Ketika Kalian Pulang ke Rumah
oleh: St. Yohanes Maria Vianney
Sepulangnya kembali ke kerajaannya, Ratu Syeba tidak pernah lelah memperbincangkan segala yang ia lihat di bait Salomo; ia membicarakannya tanpa henti, dengan sukacita yang baru. Hal yang sama hendaknya terjadi juga dalam diri umat Kristiani yang ikut ambil bagian dengan saleh dalam Misa kudus.
Ketika ia pulang ke
rumahnya, hendaknyalahia
membicarakannya dengan anak-anaknya dan para pelayannya dan bertanya kepada
mereka apa yang mengesankan bagi mereka dan apa yang paling menyentuh hati
mereka.
Sungguh sayang! Tuhan terkasih, apakah yang hendak aku katakan? ….
Berapa banyak bapak dan ibu, tuan dan nyonya yang, jika seseorang hendak
berbicara kepada mereka mengenai apa yang didengarnya dalam Misa, akan
menertawakannya dan mengatakan bahwa mereka sudah bosan mendengarnya, bahwa
mereka sudah cukup tahu mengenainya…. Meski, pada umumnya orang-orang tampaknya
mendengarkan Sabda Allah yang kudus, tetapi begitu mereka keluar dari gereja,
mereka jatuh ke dalam berbagai macam kesembronoan dan ketidakpantasan. Mereka
bangkit pulang dengan tergesa. Mereka bergegas. Mereka saling dorong-mendorong
di pintu keluar. Seringkali imam bahkan belum turun dari altar ketika mereka
telah berada di luar pintu, dan di sana mereka membuka diri pada
percakapan-percakapan mengenai segala macam hal duniawi.
Adakah kalian tahu apa
dampak dari hal ini, saudara-saudaraku terkasih? Ini dia. Orang tidak
memperoleh manfaat dan tidak mendapatkan rahmat dari apa yang mereka lihat dan
dengar dalam rumah Tuhan. Betapa rahmat berkat terbuang sia-sia! Betapa
sarana-sarana keselamatan diinjak-injak di bawah kaki! Alangkah malangnya,
mengubah menjadi kerugian apa yang sesungguhnya dapat banyak membantu kita
dalam menyelamatkan jiwa kita! Dapatlah kalian lihat sendiri betapa
ibadat-ibadat ini merupakan suatu beban bagi sebagian besar umat Kristiani!
Untuk waktu yang singkat itu, mereka tinggal dalam gereja seolah dalam penjara,
dan begitu mereka keluar, kalian akan mendengar mereka berteriak di pintu
keluar, seperti para tahanan yang baru saja diberi kebebasan. Tidakkah cukup
sering kita harus menutup pintu gereja agar tidak ditulikan oleh hingar-bingar
mereka yang berkepanjangan?
Tuhan terkasih, adakah
ini sungguh umat Kristiani, yang seharusnya meninggalkan bait-Mu yang kudus
dengan benak dipenuhi hanya dengan segala pikiran-pikiran dan
kerinduan-kerinduan yang saleh? Tidakkah mereka berusaha mencamkannya dalam
benak mereka, agar jangan pernah mereka melupakannya dan agar mereka dapat
mengamalkannya begitu ada kesempatan? Sungguh sayang! Jumlah mereka yang ikut
ambil bagian dalam ibadat dengan penuh perhatian dan yang berusaha mendapatkan
manfaat darinya sungguhlah sedikit, yakni sejumlah mereka yang dipilih: ah,
betapa sedikitnya itu!
sumber : “When You Go
Back Home by Saint John Vianney”; www.jesus-passion.com
“diterjemahkan
oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Catholic Spiritual Direction.”