MENGHIDUPKAN
SABDA ALLAH.
Mendongeng adalah metode komunikasi universal yang sangat
berpengaruh pada jiwa manusia.
Cerita dan dongeng tak akan pernah hilang hingga kapan pun. Sejak
dari kakek-nenek kita, hingga sekarang atau bahkan sampai anak cucu kita kelak.
Di dalam dongeng terkandung suri tauladan. Juga terkandung nilai-nilai luhur
berupa pendidikan akhlak dan budi pekerti. Sehingga kita paham, bahwa betapa
dahsyatnya dampak cerita atau mendongeng ini, terhadap pembentukan kepribadian
/ karakter.
Mendongeng atau story
telling ternyata dapat
dijadikan sebagai media membentuk kepribadian dan moralitas anak. Sebab, dari
kegiatan mendongeng terdapat manfaat yang dapat dipetik oleh pendongeng (orang
tua) beserta para pendengar (dalam hal ini adalah anak). Manfaat tersebut
adalah, terjalinnya interaksi komunikasi harmonis antara orang tua dengan
anaknya di rumah, sehingga bisa menciptakan relasi yang akrab, terbuka, dan
tanpa sekat.
Bahkan bercerita atau mendongeng memungkinkan orang berbicara
tanpa memaksakan pendapatnya kepada orang lain. Selain itu, cerita atau dongeng
bisa menjadi wahana untuk mengasah imajinasi dan alat pembuka bagi cakrawala
pemahaman seseorang. Sebab setiap
pendengar memiliki kebebasan untuk setuju atau tidak setuju dan akan berusaha
menempatkan posisinya di mana ia mau dalam cerita itu. Kemudian ia juga akan
belajar pada pengalaman-pengalaman sang tokoh dalam dongeng tersebut, setelah
itu memilah mana yang dapat dijadikan panutan.
Mengapa metode cerita sangat efektif ? Jawabannya tidak sulit.
Pertama, cerita pada umumnya lebih berkesan daripada nasehat murni, sehingga
pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia. Cerita-cerita
yang kita dengar dimasa kecil masih bisa kita ingat secara utuh selama berpuluh-puluh tahun
kemudian. Kedua melalui cerita, manusia belajar untuk mengambil hikmah tanpa
merasa digurui.
Bahkan dalam teks kitab suci-pun banyak berisi cerita-cerita.
Tuhan mendidik jiwa manusia menuju keimanan dan kebersihan rohani, dengan
mengajak manusia untuk berpikir dan merenung, menghayati dan meresapi
pesan-pesan moral.
Dalam kitab suci selalu terdapat kisah-kisah
sebagai ilustrasi bagaimana menjalani hidup ini dengan lurus dan benar, seperti apa kesudahan yang ditemui
orang-orang yang mulia, dan seperti apa pula akibat
yang ditemui oleh orang-orang yang buruk budinya. Semuanya dapat kita jadikan
sebagai cermin kehidupan.
Maka, jangan biarkan terutama keluarga dan buah hati kita
tergerus oleh arus budaya yang bisa membawa dirinya menjadi generasi yang
kehilangan pribadi dan moral. Karena itulah, untuk mengokohkan kepribadian dan
moral dalam diri anak-anak kita, salah satu caranya adalah mendongengkan
kisah-kisah yang berisi keteladanan ( diambilkan dari Kitab Suci ), sehingga di
masa mendatang mereka memiliki landasan untuk mengubah bangsa-negara ke arah
yang lebih baik.
Menumbuhkan budaya cinta Kitab Suci dalam keluarga adalah
tugas semua orang katolik yang sudah menerima pembaptisan untuk mewartakan
kabar gembira kepada semua orang, kepada lingkungannya terutama keluarga dan
anak-anaknya.
Ada beberapa alasan dua diantaranya, mengapa umat katolik
kurang mencintai kitab suci. Pertama, kurang mengenal dengan kitab sucinya
karena seringkali merasa takut. Takut membaca karena sulit dipahami, takut
menafsirkan kalau salah malah merasa berdosa.
Memang beberapa umat yang hanyut oleh tayangan media visual /
TV sehingga bacaan rohani sering ditinggalkan. Kedua kitab suci tidak menarik. Kenapa?
Karena umat kurang mengakrabinya.
Berkaitan dengan menumbuhkan budaya cinta Kitab Suci, agar
semakin dikenal dan akrab terutama dalam keluarga-keluraga di Paroki Santo
Yosef Ngawi, maka DPP Bidang Sumber, Seksi Kerasulan Kitab Suci Paroki Santo
Yosef Ngawi, menyelenggarakan lomba mendongeng yang bahannya diambilkan dari
bacaan Kitab Suci. Dengan mengambil tema : “Menghidupkan Sabda Allah”.
Peserta mendongeng dari semua lingkungan dan stasi di seluruh
wilayah Paroki Santo Yosef Ngawi. Pendongeng adalah orang yang sudah menikah
atau yang sudah berkeluarga. Dan pelaksanaan lomba dibagi dalam dua wilayah
yaitu :
-.
Wilayah Ngawi Timur, pada tanggal 10 April 2016, tempat di Balai Paroki.
-.
Wilayah Ngawi Barat, pada tanggal 17 April 2016, tempat di aula Stasi Kristus
Raja Ngrambe.
Sedang
pilihan bacaan Kitab Suci sebagai bahan untuk mendongeng disedikan 10 bacaan,
dan peserta bisa memilih salah satunya yaitu :
-. Kitab Kejadian 4 : 4
– 16 (
Kain dan Habel ).
-. Kitab Kejadian 27
: 1 – 40 (
Yakub diberkati Ishak sebagai anak sulung ).
-. Kitab Keluaran 20
: 1 – 17 (
Sepuluh Firman ).
-. Kitab Hakim-hakim 16
: 4 – 22 (
Simsom dan Delila ).
-. Kitab I Samuel 17
: 40 – 58 ( Perkelahian Daud dan
Goliat ).
-. Injil Lukas 2 : 41 – 52 (
Yesus pada umur 12 tahun dalam Bait Allah ).
-. Injil Lukas 10
: 25 – 37 ( Orang Samaria yang
murah hati ).
-. Injil Lukas 15
: 11 – 32 ( Perumpamaan tentang
anak yang hilang ).
-. Injil Yohanes 2 : 1
– 11 ( Perkawinan di Kana ).
-. Kisah Para Rasul 7
: 54 – 8 : 1a ( Stefanus dibunuh – Saulus hadir ).
Harapannya diadakannya lomba mendongeng Kitab Suci adalah
bahwa keluarga-keluarga katolik Paroki Santo Yosef Ngawi, semakin lebih
mengenal Kitab Sucinya, lebih-lebih semakin mengakrabinya. Sedangkan tujuan
diadakannya lomba mendongeng adalah berani menghidupkan bacaan kitab suci, para
peserta yang mendongeng berani menvisualisasikan bacaan kitab suci, serta
mengembangkan daya kemampuan berimajinasi dan berimprovisasi dari bacaan kitab
suci tersebut.
Karena mendongeng adalah suatu media penyampaian pesan /
nilai agama dan memperkaya pengalaman batin. Juga akan menimbulkan minat baca
serta mendekatkan keluarga-keluarga katolik pada Kitab Suci tentunya.