1 Juli,
B. Junipero Serra
B. Junipero Serra
Junipero Serra
dilahirkan di Petra, Spanyol, pada tanggal 24 November 1713. Semasa kanak-kanak
ia menjadi murid di sekolah Fransiskan di Palma, sekitar duapuluh lima mil
jauhnya. Ia menggabungkan diri dalam Ordo Fransiskan pada tanggal 14 September
1730, beberapa bulan menjelang ulangtahunnya yang ketujuhbelas. Sepanjang masa
novisiat, Junipero membaca biografi para kudus Fransiskan. Santo yang hidupnya
paling menarik perhatiannya adalah St Fransiskus Solano, yang hidup dari tahun
1549 hingga 1610. Imam yang diutus sebagai misionaris ke Amerika Selatan ini
baru saja dimaklumkan sebagai seorang santo pada tahun 1726 oleh Paus
Benediktus XIII. Junipero memutuskan, jika memang kehendak Tuhan, ia juga akan
menjadi seorang misionaris.
Junipero
ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1736. Ia menjadi seorang professor
filsafat. Setelah duapuluh tahun lamanya mengabdi dalam ordo, kepadanya
diberikan suatu kesempatan yang indah. Para biarawan Fransiskan diminta untuk
memberikan diri secara sukarela demi daerah misi yang disebut “Spanyol Baru”
(Mexico dan California). Junipero dan sahabat karibnya, Biarawan Francisco
Palou, menggabungkan diri dengan kelompok misionaris di Cadiz, Spanyol, sebuah
kota pelabuhan. Dari sana mereka mengarungi Samudera Atlantik ke Vera Cruz,
Mexico. Mereka berlabuh pada tanggal 6 Desember 1749. Junipero dan biarawan
lain menempuh perjalanan sisanya dari Vera Cruz ke Mexico City, yang jaraknya
240 mil, dengan berjalan kaki. Mereka memulai perjalanan pada tanggal 15 Desember
1749 dan tiba pada tanggal 1 Januari 1750. Dari Mexico City, Junipero dan
Francisco Palou diutus untuk berkarya di antara suku Pame Indian di daerah Misi
Fransiskan Sierra Gorda. Sebagian biarawan kemudian diutus ke daerah-daerah
misi di California Bawah. Junipero, Francisco dan serombongan Fransiskan
lainnya diminta untuk mewartakan Injil kepada orang-orang pribumi di California
Atas. Junipero memulai Misi San Diego pada tanggal 16 Juli 1769, ketika ia
berusia limapuluh enam tahun. Misi itu merupakan suatu undangan terbuka kepada
masyarakat yang dikasihinya untuk datang dan berjumpa dengan Yesus.
Perlahan-lahan mereka mulai mempercayai para biarawan. Sebagian dari mereka
memberi dirinya dibaptis dan mulai mengamalkan iman Kristiani. Pater Serra dan para
biarawan mengasihi dan melindungi umat mereka. Rantai emas misi-misi baru pun
tumbuh: Misi San Carlos di Monterey pada tanggal 1 Juni 1770; Misi San Antonio
de Padua pada tanggal 14 Juli 1771; Misi San Gabriel Archangel pada tanggal 8
September 1771; Misi San Luis Obispo pada tanggal 1 September 1772; Misi San
Francisco de Asis pada tanggal 9 Oktober 1776; Misi San Juan Capistrano pada
tanggal 1 November 1776; Misi Santa Clara de Asis pada tanggal 12 Januari 1777;
Misi San Buenaventura pada tanggal 31 Maret 1782. Dan pada akhirnya, enam ribu
pribumi dibaptis.
Beato Junipero
melakukan perjalanan misinya yang terakhir di California Atas dari akhir tahun
1783 hingga Juli 1784. Ia wafat dalam damai di Misi San Carlos pada tanggal 28
Agustus 1784 dan dimakamkan di sana. Pada tahun 1988, Paus Yohanes Paulus II
memaklumkan Pater Junipero Serra sebagai “beato”.
“Sepanjang
hidup, aku senantiasa rindu menjadi seorang misionaris. Aku rindu menyampaikan
pesan Injil kepada mereka yang belum pernah mendengar tentang Tuhan dan
kerajaan yang telah Ia persiapkan bagi mereka.” ~ Beato Junipero
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Beato Oliver Plunkett, Uskup Agung dan
Martir
Oliver Plunkett lahir di Loughcrew, County Meath, Irlandia pada
tahun 1629. Pendidikan imamatnya berlangsung di Roma di bawah bimbingan
pamannya yang telah lama menjadi imam. Pada tahun 1654, ia ditabhiskan menjadi
imam. Karya imamatnya dimulai dengan mengajar teologi di Kolose Penyebaran Iman
di Roma. Putera kelahiran Irlandia ini menjadi seorang imam yang pandai sekali
dalam mengajar. Di Roma ia mewakili Uskup-uskup Irlandia di Takhta Suci. Pada
tanggal 9 Juli 1669, Oliver diangkat menjadi Uskup Agung Armagh dan Primat
Irlandia.
Dalam jabatannya itu Oliver
terbukti menjadi seorang pemimpin Gereja yang patut diteladani. Dalam 4 tahun
karyanya sebagai uskup, ia telah berhasil mempermandikan 48.000 menjadi
Katolik. Jumlah ini menunjukkan suatu prestasi yang menakjubkan sekali dalam
situasi penganiayaan umat Katolik Irlandia saat itu.
Selain giat dalam bidang
pewartaan Injil dan Katekase, ia juga giat mengembangkan pendidikan Katolik,
mengadakan sinode-sinode untuk mengatur hidup Gereja dan pengembangan iman
umat, menabhiskan sejumlah imam dan mengawasi kegiatan imam-imamnya. Pemimpin
Gereja Protestan mulai bersahabat dengan Gereja Katolik pada masa kepemimpinan
Uskup Oliver Plunkett.
Di samping kegemilangan yang
diraihnya, ada pula banyak tantangan terhadap karyanya. Ia terpaksa tinggal di
suatu tempat persembunyian tatkala aksi perlawanan terhadap Gereja Katolik
semakin menjadi-jadi. Pada bulan Desember 1678 Uskup Oliver ditangkap dan
dipenjarakan karena tuduhan-tuduhan palsu dari Titus Oates. Titus menuduh
Oliver mengorganisir para imam Yesuit untuk melancarkan perlawanan terhadap
raja Charles II. Karena tuduhan ini, Oliver dihadapkan ke pengadilan Irlandia
pada tahun 1680. pengadilan tidak berhasil menghukumnya karena tuduhan itu
tidak benar. Oliver kemudian diadili lagi untuk kedua kalinya di hadapan pengadilan
Inggris dengan tuduhan pengkhianatan. Ia dituduh membiayai suatu ekspedisi
militer Perancis untuk menyerang Irlandia. Oliver yang tidak merasa melakukan
hal itu tegas menolak tuduhan itu. Tetapi pihak pengadilan menjatuhkan hukuman
atas diri Oliver tanpa ampun.
Uskup Oliver adalah salah satu tokoh Katolik terakhir yang mati digantung di Inggris karena imannya dan perjuangannya menyebarkan iman Katolik. Kematiannya pada tanggal 11 Juli 1681 menandai akhir suatu abad penganiayaan terhadap umat Katolik di Inggris.
Uskup Oliver adalah salah satu tokoh Katolik terakhir yang mati digantung di Inggris karena imannya dan perjuangannya menyebarkan iman Katolik. Kematiannya pada tanggal 11 Juli 1681 menandai akhir suatu abad penganiayaan terhadap umat Katolik di Inggris.
Santo Teodorikus, Abbas
Teodorikus lahir di Menancourt, dekat Rheims, Perancis Selatan
pada pertengahan abad V. Ketika menanjak dewasa, ia dipaksa mengawini seorang
gadis yang disenangi oleh keluarganya. Teodorikus, karena rasa hormatnya yang
tinggi kepada orang-tuanya , mengikuti saja keinginan mereka.
Tetapi setelah beberapa lama
hidup bersama wanita itu sebagai suami-istri, dengan izin istrinya, Teodorikus
meninggalkan keluarganya dan menjadi seorang calon imam di Rheims. Santo
Remigius, uskup kota itu, menabhiskan dia menjadi imam dan mengangkatnya
sebagai pimpinan komunitas biara Mont d'Or (= Gunung Emas) di Champagne.
Dibawah kepemimpinannya, biara Mont d'Or menjadi suatu pusat kegiatan keagamaan yang terkenal. Banyak orang yang berkunjung ke biara itu diteguhkan imannya setelah mendengar khotbah-khotbah Teodorikus. Setelah kematiannya pada tahun 533, penghormatan kepada Teodorikus tersebar diseluruh negara Perancis. Santo Teodorikus disebut juga dengan nama Santo Thierry.
Dibawah kepemimpinannya, biara Mont d'Or menjadi suatu pusat kegiatan keagamaan yang terkenal. Banyak orang yang berkunjung ke biara itu diteguhkan imannya setelah mendengar khotbah-khotbah Teodorikus. Setelah kematiannya pada tahun 533, penghormatan kepada Teodorikus tersebar diseluruh negara Perancis. Santo Teodorikus disebut juga dengan nama Santo Thierry.
Santo Pambo, Pertapa
Semenjak masa mudanya Pambo mengasingkan diri ke sebuah tempat
pertapaan di gurun pasir Mesir. Hidupnya keras, sederhana dan serba kekurangan.
Karena dia tidak pandai membaca, ia berguru pada seorang pertapa lain dalam hal
membaca dan menghafal ayat-ayat Mazmur. Selain tidak pandai membaca, Pambo juga
dikenal sebagai seorang pertapa yang tidak suka banyak bicara. Namun ia dikenal
sebagai pembimbing rohani yang disenangi.
Apabila orang memintai nasehat dan bimbingan menganai suatu soal
kerohanian, Pambo selalu meminta waktu terlebih dahulu untuk merenung dan
berdoa. Maksudnya agar dia bisa memberi jawaban yang benar dan memuaskan sesuai
dengan kehendak Allah. Santo Athanasius, Uskup Aleksandria, yang kagum akan
kesalehan hidup Pambo, mengundang dia ke Aleksandria untuk memberi kesaksian
tentang ke-Allah-an Kristus, berhadapan dengan ajaran sesat Arianisme yang
merajalela di kalangan umat.
Kepada rekan-rekannya, Pambo
mengatakan: "Berpuasa dan memberi derma dari hasil keringat sendiri
amatlah mulia, namun itu belumlah cukup untuk menjadi seorang rahib yang
berkenan kepada Allah". Pambo meninggal dunia pada tahun 390.
Santo Simeon Salos, Pengaku Iman
Simeon dijuluki 'Si Gila' (= ho Salos; Yun) sebab setelah bertapa
selama 29 tahun di gurun dekat Laut Mati dan pulang ke Homs (Siria)., ia
bertingkah seperti orang gila. Maksudnya supaya dia dianggap hina dan dapat
berkawan dengan orang-orang yang paling dikucilkan masyarakat (gelandangan,
orang lumpuh, pelacur, dll). Sikap seperti ini masih dihargai dan ditiru oleh
sementara biarawan di Rusia.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
Otto hidup pada
abad keduabelas. Ia dilahirkan di Swabia, sekarang Bavaria. Ia menjadi seorang
imam dan ditugaskan melayani Kaisar Henry IV. Lambat laun, Pater Otto
mendapatkan jabatan tinggi dalam pemerintahan. Ia menjadi penasehat Kaisar
Henry. Otto berusaha mempengaruhi kaisar untuk bertindak adil dan bijaksana
dalam keputusan-keputusannya. Tetapi, Henry melakukan kejahatan-kejahatan dan
berusaha menimbulkan perpecahan dalam Gereja. Ia bahkan menunjuk pausnya
sendiri. Otto merasa sangat sedih dan berupaya agar Henry berubah. Henry IV
sendiri menetapkan Otto sebagai seorang uskup. Otto menolak ditahbiskan hingga
ia dapat pergi ke Roma dan menerima persetujuan dari paus yang sebenarnya, Paus
Paskalis II. Paus mentahbiskannya. Uskup Otto memberikan banyak sumbangan bagi
masyarakat Swabia, teristimewa di bawah Kaisar Henry V. Kaisar ini mengikuti
cara ayahnya, Henry IV. Tetapi, meski ia keras dan bengis, ia menghormati Otto
dan kerap mendengarkan nasehatnya. Ketika Raja Boleslaus III dari Polandia
menaklukkan bagian wilayah Pomerania, ia meminta Otto ke sana. Pomerania adalah
sebuah propinsi dari Prussia di wilayah Baltik. Penduduknya kafir. Uskup Otto
menyambut kesempatan untuk menyampaikan Kabar Gembira kepada mereka. Pada tahun
1124, uskup memimpin sekelompok imam dan katekis ke Pomerania. Banyak orang
menerima pengajaran dan dibaptis. Konon jumlah mereka yang menjadi percaya
mencapai lebih dari duapuluh ribu orang. Uskup Otto mengutus imam-imam untuk
melayani umat Kristiani yang baru itu. Ia sendiri kembali ke negerinya. Tak
lama berselang, sebagian penduduk Pomerania mulai kembali ke cara hidup kafir
mereka. Uskup Otto kembali ke Pomerania pada tahun 1128. Ia membantu penduduk
untuk kembali menjadi umat Kristiani yang saleh. Uskup Otto wafat pada tanggal
30 Juni 1139 dan dimaklumkan sebagai santo oleh Paus Klemens III pada tahun
1189.
Marilah pada
hari ini kita berdoa bagi para pemimpin yang tengah menghadapi situasi-situasi
sulit.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Bernardinus Realino, Pengaku Iman
Bernardinus lahir di Carpi, lembah sungai Po, Italia Utara pada
tahun 1530. Setelah belajar ilmu kedokteran dan hukum, ia berturut-turut
diangkat sebagai walikota di Fellizano, jaksa di Aleksandria dan sekretaris
kedutaan Napoli.
Setelah Kloside, istrinya
meninggal dunia, ia berkenalan dengan Serikat Yesus di Napoli. Perkenalan itu
berawal dari khotbah-khotbah seorang imam Yesuit yang diikutinya dengan rajin.
Khotbah-khotbah ini sungguh menarik sehingga ia memutuskan untuk lebih
memperhatikan kehidupan rohaninya. Keputusan ini semakin diperkuat oleh
penampakan istrinya sebanyak tiga kali dengan pesan supaya ia meninggalkan
karier duniawinya. Pesan istrinya itupun kemudian dikuatkan lagi oleh
penampakan Bunda Maria padanya.
Terdorong oleh hal-hal diatas,
Bernardinus memutuskan untuk mengajukan permohonan untuk menjadi anggota
Serikat Yesus. Permohonannya diterima dan setelah mengikuti suatu pendidikan
khusus, Bernardinus ditabhiskan menjadi imam. Selama beberapa tahun ia bekerja
di Napoli. Sifatnya yang sopan dan ramah, penuh cinta dan pengertian kepada
umatnya menyebabkan dia sangat dicintai oleh umat Napoli. Umat dengan berat
hati melepaskan dia ketika dia dipindahkan ke Lecce, Propinsi Apulia, untuk
mendirikan sebuah Kolose. Di Kolose Yesuit ini, Bernardius memberi kuliah
filsafat dan teologi. Hingga akhir hidupnya dalam masa kerja selama 42 tahun,
Bernardius menetap di Lecce.
Sebagaimana di Napoli, di Lecce
pun Bernardinus sungguh dicintai. Ia menampilkan diri sebagai seorang pewarta
iman yang tangguh, pengkhotbah ulung, pembimbing rohani dan bapa pengakuan yang
disenangi umat. Kemasyuran namanya bukan saja karena gaya kepemimpinannya yang
penuh kesabaran, pengertian dan cinta, tetapi juga lebih-lebih karena kesalehan
hidupnya dan mukzijat-mukzijat penyembuhan yang dilakukannya.
Bernardinus sangat akrab dengan
anak-anak dan muda-mudi. Ia menjadi penolong dan penghibur yang tidak kenal
lelah bagi orang-orang yang malang. Ketika ajalnya mendekat, walikota Lecce
mengumpulkan semua pembantunya dan pemimpin-pemimpin masyarakat setempat untuk
berdoa bagi keselamatan jiwa Bernardinus. Kepada mereka ia berkata: "Kota
kita telah diberkati Allah dengan satu anugerah istimewa, yakni pater
Bernardinus Realino. Beliau telah mengabdi kota ini selama 40 tahun dan telah
melakukan banyak hal dengan hidupnya yang suci, karunia-karunia dan berbagai
mukzijat. Setiap orang dari kota ini, juga mereka yang berasal dari kota lain
telah menikmati sedikit kebaikan hati Pater Bernardinus. Oleh karena itu saya
mengusulkan agar Pastor Bernardinus diangkat sebagai pelindung kota
Lecce."
Ketika tiba saat terakhir hidupnya, Bernardinus berkata kepada para pemimpin masyarkat: "Dari surga kediamanku yang abadi, Aku akan selalu melindungi kota Lecce dan seluruh umat." Bernardinus Realino meninggal dunia pada tanggal 2 Juli 1616.
Ketika tiba saat terakhir hidupnya, Bernardinus berkata kepada para pemimpin masyarkat: "Dari surga kediamanku yang abadi, Aku akan selalu melindungi kota Lecce dan seluruh umat." Bernardinus Realino meninggal dunia pada tanggal 2 Juli 1616.
Santo Fransiskus di Girolamo, Imam
Imam Yesuit ini lahir pada tahun 1642. Ia berkarya sebagai
pengkhotbah di sekitar Napoli, Italia. Ia rajin mengunjungi penjara dan mencari
orang di tempat-tempat pelacuran dan gang-gang gelap untuk dibina menjadi
manusia berguna bagi masyarakat. Khotbah-khotbahnya sungguh menarik dan
karenanya ia banyak mentobatkan orang-orang berdosa. Ia pernah mentobatkan
seorang wanita yang membunuh ayahnya dan kemudian melarikan diri ke luar negeri
menjadi tentara. Fransiskus meninggal dunia pada tahun 1716.
Santo Yohanes Fransiskus Regis, Imam
Yohanes Fransiskus Regis lahir di Fontcourverte, wilayah keuskupan
Norbonne, Prancis pada tahun 1579. Ia dididik di Kolose Beziers, milik Serikat
Yesus. Pada tahun 1615, ketika berumur 18 tahun, ia masuk Serikat Yesus.
Setelah mendapat pendidikan intensif di dalam tarekat itu, ia ditabhiskan
menjadi imam pada tahun 1631.
Awal kariernya sebagai imam dimulainya di Languedoc. Wilayah kerja ini tergolong sulit, baik geografiknya maupun penduduknya. Keadaan geografisnya bergunung-gunung, baik di Prancis Tenggara maupun di perbatasan Swiss. Sedangkan penduduknya masih buta huruf, kurang beradab dan kasar tingkah lakunya. Banyak tantangan yang dihadapinya dalam karya pelayanan umat.
Awal kariernya sebagai imam dimulainya di Languedoc. Wilayah kerja ini tergolong sulit, baik geografiknya maupun penduduknya. Keadaan geografisnya bergunung-gunung, baik di Prancis Tenggara maupun di perbatasan Swiss. Sedangkan penduduknya masih buta huruf, kurang beradab dan kasar tingkah lakunya. Banyak tantangan yang dihadapinya dalam karya pelayanan umat.
Meskipun demikian, Yohanes yang
ramah, sopan dan lembut hati ini sungguh kuat pendiriannya dan pantang mundur
dalam menghadapi semua kesulitan ini. Ia dengan penuh semangat naik-turun
gunung untuk mengajar agama dan melayani Sakramen-sakramen demi membawa mereka
kembali kepada Kristus. Pada musim panas, ia bekerja di kota, mengunjungi rumah-rumah
sakit dan penjara-penjara. Disana ia mengajar, berkhotbah dan mendengarkan
pengakuan. Ia membantu siapa saja yang datang kepadanya meminta bantuan.
Kesuksesannya di Montpellier
dan Sommiers mendorong Uskup de la Baume dari Viviers memanfaatkan Yohanes
sebaik-baiknya guna melayani umat. Yohanes bekerja keras selama lima tahun di
wilayah itu untuk membawa kembali umat kepada penghayatan iman yang benar. Ia
berhasil menobatkan sejumlah besar penganut agama Protestan.
Empat tahun terakhir hidupnya, Yohanes tinggal di Velay. Disana ia
mendirikan sebuah perkumpulan yang giat dalam karya sosial untuk membantu para
miskin. Ia meninggal dunia pada tahun 1640 di La Louvesc.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
Thomas adalah
salah satu dari keduabelas rasul Yesus. Namanya dalam bahasa Syria berarti
“kembar”. St. Thomas sangat mengasihi Yesus, meskipun pada mulanya ia kurang
percaya. Ketika Yesus harus pergi menghadapi bahaya mati dibunuh oleh para
musuh-Nya, para murid yang lain berusaha mencegah kepergian-Nya. Tetapi, St.
