingga semua orang yang ada di Bait Allah jatuh hati kepadanya.
St. Yoakim dan
St. Anna pulang kembali ke rumah mereka. Mereka memuliakan Tuhan oleh karena
puteri mereka terberkati. Maria tetap tinggal di Bait Allah, di mana ia tumbuh
dewasa dalam kekudusan. Maria melewatkan hari-harinya dengan membaca Kitab
Suci, berdoa serta melayani para imam di Bait Suci. Ia menenun kain halus serta
menjahitnya menjadi baju-baju yang indah. Maria dikasihi oleh para gadis yang
lain sebab ia amat lembut hati. Maria berusaha untuk melakukan semua
kewajibannya dengan sebaik-baiknya agar dapat menyenangkan hati Tuhan. Maria
bertumbuh dalam rahmat Tuhan sehingga semakin nyatalah kemuliaan Tuhan.
“Santa Perawan
Maria sudah barang tentu melakukan kehendak Bapa, dan baginya jauh lebih
berarti menjadi seorang pengikut Kristus daripada menjadi Bunda-Nya, dan ia
lebih diberkati sebagai pengikut-Nya daripada sebagai bunda-Nya. Baginya suatu
kebahagiaan untuk mengandung dalam rahimnya seorang Putera yang akan ditaatinya
sebagai Tuhan-nya.” ~ St. Agustinus
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
St.
Yoakim dan St. Anna ( 26 Juli ).
Santo Nikolo Giustiniani
Mulanya Nikolo seorang biarawan. Kemudian
beliau diizinkan keluar dari biara karena semua saudaranya laki-laki meninggal
dunia. Lalu ia menikah dan mendapat enam orang anak laki-laki dan tiga orang
puteri. Sesudah anak-anaknya dewasa, ia diizinkan masuk biara lagi di Venesia,
Italia. Isterinya menjadi suster dan dihormati sebagai 'santa' juga.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
22 Nopember
S. Sesilia.
Santa pelindung
musik ini hidup pada masa awal Gereja. Sesilia adalah seorang gadis bangsawan
Romawi yang telah mempersembahkan hatinya kepada Kristus. Dibawah gaun-gaunnya
yang indah, seperti yang biasa dikenakan oleh para perempuan bangsawan, Sesilia
mengenakan sehelai baju kasar yang membuatnya menderita. Sesilia ingin
mempersembahkan silihnya itu kepada Yesus, Pengantin yang telah dipilihnya.
Tetapi, ayah Sesilia menikahkannya dengan seorang pemuda bangsawan kafir.
Dikisahkan bahwa pada saat perayaan pernikahan berlangsung, pengantin yang
cantik itu duduk menyendiri. Di dalam hatinya, ia menyanyikan puji-pujian
kepada Tuhan serta berdoa memohon pertolongan-Nya. Ketika ia dan Valerianus,
suaminya, tinggal sendiri, ia memberanikan diri berkata kepada suaminya: “Aku
mempunyai suatu rahasia yang hendak kukatakan kepadamu. Ketahuilah bahwa aku
mempunyai seorang malaikat Allah yang menjagaiku. Dan jika engkau
memperkenankan aku memegang janjiku untuk menjadi pengantin Kristus saja, maka
malaikatku akan mengasihimu seperti ia mengasihiku.”
Valerianius amat
terperanjat, ia berkata dengan lembut, “Tunjukkanlah kepadaku malaikatmu. Jika
ia datang dari Tuhan, aku akan mengabulkan permintaanmu.”
Kata Sesilia,
“Jika engkau percaya akan Allah yang satu dan benar serta menerima air
pembaptisan, maka engkau akan melihat malaikatku.” Kemudian Valerian pergi
menemui Uskup Urban yang menerimanya dengan gembira. Setelah menyatakan
pengakuan iman Kristiani, Valerianus dibaptis dan pulang kembali kepada St.
Sesilia. Di sana, disamping isterinya, pemuda itu melihat malaikat yang
menakjubkan.
Tiburtius,
saudara Valerianus, belajar iman Kristiani dari Sesilia. St. Sesilia
mengisahkan Yesus dengan begitu indahnya hingga tak lama kemudian Tiburtius pun
dibaptis juga. Bersama-sama, kedua pemuda itu melakukan banyak perbuatan amal
kasih. Ketika mereka ditangkap oleh karena menjadi murid Krsitus, dengan berani
mereka memilih mati daripada mengingkari iman mereka kepada Yesus. Dengan kasih
sayang St. Sesilia menguburkan jenasah mereka, sebelum akhirnya ia sendiri
ditangkap. Sesilia mempertobatkan para petugas yang berusaha membujuknya untuk
mempersembahkan korban bakaran kepada berhala. Ketika Sesilia dibakar dalam
kobaran api, api tidak menyakitinya. Akhirnya, seorang ditugaskan untuk memenggal
kepala Sesilia. Ia menebaskan pedangnya tiga kali ke leher Sesilia, Sesilia
rebah tetapi tidak langsung tewas. Ia tergeletak di lantai rumahnya sendiri tak
mampu bergerak. Meskipun begitu, dengan mengacungkan tiga jari dengan tangannya
yang satu dan satu jari di tangannya yang lain, ia masih menyatakan imannya
kepada Allah Tritunggal Mahakudus.
Pada pesta
santa pelindung musik ini, mari kita merenungkan kata-kata St. Agustinus : “Kata-kata
tidak dapat mengungkapkan hal-hal yang dinyanyikan dalam hati … Dan jika karena
luapan kebahagian sehingga kata-kata tidak lagi dapat mengungkapkan apa yang
mereka rasakan, manusia tidak lagi mengindahkan kata-kata yang terbatas itu.
Mereka meledak dalam pekik sukacita yang sederhana, pekik kegirangan.”
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Filemon, Rekan Sekerja
Santo Paulus
Filemon yang berarti 'yang mengasihi'
adalah kawan dan teman sekerja Santo Paulus di Kolose, Turki. Ia seorang
Kristen yang kaya raya di dalam jemaat Kolose. Rumahnya sering digunakan untuk
merayakan Ekaristi Kudus.
Ia mempunyai seorang budak, bernama
Onesimus. Karena sesuatu masalah Onesimus lari ke Roma. Di sana ia ditobatkan
oleh Paulus. Setelah itu ia dikirim kembali kepada Filemon dengan sepucuk surat
pengantar dari Paulus. Surat itulah 'Surat Filemon' yang diakui juga sebagai
salah satu surat pastoral dalam Kitab Perjanjian Baru. Surat Filemon
digolongkan ke dalam kelompok 'surat dari penjara'. Di dalamnya Paulus meminta
kepada Filemon agar menerima kembali Onesimus. Paulus berharap untuk
mempertahankan Onesimus selaku pengantar. Konon, Filemon yang dikenal dermawan
ini menjadi uskup dan mati sebagai martir.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
23 Nopember
S. Kolumbanus
Kolumbanus,
biarawan misionaris Irlandia yang paling terkenal ini, hidup pada abad ketujuh.
