Header

cita-cita ardas

STASI WALIKUKUN, GEREJA YANG SATU, KUDUS, KATOLIK DAN APOSTOLIK.

~ LIPUTAN MENDONGENG

MENGHIDUPKAN SABDA ALLAH.

Mendongeng adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh pada jiwa manusia.
Cerita dan dongeng tak akan pernah hilang hingga kapan pun. Sejak dari kakek-nenek kita, hingga sekarang atau bahkan sampai anak cucu kita kelak. Di dalam dongeng terkandung suri tauladan. Juga terkandung nilai-nilai luhur berupa pendidikan akhlak dan budi pekerti. Sehingga kita paham, bahwa betapa dahsyatnya dampak cerita atau mendongeng ini, terhadap pembentukan kepribadian / karakter.


Mendongeng atau story telling ternyata dapat dijadikan sebagai media membentuk kepribadian dan moralitas anak. Sebab, dari kegiatan mendongeng terdapat manfaat yang dapat dipetik oleh pendongeng (orang tua) beserta para pendengar (dalam hal ini adalah anak). Manfaat tersebut adalah, terjalinnya interaksi komunikasi harmonis antara orang tua dengan anaknya di rumah, sehingga bisa menciptakan relasi yang akrab, terbuka, dan tanpa sekat.

Bahkan bercerita atau mendongeng memungkinkan orang berbicara tanpa memaksakan pendapatnya kepada orang lain. Selain itu, cerita atau dongeng bisa menjadi wahana untuk mengasah imajinasi dan alat pembuka bagi cakrawala pemahaman seseorang.  Sebab setiap pendengar memiliki kebebasan untuk setuju atau tidak setuju dan akan berusaha menempatkan posisinya di mana ia mau dalam cerita itu. Kemudian ia juga akan belajar pada pengalaman-pengalaman sang tokoh dalam dongeng tersebut, setelah itu memilah mana yang dapat dijadikan panutan.

Mengapa metode cerita sangat efektif ? Jawabannya tidak sulit. Pertama, cerita pada umumnya lebih berkesan daripada nasehat murni, sehingga pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia. Cerita-cerita yang kita dengar dimasa kecil masih bisa kita  ingat secara utuh selama berpuluh-puluh tahun kemudian. Kedua melalui cerita, manusia belajar untuk mengambil hikmah tanpa merasa digurui.

Bahkan dalam teks kitab suci-pun banyak berisi cerita-cerita. Tuhan mendidik jiwa manusia menuju keimanan dan kebersihan rohani, dengan mengajak manusia untuk berpikir dan merenung, menghayati dan meresapi pesan-pesan moral.
Dalam kitab suci selalu terdapat kisah-kisah sebagai ilustrasi bagaimana menjalani hidup ini dengan lurus dan benar, seperti apa kesudahan yang ditemui orang-orang yang mulia, dan seperti apa pula akibat yang ditemui oleh orang-orang yang buruk budinya. Semuanya dapat kita jadikan sebagai cermin kehidupan.

Maka, jangan biarkan terutama keluarga dan buah hati kita tergerus oleh arus budaya yang bisa membawa dirinya menjadi generasi yang kehilangan pribadi dan moral. Karena itulah, untuk mengokohkan kepribadian dan moral dalam diri anak-anak kita, salah satu caranya adalah mendongengkan kisah-kisah yang berisi keteladanan ( diambilkan dari Kitab Suci ), sehingga di masa mendatang mereka memiliki landasan untuk mengubah bangsa-negara ke arah yang lebih baik.

Menumbuhkan budaya cinta Kitab Suci dalam keluarga adalah tugas semua orang katolik yang sudah menerima pembaptisan untuk mewartakan kabar gembira kepada semua orang, kepada lingkungannya terutama keluarga dan anak-anaknya.

Ada beberapa alasan dua diantaranya, mengapa umat katolik kurang mencintai kitab suci. Pertama, kurang mengenal dengan kitab sucinya karena seringkali merasa takut. Takut membaca karena sulit dipahami, takut menafsirkan kalau salah malah merasa berdosa.
Memang beberapa umat yang hanyut oleh tayangan media visual / TV sehingga bacaan rohani sering ditinggalkan. Kedua kitab suci tidak menarik. Kenapa? Karena umat kurang mengakrabinya.

Berkaitan dengan menumbuhkan budaya cinta Kitab Suci, agar semakin dikenal dan akrab terutama dalam keluarga-keluraga di Paroki Santo Yosef Ngawi, maka DPP Bidang Sumber, Seksi Kerasulan Kitab Suci Paroki Santo Yosef Ngawi, menyelenggarakan lomba mendongeng yang bahannya diambilkan dari bacaan Kitab Suci. Dengan mengambil tema : “Menghidupkan Sabda Allah”.

Peserta mendongeng dari semua lingkungan dan stasi di seluruh wilayah Paroki Santo Yosef Ngawi. Pendongeng adalah orang yang sudah menikah atau yang sudah berkeluarga. Dan pelaksanaan lomba dibagi dalam dua wilayah yaitu :
-. Wilayah Ngawi Timur, pada tanggal 10 April 2016, tempat di Balai Paroki.
-. Wilayah Ngawi Barat, pada tanggal 17 April 2016, tempat di aula Stasi Kristus Raja Ngrambe.

Sedang pilihan bacaan Kitab Suci sebagai bahan untuk mendongeng disedikan 10 bacaan, dan peserta bisa memilih salah satunya yaitu :
-. Kitab Kejadian             4 :  4 –  16          ( Kain dan Habel ).
-. Kitab Kejadian           27 :  1 –  40          ( Yakub diberkati Ishak sebagai anak sulung ).
-. Kitab Keluaran           20 :  1 –  17          ( Sepuluh Firman ).
-. Kitab Hakim-hakim   16 :  4 –  22          ( Simsom dan Delila ).
-. Kitab I Samuel           17 : 40 – 58          ( Perkelahian Daud dan Goliat ).
-. Injil Lukas                     2 : 41 – 52          ( Yesus pada umur 12 tahun dalam Bait Allah ).
-. Injil Lukas                   10 : 25 – 37          ( Orang Samaria yang murah hati ).
-. Injil Lukas                   15 : 11 – 32          ( Perumpamaan tentang anak yang hilang ).
-. Injil Yohanes                2 :   1 – 11          ( Perkawinan di Kana ).
-. Kisah Para Rasul         7 : 54 –   8 : 1a   ( Stefanus dibunuh – Saulus hadir ).

Harapannya diadakannya lomba mendongeng Kitab Suci adalah bahwa keluarga-keluarga katolik Paroki Santo Yosef Ngawi, semakin lebih mengenal Kitab Sucinya, lebih-lebih semakin mengakrabinya. Sedangkan tujuan diadakannya lomba mendongeng adalah berani menghidupkan bacaan kitab suci, para peserta yang mendongeng berani menvisualisasikan bacaan kitab suci, serta mengembangkan daya kemampuan berimajinasi dan berimprovisasi dari bacaan kitab suci tersebut.

Karena mendongeng adalah suatu media penyampaian pesan / nilai agama dan memperkaya pengalaman batin. Juga akan menimbulkan minat baca serta mendekatkan keluarga-keluarga katolik pada Kitab Suci tentunya.

( AHM. Budiawan ).