Thomas berkata kepada mereka, “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama
dengan Dia.”
Ketika Yesus
ditangkap, Thomas kehilangan keberaniannya. Ia melarikan diri bersama para
rasul yang lain. Hatinya hancur oleh rasa duka atas wafatnya Kristus yang
dikasihinya. Kemudian, pada hari Minggu Paskah, Yesus menampakkan diri kepada
para rasul-Nya setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Waktu itu Thomas
tidak bersama mereka. Begitu ia datang, para rasul yang lain menceritakan
padanya dengan penuh sukacita, “Kami telah melihat Tuhan!” Mereka pikir Thomas
akan ikut bergembira bersama mereka. Tetapi, Thomas tidak percaya. “Sebelum aku
melihat bekas paku pada tangan-Nya,” demikian katanya, “dan sebelum aku
mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam
lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”
Delapan hari
kemudian, Yesus kembali menampakkan diri kepada para rasul. Kali ini, Thomas
juga ada bersama mereka. Yesus memanggilnya dan memintanya untuk mencucukkan
jarinya ke dalam luka di tangan-Nya dan luka di lambung-Nya. St. Thomas yang
malang! Ia jatuh tersungkur di kaki Gurunya sambil berseru, “Ya Tuhanku dan
Allahku!” Kemudian kata Yesus, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau
percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”
Sesudah hari
raya Pentakosta, Thomas menjadi kuat serta teguh dalam iman dan kepercayaannya
kepada Yesus. Menurut tradisi, St. Thomas pergi mewartakan Injil hingga ke
India. Setelah mempertobatkan banyak orang, ia wafat sebagai martir di
sana.
"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah." (Yoh 1:1)
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Helidorus, Uskup
Helidorus lahir pada tahun 330. Ketika berziarah ke Yerusalem, ia
bertemu dengan Santo Hieronimus dan menjalin persahabatan yang baik dengannya.
Ajakan Hieronimus untuk bersama-sama tinggal di padang gurun ditolaknya.
Helidorus kemudian pulang dan menjadi Uskup di Altino, Italia hingga
kematiannya pada tahun 407.
Santo Horst atau Horestes, Martir
Bersama tunangannya, Eufemia, Horst menjadi pemimpin pemuda-pemudi
Katolik di Byzantium (=Istambul). Kegiatan mereka membimbing para muda-mudi ini
menimbulkan amarah pihak pemimpin masyarakat dan semua orang lain yang tidak
menyukai Gereja Katolik. Ketika ditangkap dan ditanyai, dengan terus terang
mereka mengaku beriman Kristen, sehingga bersama muda-mudi lainnya, mereka
dibunuh pada tahun 304.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
Elizabeth,
seorang puteri Spanyol, dilahirkan pada tahun 1271. Ia dinikahkan dengan Raja
Denis dari Portugal pada usia dua belas tahun. Elizabeth seorang puteri yang
cantik serta menyenangkan. Ia juga seorang yang taat beragama, ia ikut ambil
bagian dalam Misa setiap hari. Elizabeth seorang isteri yang menawan pula. Pada
mulanya, suaminya sayang padanya, tetapi tak lama kemudian ia mulai menyebabkan
penderitaan besar pada isterinya itu. Meskipun Raja Denis seorang pemimpin yang
baik, ia tidak seperti isterinya yang suka berdoa dan melakukan kebajikan.
Sesungguhnya, dosa-dosanya yang melanggar kemurnian menjadi skandal heboh di
seluruh kerajaannya.
St. Elizabeth
berusaha menjadi ibu yang penuh kasih sayang bagi anak-anaknya, Alphonso dan
Constance. Ia juga murah hati serta penuh perhatian pada rakyat Portugal.
Meskipun suaminya tidak setia, Elizabeth terus berdoa agar suatu hari nanti
suaminya itu mengubah perangainya. Elizabeth tidak mau bersedih dan marah. Ia
memperdalam kehidupan doanya dan ikut dalam spiritualitas Fransiskan.
Lambat-laun, raja mulai tergerak hatinya oleh kesabaran serta teladan hidup
isterinya. Ia mulai memperbaiki sikap hidupnya. Ia mohon maaf pada isterinya
serta menaruh hormat pada isterinya itu. Di saat-saat terakhir ketika raja
terbaring sakit, ratu tidak pernah beranjak dari sisinya kecuali untuk pergi
Misa. Raja Denis meninggal pada tanggal 6 Januari 1325. Ia menunjukkan tobat
mendalam atas dosa-dosanya dan wafat dalam damai.
Elizabeth hidup
hingga sebelas tahun kemudian. Ia melakukan perbuatan-perbuatan amal kasih dan
laku tobat. Ia merupakan teladan mengagumkan dalam kebaikan hatinya terhadap
orang-orang miskin. Perempuan yang lemah lembut ini juga menjadi pendamai dalam
perselisihan antar anggota keluarga maupun antar negara.
St. Elizabeth
dari Portugal wafat pada tanggal 4 Juli 1336. Ia dinyatakan kudus oleh Paus
Urbanus VIII pada tahun 1626.
“Jika kamu
cinta damai, semuanya akan menjadi baik.” ~ St. Elizabeth
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Ulrich atau Ulrikus, Uskup
Uskup dan sahabat Kaisar Jerman ini lahir pada tahun 890. Ia
berusaha membangun sebuah tembok batu alam untuk melindungi kota Augsburg,
Jerman dari serangan bangsa Hun yang kemudian berhasil dipatahkan oleh
tentaranya.
Sebagai uskup, Ulrich mengadakan perjalanan keliling keuskupannya untuk berkhotbah dan meneguhkan iman umatnya, serta menegakkan keadilan. Ia mendirikan sebuah Katedral dan membuka seminari serta mendukung pendirian biara-biara. Di setiap pelosok keuskupannya, ia mendirikan banyak gereja dan kapel supaya umat dapat beribadat dengan baik.
Sebagai uskup, Ulrich mengadakan perjalanan keliling keuskupannya untuk berkhotbah dan meneguhkan iman umatnya, serta menegakkan keadilan. Ia mendirikan sebuah Katedral dan membuka seminari serta mendukung pendirian biara-biara. Di setiap pelosok keuskupannya, ia mendirikan banyak gereja dan kapel supaya umat dapat beribadat dengan baik.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
Antonius
dilahirkan di Italia pada tahun 1502. Ketika ia masih muda, ayahnya meninggal
dunia. Ibunya mendukung Antonius dalam perhatian istimewa yang dimilikinya
terhadap penderitaan orang-orang miskin. Ibu Zaccaria mengirim puteranya belajar
di Universitas Padua agar kelak ia dapat menjadi seorang dokter. Antonius baru
berusia dua puluh dua tahun ketika ia menamatkan pelajarannya.
Dokter yang
masih belia itu amat berhasil dalam pekerjaannya. Namun demikian, ia tidak
merasa puas. Ia tahu bahwa ia ingin menjadi seorang imam. Antonius mulai
belajar teologi. Ia juga tetap merawat mereka yang sakit, menghibur serta
memberikan semangat kepada mereka yang menjelang ajal. Antonius mempergunakan
seluruh waktu luangnya untuk membaca serta merenungkan surat-surat St. Paulus
dalam Kitab Suci. Ia membaca kisah rasul besar Paulus berulang kali dan banyak
merenungkan keutamaan-keutamaannya. Sekarang, Antonius terbakar oleh semangat
yang menyala-nyala untuk menjadi seorang kudus dan membawa semua orang kepada
Yesus.
Setelah
ditahbiskan sebagai imam, St. Antonius Maria pindah ke kota besar Milan. Di
sana, ia akan dapat membantu lebih banyak orang. Ia juga membentuk suatu ordo
para imam yang disebut Pekerja-pekerja Tetap St. Paulus. Orang menyebutnya
“Barnabit”, oleh karena ordo mereka berpusat di Gereja St. Barnabas di Milan.
Sesuai teladan rasul Paulus, St. Antonius dan para imamnya berkhotbah ke
mana-mana. Mereka menyerukan kembali kata-kata dan nasehat-nasehat Paulus.
Mereka menerangkan pesan-pesan Paulus dengan kata-kata sederhana yang mudah
dimengerti. Umat menghargainya; mereka merasa senang. St. Antonius juga
memiliki cinta mendalam kepada Yesus dalam Sakramen Mahakudus. Ia memulai
Devosi Empat Puluh Jam.
St. Antonius
Maria baru berusia tiga puluh tujuh tahun ketika ia wafat pada tanggal 5 Juli
tahun 1539. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Leo XIII pada tahun 1897.
“Oleh karena
kita telah memilih rasul besar Paulus sebagai pembimbing dan bapa kita, serta
menyatakan diri sebagai pengikutnya, kita harus berusaha mengamalkan ajaran
serta teladannya dalam hidup kita.”
St. Antonius
(kepada imam-imam Barnabit)
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
6 Juli,
Santa Maria Goretti, Perawan dan Martir
Marietta, demikian nama panggilan Maria Goretti, lahir di
Corinaldo, Italia pada tanggal 16 Oktober 1890. Kedua orang-tuanya, Luigi
Goretti dan Assunta Carlini, adalah petani miskin di desa Corinaldo. Mereka
miskin secara lahiriah tetapi kaya secara rohani karena mereka sesungguhnya
orang beriman yang mempercayakan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Sepeninggal
Luigi Goretti kesulitan hidup mereka semakin bertambah parah. Ibunya Assunta
Carlini bersama kelima anaknya terpaksa berpindah-pindah tempat untuk
mendapatkan lapangan kerja buat menyambung hidup. Akhirnya mereka menetap di
Nettuno, sebuah kawasan penuh rawa-rawa sebagai petani penyewa tanah. Maria
Goretti dengan rajin membantu ibunya bekerja di kebun dan merawat adik-adiknya.
Meskipun kesulitan hidup terus
melilit mereka, namun semangat iman mereka tidak luntur. Maria Goretti tetap
bersemangat mengikuti pelajaran agama menyongsong pesta Komuni pertama. Ia
rindu sekali secepatnya menyambut Tubuh dan Darah Kristus, meskipun untuk itu
ia harus berjalan kaki ke kota untuk mengikuti pelajaran agama. Ia terus
berusaha menata hidupnya dengan doa dan kerja serta berusaha sekuat tenaga agar
tidak jatuh dalam dosa. Kepada ibunya ia mencetuskan kata-kata iman berikut:
"Lebih baik mati seribu kali daripada berbuat dosa satu kali." Ia
tidak rela menghina Yesus yang dicintainya dengan berbuat dosa.
Ujian hidup terhadap kesucian
hatinya demikian cepat datang. Adapun Alessandro, pemuda tetangga yang bekerja
pada mereka sebagai pembantu untuk pekerjaan-pekerjaan kasar, menaruh hati pada
Marietta. Telah berkali-kali ia membujuk Marietta untuk berbuat serong. Oleh
karena nafsu birahi terus menguasai dirinya, ia tetap mencari kesempatan untuk
merenggut kesucian Marietta. Kesempatan itu akhirnya tiba tatkala Marietta
sendirian di rumah menjaga adiknya yang sakit, sedang ibunya berada di kebun.
Alessandro, yang sedang bekerja di kebun, tahu Marietta sendirian di rumah.
Dengan dalih hendak beristirahat di rumah karena letih, ia segera pulang ke
rumah. Dalam hatinya ia telah bertekad bulat: berhasil atau mati!
Sesampai di rumah ia terus
melaksanakan niatnya. Sementara itu Marietta sedang menidurkan adiknya.
Alessandro memanggil-manggil Marietta dan menyuruh membukakan pintu kamar.
Tetapi Marietta yang tahu akan maksud jahat Allesendro tetap tidak membuka
pintu itu. Sebaliknya ia berdoa meminta perlindungan Tuhan Yesus. Karena
amarahnya dan dorongan nafsunya, Alessandro mendobrak pintu kamar Marietta. Ia
masuk dan memaksa Marietta mengikuti dorongan birahinya. Tetapi dengan keras
Marietta membela diri dan berusaha melepaskan dirinya dari cengkeraman
Alessandro. Karena Marietta tetap bersikeras menolak keinginannya maka dia
menghunus pisau yang sudah lama disiapkannya dan mengancam Marietta. Ancaman
ini pun tidak dihiraukan Marietta. Oleh karena itu, Alessandro dengan kalutnya
menancapkan pisau tajam itu ke tubuh gadis tak berdosa itu sebanyak 14 kali. Senja
hari tanggal 5 Juli 1902 itu benar-benar kabut gelap menimpa gadis suci ini.
Keesokan harinya pada tanggal 6 Juli 1902, setelah mengakukan dosa-dosanya dan
menerima Komuni Kudus, Marietta menghembuskan nafasnya dan meninggal dunia.
Sebelum meninggal dunia, ia memaafkan dan mengampuni perbuatan keji Alessandro
dengan berkata: "Aku ingin dia berada di dekatku di surga kelak."
Alessandro yang melihat akibat perbuatannya yang keji itu, lari pontang-panting
meninggalkan Marietta. Dia kemudian ditangkap polisi dan dihukum penjara selama
30 tahun. Setelah 8 tahun meringkuk di dalam penjara, ia menyesali perbuatannya
dan memperbaiki hidupnya.
Santa Godeliva, Pengaku Iman
Godeliva lahir pada tahun 1045. Beberapa bulan setelah pernikahan,
ia ditinggal pergi oleh suaminya. Kemudian ia diperlakukan dengan kasar dan
kejam oleh mertuanya. Karena didesak oleh ayah Godeliva dan uskup setempat,
maka suaminya pura-pura rujuk kembali dengannya. Godelive kemudian dibunuh oleh
pembunuh-pembunuh bayaran suaminya pada tahun 1070.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
7
Juli,
B. Roger Dickenson, B. Ralph Milner dan B. Lawrence Humphrey
B. Roger Dickenson, B. Ralph Milner dan B. Lawrence Humphrey
Ketiga martir
ini hidup di Inggris dalam masa penganiayaan Gereja oleh Ratu Elizabeth I.
“Tuan” Roger Dickenson adalah seorang imam sekulir yang menyamar. Ralph Milner
adalah seorang suami dan ayah. Ia bekerja sebagai buruh tani dan dihantar ke
dalam Gereja melalui teladan baik para tetangganya. Pada hari ia menyambut
Komuni Pertama, ia dijebloskan ke dalam penjara karena ia seorang Katolik. Sipir
penjara suka padanya, sebab itu penahanannya di penjara tidaklah terlalu ketat
pada mulanya. Selama beberapa tahun ia “dibebaskan bersyarat” untuk mendapatkan
suplai makanan dan apapun yang dibutuhkan para tahanan lainnya. Sementara
dibebaskan bersyarat, ia merupakan seorang penolong yang banyak membantu “Tuan”
Dickenson dan Pater Stanney, seorang Yesuit. Akhirnya, tibalah hari ketika
Pater Dickenson pun ditangkap juga. Ia dan Milner dihadapkan ke pengadilan
bersama-sama. Pater Dickenson diadili karena kejahatan menjadi seorang imam
Katolik. Tuan Milner diadili karena membantu Pater Dickenson melaksanakan karya
pelayanannya. Hakim mengarahkan pandangannya ke khalayak ramai dalam ruang
pengadilan. Ia memikirkan Ny Milner dan delapan anak pasutri Milner. Ia ingin
membebaskan Milner bagaimanapun caranya. “Yang perlu engkau lakukan hanyalah,”
demikian katanya, “mengunjungi sebuah gereja Protestan, beberapa menit saja,
untuk mengatakan bahwa engkau ada di sana. Maka, aku akan melepaskanmu agar
engkau dapat bersama keluargamu.” Tuan Milner dengan tenang dan tegas menolak.
Ia dan Pater Dickenson pergi dengan gagah berani menyongsong maut. Hari itu
adalah tanggal 7 Juli 1591.
Martir ketiga,
Lawrence Humphrey, dihantar masuk ke dalam Gereja oleh Pater Stanney, SJ. Ia tak
hendak mengingkari iman yang baru saja dipeluknya. Lawrence baru berusia
duapuluh satu tahun ketika ia wafat dimartir.
Adakah aku
berakar kuat dalam iman dan persahabatan dengan Tuhan?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Odo, Abbas
Odo lahir sebagai karunia khusus dari Allah. Ayahnya-seorang
perwira militer Prancis-terus berdoa memohon dari Tuhan seorang anak laki-laki.
Dan Tuhan mengabulkan permohonannya dengan mengaruniakan Odo kepadanya.
Ketika dipermandikan, sang ayah
mempersembahkan Odo kepada perlindungan Santo Martinus dari Tours. Sepanjang
hidupnya, Odo menaruh hormat dan devosi khusus kepada Santo Martinus. Ayahnya
menginginkan Odo menjadi seorang ksatria yang tangkas menggunakan pedang.
Tetapi Tuhan merencanakan sesuatu yang lain dari kehendak ayahnya.
Kesehatan Odo yang terus
terganggu dan karena itu tidak layak untuk menjalani hidup kemiliteran, menjadi
suatu alasan kuat baginya untuk menolak rencana ayahnya. Sementara itu
keinginannya untuk menjadi seorang imam semakin membara. Akhirnya ia secara
terbuka mengatakan keinginan dan cita-citanya itu kepada ayahnya. Lalu dengan
restu ayahnya, Odo berangkat ke Tours untuk menjalani pendidikan imamat.
Odo masuk ordo Santo
Benediktus. Pada tahun 927, ia dipilih menjadi Abbas di biara Cluni. Sebagai
pemimpin biara, ia bersikap tegas dalam hal pelaksanaan aturan-aturan hidup
membiara, tetapi bijaksana dan lembut kepada rekan-rekan sebiara. Ia pun tetap
menjadi seorang pengagum Santo Martinus dengan devosi-devosinya.
Ia pergi ke Roma dan di sana ia jatuh sakit. Ia segera kembali ke
Tours, karena keinginannya untuk meninggal di sana dan dikuburkan di samping
Santo Martinus. Ia tiba di Tours tepat pada pesta Santo Martinus. Setelah
menyiapkan diri selama beberapa hari, Odo meninggal pada tanggal 18 November
942
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
Paus Eugenius
III dilahirkan dekat Pisa, Italia, pada abad keduabelas. Ia dibaptis dengan
nama Petrus. St Antoninus menyebut Paus Eugenius “seorang paus agung yang sarat penderitaan.”
Paus Eugenius
dulunya adalah Pater Petrus, seorang imam di Pisa, kala ia merasakan panggilan
untuk menjadi seorang biarawan Cistercian. Ia pergi ke Clairvaux, Perancis dan
bergabung dengan para biarawan di sana. St Bernardus dari
Clairvaux menjabat sebagai superior di sana. Petrus
memilih “Bernardus” sebagai nama religiusnya. Ini dilakukannya karena rasa
hormat dan kekagumannya pada St Bernardus.
St Bernardus
dari Clairvaux menetapkan Bernardus menjadi superior sebuah biara di Roma. Paus
Lusius II wafat pada tahun 1145. Ini adalah suatu peristiwa yang jarang
terjadi. Para kardinal memilih Abbas Bernardus untuk menjadi paus. Abbas
Bernardus sendiri tidak ada dalam rapat itu sebab ia bukan seorang kardinal. Bernardus
shock. St Bernardus dari Clairvaux juga sama terkejutnya. Ia merasa kasihan
kepada Bernardus. Ia menulis sebuah surat terbuka kepada para kardinal,
“Kiranya Allah mengampuni kalian sebab apa yang telah kalian lakukan,” katanya.
Bernardus
memilih nama Eugenius III. Masanya sebagai paus mendatangkan banyak kesulitan
baginya. Majelis Tinggi Roma mengancam untuk menentangnya jika ia tidak
membiarkan mereka menyimpan harta yang mereka curi. Seseorang yang sebelumnya
telah diekskomunikasi datang kepada Paus Eugenius memohon pengampunan. Sebentar
saja, orang itu telah jatuh lagi ke dalam cara hidupnya yang lama. Ia bahkan
menggabungkan diri dengan suatu kelompok yang secara langsung menentang paus.
Paus Eugenius harus meninggalkan Roma beberapa kali oleh sebab mara bahaya yang
mengepungnya. Apabila ini terjadi, ia akan menemukan damai dan kekuatan di
sebuah biara. Maka, ia akan mendapatkan keberanian untuk kembali dan menghadapi
tugas tanggung jawabnya yang sulit kembali. Ia mengenakan jubah Cistercian dan hidup
sederhana. Tak peduli betapa kalut hidupnya, ia senantiasa memiliki hati
seorang biarawan. Salah seorang rekan biarawan menulis kepada St Bernardus dari
Clairvaux mengenai Paus Eugenius, “Tak ada kesombongan pun sok kuasa dalam
dia.” Paus Eugenius III wafat pada tanggal 8 Juli 1153.
