1 September
St. Giles
Giles dilahirkan
di Athena, Yunani. Ketika orangtuanya meninggal dunia, ia mempergunakan banyak
warisan yang mereka tinggalkan untuk menolong orang-orang miskin. Sebab itu,
dan teristimewa karena Tuhan mengadakan banyak mukjizat dengan perantaraannya,
Giles mendapati diri sebagai seorang pemuda yang amat dikagumi. Giles tidak
menghendaki pujian dan kemashyuran ini sama sekali. Maka, agar dapat melayani
Tuhan dalam hidup yang tersembunyi, ia meninggalkan Yunani dan berlayar ke Perancis.
Di sana, ia hidup seorang diri dalam kegelapan hutan. Ia membuat tempat tinggal
dalam sebuah gua di balik semak belukar yang rimbun. Giles hidup tenang di
sana, aman dari bahaya besar kepala mendengar dirinya dipuji.
Tetapi, suatu
hari seorang raja dan para pengawalnya pergi berburu ke hutan itu. Mereka
mengejar kijang yang biasa datang ke gua Giles. Kijang itu lenyap dari
pandangan mereka dengan masuk ke dalam gua Giles yang tersembunyi di balik
semak belukar yang rimbun. Salah seorang pengawal membidikkan anak panah ke
rerimbunan semak, dengan harapan anak panah itu mengenai si kijang. Ketika
mereka menyibak semak belukar, mereka mendapati Giles duduk terluka oleh anak
panah.
“Siapakah engkau
dan apa yang engkau lakukan di sini?” tanya raja. St Giles menceritakan kisah
hidupnya kepada mereka. Setelah mendengarnya, mereka mohon pengampunan. Raja
mengutus para tabibnya untuk merawat luka santo kita. Meski Giles memohon agar
ditinggalkan seorang diri, raja sungguh merasa kagum kepadanya hingga raja kerap
datang menjenguknya. Giles tidak pernah menerima hadiah-hadiah raja. Tetapi,
pada akhirnya, ia setuju raja mendirikan sebuah biara besar di sana. Giles
menjadi pemimpin biaranya yang pertama. Biara ini menjadi begitu terkenal
hingga seluruh kota datang ke sana. Ketika St Giles wafat, makamnya di biara
menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi para peziarah.
“Tuhan tidak
mengukur kemurahan hati kita dengan berapa banyak yang kita berikan, melainkan
berapa banyak yang kita tinggalkan.” ~ Uskup Agung Fulton Sheen
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Pedro Armengol (1238-1304)
Pedro
dikenal sebagai perampok ulung. Namun tiba-tiba ia bertobat dan masuk biara.
Pedro menawarkan diri sebagai sandera untuk ditukar dengan 18 anak Kristen yang
ditahan oleh orang muslim di Aljazair. Karena giat merasul di kawasan Islam
ini, ia dihukum mati; akan tetapi secara ajaib, Pedro terbebas dari maut.
Santa Verena (350)
Wanita
Mesir ini mengikuti legiun Thebais ke suatu garnisun baru di Swiss. Hingga
akhir hidupnya ia berbuat amal dan bermatiraga. Ia dihormati sebagai santa
pelindung para nelayan perempuan di pastoran.
Ruth (abad 11 SM)
Wanita
Moab ini dikenal dalam kaitannya dengan keluarga Elimelekh, sebuah keluarga
Israel dari Betlehem, daerah Yehuda. Konon pada zaman pemerintahan hakim-hakim
terjadilah kelaparan hebat di tanah Israel. Elimelekh bersama Naomi, istrinya
dan kedua anaknya Mahlon dan Kilyon mengungsi ke Moab sebagai orang asing.
Sepeninggal
Elimelekh, Mahlon dan Kilyon menikah dengan perempuan-perempuan Moab: Mahlon
dengan Opra, sedang Kilyon dengan Ruth. Sayang sekali bahwa Mahlon dan Kilyon
akhirnya meninggal dunia. Dengan demikian tinggallah Naomi bersama kedua
menantunya, Opra dan Ruth.
Ketika
didengar bahwa Tuhan telah membebaskan umatNya Israel dari kelaparan, pulanglah
Naomi ke Betlehem, Yehuda bersama menantunya. Disana Ruth bertemu dan menikah
dengan Boaz, saudara Elimelekh. Perkawinan Levirat ini adalah sah menurut hukum
Israel demi melanjutkan keturunan Naomi. Ruth dan Boaz memperanakkan Obed, ayah
dari Yesse, yang menjadi ayah dari Daud, Raja terbesar Israel. Dengan demikian
Ruth dikenal sebagai leluhur Raja Daud dan Yesus Kristus yang lahir dari
keturunan Daud (Mat 1:5).
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
2 September
B. Yohanes du Lau, dkk.
Beato Yohanes
adalah Uskup Agung Arles, Perancis. Ia dan kawan-kawan dirayakan pestanya pada
hari ini sebab mereka wafat sebagai martir yang gagah berani dalam masa
Revolusi Perancis. Konstitusi baru tahun 1790 menentang Gereja. Rakyat dipaksa
menandatangani perjanjian dengan sumpah. Jika menolak, mereka dihukum. Pada
tahun 1792, hukumannya bukan sekedar dijebloskan ke dalam penjara; sekarang,
hukuman berarti mati. Banyak uskup, imam, kaum religius dan awam tak hendak
menandatangani sumpah mendukung konstitusi Perancis. Mereka tahu bahwa mereka
akan mengkhianati Allah dan Gereja-Nya. Paus Pius VI mengatakan bahwa mereka
benar. Sungguh masa yang amat memilukan bagi rakyat Perancis.
Pada tanggal 2 September
1792, suatu himpunan kira-kira beberapa ratus orang banyaknya mengadakan
huru-hara dan menyerbu bangunan yang dulunya biara. Sekarang biara itu
difungsikan sebagai penjara bagi para imam dan kaum religius. Khalayak ramai
mendatangi para imam dan memaksa mereka menandatangani sumpah. Setiap imam
menolak mentah-mentah; setiap imam itu dibantai di tempat. Di antara para
martir adalah Beato Alexander Lenfant, seorang Yesuit. Hanya beberapa menit
sebelum wafat dimartir, ia masih melayani Sakramen Tobat pada seorang rekan
imam. Keduanya tewas beberapa saat kemudian.
Para perusuh
lalu pergi ke Gereja Karmelit yang juga dialihfungsikan sebagai penjara. Beato
Yohanes, Uskup Agung Arles, dan para uskup serta para imam lainnya ditahan di
sana. Semuanya menolak mengucapkan sumpah dan semuanya tewas dibantai. Pada
tanggal 3 September, para perusuh yang sama menuju ke Seminari Lazaris.
Seminari ini juga dialihfungsikan sebagai penjara sementara dengan
sembilanpuluh imam dan kaum religius di dalamnya. Dari antara mereka, hanya
empat orang yang lolos dari maut.
Pada waktu
Revolusi yang mengerikan ini berakhir, 1500 umat Katolik tewas dibantai.
Termasuk di antara mereka adalah para uskup, imam dan kaum religius. Para
martir yang kita rayakan pestanya pada hari ini berjumlah 191 orang. Mereka
dimaklumkan “beato” pada tahun 1926 oleh Paus Pius XI.
Pantaslah pada
hari ini kita berdoa bagi mereka semua yang menderita akibat dan mereka semua
yang melakukan tindak kekerasan yang tak berperikemanusiaan.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Martir – martir dari Paris 1792
Tatkala
Revolusi Prancis memuncak, semua rohaniwan dipaksa mengangkat sumpah setia
kepada hukum negara yang bertentangan dengan keyakinan agama dan suara hati
mereka. Banyak diantara mereka yang tidak mau bersumpah meskipun diancam dengan
berbagai macam cara. Lebih dari 200 rohaniwan dan awam di tahan di Paris dan
sebagian besar dibunuh pada bulan September 1792 oleh gerombolan penjahat
dengan persetujuan pengadilan revolusi. 191 korban pembunuhan massal itu
dinyatakan kudus, antara lain Uskup Agung Jean Marie du Lau, dua Uskup
bersaudara Francois – Joseph dan Pierre – Louis La Rochefoucauld, 129 imam
praja, 23 bekas imam Jesuit (diantaranya Joseph Bonnaud), 31 biarawan dan 5
orang awam.
Martir – martir Korea
Gereja
Korea mempunyai sejarah awal yang khas. Agama Katolik masuk ke bumi Korea bukan
oleh para misionaris asing, tetapi oleh kaum Korea sendiri. Pada zaman dahulu,
para Raja Korea harus membayar upeti ke Peking. Di Peking, para utusan itu
berkenalan dengan imam – imam misionaris, antara lain Mateo Ricci. Bagi mereka,
agama yang disebarkan oleh misionaris asing itu tidak jauh berbeda dengan
ajaran leluhur mereka. Maka mereka tertarik untuk mempelajari agama itu
seterusnya. Mereka membawa beberapa buku pelajaran agama untuk dibaca. Tertarik
pada ajaran agama baru itu, mereka mulai menyebarkannya diantara penduduk
sekitar. Mulailah tumbuh benih iman Kristiani di tanah Korea.
Benih
iman itu terus berkembang hingga menghasilkan suatu jumlah umat yang relatif
banyak dalam waktu singkat beserta imam pribuminya sendiri. Semakin jelas bahwa
agama baru itu berhasil menarik banyak penduduk Korea. Menyaksikan perkembangan
pesat agama baru itu, Raja Korea mulai melancarkan aksi penganiayaan terhadap
para penganutnya. Dalam kurun waktu 1839 – 1846, para imam pribumi dan
misionaris asing bersama 8000 orang beriman dianiaya dan dibunuh. Tetapi warta
injil tetap disebarluaskan ke seluruh negeri itu. Di antara mereka, 78
dinyatakan kudus pada tahun 1925. Mereka itu antara lain, Laurensius Yosef
Maria Imbert (1797 – 1839), Peter Maubant, Yakobus Chustan dan imam pribumi
Korea yang pertama Andreas Kim Tae Gon bersama dengan puluhan guru agama, pria
dan wanita awam serta orang – orang muda. Penganiayaan itu semakin menjadikan
umat bertambah kokoh imannya. Setelah Rusia menduduki Korea Utara (1945),
banyak orang beriman, imam pribumi dan misionaris disekap dalam penjara dan
dibunuh oleh kaum komunis.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
3 September
St. Gregorius Agung
St. Gregorius
dilahirkan pada tahun 540 di Roma. Ayahnya seorang anggota Majelis Tinggi dan
ibunya adalah St. Celia. Gregorius belajar filsafat dan ketika masih muda
usianya, telah diangkat menjadi Gubernur Roma. Ketika ayahnya meninggal,
Gregorius merombak rumahnya yang besar menjadi sebuah biara. Selama beberapa
tahun ia hidup sebagai seorang biarawan yang saleh dan kudus. Kemudian Paus
Pelagius mengangkatnya menjadi salah seorang dari ketujuh Diakon Roma. Ketika
Paus wafat, Gregorius dipilih untuk menggantikannya. Gregorius sama sekali
tidak menginginkan kehormatan seperti itu. Tetapi ia seorang yang sangat kudus
serta bijaksana, sehingga semua orang tahu bahwa ia akan menjadi seorang paus
yang baik. Gregorius berusaha menghindar dengan menyamar dan menyembunyikan
diri dalam sebuah gua, tetapi akhirnya mereka menemukannya dan ia diangkat juga
menjadi paus.
Selama
empatbelas tahun ia memimpin Gereja. Meskipun ia selalu sakit, Gregorius
merupakan salah seorang paus terbesar Gereja. Ia menulis banyak buku dan juga
merupakan seorang pengkhotbah yang ulung. Ia mencurahkan perhatiannya kepada
segenap umat manusia. Malah sesungguhnya, ia menganggap dirinya sebagai abdi
semua orang. Ia adalah paus pertama yang menggunakan gelar “hamba dari para
hamba Tuhan” Semua paus sesudahnya menggunakan gelar ini.
St. Gregorius
memberikan perhatian serta cinta kasih istimewa kepada orang-orang miskin serta
orang-orang asing. Setiap hari ia biasa menjamu mereka dengan makanan yang
enak. St. Gregorius juga amat peka terhadap penderitaan orang banyak yang
disebabkan oleh ketidakadilan. Suatu ketika, semasa ia masih seorang biarawan,
ia melihat anak-anak kulit putih dijual di pasar budak di Roma. Ia bertanya
dari mana anak-anak itu berasal dan diberitahu bahwa mereka berasal dari
Inggris. St. Gregorius merasakan suatu keinginan yang kuat untuk pergi ke
Inggris untuk mewartakan kasih Yesus kepada orang-orang yang belum mengenal
Tuhan itu. Setelah ia menjadi paus, salah satu hal pertama yang dilakukannya
adalah mengirimkan beberapa biarawan terbaiknya untuk memperkenalkan Kristus
kepada rakyat Inggris.
Tahun-tahun
terakhir hidupnya dipenuhi oleh banyak penderitaan, namun demikian ia tetap
bekerja untuk Gerejanya yang tercinta hingga akhir hayatnya. St. Gregorius
wafat pada tanggal 12 Maret 604.
“Aku mengerti
dari pengalaman bahwa sebagian besar waktu ketika aku bersama dengan
saudara-saudaraku, aku belajar banyak hal tentang Sabda Tuhan yang tidak dapat
aku pelajari seorang diri; jadi kalianlah yang memberitahukan kepadaku apa yang
harus aku ajarkan.” ~ St. Gregorius Agung
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
4 September
St. Rosa dari Viterbo
Rosa dilahirkan pada tahun
1235 di Viterbo, Italia. Ia hidup pada masa Kaisar Frederick merebut tanah
milik Gereja. Misi khusus Rosa adalah menjadikan penduduk kotanya serta
penduduk kota-kota sekitarnya tetap setia kepada Bapa Suci. Dan tugas ini ia
lakukan ketika ia masih seorang remaja.
Rosa baru berusia delapan
tahun ketika Santa Perawan Maria mengatakan kepadanya saat ia sedang sakit,
untuk mengenakan jubah St. Fansiskus. Bunda Maria juga mengatakan kepada Rosa
untuk memberikan teladan yang baik kepada sesama dengan kata-kata maupun dengan
perbuatan. Perlahan-lahan kesehatan Roda pulih kembali. Ia mulai merenungkan
dan semakin merenungkan betapa Yesus telah menderita bagi kita dan betapa para
pendosa telah menyakiti-Nya. Ia berdoa serta melakukan silih untuk menyatakan
kepada Yesus betapa ia mengasihi-Nya.
Kemudian, gadis pemberani
ini mulai berkhotbah di jalan-jalan kota. Ia mengatakan kepada orang banyak
untuk bangkit melawan kaisar yang telah merampas kekayaan gereja. Banyak orang
mendengarkan khotbahnya sehingga ayah Rosa menjadi ketakutan. Ia mengancam Rosa
bahwa ia akan mencambukinya jika ia tidak berhenti berkhotbah. Rosa, yang saat
itu berusia tigabelas tahun, menjawab dengan lembut, “Jika Yesus rela dicambuki
demi aku, aku juga rela dicambuki demi Dia. Aku melakukan apa yang Yesus perintahkan
kepadaku dan aku tidak mau tidak taat kepada-Nya.”
Dua tahun lamanya Rosa
berkhotbah dengan berhasil sehingga musuh-musuh paus menghendaki agar ia
dibunuh saja. Pada akhirnya, penguasa mengusir Rosa beserta orangtuanya ke luar
kota. Tetapi Rosa mengatakan bahwa kaisar akan segera mangkat, dan memang
terjadi demikian. Setelah kembali ke Viterbo, Rosa tidak diijinkan untuk
menjadi biarawati, jadi ia pulang ke rumahnya. Di sana ia wafat pada tahun 1252
ketika usianya baru tujuhbelas tahun. Jenasahnya yang masih utuh hingga kini
disemayamkan di Viterbo.
“Jangan
seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi
orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu,
dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." ~ 1 Timotius 4:12
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Musa, Nabi
Musa
dikenal dan dihormati sebagai pendiri bangsa Israel. Ia dipilih Yahweh, Allah
Abraham, Iskhak dan Yakob, untuk memimpin kaum keturunan Abraham keluar dari
penindasan Firaun di Mesir, dan selanjutnya bersama mereka membawakan kurban
persembahan kepada Allah di gunung Sinai. Di sanalah Yahweh mengadakan
perjanjian dengan mereka dengan perantaraan Musa, abdiNya.
Musa, seorang tokoh historis,
peletak dasar bagi keberadaan Israel sebagai suatu bangsa merdeka, peletak
dasar agama Yahudi. Sejarah awal Israel sebagai suatu bangsa di Palestina tidak
bisa dipahami terlepas dari Musa. Sewaktu keluar dari Mesir atas campur tangan
Allah, bangsa Hibrani menjadi suatu kelompok orang yang merdeka, namun tidak
terdidik dan tidak mempunyai suatu pengalaman pun untuk membentuk dirinya
sendiri menjadi suatu kesatuan sosial – politik. Melalui perantaraan Musa,
Allah mengikat perjanjian dengan mereka di gunung Sinai. Oleh perjanjian
itulah, bangsa Hibrani memperoleh suatu identitas nasional yang berbeda dengan
bangsa – bangsa lain. Mereka dipilih Allah dari antara bangsa – bangsa menjadi
Umat kesayanganNya dengan Hukum atau Undang – undang sendiri yang mengatur pola
hidup dan tingkah laku mereka sebagai suatu bangsa.