Semasa kanak-kanak ia mengenyam pendidikan yang baik. Ketika remaja, ia
memutuskan untuk menjadi seorang biarawan. Ibunya tak dapat tahan akan pikiran
bahwa puteranya ini akan meninggalkannya. Namun demikian, Kolumbanus merasakan
panggilan yang amat kuat untuk melayani Tuhan dalam keheningan sebuah biara.
Setelah
bertahun-tahun menjadi seorang biarawan di Irlandia, Kolumbanus dan duabelas
biarawan lainnya bersiap berlayar ke Perancis. Ada kekurangan tenaga imam di
sana. Umat Perancis terinspirasi oleh cara hidup orang-orang kudus ini. Para
biarawan hidup dalam matiraga, devosi dan belas kasih. Banyak pemuda tertarik
pada cara hidup yang saleh ini. Mereka datang dan mohon bergabung dengan para
biarawan. Segera saja para biarawan membangun biara-biara lain sebagai tempat
tinggal segenap pengikut St Kolumbanus.
Tetapi, ada
sebagian orang yang beranggapan bahwa peraturan-peraturan biarawan ini terlalu
keras. St Kolumbanus juga harus menghadapi bahaya ketika ia memperingatkan raja
atas dosa-dosanya. Sebagai akibat, ia dan para biarawan Irlandia harus angkat
kaki dari Perancis. St Kolumbanus, meski telah cukup tua, masih berusaha
mewartakan kabar gembira kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan di
Switzerland.
Ketika usianya
telah tujuhpuluh tahun, ia pergi ke Italia dan membela iman melawan serangan
bidaah Arian. Dalam surat-suratnya kepada Paus St Bonifasius IV, St Kolumbanus
memaklumkan bakti setia kepada Bapa Suci. “Kami semua orang-orang Irlandia,
yang tinggal di bagian dunia yang paling jauh,” tulisnya, “terikat kepada Tahta
Suci St Petrus.” Ia menyebut paus sebagai “pemimpin dari para pemimpin.” Di
tahun-tahun akhir hidupnya, St Kolumbanus membangun sebuah biara besar di
Bobbio, Italia. Ia wafat di sana pada tanggal 23 November 615. Setelah
wafatnya, baik orang-orang Irlandia maupun orang-orang Italia membaktikan diri
pada karya misioner yang mengagumkan ini.
“Suatu hak
istimewa yang mulia bahwa Tuhan menganugerahkan kepada manusia citra-Nya yang
kekal. Hendaknyalah kita mengembalikan citra kita dengan tiada bercela dan
kudus kepada Tuhan dan Bapa kita, sebab Ia kudus. Hendaknyalah kita memelihara
citra-Nya dengan kasih, sebab Ia adalah kasih. Hendaknyalah kita memelihara citra-Nya dalam
kesetiaan dan kebenaran, sebab Ia adalah setia dan benar.”
B. Mikhael Agustinus Pro.
Mikael Pro
dilahirkan di Guadalupe, Meksiko pada tahun 1891. Ia merupakan seorang martir
dari abad keduapuluh. Penganiayaan yang dilakukan oleh pemerintah Meksiko
terhadap Gereja dimulai pada tahun 1910. Mikael menjalani masa novisiat (masa
percobaan 1-2 tahun, sebagai latihan rohani sebelum mengucapkan kaul biara) di
Serikat Yesus pada tahun 1911. Waktu itu ia seorang pemuda berusia duapuluh
tahun, murah hati, pemberani serta penuh semangat. Tahun 1914 revolusi semakin
hebat. Para novis Yesuit diungsikan ke luar negeri. Mereka dikirim ke
seminari-seminari di luar negeri untuk menempuh pendidikan mereka. Mikael
menyelesaikan pendidikan imamnya di Belgia dan ditahbiskan pada tahun 1926.
Kesehatan imam muda ini amat buruk. Terutama ia mengalami sakit perut
berkepanjangan. Kepulangannya ke Meksiko merupakan sukacita di satu pihak dan
derita di lain pihak. Ia melihat bagaimana rakyat ditindas oleh pemerintah yang
seharusnya melayani mereka. Pastor Pro menyadari bahwa ia dapat memberikan
penghiburan rohani kepada mereka. Ia dapat memberikan pengampunan bagi
dosa-dosa mereka melalui Sakramen Rekonsiliasi. Ia dapat memberikan Yesus dalam
Ekaristi supaya menjadi sumber kekuatan bagi mereka. Dan itu semua ia lakukan.
Mikael sangat pintar menyamar. Ia menyelinap keluar masuk bangunan dan ruangan
dan kehidupan. Ia selalu saja nyaris tertangkap, ketika kemudian tiba-tiba ia
menghilang.
Pastro Pro
melaksanakan pelayanan imamatnya dengan berani hingga 23 November 1927. Ia
tertangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh karena ia seorang imam Katolik.
Pastor Pro menghadapi regu tembak dengan berani dan merentangkan kedua belah
tangannya hingga seluruh tubuhnya menyerupai sebuah salib yang hidup. Kemudian
ia berseru dengan suara lantang dan nyaring: "Viva Cristo Rey!"
(Hidup Kristus sang Raja!)
Presiden Calles
melarang pemakaman secara umum bagi Pastor Pro. Ia bahkan mengancam akan
menghukum siapa saja yang menghadiri pemakaman imam yang dihukum mati tersebut.
Meskipun begitu, umat bergerombol di sepanjang jalan yang akan dilewati jenasah
Pastor Pro. Mereka berdiri sambil berdoa dalam hati, mengucap syukur kepada
Tuhan oleh karena hidup dan kesaksian Mikael Pro. Pastor Pro dinyatakan “beato”
oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 25 September 1988.
Marilah pada
hari ini kita berdoa agar kita juga memiliki semangat cinta yang sama kepada
Yesus, cinta yang menyebabkan Beato Mikael menyerahkan nyawanya demi pewartaan
Injil.
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Klemens I, Paus dan Martir
Klemens
lahir di Mont Ceolius, Roma, kira-kira pada tahun 30. Ayahnya, Faustinianus
adalah seorang senator Romawi, yang bersahabat baik dengan kaisar-kaisar Roma:
Vespasianus, Titus, dan Domisianus. Konon Klemens berdarah Yahudi dan pernah
menjadi budak yang kemudian dibebaskan. Sangat sedikit cerita yang mengungkap
kehidupannya secara rinci. Yang jelas Klemens adalah Paus ketiga yang menggantikan
Santo Petrus sebagai pemimpin Gereja Kristus antara tahun 88-97. Rupanya beliau
adalah Klemens yang disebut-sebut oleh Santo Paulus di dalam suratnya kepada
Umat di Filipi: ". . Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam perkara
Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang
nama-namanya tercantum dalam Kitab Kehidupan" (Flp 4:3).