Kiranya kita
belajar untuk mencari pertama-tama “Kerajaan Allah” tanpa menghitung-hitung
resiko ataupun ingin agar orang memperhatikan dan memuji kita.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya
atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Adrianus III, Paus
Adrianus lahir
dari sebuah keluarga berkebangsaan Romawi. Kisah masa mudanya tidak diketahui
pasti. Ia menjadi Paus pada tanggal 17 Mei 884 dan memimpin Gereja sampai tahun
berikutnya 885. Masa kePausannya yang begitu singkat diliputi berbagai
kesulitan dan masalah karena merajalelanya perampokan dan kelaparan di seluruh
kota Roma. Selain harus berusaha keras untuk menindas aksi-aksi kejahatan, ia
juga berusaha keras meringankan beban penderitaan umat Roma akibat kelaparan
hebat itu.
Pada tahun 885, ia diundang oleh seorang Kaisar Romawi Suci, Charles III (881-887), untuk menghadiri perjamuan bersama di Worms, Jerman Barat. Pada kesempatan perjamuan itu dibicarakan juga soal pergantian tahkta kekaisaran dan meningkatkan bahaya serangan suku bangsa Saracen dari Timur. Dalam perjalanan ke Worms itu, ia meninggal dunia di Modena, Italia Utara. Jenazahnya dikebumikan di gereja Santo Silvester Nonantola, dekat Modena.
Santo Prokopius, Martir
Penduduk asli Yerusalem ini menjadi lektor
dan pengusir roh-roh jahat. Ia amat sederhana dan rendah hati, sehingga
penduduk di sekitarnya sangat menghormati dia. Pada awal masa penganiayaan umat
Kristen oleh Kaisar Diokletianus, ia dipaksa memuja berhala oleh kaisar. Tetapi
Prokopius menjawab: "Tidaklah baik mengabdi kepada beberapa tuan. Aku
hanya mengenal satu Kepala, satu Raja, yakni Kristus". Karena ketegasannya
ini, ia dipenggal.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
9 Juli,
Para Martir dari Orange
Para Martir dari Orange
Para martir dari
Orange hidup pada abad kedelapan belas. Mereka terdiri dari tiga puluh dua
orang biarawati. Selama Revolusi Perancis, para biarawati yang berasal dari
beberapa ordo religius yang berbeda ini dipenjarakan di Orange, Perancis.
Mereka adalah enam belas biarawati Ursulin, tiga belas biarawati Adorasi
Sakramen Mahakudus, dua biarawati Bernardin dan seorang biarawati Benediktin.
Ketika pecah
Revolusi Perancis, para biarawati ini diperintahkan untuk menyatakan sumpah
setia pada para pemimpin Revolusi. Para biarawati percaya bahwa sumpah itu
menentang Tuhan dan Gereja. Mereka semua menolak menandatangani sumpah dan
karenanya digiring ke penjara Orange. Beberapa dari para biarawati tinggal dalam
biara yang sama sebelum mereka dijebloskan ke dalam penjara. Sedangkan sebagian
lainnya tidak saling mengenal hingga mereka bertemu di penjara. Para biarawati
itu membentuk suatu komunitas dalam ruang penjara yang gelap serta pengap.
Mereka berdoa bersama pada waktu-waktu tertentu setiap hari. Mereka saling
menghibur serta saling menguatkan satu sama lain. Mereka semua terikat dalam
kasih persaudaraan seperti yang dialami oleh Gereja Perdana yang mengalami
penganiayaan.
Pada tanggal 6
Juli, biarawati pertama diajukan ke pengadilan dan dijatuhi hukuman mati dengan
dipenggal kepalanya. Ia tidak pernah kembali. Setiap hari satu orang biarawati,
terkadang dua orang biarawati diambil. Tak seorang pun tahu giliran siapa
berikutnya. Komunitas biarawati semakin berkurang dalam jumlah, tetapi
biarawati yang tinggal terus-menerus berdoa, terutama bagi mereka yang akan
dihukum mati pada hari itu. Kemudian, bersama-sama mereka akan menyanyikan Te
Deum, suatu nyanyian puji-pujian kepada Tuhan.
Akhir bulan Juli
1794, ketiga puluh dua orang biarawati semuanya telah dijatuhi hukuman mati
oleh pengadilan rakyat Orange, Perancis. Tiga puluh dua biarawati wafat sebagai
martir. Ketika Revolusi Perancis telah berakhir, para hakim Orange dinyatakan
bersalah atas apa yang telah mereka lakukan dan dijatuhi hukuman. Ketiga puluh
dua biarawati yang dianggap sebagai para martir dari Orange dinyatakan “beata”
oleh Paus Pius XI pada tahun 1925.
Di saat-saat
sulit, bagaimana aku dapat memberi sekaligus menerima dukungan dalam komunitas
imanku?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya
atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Veronika dari Binasko,
Perawan
Veronica adalah seorang gadis desa dan
anak petani sederhana di sebuah desa dekat kota Milano. Ia mempunyai bakat dan bawaan
yang luar biasa untuk mengerjakan segala macam pekerjaan, termasuk
pekerjaan-pekerjaan yang dianggap tak berarti. Tugas-tugas yang diserahkan
kepadanya selalu diselesaikannya dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Ia memang tidak tahu membaca dan menulis
namun terbuka kepada Allah dan kokoh imannya. Hal ini membuat dia disenangi
orang. Hal itu pulalah yang menghantar dia ke pintu gerbang hidup membiara.
Gadis desa ini kemudian menjadi suster di biara Santa Martha di kota Milano.
Badannya yang kurang sehat karena ia
sering sakit. Meskipun demikian ia tetap rajin melaksanakan setiap tugas yang
dibebankan pimpinan kepadanya. Kehidupan rohaninya pun tetap dipeliharanya
dengan doa dan Kurban Misa setiap hari. Semboyan hidupnya sederhana: "Saya
akan terus bekerja selama saya masih sanggup dan selama masih ada waktu."
Cita-citanya yang luhur untuk mengabdi Tuhan dan sesama setulusnya, mendorong
dia untuk melakukan setiap pekerjaan dengan ujud yang murni. Ia tampak sabar
dan tabah serta ramah kepada rekan-rekannya.
Kebiasaannya merenungkan sengsara Kristus
memberi dia enghiburan dalam semua pengalamannya yang pahit. Akhirnya ia
meninggal dunia dengan tenang pada tahun 1497.
Santo Adrian Fortoscue,
Martir
Adrian lahir pada tahun 1476. Beliau
adalah seorang perwira ordo Malta dan keponakan istri kedua Henry VIII. Karena
tidak mengakui Raja Henry VIII sebagai kepala Gereja di Inggris, ia dipenggal
di Tower, London pada tahun 1539.
Kesembilanbelas Martir kota
Gorkum
Pada tanggal 26 Juni 1572 kota Gorkum
jatuh ke tangan para bajak laut Belanda yang beragama Protestan. Penduduk
memang mendapat jaminan keselamatan dan keamanan hidupnya, namun para imam dan
biarawan tahu dan insyaf bahwa meraka akan mengalami banyak hambatan dalam
karyanya, bahkan terancam juga hidup mereka. Untuk itu mereka seyogianya
bersedia dan menanggung segala akibat buruk dari pendudukan itu. Mereka
menyiapkan batin dengan mengaku dosa-dosanya dan menerima Komuni Kudus.
Betullah dugaan mereka.
Para bajak laut itu segera menangkap dan
memenjarakan mereka. Selama delapan hari mereka diadili dan disiksa. Di antara
mereka terdapat dua orang Pastor Gorkum, yakni Pater Leonardus Vechel dan Pater
Nikolas Poppel. Bersama mereka ada juga 9 orang imam dan 2 orang bruder Ordo
Saudara-saudara Dina Santo Fransiskus, di bawah pimpinan Pater Nikolas Pieck.
Beberapa hari kemudian ditangkap lagi Pastor Joanes, seorang imam Dominikan
disebuah desa tak jauh dari Gorkum, seorang imam dan dua orang bruder Tarekat
Santo Norbertus.
Pada tanggal 6 Juli para rohaniwan itu
dibawa dengan kapal ke kota Brielle. Sepanjang perjalanan mereka terus disiksa
dan tidak diberi makan. Keesokan harinya kapal itu berlabuh di pelabuhan
Brielle. Lumey, kepala komplotan bajak laut itu datang menjemput mereka di
pelabuhan. Mereka diolok-olok dan diarak menuju tiang gantungan yang sudah
disiapkan di pasar. Mereka ditanyai perihal ketaatannya kepada Sri Paus di Roma dan imannya akan kehadiran
Kristus di dalam Sakramen Maha Kudus.
Atas pertanyaan Lumey, soerang Bruder Fransiskan dengan tegas menjawab:
"Saya meyakini semua yang diajarkan Gereja Katolik dan dipercayai oleh
pemimpin biaraku."
Pater Nikolas Pieck, pemimpin biara
Fransiskan itu dibebaskan karena keseganan para bajak laut itu terhadapnya.
Tetapi Pater Nikolas sendiri tidak tega hati membiarkan rekan-rekannya disiksa.
Ia menolak meninggalkan saudara-saudaranya sendirian menanggung penderitaan
karena imannya. Lumey membujuk mereka untuk meninggalkan imannya dan menyangkal
kepemimpinan Sri Paus atas Gereja. Namun usahanya ini sia-sia saja. Para martir
itu dengan gigih mempertahankan imannya dan rela mati demi imannya.
Lumey yang sudah hilang kesabarannya itu
segera memerintahkan anak buahnya untuk menggantung para martir itu ditiang
gantungan. Seorang imam tua yang sudah berusia 70 tahun mendapat giliran
terakhir. Para penjahat itu bimbang dan bermaksud melepaskan imam tua itu.
Tetapi imam tua itu dengan senang hati menyerahkan diri untuk digantung agar
dapat mati bersama saudara-saudaranya yang lain.
Demikianlah kesembilanbelas martir itu menjadi korban kebencian kaum Protestan Calvinis Belanda pada tanggal 9 Juli 1672, karena imannya akan kehadiran Kristus dalam Sakramen Maha Kudus dan kesetiannya kepada Sri Paus di Roma sebagai pemimpin Gereja.
Demikianlah kesembilanbelas martir itu menjadi korban kebencian kaum Protestan Calvinis Belanda pada tanggal 9 Juli 1672, karena imannya akan kehadiran Kristus dalam Sakramen Maha Kudus dan kesetiannya kepada Sri Paus di Roma sebagai pemimpin Gereja.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
Felisitas adalah
seorang wanita Kristen bangsawan dari Roma. Ia hidup pada abad kedua. Sesudah
suaminya meninggal dunia, Felisitas mengabdi Tuhan dengan berdoa dan melakukan
karya belas kasihan. Teladan baiknya menghantar banyak orang untuk menjadi
Kristen pula. Hal ini menyebabkan imam-imam kafir amat marah dan melaporkannya
kepada Kaisar Antonius Pius. Mereka mengatakan bahwa Felisitas adalah musuh
negara oleh sebab ia membuat dewa-dewa murka. Maka, kaisar memerintahkan agar
Felisitas ditangkap. Tujuh orang pemuda ditangkap bersamanya. Mereka adalah
ketujuh putera Felisitas. Seperti ibu dalam Kitab Makabe dalam Perjanjian Lama,
Felisitas tetap tenang. Gubernur sia-sia saja membujuknya untuk mempersembahkan
korban kepada para dewa. Akhirnya Gubernur berseru, “Perempuan celaka! Jika
engkau ingin mati, matilah! Tetapi, janganlah engkau membinasakan anak-anakmu
pula.”
“Putera-puteraku
akan hidup selama-lamanya jika mereka, seperti saya, mengutuk dewa-dewa berhala
dan mati bagi Tuhan,” jawab Felisitas. Wanita yang gagah berani ini dipaksa
menyaksikan putera-puteranya dihukum mati. Seorang mati dicambuk, dua orang
didera dengan tongkat, tiga orang dipenggal kepalanya dan seorang lagi tewas
ditenggelamkan. Empat bulan kemudian, Felisitas juga dihukum pancung.
Kekuatannya yang luar biasa itu bersumber pada pengharapannya yang besar akan
kehidupan kekal kelak bersama Tuhan dan putera-puteranya di surga.
Dapat dikatakan,
St. Felisitas wafat dimartir delapan kali, sebab ia harus menyaksikan satu demi
satu puteranya wafat dimartir hingga akhirnya ia sendiri mempersembahkan
nyawanya juga bagi Yesus.
Pada hari ini,
marilah kita berdoa bagi mereka yang harus menyaksikan orang-orang yang mereka
kasihi menderita, baik secara jasmani maupun secara emosional. Semoga mereka
mampu merasakan sukacita Yesus yang Bangkit dalam penderitaan mereka.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santa Rufina dan Secunda, Martir
Rufina dan adiknya Secunda adalah anak-anak dari seorang Senator
Romawi. Mereka dibunuh secara kejam kira-kira pada tahun 257, selama masa
penganiayaan orang-orang Kristen oleh Kaisar Valerianus (253-260).
Menurut tradisi, Rufina dan
Secunda bertunangan dengan dua orang pemuda beragama Kristen. Rufina
bertunangan dengan Armentarius dan Secunda dengan Verinus. Selama masa
penganiayaan, kedua lelaki Kristen itu dengan semangat menyebarkan agama
Kristen. Rufina dan Secunda sebaliknya enggan melakukan hal itu. Kedua bersaudara
itu pergi ke Roma dan di sana mereka ditangkap dan dipenjarakan. Tak satu
siksaan pun mampu mematahkan ketetapan hati dan keteguhan iman mereka. Karena
itu akhirnya mereka dibunuh. Jenazah mereka dimakamkan di basilika Santo
Yohanes Lateran, Gereja Katedral kota Roma.
Santo Erik IX, Martir
Erik adalah Raja Swedia yang beragama Katolik. Ia menduduki tahkta
kerajaan pada tahun 1150 dan berjasa menyusun undang-undang Nasional Swedia.
Pada masa kekuasaannya, ia menaklukkan negeri Finlandia dan memberi wewenang
penuh kepada Santo Henry, Uskup Uppsala untuk menobatkan bangsa Finlandia yang
masih kafir.
Karena dukungan dalam usaha penyebaran iman Katolik, ia dimusuhi oleh banyak bangsawan Swedia. Kemudian atas hasutan Danes, bangsawan-bangsawan itu bersekongkol untuk menjatuhkan dia dari tahkta kekuasaannya, bahkan melenyapkan nyawanya. Dalam suatu pertempuran di dekat Uppsala, mereka berhasil membunuh Erik.
Sejak lahirnya reformasi Protestan, Erik dihormati sebagai pelindung bangsa Swedia, walaupun ia tidak pernah secara resmi dikanonisasikan sebagai orang kudus. Jenazahnya dikebumikan di Gereja Katedral Uppsala. Peristiwa pembunuhan atas dirinya terjadi pada tanggal 18 Mei 1161.
Santo Kanut IV,Martir
Raja Denmark ini memerintah dari tahun 1080 sampai tahun 1086.
Tanggal dan tempat kelahirannya tidak diketahui pasti. Beliau adalah cucu raja
Kanut Agung yang memerintah Inggris sekaligus Denmark pada awal abad kesebelas.
Kanut dibunuh oleh para pemberontak di pulau Funen (sekarang Fyn) pada tanggal
10 Juli 1086 karena tegas-tegas berusaha memperbaharui hidup Gereja.
Pada masa kekuasaannya, ia
melanjutkan karya kakaknya Harold yang digantinya dengan menghadiahkan berbagai
pemberian kepada Gereja dan mewajibkan rakyatnya memberikan derma kepada
Gereja. Ia juga memberikan berbagai hak istimewa kepada para
rohaniwan-rohaniwati. Pada tahun 1085, ia merencanakan penyerangan ke Inggris
untuk menguasai Inggris, sebagaimana dahulu dilakukan oleh moyangnya Kanut
Agung. Rencana ini digagalkan oleh pengkhianatan saudara Olaf.
Setahun kemudian, Olaf memimpin
suatu pemberontakan rakyat melawan kebijaksanaan Kanut. Kanut melarikan diri ke
Funen dan bersama para pengikutnya berlindung di dalam Gereja Santo Albanus di
kota Odense. Kanut dibunuh ketika sedang berdoa di muka altar gereja itu.
Laporan-laporan tentang mukzijat-mukzijat yang terjadi di kuburannya di kirim
ke Roma oleh salah seorang saudaranya. Pada tahun 1100, Paus Paskalis II
(1099-1118) membenarkan mukzijat-mukzijat itu.
Santo Olaf II, Martir
Olaf, raja Norway dihormati oleh orang-orang Norwegia sebagai
pelindung mereka dan sebagai promotor kemerdekaan bangsa Norwegia. Ia bertobat
dan dipermandikan pada tahun 1010. Tatkala ia menjadi raja pada tahun 1015, ia
mengusir pergi orang Danes dan Swedia yang menguasai Norwegia pada masa itu. Ia
membantu menyebarluaskan agama Kristen di seluruh negeri secara politis. Ia
menempatkan orang-orang dari keluarga terhormat pada jabatan-jabatan tinggi.
Kebijakan ini mengakibatkan amarah dari pihak bangsawan-bangsawan Norwegia.
Tetapi hal itu bisa diatasinya dengan baik.
Kira-kira pada tahun 1028,
banyak bangsawan menggabungkan diri dengan raja Kanut dari Denmark dan Inggris
dan berhasil menjatuhkan Olaf. Olaf meninggal dalam pertempuran di Stiklestad
dalam suatu usaha untuk memenangkan kembali tahkta kerajaan.
Santa Veronika Yuliani, Biarawati
Veronika lahir pada tahun 1660. Ia kemudian menjadi suster dan
membimbing para novis ordo Kapusin di Italia. Ia dikarunia berbagai rahmat
istimewa seperti penglihatan-penglihatan, kemampuan bernubuat dan stigmata
Yesus. Ia meninggal pada tahun 1727.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
Santo Benediktus
dilahirkan pada tahun 480. Ia berasal dari keluarga Italia yang kaya. Hidupnya
penuh dengan petualangan dan perbuatan-perbuatan hebat. Semasa kanak-kanak, ia
dikirim ke Roma untuk belajar di sekolah rakyat. Tumbuh dewasa sebagai seorang
pemuda, Benediktus merasa muak dengan gaya hidup korupsi para kafir di Roma.
Benediktus meninggalkan kota Roma dan mencari suatu tempat terasing di mana ia
dapat menyendiri bersama Tuhan. Ia menemukan tempat yang tepat, yaitu sebuah
gua di gunung Subiako. Benediktus mengasingkan diri selama tiga tahun lamanya.
Setan sering kali membujuknya untuk kembali ke rumahnya yang mewah dan kehidupannya
yang nyaman di sana. Tetapi, Benediktus berhasil mengatasi godaan-godaan
tersebut dengan doa dan mati raga. Suatu hari, iblis terus-menerus menggodanya
dengan bayangan seorang perempuan cantik yang pernah dijumpainya di Roma. Iblis
berusaha membujuknya untuk kembali ke kota mencari perempuan itu. Hampir saja
Benediktus jatuh dalam pencobaan. Kemudian ia merasa sangat menyesal hingga
menghempaskan dirinya dalam semak-semak dengan duri-duri yang panjang serta
tajam. Ia berguling-guling di atas semak duri hingga seluruh tubuhnya penuh
dengan goresan-goresan luka. Sejak saat itu, hidupnya mulai tenang. Ia tidak
pernah merasakan godaan yang dahsyat seperti itu lagi.
Setelah tiga
tahun, orang-orang mulai datang kepada Benediktus. Mereka ingin belajar
bagaimana menjadi kudus. Ia menjadi pemimpin dari sejumlah pria yang mohon
bantuannya. Tetapi, ketika Benediktus meminta mereka untuk melakukan mati raga,
mereka menjadi marah. Bahkan para pria itu berusaha meracuninya. Benediktus
membuat Tanda Salib di atas anggur beracun itu dan gelas anggur tiba-tiba pecah
berkeping-keping.