Kisah tentang kehidupan dan
karier Musa tetap tinggal kabur. Satu – satunya sumber informasi terpercaya
hingga sekarang adalah Kitab Suci, khususnya Kitab Keluaran yang ada dalam
bilangan kitab Pentateukh. Di sana Musa dilukiskan sebagai tokoh utama
peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir dan pengembaraan mereka di padang
gurun selama 40 tahun. Ia dibesarkan di dalam dua lingkungan budaya yang
berbeda, yakni Mesir dan Midian. Namanya kemungkinan diturunkan dari sebuah
kata kerja bahasa Mesir, yang berarti ‘dilahirkan’. Tradisi Kitab Suci (Kel
2:1; Yos 24:5) mengatakan bahwa ia dilahirkan di Mesir dari sebuah keluarga
Hibrani, dan kemudian dibesarkan di lingkungan istana Firaun. Di dalam istana
itu, dia dididik dalam segala hikmat orang Mesir dan ia berkuasa dalam
perkataan dan perbuatannya (bdk. Kis 7:22). Namun pendidikan ala Mesir di
istana Firaun itu nampaknya tidak merusak ikatan batin dengan orang
sebangsanya. Sudah hampir dipastikan bahwa adat istiadat yang diwariskan Allah
Abraham, Iskhak dan Yakob itu diketahuinya di Mesir.
Kecuali itu, tradisi Kitab Suci
pun mengatakan bahwa ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di daerah Midian,
bagian timur Mesir. Midian adalah tempat pengungsiannya setelah ia membunuh
mandor Mesir yang menganiaya orang – orang sebangsanya. Disana ia menemukan
kembali tradisi nenek moyangnya yang tetap tidak berubah oleh pengaruh –
pengaruh Mesir (Bdk. Kel 4:24 – 26). Alkitab menghubungkan peristiwa
pengungsian itu dengan peristiwa pewahyuan Yahweh dan panggilan atas dirinya
untuk mengemban tugas sebagai pembebas bangsa Israel dari kekejaman Firaun di
Mesir (Kel 2:14 – 14:20). Dengan demikian jelaslah bahwa pengungsian itu
merupakan penyelenggaraan ilahi dalam rangka penyelamatan bangsa Israel.
Dalam hal penulisan Kitab Suci,
Musa dipandang sebagai pengarang Kitab Pentateukh, kelima bab pertama dari
Perjanjian Lama. Ini tidak berarti bahwa ia sendirilah yang menuliskan setiap
kata dari kitab itu. Walaupun kebanyakan bagian Kitab Pentateukh ditulis
setelah kematiannya, namun dianggap sebagai tulisannya karena didasarkan pada
tradisi lisan yang diwariskannya. Atas dasar itu dan juga karena ia adalah
tokoh utama yang mendominasi fase awal sejarah Israel, maka seluruh Kitab Pentateukh
dihubungkan dengan Musa sebagai pengarangnya. Atas dasar yang sama, Musa
dianggap sebagai pemberi hukum Allah kepada bangsa Hibrani. Dialah yang
menetapkan patokan dasar tingkah laku bangsa Hibrani sesuai dengan kehendak
Yahweh. Generasi – generasi kemudian menyesuaikan hukum itu dengan tuntutan
perkembangan zaman dan pandangan – pandangan hidup baru di bawah semangat Musa.
Musa
tidak diijinkan Yahweh memasuki tanah Kanaan yang dijanjikan kepada keturunan
Abraham karena ketegaran hati dan ketipercayaan bangsa Israel kepada Yahweh
(Ul. 1:37-38). Tuhan hanya menunjukkan kepadanya tanah terjanji itu dari atas
gunung Nebo. Akhirnya Musa meninggal di tanah Moab, di bagian timur Kanaan.
Orang – orang Israel meratapi dia selama 30 hari (Ul. 34:5-8). Dalam perjanjian
baru, penggelaran kepada Musa sering melebihi tokoh – tokoh perjanjian lama
lainnya mengingat kualitasnya sebagai pemberi Hukum Allah (Mat 8:4; Mrk 7:10).
Kecuali itu, ia dihubungkan dengan Yesus Kristus sebagai tokoh pra-lambang
Mesias terjanji (Yoh 6:32; Ibr 3,5,6).
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
5 September
St. Lauresius Giustiniani
Laurensius
dilahirkan di Venice, Italia, pada tahun 1381. Ibunya kadang-kadang berpikir
bahwa puteranya berkhayal terlalu tinggi. Laurensius selalu mengatakan kepada
ibunya bahwa ia ingin menjadi seorang kudus, seorang santo. Ketika usianya
sembilanbelas tahun, Laurensius merasa bahwa ia harus melayani Tuhan dengan
suatu cara yang istimewa. Ia meminta nasehat kepada pamannya, seorang imam yang
kudus dari komunitas St. George. “Apakah kamu memiliki keberanian untuk
meninggalkan kesenangan duniawi dan melewatkan hidupmu dengan melakukan silih?”
tanya pamannya. Cukup lama Laurensius tidak menjawab. Kemudian ia menatap salib
dan berkata, “Engkau, oh Tuhan, adalah harapanku. Dalam Salib ada ketenteraman
serta kekuatan.”
Ibunya
menginginkannya untuk menikah, tetapi Laurensius bergabung dengan komunitas St.
George. Tugas pertamanya adalah pergi ke kampung-kampung di kotanya untuk
meminta derma bagi ordonya. Laurensius tidak malu pergi meminta-minta. Ia tahu
bahwa derma uang ataupun barang akan berguna bagi karya Tuhan. Ia bahkan pergi
ke depan rumahnya sendiri dan meminta derma. Ibunya berusaha mengisi kantongnya
dengan banyak makanan agar Laurensius dapat segera pulang ke biaranya. Tetapi
Laurensius hanya menerima dua potong roti dan pergi ke rumah sebelah untuk
meminta derma lagi. Dengan demikian, ia belajar bagaimana mempraktekkan
penyangkalan diri dan semakin bertumbuh dalam kasih kepada Tuhan.
Suatu hari
seorang teman datang membujuk Laurensius untuk meninggalkan biaranya.
Laurensius menjelaskan kepada temannya itu betapa singkatnya hidup dan betapa
bijaksananya untuk melewatkan hidup demi surga. Temannya amat terkesan dan
terdorong untuk menjadi seorang religius juga.
Di kemudian hari
Laurensius diangkat menjadi Uskup, meskipun ia sendiri kurang senang akan hal
itu. Umatnya segera mengetahui betapa lembut hati dan kudusnya Uskup mereka.
Orang berbondong-bondong datang kepadanya setiap hari untuk memohon pertolongannya.
Menjelang ajalnya, St. Laurensius menolak berbaring di tempat tidur yang
nyaman. “Tidak boleh demikian!” serunya dengan rendah hati. “Tuhanku terentang
di kayu yang keras serta menyakitkan.” St. Laurensius Giustiniani wafat pada
tahun 1455.
Bagaimana
kehidupan imanku mendorongku untuk menjadi seorang pemberani?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
6 September
B. Bertrand
Bertrand hidup
di pertengahan akhir abad keduabelas dan pertengahan awal abad ketigabelas.
Negerinya, Perancis, dikacaukan oleh perang agama; ada suatu kebingungan hebat
mengenai ajaran Gereja. Orangtua Bertrand berhasil melewatkan hidup dalam damai
dan mereka mengajarkan iman yang benar kepada putera mereka. Pada tahun 1200,
biara-biara Cistercian diserang oleh suatu pasukan yang dipimpin oleh Raymond
dari Toulouse. Raymond percaya akan suatu bidaah yang disebut Albigensianisme.
Ia menganiaya orang-orang yang tidak memiliki kepercayaan yang sama dengannya.
Teristimewa ia menganiaya biarawan-biarawan Cistercian. Para biarawan ini
berupaya keras membantu umat untuk mengenal iman Katolik yang benar.
Bertrand
menggabungkan diri dalam Ordo Cistercian dan menjadi seorang imam. Sekitar
tahun 1208, ia bertemu dengan St Dominikus. Ini merupakan undangan Tuhan
kepadanya untuk memulai suatu pelayanan yang amat penting. Bertrand adalah
salah seorang dari keenam orang yang menggabungkan diri dengan Dominikus pada
tahun 1215 untuk membentuk suatu kongregasi religius yang baru, Ordo
Pengkhotbah. Mereka sering disebut “Dominikan” seturut nama pendirinya. Beato
Bertrand diutus ke Paris untuk memulai ordo di sana. Selang tak lama kemudian,
St Dominikus mengutus Biarawan Bertrand untuk pergi ke Bologna untuk mendirikan
ordo di sana. Bertrand taat dengan senang hati. Sementara itu, Ordo Pengkhotbah
semakin berkembang. Mereka mewartakan pesan Injil ke kota-kota dan desa-desa.
Mereka ingin orang mengenal dan mencintai iman Katolik mereka. Pada tahun 1219,
Beato Bertrand menemani St Dominikus dalam suatu perjalanan ke Paris. Ia sangat
mengasihi serta mengagumi St Dominikus.
Pada tahun 1221
para Dominikan mengadakan suatu pertemuan besar yang disebut Kapitel Umum.
Bertrand ada di sana. Ordo dibagi menjadi delapan provinsi agar para religius
dan pelayanan mereka dapat lebih efektif. Bertrand ditetapkan sebagai Superior
atau Provinsial Perancis selatan. Ia menghabiskan sisa hidupnya dengan
berkhotbah dan membantu umat untuk semakin dekat pada Tuhan. Bertrand wafat
pada tahun 1230 dan dimaklumkan sebagai “beato” oleh Paus Leo XIII pada tahun
1881.
Marilah pada
hari ini kita berdoa bagi mereka yang membaktikan hidup mereka untuk membimbing
orang-orang lain dalam iman.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Beato Thomas Tzugi, dkk, Martir
Thomas
lahir di Omura, negeri Jepang dari sebuah keluarga Kristen. Kesaksian hidup
para misionaris yang berkarya di tanah airnya menarik perhatiannya semenjak
kecil. Oleh karena itu ia bercita – cita menjadi imam. Untuk itu ia kemudian
masuk seminari. Di sekolah, ia terkenal cerdas sehingga bisa menamatkan
studinya dengan hasil gilang gemilang; ia lalu masuk Serikat Yesus. Thomas
kemudian berhasil mencapai cita – citanya dengan menerima tabhisan imamat dalam
Serikat Yesus. Kecerdasannya benar – benar terbukti dalam karyanya sebagai
imam. Ia terkenal sebagai seorang imam yang rajin dan pengkhotbah yang fasih
berbicara.
Ketika terjadi aksi
penganiayaan terhadap umat Kristen dan penghambatan besar terhadap karya misi,
Thomas mengungsi ke Makao. Namun ia tidak dapat bertahan lama disana. Mengingat
saudara – saudaranya yang mengalami berbagai penderitaan dan kekejaman karena
imannya dari penguasa setempat, ia akhirnya mengambil keputusan untuk pulang
dan menderita bersama – sama dengan mereka. Sebagai pahlawan Kristus, ia pulang
untuk berjuang di baris terdepan pembelaan iman Kristen. Tak lama kemudian
setelah ia tiba di Omura, ia ditangkap polisi dan diseret kedalam penjara
bersama dua orang kawannya. Tigabelas bulan lamanya Thomas bersama dua rekannya
meringkuk di dalam penjara.
Pada
tanggal 6 September 1627 mereka dibawa ke tempat hukuman mati. Dengan semangat
iman yang membara dan keperwiraan, Thomas bersama dua orang rekannya menaiki
timbunan kayu yang telah disulut api. Kepada ribuan orang yang datang untuk
penyaksikan pembunuhan atas mereka, Thomas memberi wejangan iman mengenal Yesus
Kristus. Banyak orang mencucurkan air matanya karena terharu mendengarkan
kotbahnya. Mereka menyaksikan bagaimana Thomas meninggal dengan cara yang ajaib.
Sekonyong – konyong dari dada Thomas memancarlah api yang menyala – nyala dan
bersinar ke angkasa. Nyala api itu adalah jiwanya yang melayang masuk ke dalam
kemuliaan surgawi.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
7 September
B.
John Duckett dan B. Ralph Corby
John Duckett
mengenyam pendidikan di perguruan tinggi Douay, Inggris dan ditahbiskan sebagai
imam pada tahun 1639. Kemudian ia melanjutkan studi tiga tahun lamanya di
Paris. Beberapa jam lamanya dalam sehari biasa dilewatkan John dalam doa. Sebelum
dikirim kembali ke Inggris yang sedang dalam masa penganiayaan, ia melewatkan
dua bulan lamanya bersama para biarawan Cistercian, membaktikan diri dalam doa
dan retret. Imam muda ini berkarya selama setahun di Inggris sebelum akhirnya
tertangkap dengan minyak suci dan sebuah buku ibadat di tangannya. Ketika
mereka yang menangkapnya mengancam akan mencelakai keluarga dan teman-temannya
jika ia tak mengakui identitasnya, John mengaku bahwa ia seorang imam. Ia
dibawa dan dijebloskan ke dalam penjara di London. Di sana, ia bertemu dengan
seorang rekan imam, Ralph Corby, yang seorang Yesuit. Pater Corby telah
berkarya selama duabelas tahun di Inggris sebelum akhirnya ditangkap saat
mempersembahkan Misa. Ordo Yesuit segera berupaya menyelamatkan Pater Corby. Ketika
“penangguhan hukuman mati” datang, P Corby mendesak agar P John Duckett yang
lebih muda, mempergunakannya. Tetapi P John tak hendak membiarkan dirinya pergi
meninggalkan sahabatnya.
Sesungguhnya,
tak seorang imam pun diijinkan menikmati penangguhan hukuman mati itu. Para
hakim mengabaikannya dan menjatuhkan hukuman mati kepada kedua imam. Pada
tanggal 7 September 1644, pukul sepuluh, kedua imam menaiki kereta yang akan
membawa mereka ke Tyburn, tempat pelaksanaan eksekusi. Kepala mereka digunduli dan
mereka mengenakan jubah mereka. Masing-masing menyampaikan sepatah dua patah
kata, lalu mereka saling berpelukan. Mereka akan segera berjumpa lagi di
hadapan Tuhan kemuliaan.
Apakah yang
aku lakukan ketika orang-orang yang tak bersalah menderita ketidakadilan?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santa Regina, Perawan dan Martir
Menurut
cerita – cerita yang berkembang di negeri Prancis, Regina dikenal sebagai anak
dari Klemens, seorang kafir di kota Alicem Burgundia. Ibunya meninggal dunia
ketika Regina masih kanak – kanak. Oleh ayahnya ia diserahkan kepada seorang
ibu yang beragama Kristen. Ibu ini mendidik Regina menurut kebiasaan hidup
Kristiani, hingga akhirnya Regina menjadi Kristen.
Ketika terdengar berita bahwa
anaknya sudah memeluk agama Kristen, sang ayah tidak sudi lagi mengakui Regina
sebagai anak kandungnya. Regina selanjutnya terus berada di bawah bimbingan ibu
Kristen pengasuhnya. Untuk menunjukkan baktinya kepada inang pengasuhnya itu, Regina
membantu mengembalakan ternak – ternak ibu itu.
Regina terus berkembang dewasa
dan tambah cantik. Banyak orang tertarik padanya dan bermaksud menjadikan dia
sebagai isteri mereka. Tak terkecuali pembesar kota itu, Olybirus, gubernur
kota Alice tertarik sekali pada Regina. Ia berusaha sekuat tenaga untuk
menjadikan Regina sebagai isterinya. Ia meminang Regina. Tatkala ayahnya
mendengar berita gembira ini, kembali ia mengakui Regina sebagai anaknya,
karena yakin bahwa kehidupannya akan menjadi lebih baik oleh perkawinan anaknya
dengan gubernur.
Tetapi apa yang diharapkan sang
ayah tidaklah tercapai. Regina dengan tegas menolak pinangan sang gubernur
karena tahu bahwa gubernur Olybrius masih kafir. Klemens sangat marah, tetapi
tidak mau menyerah kalah. Ia terus membujuk Regina agar mau menerima pinangan
gubernur. Namun usaha – usaha itu sia – sia karena Regina terus tetap pada
pendiriannya. Lalu Klemens, ayahnya menyeret dia dan memasukkan dia ke dalam
sebuah gudang gelap di bawah tanah.
Olybrius pun demikian. Ia
menyuruh kaki tangannya menangkap Regina dan memenjarakannya. Disana Regina
didera dengan berbagai siksaan dengan maksud agar ia memenuhi pinangan
Olybrius. Meski berbagai siksaan ditimpakan padanya, ia tetap tidak goyah. Ia
terus berdoa mohon kekuatan Allah. Pada malam hari, ia dihibur oleh suara ajaib
yang mengatakan bahwa ia akan segera bebas dari penjara. Keesokan harinya, ia
disiksa lagi oleh serdadu – serdadu gurbernur untuk kemudian dipenggal
kepalanya.