Menurut Tertulianus, Klemens
ditahbiskan menjadi uskup oleh Santo Petrus sendiri dan tak dapat disangsikan
bahwa ia bertemu, bergaul, dan bekerja sama dengan rasul-rasul dalam penyebaran
Injil Kristus. Kepemimpinan Klemens atas Gereja Kristus tidak luput dari
berbagai penderitaan sebagai partisipasi dalam pemanggulan Salib Kristus. Ia
hidup sejaman dan sekota dengan Kaisar Domisianus, penghambat Gereja terkenal.
Domisianus inilah yang menyebabkan kesengsaraan Gereja di Roma, dan di
daerah-daerah lain yang termasuk di dalam wilayah kekaisaran Romawi.
Di samping kesengsaraan dan
rongrongan yang datang dari pihak kekaisaran, kesengsaraan dan rongrongan itu
pun ditimbulkan oleh orang-orang Kristen sendiri. Salah satu yang terkenal
ialah rongrongan terhadap Gereja yang datang dari beberapa orang serani di
Korintus yang tidak mau menerima dan menghormati uskup yang telah ditahbiskan
dan diangkat secara sah di sana. Sehubungan dengan peristiwa itu, Klemens
menulis sepucuk surat kepada umat di Korintus. Salah satu kutipan surat itu
sebagai berikut: "Saudara-saudara... ! Berita tentang kehidupan seranimu
sangat buruk dan menyedihkan untuk didengar. Tidaklah layak cara hidup
seranimu, bahwa kamu yang terkenal kokoh dalam iman akan Yesus Kristus, melawan
imam-imammu yang telah ditahbiskan secara sah untuk melayani kamu, karena
hasutan satu-dua orang. Ingatlah akan ajaran Cintakasih Kristus: cintakasih itu
tidak terbagi; cintakasih tidak menghidupkan dan menggerakkan keributan dan
pertentangan; cintakasih membuat segala sesuatu dalam perdamaian. Jadi kamu
yang telah meletakkan dasar pemberontakan itu, tunduklah kepada imam-imam
dengan patuh dan terimalah hukuman sebagai tapa.” Surat ini merupakan surat
pertama Klemens yang memperlihatkan campur tangan seorang uskup terhadap
masalah di keuskupan lain. Isinya menyangkut ajaran mulia perihal rahasia Tuhan
dan cinta kasih antara umat. Surat itu diterima baik oleh umat Korintus dan
dijadikan bacaan ibadat sebagai surat seorang 'rasul' selama beberapa kali di
dalam gereja.
Santo
Klemens disebut juga Klemens dari Roma dan dikenal sebagai Bapa Apostolik
pertama di dalam Gereja Kristus. Ia ditangkap dan dibuang oleh kaisar Trayanus
ke semenanjung Krimia, dan di sana ia meninggal dunia sebagai martir Kristus
karena berbagai penderitaan yang dialaminya.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
24 Nopember
S. Andreas Dung-Lac, dkk.
Para misionaris
Kristen pertama kali membawa iman Katolik ke Vietnam pada abad keenambelas.
Pada abad ketujuhbelas, kedelapanbelas dan kesembilanbelas, umat Kristiani
menderita penganiayaan oleh karena iman mereka. Banyak di antara mereka yang
wafat sebagai martir, terutama dalam masa pemerintahan Kaisar Minh-Mang
(1820-1840). Termasuk di antara mereka seratus tujuhbelas martir yang kita
rayakan hari ini. Mereka dinyatakan kudus oleh Paus Yohanes Paulus II pada
tanggal 19 Juni 1988.
Keseratus
tujuhbelas martir tersebut terdiri dari sembilanpuluh enam orang Vietnam, 11
orang Spanyol serta sepuluh orang Perancis. Delapan orang di antara mereka
adalah Uskup, limapuluh orang adalah Imam dan limapuluh sembilan orang lainnya
adalah umat Katolik awam. Sebagian dari antara para imam tersebut adalah imam Dominikan,
sedangkan yang lainnya adalah imam praja dari Serikat Misi Paris. Seorang imam
praja seperti mereka yang juga menjadi martir adalah St Theophane Venard (Kita
merayakan pestanya pada tanggal 6 November). St. Andreas Dung-Lac, yang
mewakili kelompok pahlawan iman ini, adalah seorang imam praja Vietnam.
Para martir
Vietnam sanggup menanggung aniaya yang ditimpakan atas mereka oleh karena
mereka mengimani bahwa Kristus bersama mereka dalam segala hal.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya
atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Krisogonus, Martir
Menurut
legenda, Krisogonus adalah seorang pegawai tinggi Romawi yang beragama Kristen.
Ia mati dipenggal lehernya pada tahun 304 di Aquileia, Italia pada masa
penganiayaan terhadap orang-orang Kristen oleh Kaisar Diokletianus.
Penghormatan umum kepadanya dimulai di Roma pada abad kelima atau keenam. Dari
sebuah cerita abad keenam mengenai "Kesengsaraan Santa Anastasia",
puteri seorang bangsawan Romawi, diketahui bahwa Krisogonus adalah pembimbing
rohani Santa Anastasia. Krisogonus mendampingi dia dengan berbagai nasehat dan
petunjuk di dalam menghadapi masalah-masalah yang dialaminya sebagai isteri
seorang Romawi kafir. Nama Krisogonus tercatat di dalam Kanon Misa.
Santa Flora dan Maria, Martir
Flora difitnah oleh saudaranya sendiri yang beragama Islam.
Akibatnya ia ditahan dan didera bersama temannya, yaitu Maria. Santo Eulogius
mengirim surat kepada kedua wanita tawanan ini: "Jangan takut! Walaupun
diancam dibuang ke tempat pelacuran, namun tidak ada noda yang akan mencemarkan
jiwa Anda, sekalipun badan dinodai dengan paksa." Hakim Abd-Rahman
memerintahkan algojo memenggal kepala mereka di Cordoba, Spanyol.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
25 Nopember
S. Katarina dari Alexandria
Katarina hidup
pada masa Gereja Perdana. Ia adalah puteri dari pasangan kafir yang kaya di
Alexandria, Mesir. Ia seorang gadis yang cantik jelita dengan minat belajar
yang mengagumkan. Katarina suka sekali mempelajari pertanyaan-pertanyaan
mendalam tentang filsafat dan agama. Suatu hari, ia mulai membaca tentang agama
Kristen. Tak lama kemudian ia sudah menjadi seorang Kristen.