Di kemudian
hari, Benediktus menjadi pemimpin dari banyak rahib yang baik. Ia mendirikan
dua belas biara. Kemudian ia pergi ke Monte Kasino di mana ia mendirikan
biaranya yang paling terkenal. Di sanalah St. Benediktus menuliskan
peraturan-peraturan Ordo Benediktin yang mengagumkan. Ia mengajar para rahibnya
untuk berdoa dan bekerja dengan tekun. Terutama sekali, ia mengajarkan mereka
untuk senantiasa rendah hati. Benediktus dan para rahibnya banyak menolong
masyarakat sekitar pada masa itu. Mereka mengajari orang banyak itu membaca dan
menulis, bercocok tanam dan aneka macam ketrampilan dalam berbagai lapangan
pekerjaan.
St. Benediktus
mampu melakukan hal-hal baik karena ia senantiasa berdoa. Ia wafat pada tanggal
21 Maret tahun 547. Pada tahun 1966, Paus Paulus VI menyatakan St. Benediktus
sebagai santo pelindung Eropa. Pada tahun 1980, Paus Yohanes Paulus II
menambahkan St. Sirilus dan St. Metodius sebagai santo pelindung Eropa bersama dengan St.
Benediktus.
“Tempatkan
Kristus di atas segala-galanya.” ~ Peraturan St. Benediktus
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santa Olga, Janda
Olga-yang disebut juga Helga atau Ilga-lahir di Kskov, Rusia pada
tahun 879. Keluarganya masih kafir tetapi ia sendiri sudah sering mendengar
tentang Yesus Kristus dan ajaran-ajaranNya, terutama ajaran cintakasih kepada
Allah dan kepada sesama.
Pada tahun 903 ia menikah dengan Igor, raja muda Vangirian di Kiev. Pada tahun 945, Igor suaminya terbunuh dalam suatu pertempuran di Konstantinopel. Olga amat marah mendengar berita kematian suaminya itu. Lalu dengan semangat dan keberanian yang tinggi, ia segera menghimpun tentaranya yang sudah tercerai-berai dan maju berperang sebagai panglima melawan pasukan yang setia kepada kaisar. Dengan gagah berani ia berhasil menumpas pasukan kaisar. Untuk melampiaskan amarahnya, ia memerintahkan supaya pembunuh suaminya disirami air panas hingga mati dan tentara-tentara tawanan dibunuh. Tetapi niatnya ini tidak terlaksana karena belaskasihannya kepada para tawanan itu. Ia memperlakukan mereka secara baik dan ramah. Harta kekayaan mereka tidak dijarahnya dan kota mereka tidak dibumihanguskan. Ia membawa kedamaian di seluruh kerajaan dan memerintah mereka dengan ramah bagaikan seorang ibu melindungi anak-anaknya.
Pada tahun 903 ia menikah dengan Igor, raja muda Vangirian di Kiev. Pada tahun 945, Igor suaminya terbunuh dalam suatu pertempuran di Konstantinopel. Olga amat marah mendengar berita kematian suaminya itu. Lalu dengan semangat dan keberanian yang tinggi, ia segera menghimpun tentaranya yang sudah tercerai-berai dan maju berperang sebagai panglima melawan pasukan yang setia kepada kaisar. Dengan gagah berani ia berhasil menumpas pasukan kaisar. Untuk melampiaskan amarahnya, ia memerintahkan supaya pembunuh suaminya disirami air panas hingga mati dan tentara-tentara tawanan dibunuh. Tetapi niatnya ini tidak terlaksana karena belaskasihannya kepada para tawanan itu. Ia memperlakukan mereka secara baik dan ramah. Harta kekayaan mereka tidak dijarahnya dan kota mereka tidak dibumihanguskan. Ia membawa kedamaian di seluruh kerajaan dan memerintah mereka dengan ramah bagaikan seorang ibu melindungi anak-anaknya.
Setelah memerintah kerajaan
selama 3 tahun (945-947), ia menyerahkan kekuasaannya kepada puteranya Pangeran
Szyastoslav. Ketika itu ia belum beragama Kristen. Ia masih tetap setia pada
cara hidup yang sesuai dengan adat istiadat kafir yang diwarisinya dari
orangtuanya. Namun karena tertarik pada Yesus Kristus dan ajaranNya yang sudah
sering didengarnya, maka ia pergi ke Konstantinopel untuk belajar agama Kristen
dan kemudian dipermandikan. Sejak saat itu ia mulai menyesuaikan cara hidupnya
dengan cara hidup Kristen. Ia kemudian pulang ke Rusia dan menyebarkan agama
Kristen di sana.
Agar iman Kristen lebih cepat
berkembang, ia meminta bantuan kepada Raja Otto I dari Jerman agar mengirimkan
Santo Adelbertus ke sana. Sayang bahwa karya Santo Adelbertus kurang membawa
hasil, karena Raja Svyastoslav, putera Olga sendiri tidak mau bertobat dan
menganut agama baru yang dibawa ibunya. Katanya kepada ibunya "Rakyatku akan
menertawakan aku jika aku sendiri meganut agama asing itu." Meskipun
perkembangan kekristenan berjalan seret di Rusia pada masa itu, namun
benih-benih iman sudah mulai berkembang di sana. Olga dan cucunya Vladimir
dianggap sebagai orang Kristen pertama di Rusia. Oleh Yakop, seorang rahib
saleh, Olga dan Vladimir dipandang sebagai rasul negeri Rusia. Olga wafat pada
tahun 969.
Martir-martir Vietnam
Sejak abad ke-16 perkembangan agama Katolik cukup pesat di seputar
Annam, Cochin China dan Tonkin. Kehidupan iman umat tidak diganggu, kecuali
oleh serangan lokal yang membawa korban seperti antara lain dua orang praja,
yaitu Emmuel Trien (1979) dan Yoanes Dat (1798) yang mati dipenggal kepalanya.
Akan tetapi pada abad ke-19 kesetiaan umat Vietnam kepada Yesus betul-betul
diuji oleh serentetan badai gelombang penganiayaan yang berat. Banyak keguguran
saksi iman di seluruh negeri itu. Puluhan ribu orang Kristen mati sebagai saksi
iman antara 1833-1862. Beberapa misionaris ditangkap, disiksa dan akhirnya di
bunuh. Mereka adalah Ignatius Delgado OP (1838) mati kelaparan dan kepayahan;
Dominik Henares OP (1838) bersama seorang katekis, Franz Chien mati dipenggal;
Uskup Yoanes Karolus Corney (1837) dikunci dalam kandang bambu untuk
dipertontonkan kepada warga masyarakat dan disiksa selama tiga bulan sebelum
sebilah pedang memisahkan kepalanya; AndreasTrong-seorang tentara-, Peter Thi
(1839) dan seorang petani bernama Antonius Dieh (1838) dihabisi nyawanya karena
ketahuan menjamu seorang misionaris. Petrus Dumoulin-imam misionaris-menerima
khabar bahwa ia diangkat menjadi Uskup, waktu sedang meringkuk dalam penjara.
Bersama dua orang imamnya, yaitu Peter Choa dan Vinsen Diem, beliau menunggu
giliran pelaksanaan hukuman mati (1838).
Puluhan tahun seluruh umat
dicekam kegelisahan dan ketakutan yang silih berganti. Dan walaupun Uskup
Pigneau membantu Nguyen ke jenjang mahkota kekaisaran, namun putranya yaitu
Minh Menh dan penggantinya-Thu-Duc-melancarkan penganiayaan terhadap umat
Kristen sampai tahun 1887. Mikhael Ho-Dinh-Hy-seorang mandarin dan pejabat
tinggi pemerintah-dipenggal kepalanya di Hue (1857) karena melindungi dan
membimbing umat yang tercerai-berai. Pada tahun 1860, seorang kapten pasukan
kaisar, yaitu Yosef Thi dibunuh. Yosef Kang (1861) disesah sampai mati di
Travi, karena ingin membebaskan Uskup Hieronimus Hermosilla. Pada tahun itu
juga Uskup Stafan Cuenot-yang ditabhiskan Uskup di Singapura (1833)-meninggal
dalam penjara (1861); sedangkan pastor Teofanes Verard disiksa dengan kejam
hingga mati. Di Saigon Pater Paul Hank dan seorang imam baru Paul Leo dibunuh
pula karena kecintaan mereka kepada Yesus Kristus.
Kaum muda pun tidak ketinggalan dalam penganiayaan itu. Pada tahun
1859, Peter Tuam dan Peter Thae dinjak-injak gajah samapi lumat tubuhnya. Juga
teman mereka yang lebih muda, yaitu Paul Bao, Dominik Duyet, dan Dominikus Nick
dicekik oleh para algojo penjara Nam-Dinh. Umat Katolik Vietnam berkali-kali
diuji kesetiaan mereka pada Yesus Kristus dalam kobaran api pembantaian, supaya
kehidupan iman mereka tampak bagaikan emas yang disepuh bagi Tuhan. Sekarang
pun umat Katolik Vietnam masih mengalami berbagai hambatan dalam penghayatan
imannya.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
St. Yohanes
dilahirkan di Florence, Italia, pada akhir abad kesepuluh. Ia dan ayahnya amat
terpukul ketika Hugh, satu-satunya saudara lelaki Yohanes, tewas dibunuh. Orang
yang dicurigai sebagai pembunuhnya adalah teman Hugh. Atas desakan ayahnya dan
juga luapan amarahnya sendiri, Yohanes mulai mencari cara untuk membalas dendam
atas kematian saudaranya. Ia merasa kehormatan pribadinya tergantung pada
kemampuannya menyelesaikan masalah tersebut.
Pada suatu hari
Jumat Agung, ia berhadapan muka dengan pembunuhnya di suatu lorong sempit.
Yohanes menghunus pedangnya dan mulai maju menyerang. Pembunuh Hugh jatuh
bertekuk lutut. Ia menyilangkan tangannya di dada dan mohon ampun demi kasih
Yesus yang telah wafat disalib. Dengan amat berat hati, Yohanes menjatuhkan
pedangnya. Ia memeluk musuhnya dan berdua mereka berdampingan menyusuri jalan.
Ketika tiba di gereja biara, Yohanes masuk dan berlutut di depan salib. Ia
mohon ampun atas dosa-dosanya. Lalu, terjadilah suatu mukjizat! Kristus di atas
salib menundukkan kepala-Nya. Seolah-olah Yesus hendak mengatakan kepada
Yohanes bahwa Ia merasa senang Yohanes telah mengampuni musuhnya. Yohanes
merasa bahwa dosa-dosanya sendiri pun telah diampuni. Seketika, terjadi perubahan
besar atas dirinya hingga ia langsung menemui pimpinan biara. Yohanes bertanya
apakah ia diperbolehkan bergabung menjadi seorang biarawan.
Ketika ayah
Yohanes mendengar berita tersebut, dalam murkanya ia mengatakan akan
membumihanguskan seluruh biara jika puteranya tidak keluar. Para biarawan
merasa bingung tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Yohanes mengatasi
masalah dengan memotong rambutnya dan meminjam sehelai jubah milik seorang
biarawan. Ayahnya begitu terkesan hingga membiarkan puteranya tinggal di biara.
Di kemudian hari, St. Yohanes pergi untuk menempuh hidup dengan disiplin yang
keras. Ia membentuk komunitas para biarawannya sendiri.
Yohanes menjadi
teladan dalam menghayati hidup miskin Yesus. Ia juga memberikan perhatian besar
kepada semua orang miskin yang datang ke pintu gerbang biara. Tuhan
menganugerahinya kuasa untuk mengadakan mukjizat-mukjizat dan memberinya
kebijaksanaan dalam memberikan bimbingan. Bahkan Paus St. Leo IX datang kepada
St. Yohanes untuk minta nasehatnya. St. Yohanes wafat pada tanggal 12 Juli
1073. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Selestin III pada tahun 1193.
“Ampunilah
kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami…” ~ doa
Bapa Kami
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Nabor dan Felix, Martir
Nabor dan Felix adalah prajurit-prajurit asal Afrika yang berdinas
di Milano, Italia pada masa kekuasaan Kaisar Maximianus Herculles. Mereka
dengan tegas menolak mengabdi Kaisar Maximianus yang berlaku kejam terhadap
orang-orang Kristen. Ketika diadili di Milano, keduanya dengan terus terang
mengaku menganut agama Kristen. Akibatnya, mereka dihukum pancung di Lodi pada
tahun 303.
Santo Feodor dan Joan, Martir
Feodor atau Theodor dan Joan adalah dua martir pertama Gereja
Rusia. Ketika raja kembali dari medan perang untuk merayakan kemenangannya, ia
berikrar akan mengurbankan seorang manusia. Undian jatuh pada Joan. Joan
bersama ayahnya Feodor sudah beriman Kristen menolak kebiasaan kafir yang buruh
itu. Akhirnya mereka dibunuh oleh orang-orang Rusia yang belum mengenal Kristus
itu pada tahun 983.
Santo Uguzo atau Lusio, Martir
Ugozo atau Lusio adalah seorang gembala upahan di Swiss. Sebagai
gembala upahan, Ugozo tergolong gembala miskin tetapi ia mempunyai perhatian
yang besar pada orang-orang miskin dan kepada Gereja, dengan menghadiahkan
segala apa yang dimilikinya.
Perbuatan amalnya ini mengakibatkan kemarahan majikannya. Ia
dituduh majikannya sebagai seorang pencuri kekayaannya, dan dipecat. Ugozo lalu
pindah bekerja pada seorang majikan yang lain. Majikan baru yang diikutinya itu
cepat menjadi kaya, sehingga bekas majikannya menjadi iri hati dan membunuhnya.
Ugozo dihormati sebagai pelindung para penjaga ternak.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
Heindrich
dilahirkan pada tahun 972. Ia menjadi Pangeran Bavaria pada tahun 995. Suatu
malam, ia mendapatkan suatu penglihatan yang aneh. St Wolfgang, gurunya
terkasih semasa ia kanak-kanak, menampakkan diri kepadanya. Wolfgang menunjuk
pada kata-kata “sesudah enam” yang tertulis di dinding. Tetapi, apakah itu
artinya? Apakah mungkin Heindrich akan meninggal dunia dalam waktu enam hari?
Dengan pemikiran itu, ia berdoa dengan amat tekun dan sungguh selama enam hari.
Tetapi, di akhir hari keenam, ia sehat walafiat. Apakah mungkin berarti enam
bulan? Sang pangeran mengabdikan diri pada perbuatan baik lebih dari
sebelumnya. Di akhir bulan keenam, ia merasa jauh lebih sehat dari sebelumnya.
Jadi, ia memutuskan bahwa ia mempunyai enam tahun untuk mempersiapkan
kematiannya. Setelah masa enam tahun berlalu, bukannya meninggal, malahan ia
dipilih menjadi Kaisar Jerman. Maka, mengertilah ia akan apa arti penglihatan
itu.
Heindrich
berupaya sekuat tenaga agar rakyatnya tenteram dan damai. Demi membela
keadilan, ia harus bertempur dalam banyak peperangan. Ia seorang yang jujur
dalam pertempuran dan ia mendesak agar bala tentaranya bersikap demikian pula.
Sekitar tahun 998, Heindrich menikah dengan seorang perempuan yang amat lemah
lembut dan penuh belas kasih bernama Kunigunda. Kunigunda juga kelak
dimaklumkan sebagai seorang kudus. Heindrich dan Kunigunda pergi ke Roma pada
tahun 1014. Mereka dimahkotai sebagai kaisar dan permaisuri dari Kekaisaran
Romawi yang Kudus. Suatu kehormatan besar sebab Paus Benediktus VIII sendiri
yang memahkotai mereka.
Kaisar Heindrich
adalah salah seorang penguasa terbaik Kekaisaran Romawi yang Kudus. Ia
mendorong dilakukannya reformasi dalam Gereja. Ia memajukan perkembangan
biara-biara baru dan mendirikan gereja-gereja yang indah. Ia menunjukkan
kasihnya kepada Yesus dan Gereja dengan ketulusan dan cinta kasih. Ia adalah
seorang pendoa dan amat terpikat pada kehidupan religius. Namun demikian, ia
menerima perannya sebagai seorang suami dan pemimpin, dan menunaikan tugas
tanggung jawabnya sepenuh hati. Heindrich baru berusia limapuluh dua tahun
ketika ia wafat pada tahun 1024. Ia dimaklumkan sebagai santo oleh Beato Eugenius
III pada tahun 1146. Paus St Pius X memaklumkan Kaisar Heindrich sebagai pelindung Oblate Benediktin.
“Kemuliaan
sekarang yang kita miliki segera berlalu dan tanpa arti, terkecuali di dalamnya
kita dapat melihat sesuatu yang dari kekekalan surgawi.” ~ St Heindrich
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Eugenius, Uskup
Eugenius lahir pada tahun 481. Ia menjabat sebagai uskup Kartago,
Tunisia ketika terjadi perang berkali-kalli di kawasan itu. Karena
kegiatan-kegiatannya melayani dan meneguhkan umat untuk tidak mengikuti ajaran
sesat Arianisme, maka ia ditangkap dan dibuang dua kali dari keuskupannya.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
14 Juli, Santo Fransiskus Solanus,
Pengaku Iman dan Santo Kamilus de Lellis, Pengaku Iman.
Santo Fransiskus Solanus,
Pengaku Iman
Fransiskus lahir di Montilla, Spanyol pada
tahun 1549. Semenjak kecil ia tidak suka akan segala bentuk perselisihan. Bila
terjadi perselisihan, ia selalu tampil sebagai pendamai. Ketika berusia 20
tahun, Fransiskus masuk Ordo Fransiskan di Montilla. Sebagai seorang pengikut
Santo Fransiskus, ia berusaha meneladani semangat hidup Santo Fransiskus. Besar
sekali perhatiannya kepada orang-orang sakit, sampai ia sendiri pun terjangkit
penyakit menular yang membahayakan hidupnya.
Fransiskus Solanus kemudian diutus sebagai
misionaris ke wilayah misi Amerika. Namun di tengah perjalanan, kapal yang
ditumpanginya karam. Sesuai wataknya yang periang itu, Fransiskus tidak gentar
menghadapi musibah itu. Ia bahkan dengan tenang meneguhkan semua penumpang,
menghibur mereka dan berhasil mempermandikan mereka semua sebelum kapal itu
ditelan samudra. Pada peristiwa itu ia bersama beberapa penumpang lainnya
berhasil menyelamatkan diri dan mendarat di daratan Peru.
Di Peru ia mulai mewartakan Injil Kristus
sambil melakukan perbuatan-perbuatan amal di antara penduduk baru. Ia dikenal
luas sebagai pembawa damai bagi penduduk sekitar. Banyak sekali usahanya untuk
memperbaiki hidup orang-orang Indian di Peru dan juga di Argentina, yang
berhasil dipermandikannya. Ketika sekelompok orang Indian mencoba membunuh
orang-orang Kristen pada waktu Pekan Suci, Fransiskus berhasil menggugah hati
mereka hingga mereka menyerahkan diri untuk dipermandikan. Ketika ia berkhotbah
melawan korupsi di Lima, seluruh penduduk kota itu panik dan takut akan akibat
perbuatan busuk mereka. Uskup setempat terpaksa turun tangan untuk menentramkan
mereka. Fransiskus meninggal pada tahun 1610.
Santo Kamilus de Lellis,
Pengaku Iman
Kamilus lahir di Bocchionico, Italia
Tengah pada tahun 1550. Pada masa remajanya, ia sama sekali tidak menunjukkan
tanda-tanda positif akan menjadi seorang Abdi Allah. Putra Pejabat militer ini
terkenal nakal dan karena itu harus diawasi secara ketat oleh ayahnya setelah
kematian ibunya. Pada usia 17 tahun, ia menjadi tentara di Venesia. Tetapi
tujuh tahun kemudian ia dipecat karena lekas naik darah dan suka berjudi.
Setelah meninggalkan dinas militer, Kamilus semakin gemar saja berjudi, hingga
berkali-kali ia jatuh miskin dan akhirnya menjadi pengemis. Pada tahun 1574, ia
menjadi seorang pekerja bangunan di biara Kapusin Manfredonia. Disana ia
bertobat lalu melamar menjadi seorang bruder Kapusin di biara itu. Namun ia
ditolak karena luka parah pada kakinya sewaktu menjadi tentara.
Kamilus kemudian berangkat ke Roma untuk
mencari pengobatan yang lebih baik untuk lukanya. Di sana ia bertemu dengan
Santo Philipus Neri. Philipus menjadi bapa pengakuannya. Setelah beberapa lama,
Kamilus diterima menjadi pasien di rumah sakit San Giacomo. Di rumah sakit ini,
Kamilus kemudian menjadi seorang perawat. Ia ditugaskan untuk merawat
orang-orang sakit yang tidak bisa terobati lagi. Kesabaran dan kesanggupannya
untuk merawat orang ini menaikkan prestasinya. Oleh karena itu kemudian Kamilus
diangkat menjadi Direktur rumah sakit itu.