Tuhan
tetap setia pada hambanya. Pada saat Regina hendak dipenggal kepalanya, tiba –
tiba tampaklah seekor burung merpati yang putih kemilau hinggap diatas
kepalanya. Banyak orang yang menyaksikan peristiwa itu mengakui kesucian Regina
dan bertobat. Namun pemenggalan kepala Regina tetap dilaksanakan oleh serdadu –
serdadu Gubernur Olybrius. Regina mati sebagai martir Kristus pada tahun 303 di
Autun, Prancis.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
8 September
Kelahiran Santa Perawan Maria
Tidak biasanya
kita merayakan hari kelahiran para kudus. Sebaliknya kita merayakan hari mereka
wafat, karena pada hari itulah mereka dilahirkan ke dalam sukacita surgawi.
Namun, hari kelahiran Maria, Bunda Kita, merupakan suatu pengecualian. Kita
merayakan hari kelahirannya karena ia datang ke dunia dalam keadaan penuh
rahmat dan karena ia akan menjadi Bunda Yesus.
Kelahiran Bunda
Maria bagaikan fajar. Ketika pada waktu pagi cakrawala mulai berwarna merah,
kita tahu bahwa matahari akan segera terbit. Demikian juga ketika Maria
dilahirkan, ia membawa sukacita yang besar bagi dunia. Kelahirannya berarti
bahwa Yesus, Matahari Keadilan, akan segera datang. Maria adalah manusia
mengagumkan yang memperoleh hak istimewa untuk membawa Yesus kepada segenap
umat manusia.
Jika kita
mengasihi Maria, berarti kita mengasihi Yesus. Siapapun yang memiliki devosi
yang amat kuat kepada Maria, ia amat dekat di hati Yesus.
Pada hari ini,
kita merayakan serta mewartakan dengan sukacita kepada seluruh dunia kelahiran
Santa Perawan Maria. Kita selalu dapat datang kepada Maria untuk memohon
pertolongannya. Ia amat dekat di hati Yesus. Ujud khusus apakah yang akan aku
minta kepada Bunda Maria pada hari ini?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
9 September
St.
Petrus Claver
Imam Spanyol dari
Serikat Yesus ini dilahirkan pada tahun 1580. Ia dikenal sebagai “rasul para
budak.” Ketika ia masih seorang seminaris di Serikat Yesus, ia merasakan suatu
dorongan yang amat kuat untuk pergi ke Amerika Selatan sebagai seorang
misionaris. Ia menjadi sukarelawan dan diutus ke pelabuhan Cartagena
(Kolumbia). Di sana berdatangan banyak sekali kapal penuh dengan muatan para
budak belian yang didatangkan dari Afrika untuk dijual.
Melihat himpunan
orang-orang malang itu yang berjubel, sakit serta menderita, hati Petrus
tergerak oleh belas kasihan. Ia bertekad untuk menolong mereka serta mewartakan
Kabar Sukacita kepada mereka. Begitu sebuah kapal muatan tiba, Petrus akan
segera pergi menyongsongnya dan menjumpai ratusan budak yang sakit. Ia memberi
mereka makanan serta obat-obatan. Ia membaptis mereka yang sekarat serta
membaptis bayi-bayi. Ia merawat yang sakit. Sungguh suatu kerja keras sementara
panas menyengat. Seorang yang pernah satu kali menemani St. Petrus melakukan
karyanya tidak tahan menyaksikan pemandangan yang memilukan itu. Tetapi Petrus
melakukannya selama empat puluh tahun. Ia membaptis sekitar tiga ratus ribu
orang. Ia selalu berada di sana ketika kapal-kapal itu datang. Ia mencurahkan
perhatian serta kasih sayangnya kepada mereka yang diperlakukan secara tidak
adil oleh masyarakat.
Meskipun majikan
para budak itu berusaha mencegahnya, Pastor Claver tetap saja mengajarkan iman
kepada para budak belian itu. Suatu pekerjaan yang lamban serta mengecilkan
hati. Banyak orang mencelanya dengan mengatakan bahwa segala yang ia lakukan
itu hanya sia-sia belaka. Menurut mereka, para budak itu tidak akan pernah
memiliki iman. Tetapi St. Petrus seorang yang amat sabar dan ia percaya bahwa
Tuhan memberkati para budak tersebut. Ia malahan juga pergi mengunjungi para
budak itu setelah mereka meninggalkan Cartagena. Pastor Claver tidak pernah
lelah mendesak majikan para budak itu untuk memperhatikan jiwa-jiwa para budak
mereka sementara mereka sendiri perlu menjadi umat Kristiani yang lebih baik.
Empat tahun terakhir
dalam hidupnya, Pastor Claver menderita sakit yang demikian hebat hingga ia
harus tinggal terus dalam kamarnya. Ia bahkan tidak dapat merayakan Misa.
Sebagian besar orang telah melupakannya, tetapi Pastor Claver tidak pernah
mengeluh. Kemudian, tiba-tiba saja, pada saat wafatnya pada tanggal 8 September
1654, sekonyong-konyong seluruh kota terjaga. Mereka segera sadar bahwa mereka
telah kehilangan seorang kudus. Sejak saat itu, ia tidak pernah lagi dilupakan.
St. Petrus Claver dinyatakan kudus pada tahun 1888 oleh Paus Leo XIII.
“Kita harus
berbicara kepada mereka dengan tangan kita sebelum kita berusaha berbicara
kepada mereka dengan bibir kita.”
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
10 September
St.
Nikolaus dari Tolentino
Nikolaus
dilahirkan pada tahun 1245 di Ancona, Italia. Kedua orangtuanya telah lama
mendambakan serta menantikan kehadiran seorang anak. Nikolaus adalah jawaban
atas doa-doa mereka dan ziarah mereka ke kapel St. Nikolaus dari Bari. Pasangan
tersebut amat berterima kasih atas bantuan doa St. Nikolaus hingga mereka
menamakan bayi mereka seturut namanya. Ketika anak itu besar, ia mengatakan
bahwa ia ingin menjadi seorang imam. Anak itu suka berdoa dan ingin hidup dekat
Tuhan. Teman-teman keluarganya berharap agar ia menjadi imam di suatu paroki
yang kaya di mana Nikolaus dapat cepat dipromosikan. Nikolaus tidak banyak
bicara, tetapi diam-diam ia mencari dan berdoa. Suatu hari, ia masuk sebuah
gereja. Seorang imam Agustinian yang kudus sedang menyampaikan khotbah.
Katanya: “Janganlah mencintai dunia atau pun barang-barang duniawi, sebab dunia
ini akan segera berlalu.” Nikolaus merenungkan kata-katanya. Ia pergi dengan
kata-kata itu terngiang-ngiang di telinganya. Ia tahu bahwa Tuhan telah memakai
imam tersebut untuk menyentuh hidupnya. Nikolaus menjadi yakin akan pentingnya
mewartakan Sabda Tuhan. Ia memutuskan untuk mohon bergabung dalam ordo yang
sama dengan imam tersebut.
Ordo itu adalah
Ordo Santo Agustinus (OSA) dan imam itu adalah Pastor Reginald yang kemudian
menjadi pembimbing novisnya. Biarawan Nikolaus mengucapkan kaulnya ketika
usianya delapan belas tahun. Kemudian ia mulai pendidikannya untuk menjadi
imam. Nikolaus ditahbiskan sekitar tahun 1270. Dengan semangat cinta kasih
Pastor Nikolaus melaksanakan karya kerasulannya dengan berkotbah di berbagai
paroki. Suatu hari, ketika sedang berdoa di sebuah gereja, sekonyong-konyong ia
mendengar suara yang mengatakan: “Ke Tolentino, ke Tolentino. Tinggallah di
sana.” Segera sesudah peristiwa itu, ia ditugaskan ke kota Tolentino. Ia
melewatkan tiga puluh tahun terakhir hidupnya di sana. Pada masa itu terjadi
suatu pergolakan politik yang besar di sana. Banyak orang tidak datang ke
gereja untuk mendengarkan Sabda Tuhan serta beribadah kepada-Nya. Para biarawan
St. Agustinus memutuskan bahwa sangat perlu diadakan khotbah di jalan-jalan.
St. Nikolaus dipilih untuk ambil bagian dalam rencana ini. Dengan sukarela ia
berkhotbah di tempat-tempat terbuka dan di tempat-tempat di mana banyak orang
berkumpul. Orang mendengarkan khotbahnya dan banyak di antaranya yang bertobat
atas dosa-dosa mereka dan atas ketidakpedulian mereka. Mereka mulai hidup lebih
baik. Pastor Nikolaus melewatkan berjam-jam setiap harinya di daerah-daerah
kumuh Tolentino. Ia mengunjungi mereka yang kesepian. Ia memberikan sakramen
kepada mereka yang sakit dan menjelang ajal. Ia memberikan perhatian terhadap
kebutuhan anak-anak dan ia mengunjungi orang-orang di penjara. Banyak mukjizat
dilaporkan terjadi ketika St. Nikolaus masih hidup. Ia menjamah seorang anak
yang sakit sambil berkata, “Semoga Allah yang baik menyembuhkanmu,” dan anak
itu pun sembuh.
St. Nikolaus
dari Tolentino menderita sakit selama kurang lebih satu tahun sebelum akhirnya
wafat pada tanggal 10 September 1305. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Eugenius IV
pada tahun 1446.
Oleh karena
teladan orang-orang lain, St. Nikolaus dari Tolentino tergerak hatinya untuk
menolong sesama. Siapa saja dalam hidupku yang telah mendorongku untuk menjadi
seorang Kristen yang lebih baik?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Theodardus, Martir
Hari
kelahiran Theodardus tidak diketahui dengan pasti. Yang diketahui tentang
dirinya ialah bahwa ia menggantikan Santo Remaclus sebagai Abbas di biara
Benedictin Malmedy – Stavelot, Prancis pada tahun 653. Pada tahun 662 ia
ditabhiskan menjadi Uskup Tongres – Masetricht, Prancis. Ketika kelompok
bangsawan Prancis berusaha menyita kekayaan Gereja diosesnya, ia mengajukan
protes kepada Childeric II dari Austria yang berkuasa di Merovingian, sebagai
wilayah kerjaan Prancis. Pada tahun 670, dalam perjalanannya ke pengadilan
kerajaan, uskup yang saleh ini dibunuh dengan kejam disebuah tempat dekat
Speyer, Jerman oleh kaki tangan raja. Ia dihormati sebagai martir karena usaha
– usahanya untuk memperjuangkan dan membela hak – hak Gereja.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
11 September
B.
Louis (Ludwig) dari Thuringia
Pangeran Jerman
ini hidup pada akhir abad keduabelas dan awal abad ketigabelas. Ketika usianya
duapuluh satu tahun, ia dinikahkan denganSt
Elizabeth dari Hungaria yang baru
berusia empatbelas tahun. Pernikahan ini diatur oleh kedua orangtua mereka
seturut kebiasaan pada masa itu. Louis dan Elizabeth, keduanya mengasihi Tuhan;
dan Ia menumbuhkan cinta kasih mesra di antara mereka. Demikianlah, mereka
hidup berbahagia bersama. Kebahagiaan mereka semakin bertambah ketika Tuhan
menganugerahi mereka tiga anak. Yang bungsu adalah B Gertrude.
Louis membantu
isterinya dalam banyak karya amal kasih kepada fakir miskin. Ia juga bersamanya
dalam doa yang saleh. Dari waktu ke waktu, rakyat melihat pangeran mereka yang
tampan dan isterinya yang cantik bahu-membahu menolong mereka yang malang.
Dikisahkan bahwa suatu ketika Elizabeth membawa masuk seorang kusta ke dalam
istana dan merawatnya di atas tempat tidur mereka. Sejenak, ketika Louis
melihatnya, ia naik pitam. Tetapi, sekonyong-konyong, bukannya melihat si kusta
malahan ia melihat Yesus yang tersalib terbaring di sana. Setelah kejadian itu,
yang menunjukkan betapa Yesus berkenan atas karya kasih Elizabeth, Louis
memerintahkan agar dibangun sebuah rumah sakit untuk para penderita kusta.
Di suatu musim
dingin yang menggigit, Louis harus pergi jauh dari negerinya. Ketika ia
kembali, Elizabeth amat bersukacita. Tahun berikutnya, Louis pergi dalam suatu
Perang Salib demi membebaskan Tanah Suci dari kaum Muslim. Tetapi, di tengah
perjalanan ia terjangkit malaria dan tak lama kemudian wafat. Sebab senantiasa
hidup dalam persatuan yang erat dengan Yesus, penguasa yang gagah berani ini
tidak takut mati. Ia menyambut Sakramen Perminyakan dan wafat dalam damai pada
tahun 1227.
Marilah pada
hari ini kita berdoa bagi pasangan-pasangan suami isteri agar kasih mereka satu
sama lain membantu mereka untuk bertumbuh dalam kekudusan pribadi.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Protus dan Hyasintus, Martir
Selama
beberapa kurun waktu kedua bersaudara ini bekerja di sebuah pertapaan di Mesir.
Mereka kemudian pindah ke Roma. Disana mereka bekerja sebagai pelayan pada
seorang wanita bangsawan bernama Eugenia, yang kemudian dihormati sebagai
Santa.
Pada waktu itu kekaisaran Roma
diperintah oleh Kaisar Gallienus. Seperti kaisar – kaisar sebelumnya, Gallienus
tidak suka pada orang – orang Kristen. Ia menyuruh serdadu – serdadu menangkap
dan memenggal kepala Protus dan Hyasintus. Peristiwa berdarah atas kedua
bersaudara ini terjadi pada tahun 257.
Kuburan
Hyasintus ditemukan kembali di sebuah katakombe di Roma pada tahun 1845. Ada
petunjuk kuat pada sisa – sisa tulangnya bahwa ia mati terbakar, sedangkan
kuburan Protus ditemukan dalam keadaan kosong.
Beato Yohanes Gabriel Perboyre, Martir
Ketika
masih kanak – kanak, Yohanes sudah terbiasa dengan kerja keras. Ia biasa
membantu ayahnya menggembalakan ternak – ternak mereka di padang. Pada umur 8
tahun, ia masuk sekolah atas ijin ayahnya. Kemudian ia mengikuti pendidikan
imam di seminari menengah. Yohanes, seorang calon imam yang sederhana, tetapi
saleh, pandai dan senantiasa riang. Terdorong oleh keinginannya untuk menjadi
rasul Kristus di tempat lain, ia masuk Kongregasi Misi Santo Vincentius, yang
lazim disebut orang Tarekat Lazaris. Ia kemudian ditabhiskan menjadi imam di
Paris.
Imam muda ini disenangi dan
dikagumi banyak orang terutama rekan – rekannya sebiara. Kepandaian dan
kebijaksanaannya dalam berkarya membuat dia diserahi berbagai jabatan penting
di tanah airnya, kendatipun usianya masih tergolong muda. Kemudian atas
permintaannya sendiri, ia diutus sebagai misionaris di negeri Tiongkok pada
tahun 1830. Pada masa itu, Tiongkok masih tertutup sekali pada dunia luar.
Dengan demikian, kepergiannyake sana membawa bahaya tersendiri. Ia harus melayani
umat yang ada disana dalam situasi selalu terancam bahaya dan bermacam – macam
kesulitan. Tetapi Yohanes tidak takut akan semua bahaya itu. Ia yakin bahwa
Tuhan akan senantiasa menolong dia dalam karyanya. Ia tanpa takut melayani umat
Kristen yang ada di negeri itu dengan memberi mereka pengajaran agama dan
pelayanan sakramen – sakramen secara sembunyi – sembunyi. Rasa haus, udara yang
dingin dan keletihan tidak dihiraukannya demi pelayanan umat.
Karyanya
yang penuh bahaya itu didasari oleh kekuatan batin melalui doa – doa dan
matiraganya. Akhirnya imam muda ini mengalami nasib yang sama seperti Kristus
Tuhan yang dilayaninya. Seperti Kristus, Yohanes dijual oleh seorang
pengkhianat dengan 30 keping perak. Setelah menderita sengsara setahun lamanya,
ia mati di atas tiang gantungan yang dibuat berbentuk salib, pada hari Jumat
pertama di bulan September 1840, tepat pukul 3 siang.Kesucian hidupnya di balas
Tuhan dengan berbagai mukzijat dan karunia yang luar biasa kepada setiap orang
yang berdoa dengan meminta perantaraannya. Pada tahun 1889, ia dinyatakan
sebagai seorang Beato oleh Sri Paus Leo XIII.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
12 September
St.
Eanswida
Eanswida hidup
pada abad ketujuh. Ia adalah cucu St Ethelbert, raja Kristen pertama dalam
kerajaan Inggris. Ayahnya adalah Pangeran Edbald. Pada mulanya, Edbald bukanlah
seorang religius, tetapi ia banyak belajar mengenai kekristenan dari puterinya.
Eanswida seorang gadis yang saleh pun menarik. Ayahnya telah memilihkan seorang
calon suami yang baik untuknya, seorang pangeran kafir dari Northumbria.
Eanswida sama sekali tidak senang. Ia menolak menikah dengan suatu gurauan yang
halus, agar jangan sampai menyinggung hati ayahnya. Edbald menghormati
keinginan puterinya dan ayahnya itu mengejutkan semua orang ketika ia
mengijinkan puterinya untuk memulai suatu biara bagi para biarawati.