St. Katarina
baru berusia delapanbelas tahun ketika Kaisar Maxentius mulai melakukan
penganiayaan terhadap umat Kristen. Tanpa gentar sedikit pun, gadis Kristen
yang cantik ini menghadap raja untuk mengatakan pendapatnya tentang perbuatan
raja yang kejam. Ketika raja berbicara tentang berhala-berhala, Katarina dengan
gamblang menunjukkan kepadanya bahwa berhala-berhala itu adalah bohong.
Maxentius tidak dapat membantah penjelasan Katarina. Oleh karenanya, ia
memerintahkan agar dipanggil limapuluh orang ahli fisafat kafir yang terbaik.
Sekali lagi, Katarinalah yang berhasil membuktikan kebenaran agamanya.
Kelimapuluh ahli filsafat itu menjadi yakin bahwa Katarina benar. Karena amat
murka, Maxentius membunuh semua ahli filsafat itu. Kemudian, raja mencoba
membujuk Katarina dengan menjanjikan mahkota ratu baginya. Ketika Katarina
dengan tegas menolak, ia memerintahkan agar Katarina disesah dan dijebloskan ke
dalam penjara.
Ketika Maxentius
pergi, isterinya dan seorang pejabat istana amat penasaran. Mereka ingin
mendengar gadis Kristen yang menakjubkan ini berbicara. Maka mereka mendatangi
Katarina di penjara. Akibatnya adalah mereka beserta duaratus pasukan pengawal
bertobat. Karena itu, mereka semuanya dijatuhi hukuman mati. Katarina sendiri
hendak digilas dengan sebuah roda penuh duri besar dan disiksa hingga tewas.
Ketika roda mulai berputar, secara misterius roda terbelah menjadi dua dan
hancur berantakan. Pada akhirnya, St. Katarina dihukum penggal. St. Katarina
adalah pelindung para ahli filsafat Kristen.
Bagaimana jika
semua orang Kristen berpegang teguh pada Kebenaran seperti yang telah
diteladankan oleh Katarina?
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
26 Nopember
S. Yohanes Berchmans
Orang kudus dari
Belgia ini pernah mengatakan, “Jika aku tidak menjadi kudus ketika aku masih
muda, maka aku tidak akan pernah menjadi kudus.” Sesungguhnya, Yohanes
meninggal pada usia muda, yaitu duapuluh dua tahun dan, tanpa perlu diragukan
lagi, ia telah berhasil mencapai harapannya untuk menjadi kudus.
Yohanes
dilahirkan pada tahun 1599. Sebagai seorang anak, ia amat dekat dengan ibunya
yang sakit. Namun demikian, ia suka juga bergabung dengan teman-teman sebayanya
untuk memainkan kisah-kisah yang diambil dari Kitab Suci. Ia terutama amat
pintar memainkan adegan Daniel membela Susana yang tidak berdosa. Ketika
usianya tigabelas tahun, Yohanes ingin bersekolah untuk menjadi imam. Tetapi,
ayahnya -seorang tukang sepatu-, membutuhkan bantuannya untuk ikut menunjang
keluarga. Pada akhirnya, Bapak Berchmans memutuskan untuk memperbolehkan
Yohanes menjadi pesuruh di pastoran. Dari sana ia dapat langsung pergi
mengikuti pelajaran di seminari.
Tiga tahun
kemudian, Yohanes Berchmans bergabung dengan Serikat Yesus. Ia berdoa, belajar
dengan tekun dan dengan bersemangat memainkan peran-peran dalam drama religius.
Ia mempunyai semboyan: “Berilah perhatian besar pada hal-hal kecil,” dan
semboyannya itu ia pegang teguh. Semasa hidupnya, St. Yohanes Berchmans tidak
pernah melakukan perbuatan-perbuatan besar yang mengagumkan. Tetapi, ia
melakukan semua pekerjaan-pekerjaan kecil dengan baik, mulai dari melayani
makan hingga menyalin catatan pelajarannya.
Ketika ia jatuh
sakit, tidak ada dokter yang dapat menemukan penyakit yang dideritanya. Yohanes
tahu bahwa ia akan segera meninggal. Tetapi, ia tetap riang gembira seperti
sediakala. Ketika dokter memerintahkan agar keningnya dikompres dengan anggur,
Yohanes berkelakar: “Wah, untung saja penyakit yang begitu mahal ini tidak akan
berlangsung lama.”
Yohanes
Berchmans wafat pada tahun 1621. Mukjizat-mukjizat terjadi pada saat
pemakamannya. Segera saja orang mulai menyebutnya santo.
“Berilah
perhatian besar pada hal-hal kecil.”
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Silvester Gozzolini,
Abbas dan Pengaku iman
Silvester lahir di Osimo, Italia pada
tahun 1177 dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya. Pada masa mudanya ia
belajar ilmu hukum di Bologna dan Padua sampai selesai dan menjadi seorang ahli
hukum di kota asalnya. Namun kemudian ia melepaskan jabatannya itu dan menekuni
bidang teologi untuk menjadi imam di Osimo. Kemudian ia meninggalkan semua
miliknya dan keramaian kota untuk menjalani kehidupan sebagai seorang pertapa
yang miskin di Grotta (gua) Fucile.
Dari Fucile, ia pindah ke sebuah biara pertapaan di Monte Fano, Italia. Di sana jugalah ia kemudian pada tahun 1231 mendirikan sebuah biara pertapaan untuk menghimpun semua orang yang menjadi muridnya. Persaudaraan religius mereka terkenal dengan nama 'Ordo Santo Silvester'. Mereka menghayati suatu cara hidup yang keras di bawah panduan aturan-aturan Santo Benediktus, tanpa pernah secara resmi menjadi cabang dari salah satu Ordo Benediktin. Di bawah pimpinan Silvester sendiri selama 36 tahun, Ordo Silvestrin ini berkembang sangat pesat. Selama itu ia berhasil mendirikan 25 buah biara di Italia. Ia wafat pada tanggal 26 Nopember 1261 dalam usia 90 tahun, dan dinyatakan 'kudus' oleh Paus Klemens VIII (1592-1605) pada tahun 1598.
Dari Fucile, ia pindah ke sebuah biara pertapaan di Monte Fano, Italia. Di sana jugalah ia kemudian pada tahun 1231 mendirikan sebuah biara pertapaan untuk menghimpun semua orang yang menjadi muridnya. Persaudaraan religius mereka terkenal dengan nama 'Ordo Santo Silvester'. Mereka menghayati suatu cara hidup yang keras di bawah panduan aturan-aturan Santo Benediktus, tanpa pernah secara resmi menjadi cabang dari salah satu Ordo Benediktin. Di bawah pimpinan Silvester sendiri selama 36 tahun, Ordo Silvestrin ini berkembang sangat pesat. Selama itu ia berhasil mendirikan 25 buah biara di Italia. Ia wafat pada tanggal 26 Nopember 1261 dalam usia 90 tahun, dan dinyatakan 'kudus' oleh Paus Klemens VIII (1592-1605) pada tahun 1598.
