Mengapa Kitab Suci
Katolik Mempunyai Jumlah Kitab Lebih Banyak daripada Kitab Suci Protestan?
Oleh P. Richard
Lonsdale.
Kitab Suci Katolik
terdiri dari 72 kitab (45 kitab PL + 27 kitab PB), sementara kebanyakan Kitab
Suci Protestan hanya terdiri dari 66 kitab.
Kitab yang hanya terdapat dalam Kitab Suci Katolik semuanya merupakan bagian dari Perjanjian Lama.
Selain itu terdapat juga
beberapa ayat dalam kitab-kitab tertentu yang hanya terdapat dalam Kitab Suci
Katolik. Mengapa terjadi perbedaan demikian? Jawabannya amat rumit, tetapi
secara sederhana dapat dijelaskan seperti berikut ini.
Orang-orang Yahudi
menulis Perjanjian Lama, tetapi mereka tidak secara "resmi"
menuliskan daftar atau kanon dari kitab-kitab
tersebut sampai akhir abad kedua. Sekelompok orang Yahudi khawatir kalau-kalau
pada akhirnya tulisan-tulisan Kristen juga akan dimasukkan orang ke dalam kanon
mereka. Untuk mencegah hal tersebut, setelah melalui debat yang panjang, mereka
memutuskan untuk mencantumkan hanya kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa
Ibrani saja yang termasuk dalam kanon mereka. Dengan demikian mereka dapat
mengeluarkan kitab-kitab Kristen yang semuanya ditulis dalam bahasa Yunani.
Namun demikian, ada pula beberapa bagian dari kitab Perjanjian Lama yang hanya
tersedia salinannya dalam bahasa Yunani, sedangkan kitab aslinya yang ditulis
dalam bahasa Ibrani telah hilang. Dengan demikian kitab-kitab tersebut, yang
dulunya juga mereka terima, ikut dikeluarkan dari kanon Yahudi.
Gereja Katolik tidak
mengikuti keputusan mereka. Terutama karena beberapa kitab yang ditulis dalam
bahasa Yunani mendukung doktrin (doktrin = ajaran) Katolik, misalnya tentang
Roh Kudus. Gereja Katolik tidak membuat daftar atau kanon resmi sampai beberapa
abad kemudian. Sejak awal mula Gereja Katolik menerima semua kitab yang
sekarang ada dalam Kitab Suci kita.
Pada abad ke-16, Gereja
Protestan mulai mempergunakan Kitab Suci sebagai dasar ajaran mereka. Martin
Luther menolak semua kitab yang tidak terdapat dalam kanon Perjanjian Lama
Yahudi. Alasan penolakannya adalah karena beberapa bagian dari kitab-kitab
tersebut tidak mendukung ajarannya. Seperti misalnya, Luther tidak setuju
dengan ajaran Gereja Katolik mengenai Api Penyucian. Padahal gagasan
tentang api penyucian terdapat dalam Kitab Makabe II. Selanjutnya Luther juga
mencoba mengeluarkan beberapa kitab Perjanjian Baru, misalnya Surat Yakobus.
Beberapa gagasan dalam surat Yakobus tidak sesuai dengan ajaran Luther,
misalnya tentang ajaran Luther yang menyatakan bahwa perbuatan baik tidak diperlukan
dalam memperoleh keselamatan, melainkan hanya iman. Tetapi, pada akhirnya, ia
harus memasukkan juga Surat Yakobus dalam kanonnya.
Kitab-kitab Perjanjian
Lama yang diakui baik oleh Gereja Katolik maupun Gereja Protestan disebut Protokanonika (protokanonika: kanon
yang pertama). Kitab-kitab Perjanjian Lama yang diakui oleh Gereja Katolik
tetapi tidak diakui oleh Gereja Protestan di tempatkan di bagian antara
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bagian ini oleh Gereja Katolik disebut Deuterokanonika (deuterokanonika: kanon
yang kedua), sedang oleh Gereja Protestan disebut Apokrip (apokrip :
buku-buku keagamaan yang baik untuk dibaca tetapi tidak diilhami Roh Kudus).
Hingga kini Gereja
Katolik terus mempertahankan serta menghormati kitab-kitab seperti yang telah
diterima oleh Gereja Kristen Purba. Jika Kitab Suci yang mereka wariskan itu
baik bagi mereka, tentu baik pula bagi kita. Coba bacalah kisah menarik tentang
Tobit, dan coba baca juga nasehat-nasehat berharga dalam Kitab Kebijaksanaan
di Kitab Suci Katolik-mu.
“diterjemahkan
oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Richard Lonsdale.”