Puteri Eanswida
adalah seorang biarawati yang riang gembira. Ia hidup sederhana dan dalam doa
seperti para biarawati lainnya. Ia menghabiskan seluruh sisa hidupnya dalam
matiraga dan doa bagi dirinya sendiri dan bagi segenap rakyat negerinya.
Eanswida wafat pada tanggal 31 Agustus tahun 640.
Kaum Danes di
kemudian hari menghancurkan biaranya, tetapi para biarawan Benediktin
mendirikan biara kembali pada tahun 1095.
Adakah mungkin
aku dipanggil untuk melayani Kristus dalam suatu peran pemimpin?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Nama Tersuci Maria, Ibu
Yesus
Menurut Santo Bernardus, nama 'Maria'
berkaitan dengan kata 'Mare' yang berarti 'laut'. Nama ini kemudian diabadikan
dengan menjuluki Maria sebagai "Stella Maris" yang berarti
"Bintang Laut", sebagaimana dinyanyikan dalam hymne "Ave Bintang
Laut, sungguh ibu Tuhan, dan tetap perawan, pintu gerbang surga."
Menurut pengalaman iman banyak orang saleh, orang yang mengalami berbagai kesusahan dan kegelisahan akan terhibur bila memandang bintang itu sambil menyebut nama Maria Bunda Yesus. Oleh karena itu nama manis ini dihormati umat di seantero dunia seperti yang sudah diramalkan Maria sendiri dalam "Magnificat"nya: "Sesungguhnya mulai dari sekarang sekalian bangsa akan menyebut aku berbahagia." (Luk 1:48)
Menurut pengalaman iman banyak orang saleh, orang yang mengalami berbagai kesusahan dan kegelisahan akan terhibur bila memandang bintang itu sambil menyebut nama Maria Bunda Yesus. Oleh karena itu nama manis ini dihormati umat di seantero dunia seperti yang sudah diramalkan Maria sendiri dalam "Magnificat"nya: "Sesungguhnya mulai dari sekarang sekalian bangsa akan menyebut aku berbahagia." (Luk 1:48)
Santo Guido Anderlecht, Pengaku Iman
Guido, yang lazim juga disebut Guy, lahir di Anderlecht, Brussels, Belgia. Hari
kelahirannya tidak diketahui dengan pasti. Orangtuanya miskin namun saleh. Oleh
pendidikan orangtuanya ia berkembang dewasa menjadi seorang pemuda yang beriman
dan taat agama. Ia menerima kemiskinan orangtuanya dengan gembira. Dalam
kondisi itu ia bercita-cita melayani orang-orang miskin dengan kemiskinannya.
Guido tergolong dalam bilangan para kudus
yang termiskin. Ia seorang musafir miskin seperti Santo Benediktus Labre dan
Matt Talbot, buruh miskin yang saleh itu. Semenjak masa mudanya ia sudah
menunjukkan keutamaan-keutamaan hidup yang mengagumkan teristimewa dalam hal
doa dan pengabdian kepada sesama. Untuk melaksanakan cita-citanya itu secara
lebih sempurna, ia meninggalkan kampung halamannya Anderlecht, dan pindah ke
Laeken. Di sana ia berkelana ke sana kemari dan menjadi pertapa yang saleh.
Cara hidupnya ini menarik perhatian pastor paroki Laeken. Akhirnya oleh Pastor
itu ia diangkat menjadi sakristan di gereja Bunda Maria di Laeken. Seperti
Samuel di dalam Bait Allah Yerusalem dahulu, Guido tinggal di dalam rumah
Allah, melayani Misa Kudus, membersihkan dan menghiasi gereja. Semua umat
senang dengan Guido karena kerajinannya melayani Misa Kudus dan memelihara
gereja.
Banyak orang memberinya bantuan keuangan.
Dengan uang itu ia membantu orang-orang miskin. Agar lebih banyak membantu
orang-orang miskin, ia diajak seorang saudagar kaya untuk ikut serta dalam
usaha dagangnya. Ia setuju dengan ajakan itu, lalu meninggalkan tugasnya
sebagai pelayan Tuhan di gereja Laeken. Persekutuan dagang dengan saudagar kaya
itu mengalami bangkrut mendadak. Guido kewalahan dan kembali mengalami
kemelaratan hidup seperti sediakala. Dalam keadaan itu ia memutuskan kembali
lagi ke Laeken untuk menjadi Sakristan. Tetapi tugas itu sudah diambilalih oleh
orang lain. Ia semakin bingung dan mulai menyadari hal itu sebagai hukuman
Tuhan atas dirinya. Guido sungguh menyesal dan bertobat atas kebodohannya itu.
Ia kemudian berziarah ke Roma dan Tanah Suci dengan berjalan kaki. Setelah
tujuh tahun berada di sana, ia kembali ke Anderlecht. Di sana ia meninggal
dunia pada tahun 1012 karena penyakit yang dideritanya selama perjalanannya di
Tanah Suci. Ia dinyatakan 'kudus' karena berbagai mujizat yang terjadi di
kuburnya bagi orang-orang yang berdoa di sana
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
13 September
St.
Yohanes Krisostomus
St. Yohanes
Krisostomus dilahirkan di Antiokhia sekitar tahun 344. Ayahnya meninggal ketika
ia masih bayi. Ibunya memilih untuk tidak menikah lagi. Ia mencurahkan seluruh
perhatiannya untuk membesarkan putra dan putrinya. Ibunya banyak berkorban agar
Yohanes kelak dapat menjadi salah seorang guru yang terbaik. Yohanes seorang
anak yang amat cerdas dan kelak pasti dapat menjadi seorang yang hebat. Jika
Yohanes bercerita, semua orang senang mendengarkannya. Sesungguhnya, namanya,
Krisostomus berarti “Bermulut emas.” Namun demikian, Yohanes ingin
memberikan dirinya seutuhnya kepada Tuhan. Ia menjadi seorang imam dan di
kemudian hari diangkat menjadi uskup kota besar Konstantinopel.
St. Yohanes
adalah seorang uskup yang mengagumkan. Meskipun ia selalu sakit, ia melakukan
begitu banyak karya yang mengagumkan. Ia berkhotbah satu atau dua kali sehari,
memberi makan fakir miskin serta memberikan perhatian kepada yatim piatu. Ia
memperbaiki kebiasaan umat berbuat dosa serta menghentikan
pertunjukan-pertunjukkan yang tidak layak dipertontonkan. Ia mengasihi semua
orang, namun demikian ia tidak takut untuk menegur mereka, bahkan ratu
sekalipun, apabila mereka berbuat salah.
Karena memerangi
dosa, St. Yohanes mempunyai banyak musuh - bahkan ratu sendiri. Ratu
mengusirnya dari Konstantinopel. Dalam perjalanan, St Yohanes menderita demam
yang hebat, kekurangan makan serta kurang istirahat. Meskipun begitu, ia
berbahagia dapat menderita bagi Yesus. Sesaat sebelum kematiannya, ia berseru,
“Kemuliaan kepada Allah!”
St. Yohanes
wafat di Turki pada tanggal 14 September 407. Hujan es dan angin ribut yang
dahsyat menyerang Konstantinopel pada saat ia meninggal. Empat hari kemudian,
ratu yang jahat itu pun meninggal juga. Puteranya menghormati jenasah St.
Yohanes dan menunjukkan betapa ia menyesal atas apa yang telah diperbuat ibunya.
“Jika Kristus
besertaku, kepada siapakah aku harus takut?” ~ St. Yohanes Krisostomus
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
14 September
Pesta Salib Suci
Konon ketika raja Persia menaklukkan Tanah
Suci dan menduduki Yerusalem, ia merampas Salib Yesus dan membawanya ke Persia.
Tetapi tidak lama kemudian ketika Kaisar Romawi Heraklius mengalahkan Persia,
Salib Tuhan itu dikembalikan atas tuntutannya. Heraklius sendiri memikul Salib
Tuhan itu hingga ke puncak Golgotha. Pada abad keempat, Salib itu ditemukan oleh
Santa Helena, ibu Kaisar Konstantinus Agung. Sebuah gereja dibangun di sana
sebagai penghormatan terhadap Salib Tuhan itu.
Hari ini Gereja merayakan pesta Salib Suci. Pemuliaan Salib Tuhan ini dikaitkan dengan penemuannya oleh Santa Helena. Lebih dari itu pesta ini lebih merupakan ungkapan iman Gereja terhadap Salib Yesus sebagai jalan keselamatan.
Santo Yohanes Gabriel
Dufresse, Martin
Yohanes lahir pada tahun 1750. Ia adalah
seorang misionaris di Tiongkok, yang terkenal sangat giat mewartakan Injil di
sana hingga ditangkap dan dibuang oleh penguasa negeri itu. Meskipun demikian
ia secara diam-diam kembali lagi ke sana dan kemudian diangkat menjadi Uskup.
Ia berhasil memimpin misi Szechuan sampai ketahuan dan dipenggal kepalanya pada
tahun 1815.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
15 September
Santa Katarina Fieschi dari Genoa, Janda
Di antara sekian banyak wanita kudus yang
menyandang nama Katarina, Katarina Fieschi patut diberi julukan "Pencinta
Jiwa-jiwa di Api Penyucian." Katarina berasal dari sebuah keluarga
bangsawan kaya raya. Ia cantik sekali dan berpendirian tegas.Pada umur 13
tahun, ia masuk sebuah ordo yang keras sekali aturannya. Permohonannya ditolak
karena umurnya dianggap belum memenuhi syarat. Tiga tahun kemudian, ia menikah
dengan Yuliano Adorno, pemuda kebanggaan orangtuanya.
Awal perkawinan mereka tidak begitu
bahagia. Yuliano, acuh tak acuh dan sering tidak menghiraukannya. Lima tahun
lamanya, ia menanggung penderitaan batin yang luar biasa karena ulah suaminya
Yuliano. Tetapi ia menanggung semuanya itu dengan sabar dan tawakal. Secara
ekonomi mereka tidak kekurangan apa pun karena harta warisan orangtuanya
berlimpah-limpah. Ia hidup berfoya-foya dan menikmati kesenangan duniawi yang
tak ada taranya. Namun batinnya tidak tenteram.Pada usia 36 tahun, ia
melepaskan semua kesenangan duniawi itu dan bertobat. Ia mulai lebih banyak
berdoa untuk memohon bimbingan Tuhan. Suaminya Yuliano pun ikut bertobat.
Keduanya mulai mengenyam suatu hidup yang bahagia dalam cinta dan cita-cita
yang luhur untuk mengabdi Tuhan. Mereka pindah ke sebuah rumah yang sederhana
dan berkarya di sebuah rumah sakit secara cuma-cuma.
Yuliano meninggal dunia pada tahun 1497.
Katarina dengan tekun melanjutkan karya amal itu sambil tetap menjalin hubungan
dengan Tuhan dengan doa dan matiraga. Tuhan memperhatikan hambanya dan
memberinya banyak karunia istimewa dan kehidupan mistik yang tinggi.
Perhatiannya yang lebih besar dicurahkan kepada jiwa-jiwa di api penyucian
karena ia berpendapat bahwa penderitaan mereka jauh lebih besar mengingat
mereka dianggap belum berkenan kepada Tuhan secara sempurna. Katarina Fieschi
meninggal dunia pada tahun 1510.
Maria, Mater Dolorosa
Hari ini juga Gereja mengenangkan
'Kedukaan Santa Perawan Maria'. Banyak sekali penderitaan yang dialami Maria
sepanjang perjalanan hidupnya bersama Yesus, Anaknya dalam karya agung
penyelamatan umat manusia dari dosa. Maria menyertai Yesus hingga akhir
hayatNya di bawah kaki salib. Oleh karena itu Gereja menamai Maria 'Mater Dolorosa',
Bunda Dukacita, dan 'Ratu para Martir'.
Seluruh penderitaan Maria diringkas Gereja
dalam 7 jenis kedukaan yang diambil dari 7 peristiwa berikut ini:
- Kedukaan sewaktu Simeon meramalkan apa yang akan
terjadi atas diri Yesus, anaknya sewaktu ia bersama Yusuf mempersembahkan
Yesus di Bait Allah.
- Kedukaan yang dialaminya sewaktu pengungsian ke
Mesir.
- Kedukaan sewaktu ia bersama Yusuf mencari Yesus
di Yerusalem.
- Kedukaan sewaktu bertemu dengan Yesus di jalan
salib.
- Kedukaan sewaktu Yesus disalib dan wafat.
- Kedukaan sewaktu Yesus dibaringkan di
pangkuannya.
- Kedukaan sewaktu Yesus dimakamkan.
Maria menanggung semua penderitaan itu
dengan tabah dan penuh iman karena ia sendiri telah mengatakan dengan bebas
kepada malaekat Allah: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku
menurut perkataanmu itu.”
Santo Nikomedes,
Martir
Sangat sedikit keterangan tentang riwayat
Nikomedes, meskipun Gereja menghormatinya sebagai martir Kristus dan kepadanya
dipersembahkan sebuah Gereja di Via Nomeritana. Konon beliau adalah seorang
imam di Roma pada masa pemerintahan Kaisar Domisianus. Ia dipenggal kepalanya
karena menguburkan jenazah Santa Felicula. Jenazahnya sendiri dimakamkan di
gereja Santa Praksedis di Roma.
Sumber : http://www.imankatolik.or.id
St.
Kornelius & St. Siprianus
Pada pertengahan
abad ketiga, Gereja masih mengalami penganiayaan. Penganiayaan yang kejam dalam
masa pemerintahan Kaisar Decius telah merenggut nyawa Paus St. Fabianus. Gereja tidak
memiliki paus selama hampir satu tahun lamanya. Seorang imam kudus dari Roma,
Kornelius, dipilih menjadi Bapa Suci pada tahun 251. Kornelius menerima tugas
tersebut, oleh sebab ia sangat mencintai Kristus. Ia rela melayani Gereja
sebagai seorang paus, meskipun pelayanannya itu membahayakan jiwanya. Karena
itulah Paus Kornelius amat dikagumi di seluruh dunia. Teristimewa para
Uskup Afrika secara terang-terangan menyatakan cinta dan kesetiaan mereka
kepada paus. Uskup Siprianus dari Kartago mengirimkan kepada bapa suci
surat-surat yang membangkitkan semangat serta menyatakan dukungan.
Siprianus
dibaptis sebagai pengikut Kristus pada usia empat puluh lima tahun. Ia
mengherankan umat Kristiani di Kartago dengan mengucapkan kaul kemurnian sesaat
sebelum dibaptis. Beberapa waktu kemudian, Siprianus ditahbiskan sebagai imam
dan pada tahun 249 sebagai uskup. Penuh semangatUskup Siprianus
membesarkan hati Paus Kornelius dengan mengingatkannya bahwa selama masa
penganiayaan yang sedang berlangsung di Roma itu, tidak ada seorang umat
Kristiani pun yang mengingkari imannya. Tulisan-tulisan St. Siprianus
menjelaskan tentang kasih yang harus dimiliki umat Kristiani bagi persatuan
Gereja. Kasih ini haruslah juga diperuntukkan bagi paus, para uskup serta para imam,
baik di keuskupan-keuskupan maupun di paroki-paroki. Siprianus juga menulis
sebuah thesis tentang persatuan Gereja. Topik yang diangkatnya itu tetap
menjadi topik penting di sepanjang masa, termasuk masa sekarang.
Paus St.
Kornelius wafat dalam pengasingan di pelabuhan Roma pada bulan September tahun
253. Oleh sebab ia harus menanggung penderitaan yang luar biasa sebagai seorang
paus, maka ia dinyatakan sebagai martir. St. Siprianus wafat lima tahun
kemudian dalam masa penganiayaan Valerianus. Ia dipenggal kepalanya di Kartago
pada tanggal 14 September 258. Pesta kedua orang kudus ini dirayakan
bersama-sama untuk mengingatkan kita akan pentingnya persatuan Gereja.
Persatuan Gereja adalah tanda kehadiran Yesus yang adalah Kepala Gereja.
Marilah berdoa
mohon persatuan di antara semua orang yang berbeda budaya, ras, bangsa, maupun
agama.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Beato Viktor III, Paus
Viktor III lahir
di Benevento, Italia pada tahun 1026/1027. Mulanya ia masuk biara Santa
Sophia di Benevento, Italia dan mendapat nama Desiderius. Kemudian ia masuk
Ordo Benediktin di Monte Casino. Ia dikenal sebagai seorang rahib yang saleh
dan bijaksana. Oleh karena itu pada tahun 1085, ia diangkat menjadi pemimpin
biara (= Abbas) Monte Casino. Setahun kemudian ia ditahbiskan menjadi imam
kardinal. Sebagai Abbas, ia berusaha memperbaiki kembali gereja biara Monte
Casino dan membaharui disiplin hidup para Benediktin di dalam biara itu.
Kecuali itu, ia berusaha menciptakan kedamaian bagi orang-orang Normandia.
Pada bulan Mei 1086, Desiderius diminta
menjadi Paus. Dengan rendah hati, ia menolak jabatan mulia itu karena merasa
diri tidak layak. Namun ia dipaksa untuk menjadi Paus demi kelanjutan
kepemimpinan di dalam Gereja Kristus. Ia akhirnya menerima juga jabatan mulia
itu dan mulai mengenakan pakaian kebesaran sebagai Paus. Tetapi pada waktu itu,
ia tidak bisa dengan leluasa memimpin Gereja karena situasi di dalam Gereja
penuh dengan pertikaian antar berbagai pihak. Pertikaian itu memuncak dengan
hadirnya Guibertus dari Ravenna sebagai Paus tandingan dengan nama Klemens III.