Santo Leonardus Porto
Morizio, Pengaku Iman
Leonardus lahir di Porto Morizio, Italia
pada tanggal 20 Desember 1676. Pada umur 13 tahun, ia dipanggil ke Roma oleh
Agustinus, pamannya untuk dididik di kolese Yesuit yang dipimpin oleh Santo
Philipus Neri. Pamannya menginginkan dia menjadi dokter, namun ia dengan tegas
menolaknya. Oleh karena itu ia tidak lagi diakui oleh pamannya. Sejak itu ia
mengatur hidupnya sendiri di Roma tanpa bantuan pamannya.
Pada tahun 1697, ia diterima dalam Tarekat
Fransiskan di biara Rifomalla di Ponticelli. Oleh pimpinan Ordo ia kemudian
dikirim belajar di Universitas Roma. Di Universitas Bonaventura inilah ia
ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1703. Bersama dengan beberapa rekannya, ia
mengambil alih sebuah biara di Florence pada tahun 1709. Di bawah bimbingannya,
biara ini kemudian menjadi pusat karya misi di Tuscany. Dari biara inilah, ia
berkeliling ke berbagai tempat untuk berkotbah dan mengajar umat, teristimewa
umat sederhana dari golongan rakyat jelata.
Leonardus dikenal sebagai seorang
misionaris Fransiskan yang rajin dan tekun dalam tugasnya mewartakan Injil. Ia
mengelilingi seluruh Italia untuk berkotbah. Dengan gayanya yang lucu, ia
mengemukakan prinsip misionernya sebagai berikut: "Berkotbah kepada orang
lain harus dimulai dan diselingi dengan berkotbah kepada diri sendiri" Leo
menghayati semangat hidup miskin dan sederhana yang tinggi sehingga banyak
orang terpikat padanya.
Salah satu keistimewaannya yang membuat
dia dikenal hingga sekarang ialah kesukaannya merenungkan peristiwa Sengsara
Yesus. Ia mengabdikan devosinya ini dan menjadikannya milik semua umat Katolik
dengan merintis kebaktian "Jalan Salib" lengkap dengan 14 stasinya
seperti yang kita kenal sekarang. Untuk mengumatkan devosi itu, ia mendirikan
'Jalan Salib Kristus' di berbagai tempat, termasuk di Colosseum, tempat
pembantaian dan gelanggang sengsara orang-orang Kristen pertama di Roma.
Tentang kebaktian Jalan Salib ini, ia berkata: "Tidak ada sesuatu pun yang
lebih mulia dan berguna bagi pengudusan diri kita daripada merenungkan
peristiwa sengsara “Kristus.” Selain devosi itu, ia juga menjadi perintis devosi
kepada Hati Yesus yang Mahakudus dan devosi kepada Bunda Maria.
Sampai usia tuanya ia berusaha sekuat
tenaga untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dengan doa-doa pribadi dan perayaan Misa
Kudus setiap hari. Pada tahun 1744 ia diutus Paus ke pulau Corsica untuk menenteramkan
suasana pertikaian antar umat di sana. Namun sayang bahwa usahanya ini kurang
berhasil. Dalam keadaan payah ia kembali ke Roma, dan tak lama kemudian ia
meninggal dunia di biara Santo Bonaventura pada tanggal 26 Nopember 1751. Pada
tahun 1867 ia dinyatakan sebagai 'santo'.
Santo Sarbel Maklouf,
Pengaku Iman
Seorang gadis dan seorang biarawati dengan
mata terbelalak memandang ke arah dinding batu karang yang terletak di hadapan
mereka. Mereka heran karena melihat bahwa batu (nisan) itu mengeluarkan peluh.
Tetesan-tetesan air keluar dari permukaannya. Seperti kena hipnose, gadis itu
mengulurkan dan menempelkan tangannya yang lumpuh itu pada batu itu. Sementara
itu biarawati itu pun merasa tegang seluruh tubuhnya. Gadis lumpuh yang gemetaran
itu, lalu terjatuh di pangkuan biarawati yang sedang tegang itu. Ketika gadis
itu siuman lagi, ia merasa sudah terbebas dari penyakit lumpuh yang telah
dideritanya selama 14 tahun. Bekas-bekas kelumpuhan pun tidak kelihatan lagi.
Sekarang ia telah bersuami dan tinggal di Libanon.
Batu (nisan) yang bertuliskan huruf-huruf Arab itu mengingatkan penduduk setempat akan suatu peristiwa penyembuhan yang terjadi di situ pada tahun 1951. Batu itu adalah batu kubur Sarbel Maklouf, seorang rahib Gereja Maronit Libanon, yang dijuluki "Bapa Kami" oleh orang-orang Libanon, baik Kristen maupun Islam.
Pada tahun 1822, para rahib Maronit di
Libanon membangun biara Maron d'Annaya, yang terletak di pegunungan Libanon.
Tigapuluh tahun setelah biara itu berdiri, datanglah ke biara itu seorang
pemuda sederhana dan miskin dengan pakaian yang tak teratur. Pemuda itulah
Sarbel Maklouf. Semula Sarbel adalah petani dan gembala miskin di pegunungan
Libanon. Menginjak usia 23 tahun, ia meninggalkan desanya, lalu melangkahkan
kakinya ke daerah pegunungan Annaya menuju sebuah biara yang ada di sana. Ia
diterima masuk biara itu untuk selamanya. Di sana ia belajar teologi dan giat
membantu di paroki. Dalam waktu relatif singkat Sarbel segera terkenal di
antara kaum Badui, petani-petani miskin di pegunungan, orang-orang Kristen dan
kaum Muslim. Ia selalu menolong mereka yang menderita dan menghibur orang-orang
yang bersusah. Pengetahuannya sangat luas tentang rempah-rempah dan aneka jenis
tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat. Sesuatu yang luar biasa tidak
tampak pada dirinya. Demikian juga setelah ditahbiskan menjadi imam pada tahun
1859, ia tetap seorang rahib yang rendah hati, sederhana dan rajin membantu
siapa saja yang meminta bantuannya.
Duapuluh tiga tahun terakhir hidupnya, ia bertapa
di puncak gunung Annaya, dekat dengan biaranya. Dalam biliknya yang sempit,
Pastor Sarbel kusuk berdoa sampai larut malam. Pada waktu subuh ia sudah bangun
untuk berdoa sebelum merayakan Misa Kudus. Ia selalu sendirian dan bekerja
keras di kebun. Ia hanya makan sekali sehari dan itu pun tidak sampai kenyang.