Semangat pelayanannya kepada para pasien
sungguh besar. Ia kemudian berkeputusan untuk membaktikan dirinya lagi bagi
pelayanan orang-orang sakit. Kelalaian para perawat, bahkan imam-imam terhadap
kepentingan orang-orang sakit mendorong dia semakin menekuni pelayanan terhadap
orang-orang sakit. Atas nasehat Philipus Neri, Kamilus memutuskan untuk menjadi
imam. Untuk itu ia giat belajar dan kemudian ditabhiskan menjadi imam pada
tahun 1584 di Roma. Pada tahun itu juga ia mendirikan sebuah tarekat baru.
Tarekat Hamba Orang-orang Sakit, yang disebut juga Imam-Imam Kamilian. Anggota
tarekat ini mengabdikan diri pada pelayanan orang-orang sakit. Dua tahun
berikutnya kongregasi ini direstui oleh Sri Paus Sixtus V pada
tahun 1586, dan pada tahun 1591 Paus Gregorius XIV meningkatkan statusnya
menjadi sebuah ordo religius. Kamilus menjadi pemimpin pertama Ordo itu dan
membangun biara-biara di Napoli dan kota-kota Italia lainnya. Kepada
rekan-rekannya, ia menasehatkan: "Mengabdikan seikhlas-ikhlasnya hingga
titik darah yang terakhir, karena Tuhan hadir secara paling nyata di dalam diri
orang-orang sakit yang kita layani. Kita ditugaskan Tuhan untuk melayani Dia di
dalam diri orang-orang sakit ini."
Kamilius meninggal dunia pada tanggal 14
Juli 1614 dalam usia 64 tahun. Jenazahnya dikuburkan di gereja Santa Magdalena
di Roma. Banyak mukjizat dialami oleh orang-orang yang berdoa dengan
perantaraannya. Kamilius dinyatakan sebagai 'beato' pada tahun 1742 dan
digelari 'santo' oleh Paus Benediktus XIV pada tahun 1746. Ia dihormati sebagai
santo pelindung orang-orang sakit, para perawat dan organisasi-organisasi
kesehatan.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
Bonaventura
artinya “untung”. St. Bonaventura dilahirkan pada tahun 1221 di Tuscany, Italia
dan dibaptis dengan nama Yohanes. Bonaventura bergabung dengan Ordo
Fransiskan (O.F.M. = Ordo Saudara-saudara Dina) yang pada waktu itu masih
baru. St. Fransiskus dari Asisi yang mendirikan Ordo Fransiskan hidup antara tahun 1181
hingga 1226. Jadi, St. Fransiskus masih hidup ketika Bonaventura lahir.
Sebagai seorang
biarawan muda, Bonaventura harus meninggalkan negerinya untuk belajar di
Universitas Paris di Perancis. Ia menjadi seorang penulis tentang hal-hal
ketuhanan yang hebat. Kasihnya kepada Tuhan demikian besar sehingga orang
memanggilnya dengan sebutan “Doctor Seraphicus”. Seraphicus artinya seperti
malaikat.
Salah seorang
sahabat Bonaventura yang terkenal ialah St. Thomas
Aquinas. Thomas bertanya kepada Bonaventura dari manakah
ia mendapatkan semua hal-hal mengagumkan yang ia tulis. Bonaventura membimbing
temannya itu ke meja tulisnya. Ia menunjuk sebuah salib besar yang selalu ada
di atas mejanya. “Dialah yang mengatakan segalanya kepadaku. Dia-lah
satu-satunya Guru-ku.” Di lain waktu, ketika sedang menuliskan kisah
hidup St. Fransiskus dari Asisi, Bonaventura menjadi begitu bersemangat
sehingga St. Thomas berseru: “Mari kita biarkan seorang kudus menulis tentang
seorang kudus.” Bonaventura selalu bersikap rendah hati, meskipun buku-bukunya
telah menjadikannya terkenal.
Pada tahun 1265,
Paus Klemens IV ingin menjadikan Bonaventura seorang Uskup Agung. Tetapi,
Bonaventura menyatakan keberatannya kepada Paus. Bapa Suci menghormati
keputusannya. Meskipun menolak diangkat menjadi Uskup Agung, Bonaventura setuju
diangkat menjadi pembesar umum Ordo Fransiskan. Tugas berat ini dilaksanakannya
selama tujuhbelas tahun.
Pada tahun 1273,
Beato Paus Gregorius X mengangkat Bonaventura menjadi Kardinal. Dua orang
utusan Paus mendapatkan Bonaventura sedang berada di sebuah bak cuci yang
besar. Ia sedang mendapat giliran tugas menggosok setumpuk panci dan wajan.
Para utusan Paus menunggunya dengan sabar hingga Bonaventura selesai menggosok
pancinya yang terakhir, membasuh serta mengeringkan tangannya. Kemudian para
utusan itu dengan khidmat menyerahkan topi merah besar yang melambangkan
jabatannya yang baru.
Kardinal
Bonaventura memberikan bantuan yang amat besar kepada Paus yang pada tahun 1274
mengadakan Konsili Lyon. Thomas Aquinas wafat dalam perjalanannya menuju
Konsili, tetapi Bonaventura berhasil tiba di sana. Ia memberikan pengaruh yang
besar pada konsili tersebut. Tetapi, sekonyong-konyong Bonaventura wafat secara
mendadak pada tanggal 14 Juli 1274 dalam usia lima puluh tiga tahun. Paus
berada di sisinya ketika ia wafat. Bonaventura dinyatakan santo pada tahun 1482
oleh Paus Sixtus IV. Pada tahun 1588, Paus Sixtus V memberinya gelar Pujangga
Gereja.
“Jika kamu
bertanya bagaimana hal-hal semacam itu dapat terjadi, carilah jawabnya dengan
rahmat Tuhan, bukan dengan ajaran; dengan kerinduan hati, bukan dengan
pengetahuan, dengan keluh-kesah doa, bukan dengan penyelidikan.” ~ St.
Bonaventura
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Yakobus dari Nisiba, Uskup dan
Pengaku Iman
Yakobus adalah orang kudus kenamaan di lingkungan Gereja Syria. Ia
lahir di Propinsi Mesopotamia kira-kira pada pertengan abad ketiga. Tuhan
menganugerahkan kepadanya akal budi yang cerdas, tabiat yang baik dan kehendak
yang kuat untuk mengembangkan bakat dan pembawaannya yang cermelang itu.
Setelah menyelesaikan studinya, ia mengambil keputusan untuk mengasingkan
dirinya dari dunia ramai dan hidup menyendiri di suatu tempat sepi. Tujuannya
adalah mempersiapkan dirinya bagi hidup selanjutnya di tengah-tengah
masyarakat. Selama itu ia banyak berdoa, mempelajari Kitab Suci, merenungkan
cara hidup Yesus sebagai teladan hidupnya. Matiraga yang keras. Hidup bersemadi
sangat digemarinya.
Kesalehan hidupnya menarik perhatian banyak orang. Dia disukai
banyak orang dan kemudian diangkat menjadi uskup di Nisiba. Disiplin hidupnya
sangat tinggi, Ia rajin membantu para pengemis malang dan giat dalam tugas
kegembalaannya sebagai uskup untuk mengajar dan menobatkan orang-orang berdosa.
Perayaan ibadat sangat diutamakannya. Tuhan menganugerahkan kepadanya kemampuan
membuat mukzijat. Tatkala raja Sapor II menyerang Nisiba, pasukannya dapat
dipukul mundur bukan oleh angkatan bersenjata, melainkan oleh serangan
serangga. Hal ini berkat doa dan tapa Uskup Yakobus bersama umatnya. Yakobus
meninggal dunia pada tahun 350.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
Gunung Karmel
adalah sebuah gunung di dataran Galilea. Gunung Karmel menjadi terkenal pada
jaman nabi Elia, nabi yang hidup sebelum Kristus dilahirkan. Elia mengadakan
mukjizat di sana. Kitab Pertama Raja-Raja bab 18 mengisahkan bagaimana Elia
dengan gagah berani menghadapi 450 nabi dewa palsu Baal. Melalui doa-doanya,
Elia mendatangkan mukjizat dari Tuhan untuk membuktikan bahwa allah Elia-lah
yang sungguh Allah yang benar.
Berabad-abad
kemudian, sekitar tahun 1200-an, sekelompok biarawan Eropa mulai tinggal di
Gunung Karmel. Mereka menghormati Maria Bunda Allah sebagai Santa Perawan Maria
dari Gunung Karmel. Oleh karenanya, orang mulai menyebut mereka sebagai para
biarawan dari Santa Perawan Maria Gunung Karmel. Itulah asal mula terbentuknya
Ordo Karmel. Paus Honorius III menyetujui regula (= peraturan) Ordo Karmel pada
tahun 1226. St. Simon Stock, yang berkebangsaan Inggris, menjadi Superior (=
pembesar biara) seluruh Karmel pada tahun 1247. Simon berbuat banyak untuk
memperluas ordonya serta menyesuaikannya dengan perkembangan jaman dengan
menjadikan Ordo Dominikan dan Ordo Fransiskan sebagai contoh.
Pada tanggal 16
Juli 1251, Bunda Maria menampakkan diri kepada St. Simon serta memberinya
skapulir coklat. Bunda Maria menjanjikan perlindungannya kepada mereka semua
yang mengenakan jubah Karmel yang terberkati. Banyaknya mukjizat yang terjadi
merupakan bukti kebenaran kata-kata Sang Perawan. St. Pius X adalah paus yang
bertahta dari tahun 1903 hingga tahun 1914. Ia mengatakan bahwa kaum awam juga dapat
memperoleh berkat yang sama jika mereka mengenakan medali skapulir. Medali
tersebut bergambar Santa Perawan dari Skapulir di satu sisinya dan Hati Kudus
di sisi lainnya. Simon Stock wafat di Bordeaux, Perancis pada tahun 1265.
Maria
menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. (Lukas 2:19)
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin
Pauline Books & Media.”
Santa Reinildis, Martir
Reinildis dikenal sebagai seorang martir abad ke-7. Ibunya
Amalberga dan saudarinya Gudula dihormati juga sebagai orang kudus. Reinildis
menggunakan seluruh warisannya untuk mendirikan biara. Kecuali itu, ia pun suka
beramal dan kemudian mati dibunuh ketika sedang berdoa di gereja Saintes,
Belanda.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
St. Leo IV.
St Leo hidup
pada abad kesembilan. Ia dilahirkan sebagai seorang Romawi dan melewatkan masa
hidupnya di kota Roma. Leo dididik dalam Biara Benediktin dekat Basilika St
Petrus. Ia ditahbiskan menjadi imam dan melaksanakan karya pelayanannya di
Basilika St Yohanes Lateran yang besar dan terkenal. Leo dikenal baik dan
dikasihi oleh dua paus pendahulunya, yakni Paus Gregorius IV yang wafat pada
tahun 844 dan Paus Sergius II yang wafat pada tahun 847. Wafat Paus Sergius II
membawa dampak langsung pada Leo. Desas-desus akan serbuan bangsa barbar
Saracen menggentarkan bangsa Romawi. Mereka tak hendak ditinggalkan tanpa paus.
Begitu pula para kardinal. Sebab itu, mereka segera memilih penerus paus.
Penerusnya ini kemudian dikenal dalam sejarah sebagai Paus Leo IV.
Sebagai paus,
Leo memerintahkan agar tembok-tembok kota diperbaiki. Tembok-tembok itu telah
rusak tahun sebelumnya akibat serangan Saracen. Ia memperindah gereja-gereja
dan membawa banyak relikwi ke Roma. Ia memulai suatu program pembaharuan bagi
kaum klerus. Pada tahun 853 ia mengadakan sinode yang dihadiri segenap imam
Roma. Ia menetapkan empatpuluh dua peraturan demi membantu para imam hidup
dalam doa, lebih tekun dan penuh sukacita. Beberapa uskup amat menyedihkan Paus
Leo dengan cara hidup mereka. Mereka menentang paus secara terbuka dan tak
hendak mengubah cara hidup mereka. Tak peduli betapa banyak ia dicemooh, Paus
Leo tetap bersikap adil, sabar dan rendah hati. Ia tak pernah membiarkan
masalah dan kesulitan mengusai dirinya. Leo tetap setia mempersembahkan segenap
waktu dan kekuatannya untuk Yesus dan Gereja-Nya. Ia mencintai doa-doa liturgi
yang indah dan mendorong perkembangan nyanyian dan musik liturgis.
Umat mencintai
St Leo. Bahkan semasa hidupnya, ia dianggap sebagai seorang pembuat mukjizat.
Konon dialah yang menghentikan kobaran api dahsyat yang melalap pojok Inggris
di Roma. Paus Leo IV terus melayani Gereja dengan penuh sukacita hingga akhir
hayatnya pada tanggal 17 Juli 855.
“Tidak ada
kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya.” (Yohanes 15:13)
S. Frederikus.
Frederikus hidup
pada abad kesembilan di Utrecht, di bagian tengah Belanda. Setelah ditahbiskan
menjadi imam, Uskup Ricfried menyerahinya tanggung jawab atas biara-biara.
Sekitar tahun 825, ia dipilih untuk menggantikan Ricfried sebagai Uskup
Utrecht. Uskup Frederikus menaruh perhatian besar pada umat dalam keuskupannya.
Ia juga memberikan prioritas utama pada karya misi. Ia mengutus St. Odulf dan
imam-imam lainnya yang gagah berani ke daerah-daerah di mana penduduknya masih
kafir. Ia menghendaki mereka mendengar warta Kabar Gembira.
Karena
kedudukannya sebagai uskup, Frederikus mendapatkan musuh-musuh juga.
Putera-putera raja sangat menentang cara hidup amoral ibu angkat mereka. Mereka
meminta Uskup Frederikus untuk berbicara kepada Ratu Yudit. Uskup mendekatinya
dengan lembut namun tegas. Ratu tidak senang dinasehati. Ia malahan marah dan
merasa terhina. Tantangan yang lain adalah orang-orang yang tinggal di bagian
utara keuskupan Frederikus yang disebut kaum Walcheren. St Frederikus mengutus
imam-iman untuk menghantar orang-orang di sana pada iman akan Yesus. Frederikus
tahu daerah itu berbahaya dan tidak bersahabat. Ia terus memantau imam-imam
yang ia utus. Ia menyemangati mereka dan berusaha membantu agar masyarakat
menerima kekristenan. Meski begitu, mereka tidak siap untuk mendengarkan dengan
cara apapun. Mereka membalas perhatian uskup kepada mereka dengan kedengkian.
St Frederikus
terus menggembalakan keuskupannya dengan giat dalam kasih. Pada tanggal 18 Juli
838 terjadilah suatu tragedi. Uskup baru saja merayakan Misa. Dengan khusuk ia
mengucap syukur ketika dua orang menikamnya dengan pisau. Sebuah ayat dari
Mazmur 116 terlintas di benaknya. Perlahan-lahan, uskup yang di ambang ajal itu
berdoa, “Aku boleh berjalan di hadapan TUHAN di negeri orang-orang
hidup.” Beberapa menit kemudian ia pun wafat. Sebagian orang
mengatakan Ratu Yuditlah yang mengutus pembunuh-pembunuh bayaran karena
murkanya kepada uskup. Sebagian orang beranggapan bahwa pihak yang bertanggung
jawab adalah orang-orang Walcheren. Para pembunuh tidak pernah tertangkap dan
dihukum. Uskup Frederikus dihormati sebagai seorang martir dan santo.
Apabila kita
mendapati diri kita khawatir akan hal-hal yang ada di sekeliling kita, baiklah
kita perlahan-lahan berdoa dari Mazmur 116: “Aku boleh berjalan di hadapan
TUHAN di negeri orang-orang hidup.”
“diterjemahkan
oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Alexis, Pengaku Iman
Putera bangsawan kelahiran Roma ini menghabiskan 17 tahun hidupnya
di Edessa, negeri Syria. Diceritakan bahwa Alexis kabur dari rumah orangtuanya
pada hari-hari menjelang perkawinannya, karena dipaksa menikahi gadis pilihan
orangtuanya. Tetapi sesungguhnya ia menghilang dari rumah karena dorongan
keinginannya untuk mengabdikan dirinya semata-mata pada Tuhan.
Ayahnya, seorang bangsawan kaya
yang mempunyai banyak hamba dan pelayan. Namun bagi Alexis, semua harta
kekayaan itu tidak memberikan kebahagiaan yang lestari. Karena itu ia
meninggalkan rumah orangtuanya dan mencari kebahagiaan yang langgeng dengan
menjadi seorang pertapa dan pengemis di Edessa. Sebagai pengemis, Alexis
biasanya meminta-minta di gerbang gereja Santa Maria di Edessa. Sebagai pertapa
ia tekun berdoa dan bermatiraga. Tubuhnya yang dahulu kekar, kini tinggal
tulang membungkus kulit. Salah satu doa yang biasa diucapkannya ialah:
"Aku bersyukur kepadaMu ya Allah, karena Engkau telah memanggil aku dan
meluluhkan hati banyak orang untuk memberikan aku sedekah, karena namaMu.
Selesaikanlah dalam diriku pekerjaan luhur yang telah Kaumulai."
Selama tinggal di Edessa,
Alexis kembali ke Roma. Ia kembali ke rumah orangtuanya sebagai pengemis di
istana bapanya. Namun semua anggota keluarganya sudah tidak mengenalinya lagi
karena kondisi tubuhnya yang kurus kering. Setelah Alexis meninggal dunia,
barulah saudara-saudarinya mengetahui dia dari sepucuk surat yang
ditinggalkannya kepada mereka.
Yuli Postel, Pengaku Iman
Yuli lahir pada tahun 1756. Ia dikenal sebagai seorang kepala
sekolah di Normandia. Selama revolusi Prancis, Yuli menjadi sebagai pusat
"Gereja di bawah tanah" karena imam-imam yang setia kepada Sri Paus
dilarang memimpin umat. Selama itu, Yuli membagikan komuni kudus kepada
orang-orang sakit dan meneguhkan iman umat. Ketika berumur 51 tahun, ia
mengumpulkan wanita-wanita lainnya untuk membantu dia menyelenggarakan sekolah
Katolik.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
18 Juli, Santo Frederik dari Utrecht
dan Santa Simforosa bersama putra-putranya
Santo Frederik dari Utrecht, Uskup dan
Martir
Frederik lahir di Frisia, Nederland. Hari kelahirannya tidak
diketahui pasti. Pendidikannya berlangsung di Utrecht hingga ia ditabhiskan
menjadi imam. Sebagai imam baru, Frederik ditempatkan di Utrecht dengan tugas
untum mempertobatkan orang-orang di kota itu.
Keberhasilan karyanya di Utrecht menghantarkan dia ke atas tahkta keuskupan Utrecht. Ia ditabhiskan menjadi uskup Utrecht pada tahun 825. Sebagai uskup, Frederik berusaha menata keuskupannya dengan sebaik-baiknya dan melayani kepentingan umatnya. Ia juga mengirim banyak misionaris ke wilayah utara untuk mewartakan injil di antara orang-orang kafir yang ada disana.
Keberhasilan karyanya di Utrecht menghantarkan dia ke atas tahkta keuskupan Utrecht. Ia ditabhiskan menjadi uskup Utrecht pada tahun 825. Sebagai uskup, Frederik berusaha menata keuskupannya dengan sebaik-baiknya dan melayani kepentingan umatnya. Ia juga mengirim banyak misionaris ke wilayah utara untuk mewartakan injil di antara orang-orang kafir yang ada disana.
Usaha-usaha untuk
mengkristenkan orang-orang kafir membawanya kepada kematian sebagai martir di
Maastricht, Nederland pada tanggal 18 Juli 838. Ada dua alasan dikemukakan
sebagai dasar pembunuhan atas diri Frederik. Alasan pertama ialah karena
Frederik mencela kebrengsekan hidup moral Yudith, permaisuri kaisar Louis
Debonair (814-840). Yudith tidak menerima baik celaan itu dan segera
memerintahkan pembunuhan atas Frederik. Alasan lain ialah karena usaha-usaha
Frederik untuk mengkristenkan penduduk Walcheren, di wilayah baratdaya
Nederland, yang masih kafir dan liar, tidak diterima oleh mereka. Karena itu
penduduk Walcheren berusaha mencari kesempatan untuk menghabiskan nyawa
Frederik. Menurut tradisi Frederik dibunuh setelah merayakan Kurban Misa di
Masstricht, Nederland.
Santa Simforosa bersama Putra-putranya.