Demi menghindari pertikaian yang semakin besar, Desiderius tidak berdiam di
Roma sebagaimana mestinya seorang Paus. Ia pergi ke biaranya di Monte Casino.
Di sana ia meletakkan lencana kePausan.
Setelah orang-orang Normandia berhasil
mengusir Klemens III dari Roma, barulah dia datang ke Roma untuk memimpin
Gereja Kristus. Di sana ia dilantik secara resmi menjadi Paus dengan nama
Viktor III. Ia memimpin Gereja Kristus dari tahun 1086 sampai tahun 1087.
Sumbangan terbesar Paus Viktor III ialah melancarkan Perang Salib untuk
mengusir orang-orang Muslim dari Tanah Suci. Serdadu-serdadunya tidak saja memaksa
orang-orang Muslim dari Tunis membayar upeti kepada Takhta Suci di Roma tetapi
juga membebaskan para budak belian yang beragama Kristen dari penguasaan
orang-orang Muslim. Paus Viktor III meninggal
dunia di Monte Casino pada tanggal16 September 1087.
Santa Eufemia, Perawan dan Martir
Eufemia berarti ‘yang mempunyai nama baik’.
Perawan dan martir suci ini dibunuh pada abad ke-4 pada masa pemerintahan
Kaisar Diokletianus. Ia meninggal dunia karena imannya di Kalsedon setelah
dimangsa oleh binatang-binatang buas dalam suatu pertunjukan. Sebuah gereja
indah didirikan di Kalsedon untuk menghormati Santa Eufemia. Nama Eufemia
semakin harum di dalam Gereja, karena Konsili Kalsedon yang besar itu
diselenggarakan di dalam gereja Santa Eufemia itu.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
17 September
St.
Robertus Bellarmino
Robertus
dilahirkan di Italia pada tahun 1542. Ketika masih kanak-kanak, ia tidak
tertarik untuk bermain. Ia lebih suka menghabiskan waktunya mengulangi
khotbah-khotbah yang ia dengar kepada adik-adiknya. Ia juga suka menjelaskan
pelajaran-pelajaran katekese kepada anak-anak petani di lingkungan sekitarnya.
Sesudah menerima Komuni Pertama, ia biasa menerima Yesus setiap hari Minggu.
Ayah Robertus
berharap agar puteranya kelak menjadi seorang yang terkenal. Karena itu, ia
menghendaki agar Robertus mempelajari macam-macam bidang studi, termasuk
kesenian juga. Setiap kali dalam suatu lagu terdapat kata-kata yang kurang
sedap didengar, maka Robertus akan segera menggantinya dengan kata-kata yang lebih
tepat yang dipilihnya sendiri.
Merupakan
kerinduannya yang terdalam untuk menjadi seorang imam Yesuit, namun ayahnya
mempunyai rencana masa depan yang berbeda untuknya. Selama setahun penuh
Robertus berusaha keras untuk membujuk ayahnya. Akhirnya, ketika usianya
delapan belas tahun, ia diijinkan juga untuk bergabung dengan Serikat Yesus
(SJ). Sebagai biarawan muda Yesuit, Robertus berhasil amat baik dalam
pelajarannya. Ia diutus untuk menyampaikan khotbah, bahkan sebelum ia
ditabhiskan menjadi seorang imam. Ketika seorang wanita saleh untuk pertama
kalinya melihat seorang pemuda yang masih belia, bahkan belum ditahbiskan
menjadi imam, naik ke mimbar untuk menyampaikan khotbah, wanita itu berlutut
dan berdoa. Ia mohon pada Tuhan untuk membantu anak muda itu agar jangan
gemetar dan berhenti di tengah khotbahnya. Ketika Robertus selesai menyampaikan
khotbahnya, wanita itu tetap berlutut. Tetapi, kali ini, ia mengucapkan syukur
kepada Tuhan atas khotbah yang begitu indah.
St. Robertus
Bellarmino menjadi seorang penulis, pengkhotbah dan juga pengajar yang ulung.
Ia menulis tigapuluh satu buah buku penting. Ia menghabiskan tiga jam setiap
harinya dalam doa. Ia mempunyai pengetahuan mendalam atas hal-hal sakral.
Bahkan ketika telah diangkat sebagai kardinal, Robertus selalu beranggapan
bahwa katekese demikian penting, hingga ia sendiri yang mengajarkannya kepada
umatnya.
Kardinal
Bellarmino wafat pada tanggal 17 September 1621. Ia dinyatakan kudus pada tahun
1930 oleh Paus Pius XI. Pada tahun 1931, paus yang sama memaklumkan St.
Robertus Bellarmino sebagai Pujangga Gereja.
“Jika kamu
bijaksana, maka kamu tahu bahwa kamu telah diciptakan demi kemuliaan Tuhan dan
demi keselamatan kekalmu sendiri. Inilah tujuanmu, inilah pusat hidupmu, inilah
harta pusaka hatimu.” ~ St. Robertus Bellarmino
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
18 September
St.
Yosef dari Cupertino
Yosef dilahirkan
pada tanggal 17 Juni 1603 di sebuah desa kecil di Italia. Ia berasal dari
keluarga miskin. Semasa kanak-kanak dan remaja, hidupnya tidak bahagia. Ibunya
menganggap Yosef menyusahkannya saja serta memperlakukannya dengan buruk.
Yosef tumbuh
menjadi seorang remaja yang amat lamban serta pelupa. Ia sering mengeluyur
tanpa arah tujuan. Tetapi ia seorang pemarah juga, jadi ia tidak begitu
disenangi. Yosef belajar ketrampilan membuat sepatu, tetapi gagal. Ia minta
ijin untuk bergabung menjadi seorang biarawan Fransiskan, tetapi mereka tidak
mau menerimanya. Kemudian, Yosef bergabung dengan Ordo Kapusin, tetapi delapan
bulan kemudian ia dianjurkan untuk meninggalkan tempat itu. Tampaknya Yosef
tidak dapat melakukan segala sesuatu dengan benar. Ia kerap menjatuhkan
tumpukan piring-piring dan terus-menerus lupa melakukan apa yang diperintahkan
kepadanya. Ibunya sama sekali tidak senang menerima Yosef, yang saat itu
berumur delapan belas tahun, pulang kembali ke rumah. Pada akhirnya, ibunya
berhasil mencarikan pekerjaan baginya sebagai pesuruh di biara Fransiskan.
Yosef diberi jubah Fransiskan untuk dikenakan dan diserahi tugas untuk merawat
kuda-kuda.
Pada waktu itu
Yosef mulai berubah. Ia menjadi lebih lembut serta rendah hati. Ia lebih
berhati-hati dan berhasil dalam pekerjaannya. Ia juga mulai melakukan silih.
Pemimpin biara memutuskan bahwa Yosef dapat diterima menjadi anggota Ordo
Fransiskan dan dapat segera mulai belajar untuk menjadi seorang imam. Meskipun
Yosef seorang pekerja yang tekun, ia mengalami masalah dalam hal belajar.
Tetapi Yosef percaya akan pertolongan Tuhan dan akhirnya ditahbiskan juga
menjadi seorang imam. Tuhan mulai mengadakan mukjizat-mukjizat melalui Pastor
Yosef. Lebih dari tujuhpuluh kali orang melihatnya terangkat dari tanah ketika
ia sedang mempersembahkan Misa atau sedang berdoa. Ia akan tergantung di
langit-langit biara bagaikan bintang di atas puncak pohon Natal. Seringkali ia
mengalami ekstasi (= kerasukan Roh Kudus) dan sepenuhnya larut dalam
pembicaraan dengan Tuhan. Ia menjadi seorang yang amat kudus. Segala sesuatu
yang ia lihat membuatnya berpikir tentang Tuhan.
Pastor Yosef
menjadi demikian terkenal karena mukjizat-mukjizat yang dilakukannya sehingga
ia harus disembunyikan. Hal ini membuatnya merasa berbahagia karena memberinya
kesempatan untuk sendiri bersama Kristus yang amat dikasihinya. Yesus tidak
pernah meninggalkannya sendiri dan suatu hari Ia datang untuk membawanya serta
ke surga. St. Yosef wafat pada tahun 1663 dalam usia enampuluh tahun. Ia
dinyatakan kudus oleh Paus Klemens XIII pada tahun 1767.
Kisah hidup
St. Yosef dari Cupertino membantu kita untuk menyadari bahwa kekudusan serta
keakraban dengan Tuhan tidak tergantung pada bakat alami kita atau kemampuan
kita atau pun penilaian orang lain terhadap kita, melainkan suatu karunia dari
Tuhan.
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
19 September
St.
Yanuarius
Yanuarius hidup
pada abad keempat. Kemungkinan ia dilahirkan di Benevento atau Naples, Italia.
Yanuarius adalah Uskup Benevento pada masa dimulainya penganiayaan oleh
Diocletian. Masyarakat Naples mempunyai kasih yang istimewa terhadap Uskup
Yanuarius. Ia biasa disebut “San Gennaro.” San Gennaro mengetahui bahwa
beberapa diakon Kristiani dijebloskan ke dalam penjara karena iman mereka.
Uskup yang lemah lembut dan penuh kasih ini, menaruh perhatian besar pada
umatnya, maka ia pergi ke penjara mengunjungi mereka. Petugas penjara
melaporkannya kepada gubernur yang kemudian mengirim para prajurit untuk
menangkap San Gennaro. Uskup ditangkap bersama seorang diakon dan seorang
lektor. Mereka dijebloskan ke dalam penjara bersama para tahanan lainnya.
Akhirnya, San
Gennaro bersama enam orang lainnya tewas sebagai martir iman. Mereka dibunuh
dekat Naples pada tahun 305. Masyarakat Naples menganggap “San Gennaro” sebagai
santo pelindung mereka dan berdevosi kepadanya.
Ada sesuatu yang
sangat istimewa mengenai San Gennaro: darahnya yang tercurah sebagai martir
disimpan dalam sebuah bejana sejak berabad-abad yang lalu. Darah itu menjadi
hitam dan mengering. Namun demikian, pada waktu-waktu tertentu setiap tahunnya,
darah itu mencair: menjadi merah, terkadang merah menyala. Kadang kala, darah
itu bahkan mengeluarkan gelembung-gelembung. Wadah relikwi di mana bejana
berisi darah itu disimpan, dipertontonkan dan dihormati secara umum pada hari
Sabtu pertama bulan Mei, pada tanggal 19 September (pesta San Gennaro), dalam
oktaf (atau hari kedelapan setelah pesta), dan terkadang pada tanggal 16
Desember. Darah San Gennaro yang mencair telah dipertontonkan dan dihormati
sejak abad ketiga belas.
“Dari para kudus
kita mendapatkan teladan hidup mereka, persabahatan dalam persekutuan dengan
mereka, dan pertolongan melalui perantaraan mereka.” ~ Lumen Gentium
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Theodorus, Uskup dan
Pengaku Iman
Sepeninggal Uskup Canterbury, Inggris, Sri Paus
memilih Theodorus sebagai penggantinya meskipun usianya sudah 66 tahun.
Theodorus yang dikenal sebagai seorang biarawan awam ini lahir pada tahun 602
di Tarsus (Turki Timur), kota kelahiran Santo Paulus Rasul.
Sebagai gembala umat, Theodorus menyadari situasi umum
Gereja di Inggris. Gereja belum benar-benar berakar di tanah Inggris. Oleh
karena itu ia berusaha keras untuk memecahkan berbagai masalah yang ada dalam
tubuh Gereja. Ia memanggil sinode para uskup Inggris untuk mendiskusikan
masalah-masalah itu sampai tuntas. Tata cara hidup para imam, rohaniwan/wati
dan lembaga-lembaga gerejawi dibaharuinya. Di bidang pendidikan ia membuka
sekolah-sekolah di bawah pimpinan Santo Adrianus dari Afrika. Ia membaharui
liturgi, nyanyian-nyanyian koral dan menegakkan hukum Gereja, serta berusaha
mempererat hubungan Gereja di Inggris dengan Roma. Theodorus meninggal dunia
pada tahun 690.
Santa Emilia de Rodat,
Pengaku Iman
Emilia lahir di Rodez, sebuah kota di Prancis Selatan
pada tahun 1787. Semenjak kecil dia dididik dan dibesarkan oleh neneknya di
Villefranche-de-Rouergue, tak jauh dari Rodez. Di sana pada usia mudanya ia
dikenal sebagai seorang gadis periang, penuh optimisme. Tetapi pada usia 17
tahun ia mengalami suatu perubahan yang mendalam, lalu memutuskan untuk
mengabdikan seluruh hidupnya kepada Tuhan.
Mula-mula ia berkarya sebagai seorang guru bantu di
sekolah Maison Saint-Cyr, Villefranche. Tetapi kemudian ia memprakarsai
pendirian sebuah sekolah khusus untuk anak-anak dari keluarga-keluarga miskin
tanpa memungut biaya. Sekolah ini dimulainya pada tahun 1815 dengan dukungan
kuat dari Abbe Marty, kepala sekolah Maison Saint-Cyr, Villefranche.
Sekitar tahun itu ia menjadi suster. Beberapa tahun
kemudian ia kemudian mendirikan sebuah kongregasi baru: 'Kongregasi Keluarga
Kudus dari Villefranche'. Kongregasi ini berkarya di bidang pendidikan,
perawatan kesehatan dan pemeliharaan orang-orang miskin. Rumah biaranya
didirikan di Aubin, dekat Rodez. Emilia meninggal dunia pada tanggal 19
September 1852. Ia dinyatakan 'kudus' pada tahun 1950.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
St
Andreas Kim Taegon & Paulus Chong Hasang
St. Andreas Kim
Taegon adalah seorang imam dan St. Paulus Chong Hasang adalah seorang awam.
Kedua martir ini mewakili 113 umat Katolik yang wafat sebagai martir karena
iman mereka di Korea. Mereka dinyatakan kudus oleh Paus Yohanes Paulus II pada
saat paus mengunjungi Korea pada tahun 1984.
Ajaran Kristen menyebar
ke Korea pada abad ketujuhbelas melalui pewartaan kaum awam. Umat yang percaya
memilihara iman mereka dengan Sabda Tuhan. Mereka bertumbuh serta berkembang
secara diam-diam. Kemudian imam-imam misionaris datang dari Perancis. Umat
Korea diperkenalkan kepada Sakramen Gereja. Mereka mengalami penganiayaan dari
pemerintah yang pasang surut sepanjang abad kesembilanbelas. Seratus tiga umat
Korea wafat sebagai martir antara tahun 1839 hingga tahun 1867. Sepuluh orang
anggota Serikat Misi Asing dari Paris juga wafat sebagai martir, yaitu tiga
orang uskup beserta tujuh orang imam. Sehingga jumlah mereka seluruhnya yang
wafat sebagai martir adalah 113 orang.
St. Andreas Kim
Taegon dan St. Paulus Chong Hasang mewakili kemuliaan serta keberanian umat
Katolik Korea yang telah membayar mahal cinta mereka kepada Kristus. St.
Andreas Kim Taegon adalah imam pertama Korea. Ia wafat sebagai martir pada
tanggal 16 September 1846, hanya satu tahun setelah ditahbiskan. Ayah St.
Andreas Kim telah mendahuluinya menjadi martir pada tahun 1821. St. Paulus
Chong Hasang adalah seorang katekis awam yang pemberani. Ia wafat sebagai
martir pada tanggal 22 September 1846. Sekarang Gereja berkembang pesat di
Korea. Karunia iman diterima karena kurban persembahan para martir telah menjadi
pembuka jalan.
“Kita telah
menerima Sakramen Baptis, masuk dalam pelukan Gereja, serta menerima kehormatan
disebut sebagai umat Kristiani. Tetapi, apa gunanya semua itu jika kita hanya
Kristen dalam nama dan tidak dalam kenyataan?”
St. Andreas
Kim
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santa Kolumba dan Pamposa,
Martir
Kolumba dan Pamposa adalah dua orang biarawati
Benediktin. Ketika biara mereka diserang dan dihancurkan oleh Sultan Muhammed I
dari Cordova, Spanyol, semua suster lain melarikan diri, kecuali Suster
Kolumba. Di hadapan para penangkapnya ia mengakui diri sebagai biarawati. Oleh
karena itu dia dipenggal kepalanya. Menyaksikan peristiwa itu, Pamposa
menghadap raja untuk mempertobatkannya, tetapi ia mengalami nasib yang sama
seperti Suster Kolumba. Peristiwa berdarah itu terjadi atas diri kedua suster
itu pada tahun 853.
Santo Eustakius, Martir
Eustakius berasal dari Madrid, Spanyol. Dalam jajaran
para kudus, ia dihormati sebagai salah seorang santo pelindung bagi para
pemburu dan penolong dalam kesukaran hidup. Kisah hidupnya tidak cukup jelas
diketahui. Namun dari cerita yang berkembang di kalangan umat beriman,
diketahui bahwa ia adalah seorang panglima militer Romawi yang sangat masyhur.
Keanggotaannya di dalam Gereja Kristus terjadi secara
ajaib. Konon sementara ia berburu di Guadagnolo, Italia Tengah, tampaklah
padanya seekor rusa jantan yang menyandang sebuah 'salib' di antara
tanduktanduknya. Ia terpaku memandang rusa itu dan tidak berani membunuhnya.