Sehari-harinya pertapa ini tidak banyak bicara. Dengan selembar kain yang
membelit tubuhnya ia melawan panas dan dinginnya udara yang tidak kenal
kompromi. Suatu hari halilintar menyambar kapelnya dan mengoyakkan jubah yang
sedang dikenakannya. Namun aneh bahwa Sarbel yang sedang berdoa itu tidak
terkena sedikit pun dan terus berdoa dengan tenang. Di tempat pertapaannya itu,
Pastor Sarbel menghembuskan nafasnya terakhir pada tanggal 16 Desember 1898.
Jenazahnya diletakkan di atas dua lembar papan dan dimasukkan ke dalam lobang
yang dipahat pada batu karang.
Sehabis penguburan Pastor Sarbel,
orang-orang Badui menyaksikan suatu peristiwa ajaib yang membingungkan mereka:
dari makam Sarbel itu terpancarlah berkas-berkas cahaya biru selama 45 hari
penuh setelah penguburannya. Hal ini pun dilihat oleh rekan imamnya yang lain:
Pastor Elie Abi-Ramia yang berusia 97 tahun dan satu-satunya imam Maronit yang
masih hidup di antara biarawan-biarawan yang tinggal bersama Sarbel dibiara
Santo Maron d'Annaya. Ia juga hadir pada upacara penguburan Sarbel Maklouf
rekannya pada tahun 1898. Tentang Sarbel, ia berkomentar: "Sarbel Maklouf
semasa hidupnya dikenal sangat sederhana, rajin dan menaruh perhatian besar
kepada orang-orang miskin dan bersusah. Tidak ada sesuatu keistimewaan yang
luar biasa pada dirinya. Yang tampak menonjol ialah bahwa ia rajin berdoa dan
tekun memperhatikan orang-orang miskin."
Tahun-tahun berikutnya makam itu menjadi
tempat ziarah yang ramai dikunjungi. Di sana terjadi mujizat penyembuhan
berbagai jenis penyakit. Berpuluh-puluh tahun kemudian, setelah menyaksikan
berbagai mujizat penyembuhan di makam itu, makam Sarbel menarik perhatian
Vatikan untuk turun tangan menyelidikinya.
Atas perintah Vatikan, jenazah rahib saleh
itu dikeluarkan kembali dari makamnya untuk diselidiki kebenaranriya. Vatikan
mengirim dokter-dokter ahli dan para sarjana dari berbagai disiplin ilmu untuk
menyelidiki makam dan jenazah Sarbel dan berbagai penyembuhan yang terjadi di
makamnya. Makam itu, yang berbentuk sebuah lobang pahatan di dalam batu karang
dan ditutup dengan batu itu, disegel dan dipasangi pintu besi yang berjeruji.
Kunci pintu makam itu disimpan oleh ketua panitia internasional yang
beranggotakan dokter-dokter ahli dan para sarjana itu. Mereka, bersama
rekan-rekan Sarbel yang tinggal di biara Maron d'Annaya, heran menyaksikan
bahwa meskipun sudah 68 tahun wafat dan dikuburkan, jenazah Sarbel masih dalam
keadaan utuh.
Mereka terus menyelidiki kalau-kalau batu
makam tersebut mengandung zat-zat kimia yang mempunyai daya pengawet. Tetapi
penyelidikan itu tidak menemukan hal itu. Maka selama 6 tahun, jenazah Sarbel
Maklouf dimasukkan kembali ke dalam sebuah lobang dalam batu karang untuk
melihat apakah jenazah itu masih tetap mengeluarkan peluh keringat. Karena
peluh itu tetap mengalir, jenazah Sarbel dikeluarkan lagi dan dijemur selama
tujuh bulan. Akibat penjemuran itu, warna kulit Sarbel menjadi sawo matang dan
kulitnya mengerut, sambil tetap mengeluarkan peluh sampai tahun 1927.
Dalam penyelidikan selanjutnya terjadi
hal-hal baru yang mengherankan para dokter: ketika jenazah itu diiris sedikit
dengan pisau keluarlah darah. Memang warna darah itu hitam, namun anehnya bahwa
darah itu terus mengalir keluar seperti orang yang masih hidup. Contoh darah
ini dengan bukti-bukti lain yang tak terhitung jumlahnya disimpan di dalam
sebuah lemari kaca yang disegel. Sementara itu lembaga-lembaga di Italia,
Prancis dan Jerman terus menyelidiki darah itu di laboratorium-laboratorium
terkenal. Hasil analisa-analisa itu dikirim ke Vatikan.
Setelah melewati berbagai penyelidikan
yang mutakhir, akhirnya Sarbel dinyatakan sebagai 'kudus' oleh Paus
Paulus VI (1963-1978) pada tanggal 5 Desember 1965 di
basilik Santo Petrus Roma. Hingga sekarang bekas tempat tinggal dan makam
Sarbel Maklouf menjadi tempat ziarah terkenal di Libanon, yang dikunjungi
banyak orang dari berbagai penjuru dunia, baik Kristen maupun Islam dan Yahudi,
terlebih orang-orang Badui setempat.
Tentang mujizat penyembuhan di makam
Sarbel Maklouf, Pater Joseph Ejail, seorang imam dari biara Maron d'Annaya yang
menguasai tiga bahasa asing dan mengajar di sekolah-sekolah Libanon, memberikan
kesaksian pandangan mata berikut: "Di muka makam itu duduk sepasang
suami-isteri dari Syria. Mereka orang Islam. Di samping mereka, berbaring anak
lelaki mereka berumur 6 tahun di atas sebuah usungan. Oleh dokter-dokter, anak
lelaki itu dikatakan tidak bisa sembuh lagi dari kelumpuhannya. Kira-kira
setelah sejam mereka berdoa di makam itu, Bapa anak itu menyaksikan peristiwa
ajaib kesembuhan anaknya. Anaknya yang lumpuh sejak kecil itu sekonyong-konyong
bangkit dan berjalan tegak. Bapa itu langsung jatuh pingsan melihat peristiwa
ajaib itu. Demikian juga isterinya; ia tak berdaya karena lemas seluruh
badannya. Setelah siuman dan kuat kembali, ia membimbing keluar anak dan
isterinya yang lemas itu", demikian kisah pandangan mata Pater Joseph
Ejail untuk menguatkan mujizat-mujizat penyembuhan yang terjadi di makam Santo
Sarbel Maklouf.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
27 Nopember
S. Yakobus Intercisus
Yakobus adalah
seorang Persia yang hidup pada abad kelima. Raja Yezdigerd I amat sayang
kepadanya. Ketika raja mulai melakukan penganiayaan terhadap umat Kristiani,
Yakobus tidak punya keberanian untuk mengakui imannya. Ia takut akan kehilangan
persahabatan dengan raja. Jadi ia meninggalkan imannya, atau setidak-tidaknya,
berpura-pura meninggalkan imannya. Isteri Yakobus dan ibunya amat kecewa.