Pada masa pemerintahan Kaisar Hadrianus (pada abad ke-2) terjadi
penganiyaan terhadap orang-orang Kristen. Di antara orang-orang itu terdapat
ibu Simforosa bersama putra-putranya: Kresensius, Yulianus, Nemesius, Stakteus
dan Eugenius. Ibu Simforosa lebih dahulu ditangkap dan ditenggelamkan di dalam
sungai setelah dianiaya secara kejam. Beberapa hari kemudian, ketujuh putranya
itupun ditangkap, lalu dianiaya dan dibunuh karena mengakui diri sebagai orang
Kristen dan tidak sudi membawa korban kepada dewa-dewi kafir.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
St Basilius Tua
dan St Emilia dianugerahi sepuluh anak. Keluarga mereka tinggal di Kaisarea.
Anak sulung mereka, Makrina, dilahirkan sekitar tahun 330. Ketika usianya
duabelas tahun, Makrina dipertunangkan dengan seorang pemuda sesuai adat
kebiasaan pada masa itu. Tetapi, tunangannya mati mendadak dan Makrina
mengatakan kepada orangtuanya bahwa ia ingin hidup selibat.
Makrina adalah
kakak bagi sembilan saudara dan saudari. Selain dari orangtua dan dirinya
sendiri, tiga saudara laki-lakinya kelak dinyatakan kudus juga. St Basilius Agung, St Petrus dari Sebaste dan St Gregorius dari Nyssa semuanya adalah
uskup. Makrina membantu membesarkan saudara-saudaranya dan mereka mengasihinya.
St Petrus dari Sebaste mengenangkan kakaknya dengan penuh rasa terimakasih
teristimewa sebab Makrina mengasuhnya penuh kasih semasa ia bayi. Petrus
dilahirkan pada tahun yang sama ayahnya wafat. Anak-anak tumbuh dewasa dan St
Basilius Agung mendapatkan tempat bagi ibunya dan Makrina, semacam biara dan
banyak perempuan di wilayah itu datang untuk menjalani kehidupan rohani di sana.
Setelah St
Emilia wafat, Makrina terus hidup sebagai selayaknya seorang biarawati. Ia
bekerja keras dan membagi-bagikan segala milik keluarga terkecuali yang sungguh
dibutuhkannya. Saudaranya, Basilius, wafat pada tahun 379. Pada tahun yang
sama, Makrina jatuh sakit. Saudaranya, St Gregorius dari Nyssa, pulang untuk
mengunjunginya. Telah delapan tahun St Gregorius meninggalkan rumah. Ia
mendapati Makrina di ambang maut. Tubuhnya yang rapuh terbaring di atas dua
lembar papan. Beberapa jam kemudian, Makrina pun dihantar pulang ke rumah Bapa.
St Gregorius
bersama uskup setempat dan dua orang imam mengusung peti jenazah Makrina ke
pemakaman. Iring-iringannya panjang dan banyak orang menangis. St Gregorius
menulis mengenai Makrina dan dari sanalah keindahan hidupnya kita kenal.
Bagaimanakah
aku ingin keluargaku mengenangkanku? Bagaimanakah aku dapat menunjukkan kasihku
dan dukunganku kepada mereka?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Arsenius Agung, Pertapa
Arsenius dikenal sebagai seorang pejabat tinggi di istana Kaisar
Teodosius di Konstantinopel. Selain mengerjakan tugas-tugas wajib kenegaraan,
ia pun menjadi guru dan pendidik bagi putera-puteri kaisar Teodosius. Dalam
kedudukannya ini, Arsenius terkenal kaya-raya. Harta miliknya yang berlimpah
itu cukup untuk memuaskan semua keinginan dan hawa nafsu duniawinya. Tampak
jelas bahwa Arsenius berfoya-foya dengan kekayaannya itu, namun sesungguhnya ia
sama sekali tidak merasa puas dan tenang-tenteram. Lama kelamaan, ia mulai
merasa bahwa kepuasan dan ketenangan batin tidak bisa diperoleh dengan hidup
berfoya-foya.
Ia mulai merobah cara hidupnya
dengan lebih banyak meluangkan waktu untuk merenungkan makna kehidupannya di
dunia ini. Lambat laun berkat rahmat Allah yang dicurahkan kepadanya, ia mulai
mengerti dan menyadari kehampaan dan kesia-siaan kekayaan dan hormat duniawi.
Dalam renungan-renungannya untuk lebih memahami makna hidupnya, ia terus
memohon terang Roh Kudus agar dapat mengerti kehendak dan rencana Tuhan atas
dirinya. Dengan cara inilah, ia mulai memperoleh ketenangan batin yang
didambakannya.
Pada suatu hari ketika ia
sedang berdoa, Tuhan berbicara kepadanya: "Arsenius, tinggalkanlah
pergaulan dengan manusia demi keselamatan dirimu!" Suara Tuhan itu
ditaatinya dengan segera meninggalkan semua sahabat kenalannya dan berlayar ke
Aleksandria. Di Aleksandria, ia menjadi seorang pertapa di sebuah pertapaan di
padang gurun Mesir. Dalam waktu singkat, Arsenius telah mencapai suatu kemajuan
besar dalam hidup rohaninya. Ia menjadi seorang manusia baru yang saleh, rendah
hati dan sabar.
Di pertapaan itu, ia sekali
lagi mendengar suara panggilan Tuhan: "Arsenius, carilah sebuah tempat
yang lebih sunyi, karena keheninganlah dasar keselamatan." Arsenius menaati
suara Tuhan itu. Ia pergi dari pertapaannya yang pertama, dan mendirikan sebuah
gubuk pertapaan yang jauh dari sahabat-sahabatnya. Sewaktu mau meninggalkan
rekan-rekannya, ia berkata: "Tuhan tahu betapa besar cinta kasihku kepada
kamu sekalian. Akan tetapi tidak mungkinlah bagi aku untuk serentak bergaul
dengan Tuhan dan manusia".
Di pertapaan baru itu, Arsenius semakin bertambah maju pesat dalam
cara hidup rohaninya. Banyak orang datang kepadanya meminta bimbingan rohani.
Biasanya ia tidak banyak bicara. Jawaban dan petunjuk-petunjuknya serba
singkat, namun jitu dan bijaksana. Beberapa kali ia pindah ke tempat yang jauh
lebih sepi dan sunyi agar lebih bersatu dengan Tuhan secara pribadi. Arsenius
meninggal dunia pada tahun 450.
Santa Aurea, Martir
Santa Aurea, Martir
Aurea lahir pada tahun 856 dalam sebuah keluarga Islam. Gadis
Muslim ini bertobat menjadi Kristen. Sepeninggal suaminya, ia masuk biara. Oleh
seorang anggota keluarganya, Aurea dilaporkan kepada tokoh-tokoh Islam di kota
Cordoba, Spanyol, sehingga ditangkap dan dipenggal kepalanya. Mayatnya
dicampakkan ke sungai Guadalquivir.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
20
Juli~St, Yusuf Barsabas, Santa Margaretha dari Antiokia dan Santo Vinsent Kaun.
St. Yusuf Barsabas.
Orang kudus kita
pada hari ini namanya tercantum dalam Kisah Para Rasul dalam Kitab Suci. St
Petrus menghendaki agar jabatan pelayanan Yudas digantikan setelah kebangkitan
Yesus. Petrus meminta komunitas untuk mengusulkan seseorang. Ia menghendaki
seorang yang senantiasa bersama-sama dengan para murid, dari pembaptisan
Yesus oleh Yohanes sampai hari Yesus wafat dan terangkat ke sorga. Umat
Kristiani perdana mengusulkan dua orang; keduanya pantas menduduki jabatan
rasul. Yang seorang adalah Yusuf yang disebut Barsabas, dan yang lain
adalah Matias. “Salah seorang dari kedua orang ini akanmenjadi saksi dengan
kami tentang kebangkitan Yesus,” demikian kata Petrus.
Komunitas itu
pun berdoa. “Ya Tuhan,” kata mereka, “Engkaulah yang mengenal hati semua orang,
tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, untuk
menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas.” Kemudian
mereka membuang undi. Yang terpilih adalah Matias. Ia ditambahkan
kepada bilangan kesebelas rasul. Tak banyak yang diketahui orang baik mengenai
Matias maupun Yusuf Barsabas. Penulis Gereja awali, Eusebius, memasukkan
Yusuf sebagai salah seorang dari ketujuhpuluh dua murid.
Segera para
murid menyebar dan pergi ke berbagai tempat. Hal ini perlu guna menghindari
penganiayaan. Diyakini bahwa YusufBarsabas mewartakan Injil ke banyak
tempat. Ia mengerahkan segenap kekuatan demi mewartakan Kabar Gembira. Tak
banyak lagi yang diketahui. Sesungguhnya, bahkan tak didapati catatan mengenai
kematiannya. Tetapi, cintanya bagi Gereja dan baktinya, baik ia terpilih
ataupun tidak, sungguh merupakan anugerah bagi kita.
Ketika
terkadang kita merasa kurang dihargai atas apa yang telah kita lakukan, kita
dapat berdoa kepada Roh Kudus untuk membebaskan kita dari keinginan untuk
dipuji.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santa Margaretha dari Antiokia, Perawan
dan Martir
Margaretha adalah seorang perawan dan martir Kristen dari
Antiokia, Turki. Di Gereja Timur, ia disebut sebagai 'Marina'. Hari kelahiran
dan kematiannya tidak diketahui pasti. Hal yang diketahui ialah bahwa ia hidup
pada masa penganiayaan orang-orang Kristen oleh Kaisar Roma Diokletianus
(284-305).
Menurut cerita, Margaretha
adalah anak seorang imam kafir di Antiokia. Ia kemudian tidak diakui lagi oleh
ayahnya sebagai anak kandung karena usahanya mengikuti pelajaran agama Kristen
dan berniat menjadi Kristen. Setelah itu ia menjadi gembala. Olybrius, seorang
pemuda, bermaksud meminang dia menjadi istrinya, namun ketika diketahui olehnya
bahwa Margaretha telah menjadi Kristen dan telah mengikrarkan kaul keperawanan,
Olybrius memangkap dan menyiksanya dengan kejam. Segala macam cara dilakukannya
untuk membunuhnya dengan api dan air, namun semuanya itu tidak berhasil.
Akhirnya Margaretha dipenggal kepalanya dan tewas sebagai martir Kristen.
Margaretha termasuk orang kudus yang dihubungkan dengan Santa Joana dari Arc
karena keberaniannya dan kesalehan hidupnya.
Santo Vinsent Kaun, Martir
Vinsent berasal dari Seoul, Korea. Ia menjadi tawanan perang dan
diangkut ke Jepang. Disana ia menjadi Kristen dan masuk Serikat Yesus. Ia
berkarya sebagai katekis di Tiongkok dan Jepang sampai akhirnya mati dibakar
hidup-hidup di Nagasaki.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
Caesar Rossi
dilahirkan di Brindisi, Italia, pada tahun 1559. Brindisi adalah bagian dari
Kerajaan Naples, Italia. Caesar mengambil nama Laurentius ketika ia menjadi
seorang Fransiskan Kapusin pada usia enambelas tahun. Ia diutus ke Universitas
Padua untuk belajar teologi. Laurentius mengejutkan banyak orang dengan belajar
juga enam bahasa asing. Bahasa ibunya adalah bahasa Italia. Ia fasih berbahasa
Perancis, Jerman, Yunani, Spanyol, Syriac dan Ibrani. Pula, St Laurentius
memiliki pengetahuan mendalam tentang Kitab Suci. Setelah ditahbiskan sebagai
imam, ia menjadi seorang pengkhotbah yang popular. Karena kemampuannya
berbahasa Ibrani, ia berkarya demi pertobatan orang-orang Yahudi yang tinggal
di Roma. Di kemudian hari, St Laurentius diutus untuk mendirikan ordonya di
Austria. Kaisar Rudolf II tidak menghendaki kedatangan mereka. Tetapi,
kelemah-lembutan Laurentius dalam merawat para korban wabah penyakit di sana
melunakkan hati kaisar.
Kaisar meminta
Laurentius untuk membujuk para bangsawan Jerman agar melawan pasukan Turki.
Kala itu, pasukan Turki sedang berusaha menghapuskan kekristenan. Laurentius
berhasil meyakinkan para bangsawan. Tetapi, para pemimpin mereka mendesak agar
sang imam ikut serta bersama pasukan ke medan perang guna menjamin kemenangan.
Ketika para prajurit melihat betapa besar bala tentara Turki, mereka ketakutan
dan bermaksud mengundurkan diri. Jadi, St Laurentius sendiri yang memimpin
pasukan. Ia hanya bersenjatakan salib. Para prajurit Kristiani menjadi percaya
dan bertempur dengan gagah berani. Pasukan Turki berhasil ditaklukkan dengan
mutlak. St Laurentius disanjung, tetapi ia tidak berbangga diri atas
keberhasilannya. Ia menyerahkan segalanya pada Tuhan dan memanjatkan pujian
kemuliaan bagi-Nya.
Pada tahun 1602,
St Laurentius menjadi Superior Jenderal ordonya. Ia berkarya, berkhotbah dan
menulis guna menyebarluaskan Kabar Gembira. Ia pergi dalam misi-misi perdamaian
yang penting ke Munich, Jerman dan Madrid, Spanyol. Para penguasa
wilayah-wilayah tersebut mendengarkan nasehatnya dan misinya berhasil gemilang.
Tetapi St Laurentius terserang sakit parah. Ia kecapaian karena medan
perjalanan yang berat dan beban tugas yang menegangkan. Ia wafat tepat pada
hari ulangtahunnya, pada tanggal 22 Juli 1619. St Laurentius dinyatakan kudus
oleh Paus Leo XIII pada tahun 1881. Ia dihormati sebagai “Doktor Apostolik”
oleh Paus Yohanes XXIII pada tahun 1959.
Kepada
siapakah secara istimewa aku menaruh hormat dan menyatakan terima kasih atas
keberhasilan ataupun kemajuan yang aku capai dalam hidupku?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Viktor dari Marseilles, Martir
Viktor berarti 'pemenang'. Nama ini diberikan sebagai penghormatan
kepada beberapa orang martir yang menurut berbagai tradisi setempat dianggap
mati sebagai saksi iman pada abad ke-¾. Salah satu martir yang terkenal dari
antara mereka itu ialah Viktor dari Marseilles, Prancis. Beliau berhasil
mentobatkan ketiga penjaganya di penjara menjadi Kristen dan kemudian
bersama-sama mereka itu menjalani hukuman mati karena kekristenannya.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
Maria Magdalena berasal dari Magdala, dekat Danau
Galilea. Sebagian orang mengenalinya sebagai seorang pendosa besar ketika ia
pertama kali berjumpa dengan Yesus. Maria Magdalena seorang yang amat cantik
dan ia bangga akan kecantikannya itu. Tetapi, setelah berjumpa dengan Yesus,
Maria merasakan penyesalan yang mendalam atas hidupnya yang jahat. Ketika Yesus
pergi ke rumah seorang kaya bernama Simon untuk suatu perjamuan makan, Maria
datang dan menangis di kaki-Nya. Kemudian, dengan rambutnya yang panjang serta
indah, ia mengeringkan kaki Yesus dan meminyakinya dengan minyak wangi yang
mahal harganya. Orang-orang merasa heran melihat Yesus membiarkan seorang
pendosa seperti Maria menyentuh-Nya. Yesus tahu apa sebabnya. Ia dapat melihat
ke dalam hati Maria. Yesus berkata, “Dosanya yang banyak itu telah
diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih.” Kemudian Yesus berkata
dengan lembut kepada Maria. “Imanmu telah menyelamatkan kamu. Pergilah
dalam damai."
Sejak saat itu, bersama para perempuan kudus
lainnya, Maria dengan rendah hati melayani Yesus dan para rasul-Nya. Ketika Yesus
disalibkan, Maria ada di sana; di bawah kaki salib. Ia tinggal di sana bersama
Santa Perawan Maria dan St. Yohanes tanpa takut akan keselamatannya sendiri.
Satu-satunya hal yang dipikirkannya ialah bahwa Tuhan-nya sedang amat
menderita. Tidaklah heran jika Yesus berkata tentang Maria: “Ia telah
banyak berbuat kasih.” Setelah tubuh Yesus dibaringkan dalam makam,
pagi-pagi benar pada hari Minggu Paskah Maria pergi untuk membubuhi tubuh Yesus
dengan rempah-rempah. Ia sangat terkejut mendapati bahwa makam telah kosong.
Karena tidak menemukan tubuh-Nya yang kudus, Maria mulai menangis. Tiba-tiba ia
melihat seseorang yang disangkanya seorang tukang kebun. Maria bertanya
kepadanya apakah ia tahu di mana gerangan tubuh Tuhan-nya yang terkasih
diletakkan. Kemudian pria itu berbicara dengan suara yang dikenalnya
betul: “Maria!” Dia-lah Yesus, berdiri tepat di hadapannya!
Yesus telah bangkit dari antara orang mati. Dan Ia memilih untuk menyatakan
diri-Nya pertama kali kepada Maria. Injil menceritakan bagaimana Maria diutus
oleh Tuhan sendiri untuk mewartakan Kabar Gembira kebangkitan kepada Petrus dan
para rasul. Di abad-abad pertama Gereja, pesta St. Maria Magdalena dirayakan
dengan Misa untuk seorang rasul.
St. Maria
Magdalena adalah seorang pendosa, tetapi Yesus mengampuni dia. Yesus
melihat bahwa ia telah banyak berbuat kasih.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo
Teofilus, Martir
Teofilus terkenal sebagai seorang laksamana Romawi yang sudah menganut agama Kristen. Ia ditangkap oleh tentara-tentara Islam yang mengempur pulau Siprus karena tidak bersedia melarikan diri. Karena tidak bersedia mutrad dari imannya, Teofilus disiksa sampai mati oleh tentara-tentara Islam.
Teofilus terkenal sebagai seorang laksamana Romawi yang sudah menganut agama Kristen. Ia ditangkap oleh tentara-tentara Islam yang mengempur pulau Siprus karena tidak bersedia melarikan diri. Karena tidak bersedia mutrad dari imannya, Teofilus disiksa sampai mati oleh tentara-tentara Islam.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
Brigitta
dilahirkan di Swedia pada tahun 1303. Sejak kanak-kanak, ia memiliki devosi
yang kuat kepada Sengsara Yesus. Ketika usianya sepuluh tahun, tampak olehnya
Yesus di salib dan ia mendengar Yesus berkata,
“Pandanglah aku,
puteri-Ku.”
“Siapakah yang
memperlakukan Engkau seperti ini?” tangis Brigitta kecil.
“Mereka yang
melecehkan Aku dan menolak kasih-Ku untuk mereka,” jawab Yesus.
Sejak itu
Brigitta berupaya untuk mencegah orang menghina dan menyakiti hati Yesus.
Ketika usianya
empatbelas tahun, Brigitta dinikahkan dengan Ulf yang berusia delapan belas
tahun. Sama seperti Brigitta, Ulf juga memiliki semangat untuk melayani Tuhan.
Pasangan tersebut memiliki delapan orang anak, salah seorang di antaranya
adalah St. Katarina dari Swedia. Brigitta dan Ulf bekerja dalam istana
kerajaan Swedia. Brigitta adalah pengiring ratu. Brigitta berusaha membantu
Raja Magnus dan Ratu Blanche untuk hidup lebih baik, walaupun pada umumnya
mereka tidak mendengarkan nasehatnya.
Sepanjang
hidupnya, Brigitta mendapat anugerah penampakan-penampakan yang luar biasa dan
pesan-pesan khusus dari Tuhan. Karena ketaatannya kepada Tuhan, Brigitta
menemui banyak pemimpin serta orang-orang penting di Gereja. Dengan rendah hati
dijelaskannya apa yang Tuhan kehendaki dari mereka. Setelah suaminya meninggal
dunia, Brigitta menanggalkan semua pakaian mewahnya. Ia hidup sebagai seorang
biarawati yang miskin. Di kemudian hari, Brigitta membentuk Ordo Sang Penebus
yang juga dikenal sebagai Ordo Brigittin. Ia masih tetap melakukan segala
kesibukannya, bepergian ke berbagai tempat untuk melakukan perbuatan baik. Dan
melalui segala aktivitasnya itu, Yesus terus mengungkapkan banyak rahasia
kepadanya. Semuanya itu diterima Brigitta tanpa sedikit pun rasa bangga atau
menyombongkan diri.
Menjelang akhir
hidupnya, Brigitta berziarah ke Tanah Suci. Di tempat-tempat ziarah di sana, ia
mendapat penampakan-penampakan tentang apa yang telah Yesus katakan dan lakukan
di tempat-tempat itu. Semua wahyu yang disampaikan kepada Brigitta tentang
Sengsara Yesus diterbitkan setelah kematiannya. St. Brigitta wafat di Roma pada
tanggal 23 Juli 1373. Ia dinyatakan santa oleh Paus Bonifasius IX pada tahun
1391.