Semenjak itu ia mulai banyak merenung perihal arti penglihatan ajaib itu. Lalu
ia memutuskan untuk menjadi Kristen bersama anak isterinya. Keputusan ini
mengakibatkan ia dipecat dari jajaran militer Romawi dan dari jabatannya
sebagai panglima perang. Ia kemudian mengalami banyak kesulitan hidup, menjadi
miskin dan melarat. Isteri dan anak-anaknya dipisahkan dari padanya.
Krisis di dalam kekaisaran Romawi menyebabkan ia
dipanggil kembali oleh Kaisar Trajanus untuk memimpin pasukan ke Eropa Timur.
Dalam ekspedisi itu secara tak terduga ia bertemu kembali dengan isteri dan
anak-anaknya jauh dari Roma. Dalam peperangan itu, Eustakius memperoleh
kemenangan yang gemilang atas pasukan musuh, dan disambut dengan meriah oleh
rakyat Roma. Sebagai ucapan syukur kaisar mengadakan upacara korban untuk
menghormati dewa-dewi Romawi. Eustakius menolak mengikuti upacara kafir itu
justru karena imannya akan Kristus. Ia memang sadar sepenuhnya bahwa kekafiran
merupakan lawan yang berat dan berbahaya, namun demi imannya ia dengan tegas
menolak setiap bujukan kaisar untuk ikut serta di dalam upacara syukur kafir
itu. Karena pendiriannya yang tegas itu, akhirnya ia bersama keluarganya
dicampakkan ke dalam api hingga hangus terbakar pada tahun 120.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
21 September
St.
Matius
Matius adalah
seorang pemungut cukai di kota Kapernaum, kota di mana Yesus tinggal. Matius
seorang Yahudi, tetapi ia bekerja untuk kepentingan bangsa Romawi yang menjajah
bangsa Yahudi. Oleh sebab itu, orang-orang sebangsanya tidak menyukai Matius.
Mereka tidak mau berhubungan dengan “orang-orang berdosa” seperti Matius si
pemungut cukai.
Namun, Yesus
tidak berpikir demikian terhadap Matius. Suatu hari, Yesus melihat Matius duduk
di rumah cukai dan Ia berkata, “Ikutlah Aku.” Seketika itu juga Matius
meninggalkan uang serta jabatannya untuk mengikuti Yesus. Yesus kelihatan
demikian kudus dan bagaikan seorang raja. Matius mengadakan suatu perjamuan
besar bagi-Nya. Ia mengundang teman-teman lain yang seperti dirinya untuk
bertemu dengan Yesus serta mendengarkan pengajaran-Nya. Sebagian orang Yahudi
menyalahkan Yesus karena makan bersama dengan oang-orang yang mereka anggap
orang berdosa. Tetapi, Yesus sudah siap dengan suatu jawaban. “Bukan orang
sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Aku datang bukan untuk
memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
Ketika Yesus
kembali ke surga, St. Matius tinggal di Palestina. Ia tetap tinggal di sana
beberapa waktu lamanya untuk mewartakan Kristus. Kita mengenal Injil Matius,
yang adalah kisah Yesus serta ajaran-ajaran-Nya. St. Matius mewartakan Yesus
kepada kaum sebangsanya. Kristus adalah Mesias yang dinubuatkan para nabi akan
datang untuk menyelamatkan kita. Setelah mewartakan Injil kepada banyak orang, hidup
St. Matius berakhir sebagai seorang martir iman yang jaya.
“Karena itu
haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapa-mu yang di sorga adalah sempurna.”
(Mat 5:48)
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
22 September
St.
Thomas dari Villanova
Thomas
dilahirkan di Spanyol pada tahun 1488. Dari orangtuanya yang baikhati, ia
belajar bermurahhati kepada mereka yang miskin. Ia pandai di sekolah dan
setelah menamatkan pendidikannya, ia menjadi seorang dosen filsafat. Kemudian
ia menggabungkan diri dengan Ordo Agustinian. Setelah ditahbiskan sebagai imam,
kepada Thomas dipercayakan banyak tanggung jawab yang penting. Akhirnya, ia
diangkat sebagai Uskup Agung Valencia. Para imam berusaha meyakinkannya untuk
mengganti jubah usangnya yang penuh tambalan dengan jubah yang lebih pantas.
Tetapi, St Thomas mengatakan kepada mereka bahwa jubah usang tidak ada
hubungannya dengan tugas kewajibannya. Ia memenuhi kebutuhan rohani umatnya
dengan baik. Setiap hari ia memberi makan ratusan fakir miskin. Ketika menerima
sejumlah besar uang untuk membeli perabot bagi kediamannya, St Thomas
memberikannya kepada rumah sakit, katanya, “Apa gunanya perabot bagi seorang
biarawan miskin seperti aku?” Tak heran ia dijuluki “bapa kaum miskin”!
St Thomas
menaruh belas kasihan kepada para pendosa pada masa kebanyakan orang tidak
bersikap demikian Sekali peristiwa, ketika ia berusaha mendorong seorang untuk
berubah dari cara hidup dosa, laki-laki itu dengan marah menghinanya dan
meninggalkan ruangan dengan kasar. “Ini salahku,” kata uskup agung yang rendah
hati itu. “Aku berbicara kepadanya dengan agak sedikit terlalu keras.” Tak
pernah ia mengijinkan siapapun juga mengkritik orang yang tidak berada di sana.
“Pastilah ia punya alasan tepat melakukan apa yang ia lakukan,” demikian biasa
dikatakannya. “Aku, seorang di antaranya, yang percaya akan hal itu.”
Sebelum
wafatnya, St Thomas dari Villanova membagi-bagikan segala yang ia miliki kepada
fakir miskin. Ia bahkan memerintahkan agar tempat tidurnya dikirimkan ke
penjara agar dapat dipergunakan para tahanan. St Thomas wafat pada tahun 1555.
Ia dimaklumkan kudus oleh Paus Alexander VII pada tahun 1658.
Bagaimanakah
aku menunjukkan belas kasih kepada seseorang pada hari ini?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Mauritius dkk, Martir
Mauritius adalah perwira tinggi Romawi yang berasal
dari Thebais, Mesir. Ia memimpin sejumlah pasukan dalam Legiun Theban yang
terkenal gesit dan berani. Bersama dengan beberapa kawannya, Mauritius dikenal
sebagai orang Kristen. Mereka kemudian dibunuh atas perintah Kaisar Maksimianus
karena tidak turut dalam upacara korban kepada dewa-dewi Romawi pada
tahun-tahun terakhir abad ketiga.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
23 September
St.
Tekla
Tekla adalah
seorang gadis bangsawan kafir yang cantik yang hidup pada abad pertama. Ia
berasal dari kota Ikonium di Turki. Tekla telah membaca banyak buku filsafat,
namun tak ada satu pun yang dapat memuaskan keingintahuannya tentang
Pencipta-nya. Doa Tekla untuk mengenal Allah yang satu dan benar terjawab
ketika St. Paulus rasul datang untuk mewartakan Injil Yesus di Ikonium. Dari
St. Paulus, Tekla juga mengetahui bahwa seorang perempuan dapat menjadi
pengantin Kristus apabila ia memilih untuk tidak menikah. Saat itu, Tekla tidak
menginginkan yang lain selain dari mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan.
Orangtua Tekla
yang kafir melakukan segala daya upaya agar ia meninggalkan iman Kristianinya,
tetapi ia tetap teguh. Tunangannya, Thamyris, memohon kepadanya untuk tidak
membatalkan pertunangan mereka. Tetapi, tekad Tekla sudah bulat. Ia ingin
menjadi pengantin Kristus. Pada akhirnya, karena amat marah, Thamyris
mengadukan Tekla ke pengadilan. Tekla tidak juga mau mengingkari cintanya
kepada Yesus, karenanya ia dijatuhi hukuman dengan dibakar sampai mati. Gadis
cantik tersebut dengan berani menyongsong maut. Namun, dikisahkan bahwa segera
setelah api dinyalakan, datanglah badai dari surga untuk memadamkannya. Kemudian
Tekla dijatuhi hukuman mati dengan dijadikan mangsa singa-singa yang kelaparan.
Namun demikian, sekali lagi Tuhan menyelamatkan nyawa Tekla. Bukannya menerkam,
binatang-binatang buas itu malahan mendekatinya dengan jinak, berbaring di
sisinya, lalu menjilati kaki Tekla, bagaikan anak kucing saja. Pada akhirnya,
karena ketakutan, hakim membebaskan Tekla. Tekla mengasingkan diri ke sebuah
gua di mana ia tinggal seumur hidupnya. Ia berdoa serta mewartakan Tuhan Yesus
kepada orang-orang yang datang mengunjunginya.
Bagi Tekla,
diperlukan suatu keberanian besar untuk mengikuti panggilan hidupnya dan
panggilan Yesus. Bagaimana aku ditantang untuk mengikuti panggilan hidupku?
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas
ijin Pauline Books & Media.”
Santo Linus, Paus dan
Martir
Linus adalah Paus kedua
yang menggantikan Santo Petrus Rasul sebagai
Paus pertama. Ia memimpin Gereja Kristus dari tahun 67 sampai tahun 76. Sangat
sedikit berita yang diketahui tentang kisah hidupnya. Menurut Buku para Paus
(Liber Pontificalis), Linus lahir di Tuscany, Italia.
Kemungkinan juga Linus ini
adalah orang yang sama dengan yang dikatakan Santo Paulus dalam suratnya yang
kedua kepada Timotius: "Salam dari Ebulus dan Pudes dan Linus dan Klaudia
dan dari semua saudara" (2 Tim 4:21).
Umumnya Linus dihormati sebagai martir, namun tentang hal ini tidak ada informasi terpercaya yang mendukungnya. Namanya tercantum juga di dalam Kanon Misa.
Umumnya Linus dihormati sebagai martir, namun tentang hal ini tidak ada informasi terpercaya yang mendukungnya. Namanya tercantum juga di dalam Kanon Misa.
Sumber :
http://www.imankatolik.or.id
24 September
St. Pasifikus
Seorang bayi
Italia yang mungil dilahirkan pada tahun 1653 dan dinamai Charles Antonius. Ia
belum berumur lima tahun ketika orangtuanya yang penuh kasih meninggal dunia.
Ia kemudian dipelihara oleh pamannya. Pamannya ini merupakan salib baginya,
seorang yang kejam. Ia memperlakukan Charles lebih buruk dari pelayan. Namun
demikian, Charles kecil menerima perlakuan keras ini dengan diam dan sabar.
Ketika usianya tujuhbelas tahun, Charles masuk biara. Ia memilih nama Pasifikus
yang berarti “damai”. Setelah ditahbiskan sebagai imam, ia menjadi guru; namun
demikian besar kerinduannya untuk menjadi seorang pengkhotbah. Betapa bahagia
ia ketika superior mengutusnya dalam suatu misi khotbah ke banyak kota kecil
dan dusun-dusun.
St Pasifikus
amat populer di kalangan masyarakat desa sebab khotbah-khotbahnya sederhana dan
lembut. Di samping itu, ia beroleh karunia mengagumkan dapat membaca hati
orang. Suatu ketika, ia mengingatkan seorang laki-laki dalam Sakramen Tobat
karena tidak bersikap baik kepada ibunya. Orang ini juga menyimpan
pikiran-pikiran yang tidak murni dalam benaknya. Apa yang dikatakan Imam
Pasifikus benar adanya. Orang itu akhirnya sungguh menyesali dosa-dosanya. Ke
manapun Pasifikus pergi untuk berkhotbah dan melayani pengakuan dosa, ia
mendatangkan banyak kebajikan. Tetapi, ketika baru berkhotbah selama enam
tahun, Pasifikus harus berhenti sebab kesehatannya yang buruk. Ia menjadi buta,
tuli dan lumpuh. Ia melewatkan waktunya dengan berdoa dan bermatiraga dalam
biara. Ia menolong sesama dengan segala cara yang dapat ia lakukan. Tuhan
senantiasa amat dekat dengannya. Tuhan memberinya anugerah nubuat. St Pasifikus
menubuatkan kemenangan besar balatentara Kristen atas balatentara Turki di Belgrade.
Ia juga mengatakan kepada seorang uskup, “Yang Mulia - surga! Surga! Dan aku
akan menyusulmu segera!” Sekitar dua minggu kemudian, uskup wafat. Tak lama
sesudahnya, seperti yang telah dikatakannya, St Pasifikus wafat pula. Peristiwa
itu terjadi pada tahun 1721. Banyak mukjizat terjadi di makamnya. Imam
Pasifikus dimaklumkan sebagai seorang kudus oleh Paus Gregorius XVI pada tahun
1839.
St Pasifikus
mengalami masa kecil yang tidak mengenakkan. Ia bisa saja membiarkan diri
tumbuh menjadi seorang dewasa yang dikuasai kemarahan dan frustrasi. Tetapi, ia
berdoa kepada Yesus mohon hati yang mengampuni dan sabar. Masa-masa sulitnya
berubah menjadi saat-saat bertumbuh dalam kasih kepada Tuhan dan sesama. Sebab
ia telah banyak menderita, ia dapat bersimpati pada penderitaan orang-orang
lain dan membantu mereka untuk menemukan Tuhan dalam hidup mereka.
Pasifikus
membaktikan hidupnya untuk berkhotbah, dan untuk membagikan anugerah-anugerah
yang ia terima dari Tuhan. Masing-masing kita diberkati Tuhan dengan cara yang
istimewa, yang berbeda satu sama lain. Bagaimanakah aku menanggapi panggilan
untuk membagikan anugerah-anugerah yang aku terima kepada sesama?
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Gerardus dari
Hungaria, Uskup dan Martir
Gerardus dari Hungaria disebut juga dengan
nama Gerardus Sagredo. Ayahnya, seorang bangsawan dari keluarga Sagredo yang
meninggal dunia di Tanah Suci Yerusalem tatkala ia berziarah ke sana.
Sepeninggal ayahnya, Gerardus masuk biara dan kemudian menjadi Abbas biara
Santo Georgia di Venesia. Segera tampak bahwa Gerardus adalah seorang pemimpin
yang saleh dan arif di tengah rekan-rekannya sebiara. Ia dengan tekun dan
rendah hati menerapkan ajaran-ajaran Kitab Suci dalam hidupnya sehingga
menampilkan suatu kedewasaan iman yang mengagumkan.
Terdorong oleh niatnya mengikuti jejak
ayahnya dan tekadnya meneladani cara hidup Yesus, Gerardus meletakkan
jabatannya sebagai Abbas dan berangkat ke Yerusalem. Tetapi kemalangan menimpa
dia di tengah perjalanan karena kapal yang ditumpanginya terdampar ke pantai
Istria, Yugoslavia. Di situ ia bertemu dengan seorang Abbas Hungaria. Abbas itu
menasihatinya untuk pergi ke Hungaria dan berkarya di sana. Gerardus menuruti
nasihat itu dan bersedia pergi ke Hungaria. Di sana ia disambut baik oleh
keluarga Raja Stefanus, bahkan diminta menjadi guru pribadi untuk putera
mahkota Emerik. Sebenarnya ia tidak suka tinggal di istana. Ia lebih suka
tinggal di sebuah pertapaan di hutan, jauh dari kota.
Karena kesalehan hidupnya dan pengaruhnya
yang besar, Gerardus diangkat menjadi Uskup Maroschburg, Hungaria Selatan.
Penduduk wilayah itu sebagian besar belum beriman Kristen; sedangkan mereka
yang telah dibaptis pun belum cukup hidup menurut cita-cita Injil. Menyaksikan
keadaan itu Gerardus belum berani langsung terjun berkarya di antara mereka. Ia
mengasingkan diri ke daerah pegunungan untuk berdoa dan bertapa sebagai
persiapan batin bagi karyanya. Setelah itu Gerardus dengan jiwa berani mulai
melaksanakan tugasnya sebagai gembala umat.
Siang dan malam ia menelusuri
lorong-lorong kota itu untuk mengunjungi umatnya dan tanpa mengenal lelah
menuruni dan mendaki lembah dan bukit mengunjungi dusun-dusun untuk berkotbah.
Penduduk yang sudah menjadi Kristen kembali sadar akan imannya, dan mereka yang
masih kafir dipermandikannya. Banyak sekali yang dikerjakan Gerardus untuk
memperkuat karya pewartaannya. Ia memberi makan kepada kaum fakir miskin dan
gelandangan. Ia menghibur orang-orang sakit dan jompo dan mengangkut mereka
dengan keretanya ke rumah sakit di kota. Ia mendirikan Gereja, biara-biara dan
sebuah sekolah di samping rumahnya untuk mendidik anak-anak muda kota itu.
Untuk meningkatkan karya pewartaannya, ia mendatangkan banyak misionaris dari
Jerman dan mendidik orang-orang muda untuk menjadi imam.
Semua tindakan dan karyanya membuat semua
warga kota Hungaria segan dan sangat menyayangi dia. Namun keadaan itu berubah
seketika tatkala Raja Stefanus yang kudus itu meninggal dunia dan digantikan
oleh seorang tak beriman yang menaruh kebencian terhadap umat Kristen. Putera
mahkota Emerik yang seharusnya menggantikan dia sudah lebih dahulu meninggal
dunia dan kekuasaan jatuh ke tangan seorang tak beriman. Raja baru itu
melancarkan pengejaran dan penganiayaan besar terhadap orang-orang Kristen.