Ketika raja wafat, mereka menulis sepucuk surat yang tegas kepada Yakobus agar
mengubah sikapnya. Surat itu berhasil menggugah hati Yakobus. Selama ini ia
bersikap pengecut, tetapi di dalam hatinya, ia masih tetap seorang yang baik.
Sekarang, Yakobus mulai menjauhi istana. Secara terus terang ia mempersalahkan
dirinya karena telah meninggalkan imannya.
Raja yang baru
memanggilnya, tetapi kali ini Yakobus tidak bersembunyi. “Aku seorang Kristen,”
demikian katanya. Raja menuduh Yakobus sebagai orang yang tidak tahu
berterimakasih atas semua penghargaan yang telah diberikan ayahnya, Raja
Yezdigerd I, kepadanya. “Dan di manakah ayahmu sekarang?” jawab Yakobus dengan
tenang. Raja yang murka mengancam akan menghukum mati Yakobus dengan kejam.
Tetapi Yakobus menjawab, “Biarlah aku mati sebagai orang benar.”
Raja dan majelis
kerajaan menjatuhkan hukuman siksa dan aniaya hingga tewas kepada Yakobus.
Tetapi, kegentaran Yakobus telah lenyap. Katanya, “Kematian ini, yang tampaknya
amat mengerikan, tidak ada artinya dibandingkan dengan kehidupan kekal yang
akan kuperoleh.” Kemudian ia berkata kepada para pelaksana hukuman, “Mulailah
pekerjaanmu.” Sementara itu ia tetap menyatakan imannya bahwa suatu hari kelak
tubuhnya akan bangkit dalam kemuliaan. St. Yakobus Intercisus wafat pada tahun
421.
Hidup orang
kudus ini mengingatkan kita akan belas kasih Tuhan yang tak terbatas yang
menjangkau masing-masing dari kita.
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Virgilius, Uskup dan Pengaku Iman
Biarawan
dan abbas Irlandia ini diangkat menjadi Uskup Zalsburg, Austria. Ia mengajarkan
bahwa bumi ini bulat. Konsekuensinya, orang-orang di dua tempat berbeda di muka
bumi yang dihubungkan oleh garis tengah bumi berdiri dengan posisi kaki saling
berlawanan (Yunani: antipodes). Misalnya orang-orang di Jawa berdiri terbalik
dengan orang-orang di sekitar Karibia (sebelah utara Amerika Tengah). Ajaran
ini ditentang oleh banyak orang, bahkan dicap bidaah oleh Santo Bonifasius.
Sebagai misionaris ia sangat giat.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
28 Nopember
Santa Katarina Laboure, Perawan
Zoe
Laboure-nama kecil Katarina Laboure -lahir di desa Fainles Mautiers, Prancis
pada tanggal 2 Mei 1806. Mula-mula ia bekerja sebagai pelayan; kemudian ia
masuk biara Suster-suster 'Puteri Kasih' dengan nama 'Katarina'. Ia, seorang
suster yang amat sederhana namun saleh, sangat rajin dan penuh pengabdian.
Sepanjang hidupnya ia tidak pernah belajar membaca dan menulis. Beberapa hari
setelah menjadi postulan di biara Rue de Bac, Paris, Bunda Maria menampakkan
diri kepadanya.
Pada tengah malam tanggal18/19
Juli 1830, ia terjaga dari tidurnya karena suatu suara ajaib yang memanggilnya
sebanyak tiga kali: "Suster Laboure . . . Suster Laboure . . . Suster
Laboure!" Ia tersentak bangun dan tampaklah di hadapannya seorang anak
kecil berusia kirakira 4/5 tahun. Anak kecil ini mengajaknya ke kapel.
"Bunda Maria menanti engkau di kapel!" kata anak kecil itu. Dalam
sikap ragu-ragu, penuh tanda tanya dan takut, Suster Katarina bersama anak
kecil ajaib itu melangkah ke kapel. Herannya, semua pintu kapel terbuka dengan
sendirinya, lilin-lilin dan lampu-lampu di dalam kapel itu menyala. Dan
benarlah pemberitahuan anak kecil itu! Setelah menunggu setengah jam lamanya,
tiba-tiba anak kecil itu berseru: "Lihat, itulah Bunda Maria!" Bunda
Maria muncul dan berlutut menyembah Sakramen Mahakudus, lalu duduk di kursi
Pastor Kepala. Suster Katarina segera mendekatinya dan meletakkan tangannya di
atas pangkuan Bunda Maria. Lebih dari dua jam lamanya Bunda Maria berbicara
dengan Katarina perihal tugas perutusannya yang dipercayakan Tuhan kepadanya.
Pada tanggal 27 Nopember 1830,
jam setengah enam malam, sekali lagi Bunda Maria menampakkan diri kepadanya
dalam rupa sebuah gambar. Bunda Maria tampak sedang berdiri di atas bola bumi
dengan berkas-berkas cahaya ajaib memancar dari tangannya. Bola bumi itu
dikelilingi tulisan berikut: "Oh Maria yang dikandung tanpa noda dosa,
doakanlah kami yang berlindung kepadamu!" Gambar itu lalu membalik dan
menampakkan huruf "M"; di atasnya terdapat sebuah hati dan salib yang
saling berhubungan. Sementara itu terdengar olehnya suruhan Bunda Maria agar ia
segera membuat satu medali yang berbentuk bulat lonjong seperti yang tergambar
dalam tanda penampakan itu. Bunda Maria berjanji: "Semua orang yang
mengenakan medali ini pada lehernya akan memperoleh karunia khusus."
Katarina, meneruskan pesan tersebut kepada yang berwajib. Lalu sesuai suruhan
Bunda Maria, dibuatlah medali tersebut dan segera disebarluaskan kepada umat.
Banyaklah permohonan yang terkabul karena medali tersebut, misalnya
penyembuhan, pertobatan dll. Semuanya itu sungguh-sungguh ajaib, karena semula
hal-hal itu memang tak dapat diatasi dengan cara biasa.