Semoga Yesus
Kristus, Sang Penebus dunia, menganugerahkan kepada kita rahmat untuk ambil
bagian dalam sengsara-Nya melalui semangat tobat yang mendalam.
“diterjemahkan
oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Apolinaris, Uskup dan Martir
Apolinaris adalah uskup pertama kota
Ravenna, Italia. Ia berasal Antiokia dan ditunjuk sebagai uskup kota Roma oleh
Santo Petrus sendiri. Sebagai uskup Ravenna, Apolinaris menemui berbagai
kesulitan yang berat. Ia dibuang dari Ravenna sebanyak empat kali oleh
orang-orang kafir dan menjadi sasaran penyiksaan yang ngeri setiap kali ia
ditahan. Kata orang, ia disiksa hingga mati oleh rakyat banyak selama masa
penganiyaan kaisar Vespasianus (67-69).
Tetapi Santa Petrus Chrysologus, uskup Ravenna pada abad ke-5, menyatakan bahwa walaupun Apolinaris menderita penganiayaan hebat, namun ia tetap bertahan dalam penderitaan itu. Ia menghormati Apolinaris sebagai seorang martir, bukan karena Apolinaris mati sebagai seorang martir, melainkan karena ia banyak menderita karena imannya kepada Kristus. Apolinaris dikenal sebagai salah seorang martir abad pertama kekristenan.
Tetapi Santa Petrus Chrysologus, uskup Ravenna pada abad ke-5, menyatakan bahwa walaupun Apolinaris menderita penganiayaan hebat, namun ia tetap bertahan dalam penderitaan itu. Ia menghormati Apolinaris sebagai seorang martir, bukan karena Apolinaris mati sebagai seorang martir, melainkan karena ia banyak menderita karena imannya kepada Kristus. Apolinaris dikenal sebagai salah seorang martir abad pertama kekristenan.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
Kedua bersaudara
ini dilahirkan di penghujung abad kesepuluh. Mereka adalah putera-putera St
Vladimir dari Kiev, pangeran Kristen pertama di Rusia. Ayah mereka mempunyai
banyak isteri sebelum menjadi Kristen. Sesudah memeluk agama Kristen, Vladimir
hidup sebagaimana diajarkan Yesus dalam Injil. Boris dan Gleb adalah
putera-putera Vladimir dari isterinya yang seorang Kristen bernama Anna. Mereka
semua adalah orang-orang Kristen yang saleh.
Dalam upaya
mendapatkan kekuasaan yang terlebih besar setelah Raja Vladimir wafat, putera
sulungnya menyusun rencana untuk membunuh Boris dan Gleb. Boris diperingatkan
mengenai hal ini sewaktu ia kembali bersama pasukannya dari suatu pertempuran
melawan suku-suku pengembara. Para prajurit serta-merta bersiap untuk membela
Boris dari saudara sulungnya, tetapi Boris melarang. “Adalah lebih baik jika
aku saja yang mati,” katanya, “daripada banyak orang harus mati.” Maka, ia
menyuruh para prajuritnya pergi sementara ia duduk sendirian menanti. Sepanjang
malam ia merenungkan para martir yang tewas dibunuh oleh kerabat dekatnya
sendiri. Ia merenungkan betapa kosong jadinya hidup ini jika kita mengutamakan
hal-hal duniawi. Yang utama, menurut pendapatnya, adalah perbuatan-perbuatan
baik, kasih sejati dan iman yang benar. Ketika pagi tiba, para pembunuh yang
disewa kakaknya tiba dan mulai menyerangnya dengan tombak. Boris tidak melawan,
hanya menyerukan damai kepada mereka.
St Gleb dibunuh
tak lama sesudahnya. Saudara sulungnya yang keji mengundang Gleb datang ke
istana untuk suatu kunjungan persaudaraan. Saat menyeberangi sungai, perahu
Gleb diserang oleh orang-orang bersenjata yang garang. Pada mulanya, Gleb
ketakutan dan memohon pada mereka agar jangan membunuhnya. Namun demikian, ia
tak hendak mempertahankan diri dengan kekerasan, bahkan ketika ia melihat bahwa
mereka bertekad membunuhnya. Malahan, St Gleb dengan tenang mempersiapkan diri
untuk mati. “Aku dibunuh,” katanya, “untuk suatu alasan yang tidak aku ketahui.
Tetapi Engkau mengetahuinya, ya Tuhan. Dan aku tahu Engkau bersabda, demi
nama-Mu saudara akan bangkit membunuh saudaranya.” Hanya beberapa tahun setelah
wafat mereka, masyarakat Rusia mulai pergi berziarah ke makam kedua bersaudara
ini. Mukjizat-mukjizat terjadi. St Boris dan St Gleb disebut martir sebab
mereka menerima kematian seperti Kristus, yakni tanpa mempertahankan diri
dengan kekerasan. Mereka wafat pada tahun 1015. Pada tahun 1724, Paus
Benediktus XIV memaklumkan mereka sebagai santo.
Pada hari ini
marilah kita berdoa memohon kesabaran dan rahmat pengampunan bagi mereka yang
menyakiti kita.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Kristoforus, Martir
Kristoforus dikenal luas di kalangan umat
sebagai penginjil dan martir. Kristoforus-yang berarti 'Pemikul Kristus'-mati
sebagai martir di Lycia, Asia Kecil pada masa pemerintahan kaisar Decius
(249-251).
Sebuah kisah kuno yang berkembang sekitar
abad pertengahan tentang Kristoforus menyatakan bahwa di berasal dari Kanaan,
Palestina. Perawakannya besar dan tinggi. Cita-citanya ialah hanya mau melayani
orang paling kuat dan berkuasa di dunia ini. Ia tahu bahwa raja adalah orang
paling kuat dan berkuasa karena dikawali oleh banyak tentara yang terlatih.
Oleh karena itu ia lalu menjadi pelayan sang raja. Tak lama kemudian, ia
meninggalkan raja ini karena melihat bahwa raja bersama pengawalnya yang kuat
perkasa itu takut kepada setan. Maka ia lalu mengabdi setan, yang dianggapnya
paling kuat dan berkuasa di atas manusia. Suatu kali ia berpergian bersama
setan. Di tengah jalan, setan tuannya itu gemetar ketakutan tatkala melihat
sebuah salib yang ditanam di pinggir jalan. Kristoforus jengkel dan lalu pergi
meninggalkan setan itu.
Kristoforus kemudian mendirikan sebuah
gubuk kecil di pinggir sebatang sungai, berdekatan dengan jalan penyeberangan
yang banyak dilewati orang. Tugasnya di situ ialah membantu setiap orang yang
mau menyeberang, namun takut akan derasnya aliran sungai itu. Kristoforus tidak
takut karena badannya yang tinggi besar dan kuat. Suatu hari, datanglah seorang
anak kecil meminta diseberangkan. Kristoforus segera mengangkat bocah itu dan
memikulnya ke seberang. Semula bocah itu terasa ringan, lama kelamaan terus
saja bertambah beratnya, sampai ia tak sanggup lagi meneruskan perjalanannya
bersama bocah itu. Pada saat itulah, bocah itu berkata: "Akulah Yesus,
Tuhan semesta alam dan Raja yang paling kuat dan berkuasa. Hanya kepadaKu
sajalah seharusnya manusia itu mengabdi."
Semenjak itu Kristoforus memutuskan untuk menjadi abdi dan pelayan Yesus. Ia bertobat dan pergi ke Lycia. Di sana ia mewartakan Injil dan mempertobatkan banyak orang sebelum kematiannya. Kristoforus menjadi pelindung para penziarah, terutama para pengendara motor.
Semenjak itu Kristoforus memutuskan untuk menjadi abdi dan pelayan Yesus. Ia bertobat dan pergi ke Lycia. Di sana ia mewartakan Injil dan mempertobatkan banyak orang sebelum kematiannya. Kristoforus menjadi pelindung para penziarah, terutama para pengendara motor.
Santa Kristina, Perawan dan
Martir
Santa Kristina yang pestanya dirayakan
pada hari ini ada dua orang. Kedua perawan suci ini mati sebagai saksi iman
karena tidak mau mengkhianati imannya akan Kristus. Yang seorang lahir di
Tyrus, Phenesia, dan sangat dihormati di kalangan Gereja Timur. Sedangkan yang
lainnya lahir di Bolsena, Italia.
Ayahnya Kristina Bolsena bernama Urbanus
yang menjabat sebagai gubernur. Ia masih kafir, menyembah berhala dan kolot. Tanpa
segan-segan ia menganiaya orang Kristen. Penganiayaan terhadap orang-orang
Kristen ini tidak hanya di dengar oleh Kristina tetapi juga disaksikan langsung
olehnya. Kristina kagum akan keberanian dan keteguhan hati orang-orang Kristen
dalam menanggung beban penderitaan yang ditimpakan pada mereka. Kesaksian
langsung ini sungguh menyentuh hatinya dan mempengaruhi sikap hidupnya terhadap
orang-orang Kristen. Ia lalu tertarik untuk mengetahui lebih jauh kekhasan iman
Kristen, dan kekuatan ilahi yang meneguhkan hati para martir itu.
Akhirnya ia sendiri dengan berani
memutuskan untuk mengikuti pelajaran agama Kristen tanpa sepengetahuan ayahnya
Urbanus. Setelah ia dipermandikan menjadi Kristen, barulah ia memberitahukan
ayahnya. Ayahnya marah karena keputusan itu, lebih-lebih karena Kristina berani
memecahkan beberapa berhala emas ayahnya dan membagi-bagikannya kepada para
kaum miskin.
Kristina didera sendiri oleh ayahnya dan
disiksa dengan berbagai cara agar dia kembalil kepada cara hidupnya yang dahulu
seperti ayahnya. Tetapi semua siksaan itu sia-sia belaka, bahkan sebaliknya
semakin memperteguh imannya. Kristina teguh pada imannya sampai akhir hidupnya,
mengikuti teladan para martir yang selalu dikaguminya. Ia mati dipenggal
kepalanya oleh para algojo ayahnya pada tahun 300.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
Yakobus adalah
seorang nelayan, sama seperti ayahnya - Zebedeus - dan saudaranya, Yohanes.
Yakobus sedang duduk dalam perahu ayahnya memperbaiki jala ketika
Yesus lewat. Yesus memanggil mereka masing-masing, Yakobus dan Yohanes, untuk
menjadi penjala manusia, untuk mengikuti-Nya mewartakan Kabar Gembira. Zebedeus
menyaksikan kedua puteranya meninggalkan perahu mereka dan mengikuti Yesus.
Bersama Petrus
dan Yohanes, Yakobus termasuk murid kesayangan Yesus. Bersama mereka, Yakobus
beroleh kesempatan menyaksikan apa-apa yang tidak dapat disaksikan para rasul
yang lain. Bersama mereka, ia menyaksikan Yesus membangkitkan anak perempuan
Yairus. Bersama mereka, ia mendaki gunung dan menyaksikan Yesus bercahaya
seperti matahari dengan jubah-Nya berkilau-kilauan. Peristiwa ini disebut
Transfigurasi atau Yesus Dipermuliakan. Pada hari Kamis Putih, yaitu malam
sebelum Yesus wafat, Yesus membawa para rasul ke taman Getsemani. Dalam Injil
Matius dikisahkan bagaimana Yesus meminta Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk
menyertai-Nya ke tempat yang sunyi untuk berdoa. Mereka menyaksikan bagaimana
Wajah Tuhan menjadi pucat karena duka yang amat dalam. Kemudian titik-titik
darah mulai menetes dari kening-Nya. Sungguh, saat-saat yang amat memilukan,
tetapi para rasul sudah terlalu lelah. Mereka tertidur! Kemudian St. Yakobus
lari ketakutan ketika para musuh menangkap Yesus serta membawa-Nya pergi. Dan
Yakobus tidak ada di bawah kaki salib pada hari Jumat Agung. Meskipun demikian,
Tuhan menemuinya lagi pada sore hari Minggu Paskah di kamar atas. Yesus yang
bangkit masuk melalui pintu yang terkunci dan berkata, “Damai sejahtera bagi
kamu!” Yakobus dan para rasul yang lain mendapatkan damai yang dijanjikan-Nya
itu setelah kedatangan Roh Kudus pada Hari Pentakosta.
St. Yakobus
memulai kerasulannya sebagai seorang yang suka menurutkan kata hatinya serta
berbicara apa adanya. Tanpa sungkan ia meminta Yesus tempat duduk kehormatan
dalam kerajaan-Nya. Ia meminta Yesus menurunkan api atas desa-desa yang tidak
mau menerima Tuhan. Tetapi imannya kepada Yesus sungguh besar. Pada akhirnya,
Yakobus belajar untuk menjadi rendah hati dan lemah lembut. Dan sungguh, ia
menjadi yang “pertama” dengan cara yang tidak pernah dibayangkannya sebelumnya.
Ia mendapat kehormatan untuk menjadi rasul pertama yang wafat bagi Yesus. Kisah
Para Rasul bab 12 mengisahkan bahwa Raja Herodes Agripa menyuruh orang membunuh
Yakobus dengan pedang. Dengan wafat sebagai martir, Yakobus memberikan
kesaksian yang paling besar dari segala bentuk kesaksian lainnya.
Meskipun St.
Yakobus memiliki kelemahan-kelemahan, Yesus mengasihinya. Marilah kita berdoa
memohon rahmat agar dapat lebih peka dalam mengenali kasih Yesus.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
St. Yoakim dan
St. Anna adalah orangtua Santa Perawan Maria. Mereka hidup rukun, taat
beribadah kepada Tuhan dan melakukan banyak perbuatan baik. Namun demikian, ada
satu hal yang membuat mereka sedih; Tuhan belum memberi mereka seorang anak
pun. Selama bertahun-tahun, Anna memohon kepada Tuhan untuk memberinya anak. Ia
berjanji untuk mempersembahkan anaknya itu kelak kepada Tuhan. Ketika sudah
lanjut umurnya, Tuhan menjawab doa Anna dengan cara yang amat luar biasa, yang
bahkan tidak pernah terbayangkan olehnya. Anak yang lahir bagi St. Yoakim dan
St. Anna adalah Santa Perawan Maria Immaculata (=yang Dikandung Tanpa Dosa).
Perempuan yang paling kudus di antara semua perempuan ini akan menjadi Bunda
Allah. Anna merawat Maria kecil dengan penuh kasih sayang selama beberapa
tahun. Kemudian dipersembahkannya puterinya itu kepada Tuhan, seperti yang
telah dijanjikannya. Maria tinggal di Bait Allah di Yerusalem. Yoakim dan Anna
melanjutkan kehidupan mereka dengan berdoa hingga tiba saatnya Tuhan memanggil
mereka pulang ke rumah Bapa di surga.
Umat Kristiani
senantiasa menghormati St. Anna secara istimewa. Banyak gereja indah dibangun
untuk menghormatinya. Salah satunya yang mungkin paling terkenal adalah Gereja
St. Anne de Beaupre di Kanada. Banyak orang pergi ke sana sepanjang tahun untuk
memohon bantuan doa St. Anna dalam menanggung beban hidup mereka.
Marilah pada
hari ini kita berdoa untuk kakek dan nenek kita.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Pantaleon datang
dari Nicomedia, dekat Lautan Hitam di Asia. Ia hidup pada abad keempat.
Pantaleon seorang dokter yang amat terkenal hingga Kaisar Galerius Maximian
memilihnya untuk menjadi dokter pribadi kaisar. Di sana, di istana yang jahat
dan kafir, Pantaleon terjerumus ke dalam masalah. Ia seorang Kristiani, namun
sedikit demi sedikit, ia membiarkan teladan buruk sekelilingnya merusakkan dia
juga. Ia mulai sependapat dengan kebijaksanaan palsu yang dipuja orang-orang
kafir. Ahirnya, ia melakukan dosa berat dengan sepenuhnya meninggalkan iman
Kristiani.
Seorang imam
yang kudus bernama Hermolaos teramat sedih melihat dokter yang temashyur ini meninggalkan
Yesus. Ia datang menemuinya. Dengan kata-kata yang bijaksana dan lemah lembut,
sang imam berhasil menyadarkan Pantaleon akan dosa yang telah dilakukannya.
Pantaleon mendengarkan nasehatnya dan mengakui bahwa ia telah sungguh keliru.
Ia mengaku dosa dan bergabung kembali dengan Gereja. Guna menyilih apa yang
telah dilakukannya, Pantaleon memiliki kerinduan yang berkobar untuk menderita
dan mati bagi Yesus. Sementara itu, ia meneladani belas kasih Yesus dengan
merawat orang-orang miskin yang sakit tanpa memungut bayaran.
Ketika Kaisar
Diocletian memulai penganiayaan, Pantaleon segera membagikan segala yang ia
miliki kepada orang-orang miskin. Tak lama kemudian, beberapa dokter yang iri
hati mengadukannya sebagai seorang Kristiani. Kepada Pantaleon diberikan
pilihan untuk menyangkal iman atau dihukum mati. Pantaleon sama sekali menolak
memaklumkan bahwa ia bukan seorang pengikut Kristus; dan tak ada suatu aniaya
pun yang dapat memaksanya untuk melakukan hal itu. St Pantaleon wafat sebagari martir
pada tahun 305. Di masa lampau terdapat suatu devosi yang kuat kepada orang
kudus ini. Di Timur, ia disebut sebagai “martir besar dan pekerja ajaib”.
Apakah aku
membiarkan diri dipengaruhi oleh teman-teman atau hal-hal yang dapat mengancam
imanku kepada Yesus? Kiranya kita mengijinkan Roh Kudus membimbing hati dan
pikiran kita.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Aurelius dan Santa
Natalia, Martir
Orang tua suami-isteri ini beragama Islam.
Karena Natalia dan temannya Liliosa, isteri Feliks, seorang yang pernah mutrad
menjadi Islam tetapi kemudian berbalik kembali) tidak memakai cadar, maka
mereka dituduh mutrad dari Islam. Mereka dengan berani mengakui dirinya Kristen
dan oleh karena itu dibunuh bersama Georgius, seorang biarawan yang giat
berkhotbah membela kebenaran agama Kristen. Mereka meninggal di Cordoba,
Spanyol pada masa pemerintahan Emir Abd Ar-Rahman II pada tahun 852.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
28
Juli,
St. Botvid.
St. Botvid.
Botvid dilahirkan
di Swedia. Ia hidup di penghujung abad kesebelas. Pemuda ini dibesarkan sebagai
seorang kafir. Tetapi ketika ia pergi ke Inggris, ia menjadi seorang Kristiani.
Meski bukan seorang imam, Botvid merasakan suatu kerinduan yang berkobar untuk
mewartakan pesan Injil. Ia rindu membagikan kekristenannya kepada orang-orang
setanah air. Ia akan menjadi seorang misionaris awam.
Karena alasan
ini, St Botvid kembali ke Swedia untuk bekerja bagi Tuhan di sana. Tetapi ia
bahkan tidak merasa puas dengan itu. Ia rindu Injil diwartakan di Finlandia
juga. Karenanya, ia membeli seorang budak Finlandia dan mengajarinya agama
Katolik. Kemudian ia membebaskan sang budak untuk kembali ke negeri asalnya dan
mewartakan Injil di sana. Tetapi budak itu membalas kebaikan St Botvid dengan
tindakan tak tahu terima kasih yang amat keji. St Botvid berangkat dengan
sebuah kapal untuk mengantarkannya menyeberangi Lautan Baltik ke Finlandia.
Ketika mereka berlabuh dan St Botvid sedang tidur, budak yang jahat itu
membunuh Botvid dan melarikan diri dengan kapal. Ketika orang kudus itu tak
kunjung kembali, para sahabat mencari hingga menemukan jasadnya. St Botvid
wafat pada tahun 1100. St Botvid dihormati sebagai seorang martir cinta kasih
dan sebagai salah seorang rasul Swedia.
Pada hari ini
kita dapat memikirkan suatu cara untuk menunjukkan penghargaan dan terima kasih
kita kepada orang-orang yang telah membantu kita dalam begitu banyak cara,
teristimewa orangtua dan para guru kita.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Nasarius dan Selsus,
Martir; Santo Viktor dan Innosensius, Paus dan Martir
Nasarius adalah anak seorang Yahudi yang
bernama Afrikanus. Ibunya, Perpetua yang sudah beragama Kristen dengan giat
mendidik dia secara Kristen sejak kecilnya. Karena itu Nasarius berkembang
dewasa menjadi seorang Kristen yang saleh. Oleh Paus Linus,
yang menggantikan Santo Petrus Rasul, Nasarius diutus untuk
mewartakan Injil di Gallia (kini: Prancis).