Menyaksikan keadaan itu, Uskup Gerardus bermaksud menyadarkan raja baru itu dan
menunjukkan jalan yang benar kepadanya. Bersama beberapa pembantunya, Gerardus
berangkat menuju istana raja itu. Namun nasib sial menimpa mereka di tengah
jalan. Mereka disergap oleh orang-orang kafir di tepi sungai Donau, dilempari
batu bertubi-tubi hingga mati. Seorang dari antara mereka menikami lambung
Gerardus dengan tombak, sama seperti yang dialami oleh Yesus di Golgota sewaktu
disalibkan. Demikian Uskup Gerardus bersama pembantu-pembantunya mati sebagai
saksi Kristus di tepi sungai Donau pada tangga1 24 September 1048.
Santo Vinsensius Maria
Strambi, Uskup
Vinsensius lahir di kota Civitavecchia, Italia pada
tanggal 1 Januari 1745. Ayahnya, seorang apoteker terkenal di Italia, saleh dan
taat agama. Corak hidup ayahnya sangat besar pengaruhnya pada kepribadian dan
kehidupannya. Semenjak kecil Vinsensius tampak gembira dan lincah karena
perhatian dan kasih sayang orangtuanya yang sungguh besar. Ia baru dibaptis
ketika berusia 18 tahun. Dan semenjak itu ia mulai tertarik pada cara hidup
sebagai imam. Maka orangtuanya menyekolahkan dia di Seminari keuskupan
setempat. Di sana ia belajar Filsafat dan Teologi di bawah bimbingan imam-imam
Fransiskan dan Dominikan. Sebelum menerima tahbisan imamatnya, ia mengikuti
retret di sebuah rumah biara Passionis di bawah bimbingan Santo Paulus dari
Salib, pendiri Ordo Passionis. Terpengaruh oleh kesalehan Paulus dari Salib,
Vinsensius segera memutuskan untuk menjadi anggota dari tarekat yang baru itu.
Meskipun keluarganya sangat menentang, Vinsensius
tidak goyah. Ia berdoa agar Tuhan dapat melembutkan hati ayahnya agar mau
mengizinkan dia menjalani hidup imamatnya dalam Ordo Passionis. Kesabaran,
ketulusan dan ketekunan doanya tidak sia-sia. Tuhan mengabulkan doanya dengan
cara memanggil kembali ayahnya menghadap takhta Allah. Ayahnya meninggal dunia
dalam damai, dan dengan itu Vinsensius dapat dengan leluasa mengikuti panggilan
luhur Allah. Pada bulan September 1768, dan setahun kemudian ia mengucapkan
kaulnya yang pertama dalam Ordo Passionis.
Ternyata sebagai seorang imam, Vinsensius mempunyai
bakat istimewa. Dengan mudah ia dapat bergaul dengan umatnya terutama kaum
muda. Sifatnya sabar, lemah-lembut lagi simpatik. Di dalam ordonya, ia diserahi
beberapa tugas penting, antara lain menulis riwayat hidup Santo Paulus dari
Salib, pendiri Ordo Passionis.Kotbah-kotbah dan tulisan-tulisan rohaninya
bergema hingga ke Roma. Dalam sidang para Kardinal pada tahun 1800, pencalonannya
sebagai Uskup disetujui. Oleh karena itu Paus Pius VII (1800-1823)
mengangkat dia menjadi Uskup Tolentino dan Macerata. Sebagai Uskup ia dengan
giat membereskan administrasi dan organisasi keuskupan sambil menggalakkan
pembinaan rohani umatnya. Tetapi kesetiaannya pada Paus menimbulkan
pertentangan dengan Kaisar Napoleon I, yang menguasai sebagian besar Italia
pada awal abad 19. Oleh karena itu, Vinsensius dikucilkan dari keuskupannya
pada tahun 1808. Tahun 1814 ia diizinkan kembali ke takhtanya untuk melanjutkan
karyanya.
Sembilan tahun berikutnya, Paus Leo XII (1823-1829)
mengizinkan Vinsensius untuk meletakkan jabatannya sebagai Uskup dan mengundang
dia untuk tinggal bersamanya di istana kePausan sebagai penasehat Paus.
Vinsensius melayani Paus dalam kedudukan sebagai penasehat sampai hari
kematiannya tepat pada ulang tahunnya 1 Januari 1824. Paus Pius XI menggelari
dia sebagai 'beato' pada tahun 1925 dan sebagai 'santo' pada tahun 1950.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
25 September
St. Sergius
Santo Rusia yang
terkenal ini hidup pada abad keempatbelas. Pada waktu dibaptis, ia dinamai
Bartolomeus. Ia tidak sepandai kedua saudara laki-lakinya, tetapi ia belajar
membaca dan menulis dengan tekun. Hal ini amat menyenangkannya sebab ia sungguh
ingin dapat membaca Kitab Suci. Kedua orangtuanya adalah bangsawan. Semasa ia
masih kanak-kanak, keluarganya harus melarikan diri dari para musuh. Mereka
harus bekerja sebagai petani. Setelah kedua orangtuanya meninggal dunia,
Bartolomeus dan saudaranya - Steven - pergi mengasingkan diri untuk hidup
sebagai pertapa. Mereka membangun sebuah gereja kecil dari batang-batang pohon
yang mereka tebang. Gereja ini mereka persembahkan kepada Tritunggal Mahakudus.
Ketika Steven pergi ke Moskow untuk masuk biara, Bartolomeus hidup sendirian.
Ia mengenakan jubah biarawan dan mengambil nama Sergius.
Sergius seorang
pemuda yang tinggi besar dan kuat. Ia cukup kuat bertahan menghadapi dingin
yang menggigit dan angin kencang yang menerpa rumah hutannya. Ia bahagia berdoa
kepada Tuhan dan megnasihi-Nya dengan segenap hati. Ia menyebut api dan petir
sebagai teman-temannya; ia bahkan berkawan dengan beruang-beruang. Tak lama
kemudian, para pemuda yang lain datang untuk ikut ambil bagian dalam hidup
Sergius yang kudus. Para pemuda itu meminta Sergius menjadi abbas mereka.
Sergius ditahbiskan sebagai imam dan memimpin biara dengan amat bijak.
Suatu ketika
kala sebagian dari para biarawan bersama saudaranya sendiri - Steven - yang
telah kembali - berselisih paham dengannya, Sergius pergi demi memelihara
perdamaian di biara. Empat tahun kemudian, Sergius diminta kembali. Para
biarawan begitu gembira melihatnya hingga mereka mencium tangannya, kakinya dan
bahkan jubahnya. Para penguasa sering datang minta nasehat Sergius. Ia menjadi
begitu terkenal hingga ia diminta untuk menjadi Uskup Keuskupan Rusia yang
besar. Namun ia terlalu rendah hati untuk menerimanya. Pangeran Moskow tidak
yakin apakah sebaiknya ia berupaya melawan bangsa kafir Tartar yang biadab. St
Sergius mengatakan, “Jangan takut, Tuanku. Majulah dalam iman melawan musuh.
Tuhan besertamu.” Dan bangsa Rusia pun menang. Tidaklah mengherankan mengapa
orang banyak mengandalkan dan mengasihi St Sergius. Itu karena kepercayaannya
kepada Tuhan dan kerinduannya yang besar untuk membantu semua orang. St Sergius
wafat pada tahun 1392.
Marilah pada
hari ini kita berdoa bagi Gereja-gereja Timur.
Santo Nikolas dari Flue, Pengaku
Iman
Nikolas berasal dari Swiss. Ia lahir di
Kanton Obwalden pada tahun 1417 dari sebuah keluarga Katolik yang saleh. Masa
kecilnya berlangsung dalam situasi perang berkepanjangan. Ketika berumur 15
tahun, ia sudah mampu memainkan pedangnya seperti seorang prajurit perang.
Empat tahun kemudian ketika berusia 19 tahun, ia pun turut dalam pertempuran
untuk membela Swiss, tanah airnya. Ibunya heran bahwa anaknya yang saleh itu
memiliki jiwa patriotik yang besar. Ia mengharapkan agar Nikolas menjadi
seorang imam, bukan seorang prajurit perang. Harapan ini pupus ketika Nikolas
menikah dengan Doretea Weiss.
Karena keberaniannya dan kelincahannya
dalam berperang, Nikolas dipilih sebagai komandan pasukan tempur. Seusai
perang, ia dipilih menjadi anggota Dewan Kotapraja, anggota Pengadilan Kota dan
akhirnya menjadi wakil rakyat di Kanton Unterwalden. Kepribadiannya yang
menarik dan saleh itu membuat rakyat senang padanya dan memilih dia untuk
memangku jabatan-jabatan itu.
Tetapi Tuhan rupanya mempunyai rencana
khusus atas diri Nikolas. Pada usianya ke-50 tahun, Nikolas sekonyong-konyong
meninggalkan segala-galanya untuk menjalani hidup menyendiri sebagai seorang
pertapa. Suatu kekuatan ajaib yang tak kuasa diatasinya menggerakkan dia untuk
menjalani cara hidup itu. Mula-mula ia menjadi seorang peziarah. Kemudian ia
menetap di sebuah gubuk yang tersembunyi di sebuah jurang di pegunungan Swiss.
Di tempat yang sunyi itu, ia menjalani hidup doa dan tapa yang mendalam selama
20 tahun. Maksudnya ialah ingin membina suatu pergaulan yang mendalam dan erat
mesra dengan Allah.
Tuhan menganugerahkan kepadanya
anugerah-anugerah yang luar biasa. Ia mengalami banyak penglihatan dan
ketenangan batin yang penuh kebahagiaan dan penghiburan rohani. Mujizat besar
yang dialaminya ialah bahwa selama bertahun-tahun lamanya, ia mampu hidup dalam
puasa mutlak tanpa makan suatu apapun kecuali komuni suci. Doa dan
renungan-renungan suci adalah pekerjaannya sehari-hari.
Menyaksikan kesucian Bruder Klaus - demikian ia disebut orang banyak orang datang kepadanya untuk meminta bimbingan rohani. Kepada orang-orang itu ia menasihatkan agar mereka selalu sabar dan suka akan perdamaian.
Pada tahun 1461 Federasi Swiss terancam
perpecahan karena perselisihan antara negeri-negeri itu. Banyak orang
berbondong-bondong pergi kepada Bruder Klaus untuk meminta pandangannya tentang
masalah itu. Pemerintah pun mengutus beberapa orang kepada Bruder Klaus. Kepada
mereka Bruder Klaus berpesan: "Jagalah kesatuan negara dan usahakanlah
perdamaian." Nasehat ini berhasil membawa kembali Federasi Swiss ke dalam
persatuan dan perdamaian. Nikolas meninggal dunia pada tahun 1487 dan dihormati
sebagai Rasul Perdamaian.
26 September
St. Kosmas & St. Damianus
Kedua martir yang kita
rayakan pestanya pada hari ini adalah sepasang saudara kembar dari Siria yang
hidup pada abad keempat. Mereka berdua merupakan siswa-siswa yang sangat
terkenal dalam bidang ilmu pengetahuan dan keduanya menjadi dokter yang hebat.
Kosmas dan Damianus memandang setiap pasien sebagai saudara dan saudari dalam
Kristus. Karena itu, mereka memberikan perhatian besar kepada mereka semua dan
melakukan yang terbaik dengan segenap kemampuan mereka. Betapa pun banyaknya
perhatian yang harus mereka curahkan terhadap seorang pasien, baik Kosmas
maupun Damianus, tidak pernah menerima uang sebagai imbalan atas pelayanan
mereka. Sebab itu, mereka diberi nama julukan dalam bahasa Yunani artinya
“tanpa uang sepeser pun”.
Setiap ada kesempatan, kedua
orang kudus ini akan bercerita kepada para pasiennya tentang Yesus Kristus,
Putra Allah. Orang banyak menyukai kedua dokter kembar ini, karenanya dengan
senang hati mereka mendengarkan. Kosmas dan Damianus seringkali memulihkan
kesehatan, baik jiwa maupun raga, para pasien yang datang mohon bantuan mereka.
Ketika penganiayaan oleh
Kaisar Diocletian terhadap umat Kristiani dimulai di kota mereka, kedua dokter
ini segera ditangkap. Tak pernah sekali pun mereka berusaha menyembunyikan
cinta mereka yang begitu besar terhadap iman Kristiani. Mereka disiksa dan
dianiaya, tetapi tak ada yang dapat memaksa mereka untuk mengingkari iman
kepada Kristus. Mereka hidup bagi Dia dan menarik begitu banyak orang kepada
cinta-Nya. Pada akhirnya, mereka berdua dijatuhi hukuman mati pada tahun 303.
Sementara kita
mengenang kedua dokter yang kudus ini, kiranya pada hari ini kita tergerak
untuk berdoa bagi segenap pekerja kesehatan, agar mereka mengikuti teladan
Kosmas dan Damianus dalam merawat kesehatan, baik jiwa maupun raga, sesama.
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Siprianus dan Yustina, Martir
Di Antiokia, Syria, Siprianus dikenal
sebagai seorang dukun. Banyak orang datang kepadanya untuk disembuhkan dari
penyakitnya. Tapi praktek kedukunannya tidak mendapat tanggapan baik dari
orang-orang Kristen. Ia sendiri tidak berdaya menghadapi orang-orang Kristen.
Sekali peristiwa ia menggoda Yustina, seorang gadis Kristen namun ia tidak
berhasil. Oleh pengaruh Yustina, ia lalu sadar akan keberdosaannya, bertobat
dan dipermandikan. Ia kemudian menikahi Yustina dan menjadi seorang Kristen
yang saleh.
Kegiatan-kegiatan iman yang dilakukan
kedua suami-isteri ini mengakibatkan kematian mereka sebagai saksi iman. Mereka
ditangkap, didera dan dipenjarakan dengan tujuan agar keduanya murtad dari
imannya. Tetapi karena mereka tetap pada pendiriannya, maka mereka dibunuh di
Nikomedia. Jenazah mereka ditinggalkan saja di tempat pembantaian. Tetapi
kemudian diangkut ke Roma oleh beberapa orang pelaut yang beragama Kristen.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
27 September
St. Vinsensius de Paul
Vinsensius,
putera seorang petani Perancis yang miskin, dilahirkan pada tahun 1581. Kelak,
ketika dewasa dan menjadi terkenal, ia suka sekali bercerita bagaimana ia
merawat babi-babi peliharaan ayahnya. Karena ia seorang anak yang cerdas,
ayahnya mengirim Vinsensius untuk bersekolah. Setelah menamatkan sekolahnya,
Vinsensius menjadi seorang imam.
Awalnya,
Vinsesius diberi jabatan penting sebagai guru anak-anak orang kaya, dan ia
hidup dengan cukup nyaman. Hingga suatu hari, ia dipanggil untuk memberikan
sakramen terakhir kepada seorang petani miskin yang sedang menghadapi ajal. Di
hadapan banyak orang, petani tersebut menyatakan betapa buruknya
pengakuan-pengakuan dosa yang ia buat di masa silam. Sekonyong-konyong Pastor
Vinsensius sadar akan mendesaknya kebutuhan kaum miskin papa Perancis akan
pertolongan rohani. Ketika ia mulai berkhotbah kepada mereka, orang
berduyun-duyun datang untuk mengaku dosa. Pada akhirnya Pastor Vinsensius
memutuskan untuk membentuk suatu kongregasi imam yang secara khusus bekerja di
antara pada fakir miskin (dikenal dengan nama Kongregasi Misi atau Lazaris).
Tindakan belas
kasih St. Vinsensius de Paul demikianlah banyak sehingga rasanya tidaklah
mungkin bagi seseorang untuk melakukan segala hal yang telah ia lakukan. Ia
memberikan perhatian kepada para narapidana yang bekerja pada kapal-kapal
pelayaran. Ia bersama dengan St. Louise de Marillac mendirikan Kongregasi
Suster-suster Puteri Kasih, PK. Ia mendirikan rumah-rumah sakit serta
wisma-wisma bagi anak-anak yatim piatu serta orang-orang lanjut usia. Ia
mengumpulkan sejumlah besar uang untuk disumbangkan ke daerah-daerah miskin,
mengirimkan para misionaris ke berbagai negara, serta membeli kembali para
tawanan dari kaum Mohammedans. Meskipun ia demikian murah hati, namun demikian,
dengan rendah hati ia mengakui bahwa sifat dasarnya tidaklah demikian. “Jika
bukan karena kasih karunia Tuhan, aku ini seorang yang keras, kasar serta mudah
marah,” katanya. Vinsensius de Paul wafat di Paris pada tanggal 27 September
1660. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1737 oleh Paus Klemens XII.