Penampakan itu terus berlanjut
beberapa kali lagi sampai bulan September 1881. Kemudian Suster Katarina
menceritakan penampakan-penampakan itu dengan jelas kepada Pastor Aladel, Bapa
Pengakuannya. Setelah diselidiki dengan saksama, pastor itu mohon kepada Uskup
Agung de Quelen di Paris untuk memberikan restu dan izin bagi pembuatan medali
tersebut. Medali inilah yang sekarang lazim disebut 'Medali Wasiat'. Kata
'wasiat' tidak menunjuk kepada hasil yang diperoleh umat oleh karena memakai
medali itu, melainkan menunjuk pada asal dan cara bagaimana medali itu terjadi.
Katarina
melanjutkan cara hidupnya dalam kesederhanaan dan kerendahan hati dengan
melakukan tugasnya sebagai penjaga pintu dan tukang masak di biara
Enghien-Reuilly. Rahasia penampakan Bunda Maria yang dialaminya tidak diketahui
oleh rekan-rekannya sebiara. Delapan bulan sebelum kematiannya, barulah ia
menceritakan beberapa penampakan yang dialaminya kepada Suster Dufes,
Superiornya. Katarina Laboure meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1876
pada usia 70 tahun. Ia digelari 'beata' pada tahun 1933 dan dinyatakan sebagai
'santa' pada tahun 1947 oleh Paus Pius XII (1939-1958).
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
29 Nopember
S. Fransiskus Antonius Fasani
Orang kudus ini,
yang lahir pada tahun 1681, dipanggil Johnny semasa kecilnya. Ia adalah putera
seorang petani Italia. Ayahnya meninggal dunia sebelum usianya mencapai sepuluh
tahun. Suami-kedua ibunya bersikap baik kepadanya. Ia mengirim anak itu agar
mendapatkan pendidikan dari para Fransiskan.
Ketika usianya
limabelas tahun, Johnny minta agar diperkenankan bergabung dengan ordo
Fransiskan. Ia menjadi Frater Fransiskus Antonius. Ia berhasil amat baik dalam
seluruh pelajaran dan ditahbiskan menjadi seorang imam. P Fransiskus Antonius
menjadi terkenal sebagai seorang guru dan pengkhotbah. Di kemudian hari, ia
juga diangkat sebagai superior. Ia berusaha semaksimal mungkin menjadi pelayan
kasih bagi segenap biarawan.
P Fransiskus
Antonius secara istimewa menaruh perhatian pada para tahanan. Penjara-penjara
di masa itu sungguh merupakan tempat yang mengerikan. Dengan segala daya upaya
ia berusaha membantu para tahanan yang malang. Kasihnya mengalir bagi siapa
saja yang membutuhkan. Dialah yang memulai kebiasaan mengumpulkan hadiah-hadiah
di masa Natal untuk dibagikan kepada keluarga-keluarga miskin. Di Lucera, di
kota di mana ia melewatkan hidupnya, orang biasa mengatakan, “Jika engkau ingin
melihat St. Fransiskus dari Asisi, lihat saja P Fransiskus Antonius!”
St Fransiskus
Antonius memiliki devosi yang mendalam kepada Bunda Maria. Ia biasa
menyampaikan penghormatan istimewa kepada Santa Perawan Maria dengan gelarnya
Yang Dikandung Tanpa Dosa. Pada permulaan novena menyambut hari raya inilah ia
wafat. Beberapa waktu sebelumnya, kala kesehatannya masih prima, ia mengatakan
bahwa ia akan segera meninggal dunia. Ia bahkan mengatakan kepada seorang rekan
imam bahwa ia akan ikut bersamanya. Rekan imam yang baik ini dengan agak
terperanjat menjawab, “Dengar, Pater, jika engkau hendak meninggalkan dunia
ini, itu urusanmu, tetapi aku tidak akan tergesa-gesa!” Apakah jawab orang
kudus kita? “Kita berdua harus melakukan perjalanan ini,” katanya, “aku dulu
dan engkau menyusul.” Dan tepat inilah yang terjadi. Rekan imam itu hidup hanya
dua bulan setelah St Fransiskus Antonius pergi mendapatkan ganjaran abadinya. P
Fransiskus Antonius wafat pada tahun 1742 dan dimaklumkan sebagai “beato” oleh
Paus Pius XII pada tahun 1951 dan sebagai “santo” pada tahun 1986 oleh Paus
Yohanes Paulus II.
Adakah seorang
dalam hidupmu yang engkau kenali sebagai seorang yang kudus? Bagaimanakah cara
hidup yang diamalkannya sehingga mengatakan hal itu kepada orang-orang lain?
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
30 Nopember
S. Andreas
Andreas, sama
seperti saudaranya: Simon Petrus, adalah seorang nelayan. Ia menjadi murid St.
Yohanes Pembaptis. Tetapi, ketika Yohanes menunjuk kepada Yesus dan berkata,
“Lihatlah Anak Domba Allah,” Andreas mengerti bahwa Yesus lebih besar daripada
Yohanes. Pada saat itu juga ia meninggalkan Yohanes untuk mengikuti Tuan Ilahi.
Yesus tahu bahwa Andreas mengikuti-Nya dari belakang. Yesus berbalik dan
bertanya, “Apakah yang kamu cari?”
Andreas menjawab
bahwa ia ingin tahu di manakah Yesus tinggal. Yesus menjawab, “Marilah dan kamu
akan melihatnya.” Belum lama Andreas tinggal bersama Yesus, ketika ia menyadari
bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Mesias. Sejak saat itu, ia memutuskan untuk
mengikuti Yesus. Ia menjadi murid Yesus yang pertama.
Selanjutnya,
Andreas membawa saudaranya Simon (St. Petrus) kepada Yesus. Yesus menerima
Simon juga sebagai murid-Nya. Pada awalnya, kedua bersaudara itu tetap
menjalankan pekerjaan mereka sehari-hari sebagai nelayan dan mengurus keluarga
mereka. Kemudian Yesus meminta mereka untuk tinggal bersama-Nya sepanjang
waktu. Ia berjanji akan menjadikan mereka penjala manusia, pada waktu itulah
mereka meninggalkan jala mereka. Menurut tradisi, dikatakan bahwa sesudah Yesus
naik ke surga, St. Andreas mewartakan Injil ke Yunani. Ia dijatuhi hukuman mati
dengan disalibkan, tubuhnya diikatkan pada salib, bukan dipakukan. Andreas
bertahan dua hari lamanya dalam penderitaan itu. Masih juga Andreas mempunyai
cukup kekuatan untuk berkhotbah kepada orang banyak yang berkerumun di
sekeliling rasul yang mereka kasihi.
Dua negara
memilih St. Andreas sebagai pelindung mereka, yaitu Rusia dan Skotlandia.
“Setelah
Andreas tinggal bersama Yesus dan belajar banyak dari-Nya, ia tidak menyimpan
harta itu bagi dirinya sendiri saja, melainkan bergegas membagikannya kepada
saudaranya.” ~ St. Yohanes Krisostomus.
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”