Selsus adalah pemuda pertama yang berhasil
ditobatkan oleh Nasarius sejak ia bekerja di Galgia. Selsus menemani Nasarius
dalam perjalanan-perjalanan tugasnya. Pada suatu ketika mereka ditangkap oleh
penduduk kafir setempat dan dibuang ke laut. Tetapi berkat perlindungan Tuhan,
mereka tidak mati tenggelam. Mereka berhasil menyelamatkan diri lalu mengembara
hingga ke Milano, Italia. Di sana mereka mewartakan Injil dan membesarkan hati
orang-orang Kristen yang ada disana. Di Milano mereka sekali lagi ditangkap dan
dijatuhi hukuman mati karena imannya akan Yesus Kristus.
Viktor lahir di Afrika Utara dan memimpin
Gereja sebagai Paus pada tahun 189. Paus Viktor adalah Paus yang secara resmi
menetapkan bahwa permandian suci dalam keadaan bahaya maut dapat dilakukan
dengan memakai air biasa apabila tidak ada persediaan air permandian di tempat
itu. Ia mati sebagai martir pada tahun 189, sewaktu pemerintahan kaisar
Septimus Severus.
Innosensius lahir di Albano, dekat kota Roma. Ia
terpilih menjadi Paus dengan suara bulat pada tahun 402. Ia sungguh-sungguh
sadar akan bahaya-bahaya yang mengancam Gereja dan umat pada masa itu. Tak
henti-hentinya ia berdoa memohon kebijaksanaan dan kekuatan Tuhan agar mampu
mengemudikan bahtera Gereja Kristus dengan selamat. Bahaya-bahaya itu terutama
disebabkan oleh adanya perpindahan besar-besaran bangsa-bangsa lain ke dunia
barat. Bangsa Goth menyerang kota Roma sebanyak dua kali di bawah pimpinan
panglima Alarik dan berhasil menjarahi segala sesuatu yang mereka temui.
Dalam menghadapi ancaman-ancaman itu, Paus
Innosensius senantiasa menguatkan hati umatnya dan meringankan beban
penderitaan mereka itu. Sementara itu, Paus Innosensius menhadapi lagi masalah
baru yang muncul di dalam Gereja oleh lahirnya ajaran sesat Pelagianisme yang
menyangkal adanya rahmat untuk mencapai keselamatan kekal. Dua kali ia
mengadakan konsili untuk menghukum ajaran sesat itu. Belum lagi selesai masalah
itu terdengar berita bahwa Santo Yohanes Krosostomus dibuang dari tahkta
keuskupannya sebagai tawanan oleh keluarga kaisar Konstantinopel. Innosensius
tidak segan-segan mengutuk tindakan itu. Kaisar Arkadius bersama permaisurinya
Eudoxia dikucilkan dari Gereja, meskipun ia tahu bahwa hal itu akan
mendatangkan bahaya atas dirinya sendiri. Setelah memimpin Gereja selama 15
tahun, Innosensius meninggal dunia pada tahun 417.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
Marta adalah
saudari Maria dan Lazarus. Mereka tinggal di sebuah kota kecil bernama Betania,
dekat Yerusalem. Ketiga bersaudara itu adalah sahabat-sahabat Yesus. Yesus seringkali
datang mengunjungi mereka. Sesungguhnya, dalam Injil dikatakan: “Yesus
mengasihi Marta, dan saudaranya Maria dan Lazarus.” Marta dengan senang hati
melayani Yesus apabila Ia datang mengunjungi mereka. Suatu hari, Marta sedang
menyiapkan makanan bagi Yesus dan para murid-Nya. Marta yakin bahwa tugasnya
akan lebih ringan apabila saudarinya datang membantu. Ia melihat Maria duduk
tenang dekat kaki Yesus, asyik mendengarkan Dia. “Tuhan, suruhlah dia membantu
aku,” pinta Marta kepada Yesus. Yesus amat senang dengan semua layanan kasih
sayang Marta. Tetapi, Ia ingin Marta tahu bahwa mendengarkan Sabda Tuhan dan
berdoa jauh lebih penting. Jadi dengan lembut Yesus berkata kepadanya, “Marta,
Marta engkau khawatir akan banyak hal, namun hanya satu saja yang perlu. Maria
telah memilih bagian yang terbaik.”
Iman Marta yang
mendalam kepada Yesus tampak nyata ketika saudaranya, Lazarus, meninggal.
Begitu ia mendengar bahwa Yesus sedang dalam perjalanan menuju Betania, Marta
pergi menyongsong-Nya. Ia percaya kepada Yesus dan dengan terus terang berkata:
“Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” Kemudian
Yesus mengatakan kepadanya bahwa Lazarus akan bangkit. Kata-Nya, “Barangsiapa
percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati. Percayakah engkau akan
hal ini?" Dan Marta menjawab, “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkau-lah
Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” Yesus mengadakan
suatu mukjizat besar dengan membangkitkan Lazarus dari antara orang mati!
Sesudah kejadian
itu, Yesus datang lagi dan makan bersama dengan Lazarus, Marta dan Maria.
Seperti biasanya, Marta melayani mereka. Namun demikian, kali ini Marta
melayani dengan sikap yang lebih tulus serta penuh kasih. Ia melayani dengan
hati yang penuh sukacita.
Pada hari ini
kita hendak mengulangi pernyataan iman Marta kepada Yesus: “Ya, Tuhan, aku
percaya, bahwa Engkau-lah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam
dunia.” (Yoh 11:27)
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Petrus
dilahirkan di sebuah kota kecil di Imola, Italia. Ia hidup pada abad kelima.
Uskup Kornelius dari Imola membimbingnya dan mentahbiskannya sebagai seorang
diakon. Bahkan sejak masih kanak-kanak, Petrus mengerti bahwa seseorang sungguh
adalah seorang yang besar hanya jika ia dapat mengendalikan emosinya dan
mengenakan semangat Kristus.
Ketika Uskup
Agung Ravenna, Italia, wafat, Petrus ditunjuk oleh Paus
St Leo Agung untuk menggantikannya. Peristiwa
ini terjadi sekitar tahun 433. Sebagai seorang imam dan uskup, St Petrus
berkarya secara efektif. Ia berjuang keras untuk menghapuskan kekafiran yang
masih ada dalam keuskupannya. Ia membantu umatnya bertumbuh dalam iman. St
Petrus menjadi terkenal sebagai seorang pengkhotbah. Sungguh, “Krisologus”
artinya “perkataan emas”. Namun demikian, semua khotbah ataupun homilinya
singkat saja. Ia khawatir para pendengarnya menjadi bosan. Di samping itu,
khotbah-khotbahnya pun bukanlah sesuatu yang luar biasa istimewa ataupun indah.
Namun, pesan-pesan yang disampaikannya jauh lebih berharga daripada emas. Ia
berkhotbah dengan semangat begitu rupa hingga mampu menggugah hati para
pendengar yang mendengarkannya dengan terpukau. Dalam khotbah-khotbahnya, St
Petrus mendesak setiap orang untuk menerima Yesus sesering mungkin dalam Komuni
Kudus. Ia ingin agar semua orang menyadari bahwa Tubuh Tuhan haruslah menjadi
santapan setiap hari bagi jiwa. Uskup yang baik ini juga berjuang demi
persatuan segenap anggota Gereja Katolik. Ia berusaha mengatasi segala
kebingungan yang ada dalam umat tentang iman Katolik. Ia juga senantiasa
mengusahakan damai. St Petrus Krisologus wafat pada tanggal 2 Desember 450 di
kota kelahirannya, Imola, Italia. Oleh karena khotbah-khotbahnya yang mengagumkan,
yang begitu kaya akan pengajaran, pada tahun 1729 Paus Benediktus XIII
memaklumkan St Petrus sebagai Doktor Gereja.
Bagaimana aku
dapat membina sikap mendengarkan sepenuh hati kepada orang yang rindu untuk
didengarkan?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Yustinus de Yakobis,
Uskup dan Pengaku Iman
Yustinus lahir di San Fele, Italia pada
tanggal 9 Oktober 1800. Dari empatbelas orang bersaudara, Yustinus adalah anak
ketujuh dalam keluarganya. Ketika masih kecil, ia tinggal di Napoli. Kemudian
pada umur 18 tahun, ia masuk Kongregasi Misi di tempat asalnya. Ia benar-benar
menghayati panggilannya dengan konsekuen. Menurut kesan kawan-kawannya, ia
adalah seorang biarawan yang dicintai Tuhan dan sesama manusia, karena
sifat-sifatnya yang menyenangkan banyak orang: rendah hati, ramah dan suka
bergaul dengan siapa saja. Setelah ditabhiskan menjadi imam, ia bekerja
diantara orang-orang miskin dan melarat di luar kota. Ia membantu mendirikan
pusat Kongregasi baru di Napoli dan kemudian diangkat sebagai superior di
Lecce. Ia dikenal luas oleh banyak orang karena tindakan-tindakannya di luar
acara rutin sehari-hari. Ia memelihara dan merawat para penderita wabah kolera
di Napoli tanpa mengenal lelah dan menghiraukan kesehatannya sendiri. Karena
itu semua orang sangat menghormati dan mencintai dia.
Pada tahun 1839 ia diutus sebagai Prefek
dan Vikaris Apostolik ke Etiopia, sebuah daerah misi baru di benua Afrika. Di
sana selama dua tahun, ia memusatkan perhatiannya pada usaha mengenal segala
sesuatu menyangkut negeri itu: rakyatnya, bahasanya dan adat istiadatnya.
Dengan sifat-sifatnya yang baik dan cara hidupnya yang menarik, ia berhasil
menghilangkan kecurigaan rakyat setempat. Kata-katanya yang menawan dan lembut
memberi kesan pada hati banyak orang bahwa kehadirannya di tengah mereka adalah
sebagai sahabat dan pelayan bagi mereka.
Meskipun ia berhasil sekali dalam
tugasnya, namun ia sama sekali tidak terlepas dari banyak kesulitan seperti
semua orang lain yang memperjuangkan keluhuran hidup. Tidak sedikit pemuka
rakyat iri hati dan membenci dia. Kesulitan besar datang tatkala William
Massaia diangkat sebagai Uskup Etiopia. Salama, seorang pemuka Gereja Optik
melancarkan kampanye anti Gereja Katolik. Oleh pemimpin setempat, Kolose-kolose
Katolik ditutup dan agama Katolik dihalang-halangi perkembangannya. Uskup
William Massaia diusir pulang ke Aden.
Sebelum berangkat, Uskup Massaia dengan
diam-diam mengangkat Yustinus de Yakobis sebagai uskup di Massawa. Sebagai
uskup, Yakobis menabiskan 20 orang imam asal Etiopia untuk melayani umat
Katolik yang berjumlah 5000 orang dan membuka kembali kolose-kolose.
Pada tahun 1860, Kadaref Kassa menjadi
raja. Ia segera mendesak Salama untuk kembali melancarkan pengejaran terhadap
semua orang beragama Katolik. Uskup Yakobis sendiri ditangkap dan dipenjarakan
selama beberapa bulan. Uskup Yakobis menghabiskan masa hidupnya di sepanjang
pantai Laut Merah. Dalam perjalanannya menuju ke Halai, ia jatuh sakit karena
keletihan dan kurang makan. Ia meninggal dunia pada tanggal 31 Juli 1860 di
lembah Alghedien.
Santo Abdon dan Senen,
Martir
Kedua orang kudus abad ke-3 ini berasal
dari Persia. Mereka adalah tawanan perang dan budak belian yang sudah menganut
agama Kristen. Kemartiran mereka bermula dari usaha mereka menguburkan
jenazah-jenazah para kaum beriman yang dibunuh oleh orang kafir. Mereka
ditangkap dan dibawa ke Roma. Di sana mereka dipaksa untuk mempersembahkan
kurban kepada dewa-dewi Romawi. Dengan tegas mereka menolak melakukan perbuatan
berhala ini karena tak ingin mengkhianati imannya sendiri. Karena itu mereka
dianiaya dan dipenggal kepalanya. Jenazah mereka dimakamkan oleh diakon
Kuirinus di rumahnya. Kemudian pad atahun 833, tulang-tulang mereka dipindahkan
oleh Paus Gregorius IV (827-844) ke dalam
gereja Santo Markus di Roma.
Santa Yulita
dari Kaesarea, Martir dan Pengaku Iman
Yulita berasal dari Kapadokia. Ia memiliki
ladang dan ternak, harta kekayaan lainnya dan banyak budak belian. Di antara
penduduk setempat, Yulita tergolong wanita kaya raya. Banyak orang mengadakan
hubungan dagang dengannya. Pada suatu ketika, dia terlibat dalam suatu
pertikaian bisnis dengan seorang pemuka masyarakat. Dia dihadapkan ke
pengadilan umum namun berhasil mengalahkan orang itu. Karena itu ia menjadi
musuh bebuyutan orang itu.
Untuk membalas kekalahannya di depan
pengadilan, orang itu melaporkan kepada penguasa setempat bahwa Yulita adalah
seorang penganut agama Kristen. Oleh laporan ini, hakim segera memanggil Yulita
dan memaksannya untuk mempersembahkan kurban bakaran kepada dewa Zeus.
Yulita berani menentang. Dengan tegas ia
berkata: "Ladangku dan kekayaannku boleh diambil dan dirusakkan. Tetapi
sekali-kali aku tidak akan meninggalkan imanku. Aku tidak akan pernah menghina
Tuhanku yang telah menciptakan aku. Aku tahu bahwa aku akan memperoleh semuanya
itu kembali di surga."
Tanpa banyak berpikir hakim itu menyuruh
para algojo membakar hidup-hidup Yulita di depan umum. Peristiwa naas ini
terjadi kira-kira pada tahun 303.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
Pendiri Serikat
Yesus yang terkenal ini dilahirkan pada tahun 1491. Ia berasal dari keluarga
bangsawan Spanyol. Ketika masih kanak-kanak, ia dikirim untuk menjadi abdi di
istana raja. Di sana ia tinggal sambil berangan-angan bahwa suatu hari nanti ia
akan menjadi seorang laskar yang hebat dan menikah dengan seorang puteri yang
cantik. Di kemudian hari, ia sungguh mendapat penghargaan karena kegagahannya
dalam pertempuran di Pamplona. Tetapi, luka karena peluru meriam di tubuhnya
membuat Ignatius terbaring tak berdaya selama berbulan-bulan di atas
pembaringannya di Benteng Loyola. Ignatius meminta buku-buku bacaan untuk
menghilangkan rasa bosannya. Ia menyukai cerita-cerita tentang kepahlawanan,
tetapi di sana hanya tersedia kisah hidup Yesus dan para kudus. Karena tidak
ada pilihan lain, ia membaca juga buku-buku itu. Perlahan-lahan, buku-buku itu
mulai menarik hatinya. Hidupnya mulai berubah. Ia berkata kepada dirinya
sendiri, “Mereka adalah orang-orang yang sama seperti aku, jadi mengapa aku
tidak bisa melakukan seperti apa yang telah mereka lakukan?” Semua kemuliaan
dan kehormatan yang sebelumnya sangat ia dambakan, tampak tak berarti lagi
baginya sekarang. Ia mulai meneladani para kudus dalam doa, silih dan
perbuatan-perbuatan baik.
St. Ignatius
harus menderita banyak pencobaan dan penghinaan. Sebelum ia memulai karyanya
yang hebat dengan membentuk Serikat Yesus, ia harus bersekolah. Ia belajar tata
bahasa Latin. Sebagian besar murid dalam kelasnya adalah anak-anak, sementara
Ignatius sudah berusia tiga puluh tiga tahun. Meskipun begitu, Ignatius pergi
juga mengikuti pelajaran karena ia tahu bahwa ia memerlukan pengetahuan ini
untuk membantunya kelak dalam pewartaannya. Dengan sabar dan tawa, ia
menerima ejekan dan cemoohan dari teman-teman sekelasnya. Selama waktu itu, ia
mulai mengajar dan mendorong orang lain untuk berdoa. Karena kegiatannya itu,
ia dicurigai sebagai penyebar bidaah (=agama sesat) dan dipenjarakan untuk
sementara waktu! Hal itu tidak menghentikan Ignatius. “Seluruh kota tidak akan
cukup menampung begitu banyak rantai yang ingin aku kenakan karena cinta kepada
Yesus,” katanya.
Ignatius berusia
empat puluh tiga tahun ketika ia lulus dari Universitas Paris. Pada tahun 1534,
bersama dengan enam orang sahabatnya, ia mengucapkan kaul rohani. Ignatius dan
sahabat-sahabatnya, yang pada waktu itu masih belum menjadi imam, ditahbiskan
pada tahun 1539. Mereka berikrar untuk melayani Tuhan dengan cara apa pun yang
dianggap baik oleh Bapa Suci. Pada tahun 1540 Serikat Yesus secara resmi diakui
oleh Paus. Sebelum Ignatius wafat, Serikat Yesus atau Yesuit telah
beranggotakan seribu orang. Mereka banyak melakukan perbuatan baik dengan
mengajar dan mewartakan Injil. Seringkali Ignatius berdoa, “Berilah aku hanya
cinta dan rahmat-Mu, ya Tuhan. Dengan itu aku sudah menjadi kaya, dan aku tidak
mengharapkan apa-apa lagi.” St. Ignatius wafat di Roma pada tanggal 31 Juli
1556. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XV.
Marilah pada
hari ini kita berdoa dengan menggunakan kata-kata St. Ignatius dari Loyola,
“Berilah aku hanya cinta dan rahmat-Mu, ya Tuhan. Dengan itu aku sudah menjadi
kaya, dan aku tidak mengharapkan apa-apa lagi.”
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Beato Yohanes Columbini,
Pengaku Iman
Yohanes Columbini lahir di Siena, Italia
pada abad ke-14. Ia tergolong warga yang berkedudukan penting dalam masyarakat
dan kaya raya tetapi sembrono hidupnya. Cita-cita hidupnya hanya satu, yakni
menjadi semakin kaya. Untuk itu ia senantiasa bekerja keras agar harta
kekayaannya semakin bertambah banyak.
Pertobatannya hingga menjadi seorang Abdi
Allah dan sesama manusia dimulai dari semangatnya membaca riwayat Santa Maria
dari Mesir. Mulanya ia merasa tidak puas bahkan marah terhadap kisah itu. Buku
yang dibacanya dibuang jauh-jauh. Tetapi kemudian ia pun tertarik untuk membaca
lagi kisah itu. Tanpa disadarinya tumbuhlah dalam hatinya kesadaran akan
keadaan dirinya. Ia bertobat dan segera membagi-bagikan semua kekayaannya
kepada orang-orang miskin. Ia sendiri menjadi seorang perawat bagi orang-orang
sakit di sebuah rumah sakit di kota itu. Perubahan sikap hidupnya ini
mengherankan banyak penduduk Siena. Sangat banyak orang berdosa bertobat di
kota itu menyaksikan cara hidup baru Columbini. Beberapa orang kaya di kota itu
mengikuti jejaknya.
Pada waktu itu di Propinsi Toskania
merajalela aksi perampokan dan peperangan antar berbagai suku. Yohanes bersama
kawan-kawannya menjelajahi desa dan kota sampai ke pelosok-pelosok untuk
mewartakan Injil sambil mendamaikan kelompok-kelompok yang bertikai. Mereka
memikat hati banyak orang dengan pengajarannya dan berhasil mempertobatkan
banyak orang berdosa.
Yohanes mempersatukan para pengikutnya
dalam sebuah perkumpulan awam yang disebut Yesuat. Perkumpulan ini mengabdikan
diri pada perawatan orang sakit dan jompo, penguburan orang-orang yang
meninggal dan berbagai karya amal lainnya. Yohanes Columbini meninggal dunia
pada tahun 1367 dan digelari sebagai 'Beato'.
Santo Germanus, Uskup dan
Pengaku Iman
Germanus lahir pada tahun 378. Ia adalah
seorang pegawai tinggi pemerintah. Ia dipilih menjadi Uskup Auxerre, Prancis,
meskipun tidak menyukainya. Kemudian ia meninggalkan istrinya. Harta miliknya
ia gunakan untuk membangun gereja dan biara. Duakali ia diutus ke Inggris untuk
membersihkan umat dari bidaah Pelagianisme dan ikut berperang melawan tentara
Saxon. Germanus dengan giat mengkristenkan kembali seluruh wilayah keuskupannya.
Ia meninggal dunia pada tahun 488.
Santa Eilin, Janda dan
Pengaku Iman
Janda muda yang saleh ini berziarah dari
Swedia ke Yerusalem. Oleh sanak keluarganya ia dituduh merencanakan pembunuhan
atas suami puterinya. Karena itu Eilin dipukuli dengan tongkat kayu sampai
mati. Banyak peziarah yang menyaksikan terjadinya banyak mukzijat pada
makamnya. Eilin mati terbunuh pada tahun 1160.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id