“Tidaklah
cukup bagiku untuk mengasihi Tuhan jika aku tidak mengasihi sesamaku …Aku ini
milik Tuhan dan milik kaum miskin.” St. Vinsensius de Paul
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
28 September
S. Lorenzo Ruiz.
Pesta hari ini
menghormati seorang awam dari Filipina, St Lorenzo Ruiz, dan kelimabelas
kawannya. Keenambelas martir ini dibunuh karena iman pada tahun 1637 di
Nagasaki, Jepang. St Lorenzo dilahirkan di Manila; seorang ayah dari
sebuah keluarga. Ia menggabungkan diri sebagai sukarelawan bersama para imam,
broeder dan kaum awam yang pergi ke Jepang untuk mewartakan Injil. Kelompok ini
terdiri dari sembilan imam Dominikan, dua broeder, dua perempuan awam selibat
dan tiga awam lainnya. Semuanya berhubungan dengan Ordo Dominikan dan semuanya
lebih memilih mati daripada mengingkari iman kepada Yesus. Mereka semua adalah
para misionaris yang berasal dari lima negara: Perancis, Italia, Jepang,
Filipina dan Spanyol. Betapa mereka secara mengagumkan mengingatkan kita bahwa
Gereja menjangkau seluruh dunia! Para martir ini banyak menderita sebelum
akhirnya wafat dimartir, namun mereka tak hendak menyangkal iman Katolik.
St Lorenzo mengatakan kepada para hakim yang mengadilinya bahwa andai
ia memiliki seribu nyawa, ia akan menyerahkan semuanya untuk Kristus. Kelompok
pahlawan yang gagah berani ini dimaklumkan kudus oleh Paus Yohanes Paulus II
pada tanggal 18 Oktober 1987.
Marilah pada
hari ini kita mengucap syukur kepada Tuhan atas penyelenggaraan ilahi-Nya bagi Gereja.
Dan baiklah ucapan syukur ini kita wujudkan dalam tetap setia kepada-Nya,
kendati pencobaan dan aniaya.
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo
Wenseslaus, Raja Bohemia, Martir
Bila dilihat dengan kacamata Gereja dewasa
ini, Wenseslaus dapat dikatakan sebagai seorang awam Katolik yang mewarnai
pemerintahan negara dengan asas-asas Kristiani sebagaimana diajarkan Kristus.
Sebagai raja negeri Wratislav, Cekoslovakia, Wenseslaus dalam usianya yang masih
begitu muda tampil sebagai seorang pemimpin yang berjiwa Kristen. Ia berada di
dalam dunia dan berdiri tegak dengan semangat Kristiani memimpin rakyatnya dan
menghadapi berbagai gejolak politik di negerinya.
Wenseslaus lahir di sebuah kota dekat
Praha pada tahun 907 (buku lain 903). Ayahnya, Wratislaw, adalah seorang
pangeran,dan penguasa negeri Bohemia yang dikenal saleh dan bijaksana. Ia
memimpin rakyatnya berdasarkan asas-asas ajaran Kristiani. Ibunya, Dragomira,
dikenal angkuh, gila hormat dan kuasa. Ia masih bermental kafir dan akrab
dengan orang-orang kafir. Oleh karena kekafiran isterinya Dragomira, Wratislaw
mempercayakan pendidikan anaknya kepada ibu kandungnya Ludmila. Ludmila, nenek
Wenseslaus, dikenal sebagai seorang wanita yang saleh dan baik hati. Ia
menyekolahkan Wenseslaus di Budetch, sebuah sekolah Latin yang tinggi mutunya.
Ketika Wenseslaus berusia 13 tahun,
ayahnya meninggal dunia sewaktu memerangi kaum Magyars pada tahun 920. Dengan
itu kekuasaan kerajaan jatuh ke tangan ibunya, Dragomira. Watak kekafiran
Dragomira benar-benar terlihat jelas di dalam caranya memerintah. Ia
menimbulkan banyak kekacauan karena menyokong orang-orang kafir untuk menyerang
para pemimpin Katolik beserta seluruh umat. Korban pertama ialah Ludmila, ibu kandung
Wratislaw, yang mendidik dan membesarkan Wenseslaus. Ludmila mati dicekik oleh
kaki tangan Dragomira.
Pembunuhan atas Ludmila semakin
memperburuk situasi negara. Dari dalam dan dari luar Bohemia datang banyak
reaksi keras. Pangeran Bayern memaksa Dragomira meletakkan jabatannya dan
mendesak Wenseslaus naik takhta menggantikan ibunya yang korup itu. Wenseslaus
yang baru berusia 15 tahun mengambil alih kekuasaan pada tahun 922. Dengan
dukungan banyak orang, ia memimpin rakyatnya. Cita-citanya ialah mewujudkan
suatu negara yang adil dan makmur berlandaskan asas-asas Kristiani. Dengan
seluruh sikap hidupnya, Wenseslaus berhasil memimpin rakyatnya. Ia dikenal
sebagai seorang raja yang saleh, berani dan murah hati terutama kepada para
janda dan anak yatim-piatu. Ia meringankan beban hidup orang-orang miskin,
mengunjungi para tawanan untuk menghibur mereka. Lebih dari itu konon pada
musim dingin ia sendiri menghantar kayu bakar kepada keluarga-keluarga miskin
di sekitarnya.
Karyanya diletakkan di atas landasan iman
yang kokoh. Ia menaruh devosi yang tinggi terhadap Sakramen Mahakudus.
Kerapkali ia sendiri menjadi misdinar yang melayani imam pada waktu perayaan
Ekaristi. Sering ia mengunjungi gereja pada tengah malam untuk berdoa di
hadapan Sakramen Mahakudus. Tetapi sebagaimana biasa kepemimpinan yang jujur
dan adil senantiasa tidak luput dari berbagai rintangan bahkan ancaman. Banyak
pembesar kerajaan tidak senang dengan Wenseslaus karena kejujuran dan
keadilannya. Pemimpin para lawannya ialah adik kandungnya sendiri, yaitu
Boleslaw yang didukung oleh Dragomira. Bersama pembesar lainnya, Boleslaw
berusaha membunuh Wenseslaus dan melenyapkan agama Katolik dari bumi Bohemia.
Untuk itu mereka mencari kesempatan emas yang tepat untuk pelaksanaan niat
jahat itu.
Kelahiran putera sulung Boleslaw merupakan
kesempatan emas itu. Boleslaw mengadakan suatu perjamuan besar untuk merayakan
kelahiran puteranya. Ia mengundang Wenseslaus bersama seluruh pembesar
kerajaan. Pada kesempatan itulah, Boleslaw menyerang kakaknya dari belakang dan
menusuknya dengan sebilah pedang. Sebelum menghembuskan nafas terakhir,
Wenseslaus berkata: "Adikku, semoga Tuhan mengampuni engkau."
Wenseslaus adalah awam Katolik yang tangguh. Ia dibunuh karena perjuangannya
menegakkan kebenaran dan keadilan, kejujuran dan cinta kasih sepanjang masa
pemerintahannya. Memang ia mati sebagai seorang negarawan, namun apa yang
diperjuangkan dan dipertahankannya sesungguhnya nilai-nilai hidup yang abadi
berdasarkan ajaran Kristus dan GerejaNya. Oleh karena itu ia digelari sebagai
Saksi Iman, Martir Kristus. Makamnya dikunjungi oleh banyak peziarah. Ia
dihormati sebagai pelindung negeri Cekoslovakia modern dan dikenal sebagai
tokoh awam Katolik yang mampu menerjemahkan ajaran-ajaran iman di dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara. Banyak mujizat terjadi atas orang-orang
yang berdoa dengan perantaraannya. Tetapi mujizat terbesar ialah pertobatan
Boleslaw adiknya, pembunuh yang bengis itu. Wenseslaus baru berusia 22 tahun
ketika ia gugur sebagai pelindung Gereja Kristus serta pembela keadilan dan
kejujuran.
Santa Eustakia, Perawan
Eustakia adalah puteri bungsu Santa Paula,
janda seorang bangsawan Romawi. Ia dikenal sebagai gadis Romawi pertama yang
mengikrarkan kaul kemurnian hidup bagi Kristus. Oleh Santo Hieronymus,
pembimbing rohaninya di Betlehem Eustakia diberi julukan "Bunga para
Gadis."
Ketika ibunya Paula meninggalkan
segala-galanya dan berangkat ke Palestina untuk mengurbankan hidupnya demi
Kristus dan kepentingan sesama, Eustakia menemaninya. Ia mau menjadi seperti
ibunya dalam hal pengabdian kepada Kristus dan sesama. Di Palestina, mereka
berdua bersama-sama mengunjungi berbagai tempat suci yang pernah disinggahi
Kristus semasa hidupNya. Paula, ibunya mendirikan sebuah biara di Betlehem dan
Eustakia menjadi salah satu anggota biara itu.
Sepeninggal ibunya, Eustakia menjadi
pemimpin biara itu di bawah bimbingan Santo Hieronymus. Sebagai pemimpin biara,
Eustakia benarbenar menunjukkan teladan hidup yang cemerlang dalam mengamalkan
segala kebajikan Kristiani demi kemuliaan Kristus.
Santo Hieronymus sangat mengagumi cara
hidup Eustakia. Ada beberapa surat yang ditulisnya kepada Eustakia untuk
menunjukkan kekagumannya pada cara hidup Eustakia. Dalam salah satu suratnya ia
menulis: "Eustakia, anakku dan adikku yang terkasih di dalam Kristus,
Tuhan! Umurku dan kasih-sayangku memperkenankan aku menggunakan kata-kata
seperti itu. Sesungguhnya Tuhan telah menciptakan engkau untuk menjadi orang
terkemuka di antara para gadis Romawi. Oleh karena itu, berjuanglah sekuat
tenagamu agar tugasmu yang suci mulia itu kau selesaikan sampai tuntas di dalam
nama Kristus Tuhan kita. Kiranya kebahagiaan yang telah kauperoleh dari
Kristus, tidaklah hilang karena kebodohan yang hanya menuntut pengorbanan yang
setengah-setengah."
Sebaliknya cara hidup Eustakia menjadi
dorongan moral yang besar bagi Santo Hieronymus dalam usahanya menyelesaikan
terjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa Latin. Setelah mengabdi Tuhan dalam waktu
yang cukup lama, Eustakia meninggal dunia pada tahun 419. Tidak lama kemudian
Santo Hieronymus pun menyusuli dia ke dalam kebahagiaan surgawi yang tak
kunjung berakhir.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
29 September
Malaikat Agung St. Mikhael, Gabriel dan Rafael
Mikhael, Gabriel
dan Rafael disebut “santo” karena mereka kudus. Namun demikian, mereka berbeda
dari para kudus lainnya karena mereka bukanlah manusia. Mereka adalah malaikat,
mereka melindungi manusia. Kita dapat mengetahui sedikit tentang masing-masing
dari mereka dari Kitab Suci.
Nama Mikhael
artinya “Siapa dapat menyamai Tuhan?” Tiga kitab dalam Kitab Suci bercerita
tentang St. Mikhael, yaitu: Daniel, Wahyu dan Surat Yudas. Dalam Kitab Wahyu
bab 12:7-9, kita membaca tentang suatu pertempuran besar yang terjadi di surga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang
melawan Satan. Mikhael menjadi pemenang karena setia kepada Tuhan. Kita dapat
mohon bantuan St. Mikhael untuk menjadikan kita teguh dalam kasih kepada Yesus
dan dalam mempraktekan iman Katolik kita.
Nama Gabriel
berarti “Tuhan kemenanganku”. Ia juga disebutkan dalam kitab Daniel. Gabriel
kita kenal dengan baik karena ia termasuk salah satu tokoh penting dalam Injil
Lukas. Malaikat Agung ini menyampaikan kepada Maria bahwa ia akan menjadi Bunda
Juruselamat kita. Gabriel menyampaikan kepada Zakharia bahwa ia dan Elisabet
akan dikarunia seorang putera yang akan dinamai Yohanes. Gabriel adalah pembawa
warta, utusan Tuhan untuk menyampaikan Kabar Sukacita. Kita dapat mohon bantuan
St. Gabriel untuk menjadikan kita pembawa warta, seorang utusan Tuhan seperti
dirinya.
Nama Rafael
artinya “Tuhan menyembuhkan”. Kita membaca kisah yang menyentuh tentang tugas
Rafael dalam kitab Tobit dalam Kitab Suci. Ia memberikan perlindungan
serta penyembuhan bagi mata Tobit yang buta. Pada akhir perjalanan, ketika
segala sesuatunya telah berakhir, Rafael menyatakan jati dirinya yang
sebenarnya. Ia menyebut dirinya sebagai salah satu dari ketujuh malaikat yang
melayani di hadapan tahta Allah. Kita dapat mohon bantuan St Rafael untuk
melindungi kita dalam perjalanan, bahkan dalam perjalanan yang amat dekat
sekali pun, seperti misalnya pergi ke sekolah. Kita juga dapat mohon
pertolongannya ketika kita atau seseorang yang kita kasihi diserang penyakit.
Untuk
menghormati ketiga Malaikat Agung ini, marilah kita mengucapkan doa syukur dan
pujian kepada Tuhan Allah.
“diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Santo Sirakus,
Pengaku Iman
Sirakus lahir pada tahun 449. Pada umur 17
tahun ia memasuki kehidupan pertapaan di Betlehem. Namun kemudian ia tinggal di
banyak biara di seputar Palestina dan di tepi Laut Mati: Rahib Yunani ini
sangat lemah lembut, tak pernah marah, dan senang menyanyikan Mazmur. Ia
biasanya tidak makan sebelum matahari terbenam. Sirakus meninggal dunia di
pertapaannya pada tahun 557.
Santa Theodota dari
Philippopolis, Martir
Theodota berasal dari daerah
Philippopolis, Thrace. Hari kelahirannya tidak diketahui dengan pasti. Ia
dikenal sebagai orang Kristen di wilayah itu. Oleh karena itu ia ditangkap dan
dihadapkan ke pengadilan kota Philippopolis. Di sana ia dipaksa oleh Prefek
kota itu untuk bergabung dengan orang banyak membawakan kurban kepada dewa
Apollo. Dengan tegas ia menolak hal itu karena imannya. Walaupun ia merasa diri
sebagai orang yang penuh dosa, namun ia tidak sudi lebih jauh merusak dirinya
dengan menyembah dewa-dewa kafir itu. Ia disiksa dengan berbagai cara agar bisa
menyangkali imannya, namun ia benar-benar tabah dan sanggup menahan penderitaan
itu. Ia memikul beban penderitaan 750 orang Kristen yang ada di daerah itu.
Theodota akhirnya dirajam hingga menemui ajalnya. Ia dikenal sebagai martir
Kristus abad keempat.
Sumber
: http://www.imankatolik.or.id
30 September
St. Hieronimus
Hieronimus
adalah seorang Kristen Romawi yang hidup pada abad keempat. Ayahnya mengajarkan
agama dengan baik kepadanya, tetapi mengirim Hieronimus ke sebuah sekolah kafir
yang terkenal. Di sekolah tersebut, Hieronimus mulai menyukai tulisan-tulisan
kafir dan cintanya kepada Tuhan mulai luntur. Namun demikian, persahabatannya
dengan sekelompok orang-orang Kristiani yang kudus, yang menjadi
sahabat-sahabat dekatnya, membuatnya berbalik kembali sepenuhnya kepada Tuhan.
Kemudian, anak
muda yang cerdas ini memutuskan untuk tinggal menyendiri di padang gurun.
Hieronimus khawatir kalau-kalau kesenangannya akan tulisan-tulisan kafir akan
menjauhkannya dari cinta Tuhan. Hieronimus melakukan laku silih yang keras dan
membiarkan dirinya terbakar panas terik padang gurun. Meskipun begitu, di sana
pun Hieronimus mengalami pencobaan-pencobaan yang hebat. Hiburan-hiburan tak
sehat yang diselenggarakan di Roma senantiasa segar dalam bayangan serta
pikirannya. Walaupun demikian, Hieronimus pantang menyerah. Ia memperberat laku
silihnya serta menangisi dosa-dosanya. Ia juga belajar bahasa Ibrani dengan
seorang rahib sebagai gurunya. Hal tersebut dilakukannya untuk menghindarkan
diri dari pikiran-pikiran kotor yang menghantui pikirannya. Hieronimus menjadi
seorang sarjana Ibrani yang hebat sehingga kelak ia dapat menterjemahkan Kitab
Suci ke dalam bahasa Latin. Oleh karena karyanya itu, banyak orang dapat
membaca serta mencintai Kitab Suci.
St. Hieronimus
menghabiskan berpuluh tahun hidupnya di sebuah gua kecil di Betlehem, di mana
Yesus dilahirkan. Di sana ia berdoa, mempelajari Kitab Suci, serta mengajar
banyak orang bagaimana melayani Tuhan. St. Hieronimus menulis banyak surat yang
mengagumkan dan bahkan juga buku-buku untuk mempertahankan iman Kristiani dari
serangan kaum bidaah.
Perangainya yang
cepat marah dan lidahnya yang tajam membuat St. Hieronimus mempunyai banyak
musuh. Namun demikian, ia seorang yang amat kudus yang menghabiskan seluruh
hidupnya untuk melayani Yesus dengan cara terbaik yang mampu ia lakukan. Jadi,
meskipun pemarah, ia menjadi seorang kudus yang besar. St. Hieronimus wafat
pada tahun 419 atau 420.
“Menjadi
seorang Kristen adalah hal yang luar biasa, bukan hanya seolah-olah tampak luar
biasa. Dan oleh karena satu dan lain hal, mereka yang paling menyenangkan bagi
dunia adalah mereka yang paling sedikit menyenangkan Kristus …. Kekristenan
dibentuk, dan bukan bakat yang diwariskan.”
St. Hieronimus
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya
atas ijin Pauline Books & Media.”